Paradigma Kontruktivisme
Paradigma ini juga disebut kontrutivisme sosial, biasanya dipandang sebagai suatu
pendekatan dalam penelitian kualitatif. Konstruktivisme sosial meyakini bahwa individu selalu
berusaha memahami dunia dimana mereka hidup dan bekerja. Peneliti berusaha
mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan tentang situasi yang tengah diteliti.
Untuk mengeksplorasi pandangan-pandangan ini, pertanyaan-pertanyaan perlu diajukan.
Dalam konteks ini peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha memaknai ( atau
menafsirkan) makna-makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini. Asumsi dasar yang
menjadi inti dalam paradigma ini antara lain,
Paradigma Transformatif
Paradigma ini muncul sejak 1980 hingga 1990 dari sejumlah kalangan yang merasa
bahwa asumsi-asumsi post positivisme telah membebankan hukum dan teori structural yang
tidak sesuai dengan isu-isu keadilan sosial yang perlu dimunculkan. Paradigma ini cocok
dengan kualitatif, namun dapat menjadi dasar penelitian kuantitaif.
Paradigma ini berasumsi bahwa penelitian harus dihubungkan dengan politik dan agenda
perubahan politik untuk menghadapi penindasan sosial pada level apapun. (Mertens, 2010).
Paradigma Pragmatisme
Paradigma filosofis ini yang satu ini memiliki banyak bentuk, tetapi pada umumnya
pragmatism sebagai paradigma lahir dari tindakan, situasi, dan konsekuensi yang sudah ada,
dan bukan dari kondisi sebelumnya. Paradigma ini berpijak pada aplikasi dan solusi atas
problem yang ada (Patton, 1990). Paradigma ini lebih menekankan pada pemecahan masalah
dan menggunakan pendekatan untuk memahami masalah tersebut.
1. Pragmatism dapat digunakan untuk penelitian metode campuran, para peneliti bias
bebas melibatkan asumsi kuatitatif dan kualitatif.
2. Setiap peneliti memiliki kebebasan pemilih. Mereka bebas memilih metode, Teknik,
dan prosedur penelitian.
3. Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meneliti berdasarkan akibat-
akibat yang akan mereka terima.
4. Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalam konteks sosial, historis,
politis, dan lainnya.
METODE KUALITATIF
Dalam buku Research Design oleh Cresswel, mendefinisikan penelitian kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang-oleh sejumlah individu
atau sekelompok orang-dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses
penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan dan
prosedur, mengumpulkan data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-
tema umum, dan menafsirkan makna data. Siapapun yg terlibat dalam bentuk penelitian ini
harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya indukti, berfokus pada makna
individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.
METODE KUANTITATIF
Kuhn dalam penelitiannya menemukan adanya kesalahan tentang konsep ilmu yang telah
dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks. Dalam teori Kuhn,faktor sosiologis dan fsikologis
mendapat perhatian dan ikut berperan. Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih
cocok dengan situasi sejarah. Dengang demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati
kenyataan kenyataan ilmu dan aktiftas ilmiah yang sesungguhnya,yang dalam perkembangan
ilmu tersebut adalah secara revolusioner bukan secara kumulatif . Kuhn dengan mendasarkan
pada sejarah ilmu berpendapat bahwa terjadinya perubahan perubahan yang berarti tidak
pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah suatu teori,melainkan
berlangsung melalui revolusi revolusi ilmiah. Yang dimaksud revolusi ilmiah adalah segala
pandangan nonkumulatif yakni paradigma yang terlebih dahulu ada diganti keseluruhan
ataupun sebagian dengan yang baru. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa paradigma itu
adalah cara pandang atau kerangka berpikir yang berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi
dan dipahami