Anda di halaman 1dari 12

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menggunakan Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Kristis Siswa

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains

Disusun Oleh:
Reza Elsinta Utami
Nim: P2A519013

Dosen Pengampu:
Dr. Drs. Jodion Siburian, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada Penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun pokok bahasan yang
dikaji dalam makalah ini adalah tentang “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Menggunakan Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kristis Siswa pada Mata Pelajaran Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains”
yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah yang di ampu.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesilapan baik dalam hal penulisan
maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian yang bersifat membangun yang bisa menjadi bahan acuan dan
pertimbangan bagi penulis untuk kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian umumnya dan bagi penulis khususnya untuk memahami Ilmu Pendidikan
Sains.

Jambi, 15 November 2019


Penulis
BAB I
PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam meningkatkan


kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), misalnya, menunjukkan akan peran strategis pendidikan dalam
pembentukan SDM yang berkualitas. Karakter manusia Indonesia yang diharapkan
menurut undang-undang tersebut adalah manusia yang beriman dan bertaqwa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, maju, cerdas, kreatif, terampil, disiplin,
profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Upaya
efektif untuk membentuk karakter manusia seperti ini dapat dilakukan melalui
peningkatan kaulitas pendidikan.
Proses pembelajaran hendaknya berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Guru-guru hendaknya melakukan pergeseran dari pengajaran yang menekankan
pada keterampilan berpikir tingkat rendah ke pembelajaran yang menekankan
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau keterampilan berpikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam suatu prosedur pembelajaran
yang diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan instruktur sebagai pelatih
metakognitif. Prosedur Problem Based Learning, awalnya adalah penyajian masalah.
Proses pembelajaran dimulai setelah siswa dikonfrontasikan dengan struktur masalah
riil, sehingga dengan cara itu siswa mengetahui mengapa mereka harus mempelajari
materi ajar tersebut. Informasi-informasi akan mereka kumpulkan dan mereka analisis
dari unit-unit materi ajar yang mereka pelajari dengan tujuan untuk dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya. Masalah yang disajikan juga hendaknya
dapat memunculkan konsep-konsep maupun prinsip-prinsip yang relevan dengan
content domain(Sadia, 2007).
Media pelajaran merupakan alat bantu untuk mempermudah dalam proses
pembelajaran, salah satunya dalah Mind Map. Mind mapping dapat membantu
siswa dan guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan meringkas materi-
materi pelajaran menjadi beberapa lembar mind mapping yang jauh lebih mudah
dapat dipelajari dan diingat oleh siswa. Melalui mind mapping, seluruh
informasiinformasi kunci dan penting dari setiap bahan pelajaran dapat diorganisir
dengan menggunakan struktur radian yang sesuai dengan mekanisme kerja alami
otak sehingga lebih mudah untuk dipahami dan diingat(Silaban dan Napitulu,
2019).
Kemampuan berpikir kritis setiap individu berbeda-beda, tergantung pada
latihan yang sering dilakukan untuk mengembangkan berpikir kritis, dalam
mempelajari IPA contohnya pada materi ekosistem yang masih teoritis dan kurang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Keantusiasan dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan masih terbatas secara teori belum menunjukkan
pengembangan yang sesuai dengan potensi serta kemampuan. Selain itu, terdapat
beberapa siswa yang masih sulit dalam bekerja secara berkelompok,
berkomunikasi, memecahkan masalah ketika diajukan contoh suatu permasalahan
nyata, serta belum bisa mengambil keputusan sebagai solusi yang tepat dari suatu
permasalahan(Fakhriyah, 2014).
Berdasarkan fakta-fakta potensi dan masalah di atas, maka dirasa sangat
perlu untuk dilakukan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
menggunakan Main Map untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah “Bagaimanakah penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan Mind Map
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kristis siswa?”

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Penulisan pada Makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan Mind Map
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kristis siswa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata. Masalah tersebut
digunakan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk mempelajari cara berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model pembelajaran berdasarkan
masalah mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning),
Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar Autentik
(Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)” (Kharida,
dkk., 2009).
Proses pembelajaran PBL ditandai dengan adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa maupun guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang diketahui dan bagaimana untuk memecahkan
masalah secara berkelompok agar saling membantu sehingga mampu
berkolaborasi dalam memecahkan masalah. Melalui PBL dengan anggota
kelompok yang heterogen memungkinkan siswa untuk saling bertukar pikiran,
bekerjasama untuk memecahkan masalah yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian penerapan PBL juga membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Berbeda halnya pada siswa
tidak diberikan masalah, tetapi siswa hanya diberi penjelasan saja sedangkan
siswa hanya menulis saja apa yang dikatakan oleh guru maka siswa hanya
mendapatkan pengetahuan yang kurang mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa (Setyorini, dkk., 2011).
Menurut Kharida, dkk., (2009) Ciri-ciri model pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut:
(1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah
mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan atau masalah dan
secara pribadi bermakna bagi siswa.
(2) Berfokus pada keterkaitan disiplin ilmu. Pembelajaran berbasis masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang diajukan
hendaknya benar-benar autentik. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau
mengkaitkannya dengan disiplin ilmu yang lain.
(3) Penyelidikan autentik. Dalam memecahkan masalah, siswa dapat melakukan
penyelidikan melalui suatu percobaan. Siswa harus: merumuskan masalah,
menyusun hipotesis, mengumpulkan informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), menganalisis data dan merumuskan kesimpulan.
(4) Menghasilkan produk/ karya. Pada pembelajaran berdasar masalah, siswa
dituntut menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan dan
mempersentasikannya di depan kelas.

Adapun Sintak dari pelaksanaan model pembelajaran PBL adalah sebagai


berikut:

LANGKAH AKTIVITAS PESERTA


AKTIVITAS GURU
KERJA DIDIK

Guru menyampaikan masalah


yang akan dipecahkan secara
kelompok. Masalah yang diangkat
hendaknya Kelompok mengamati dan
Orientasi peserta memahami masalah yang
didik pada masalah disampaikan guru atau yang
kontekstual. Masalah bisa
diperoleh dari bahan bacaan
ditemukan sendiri oleh peserta
yang disarankan.
didik melalui bahan bacaan atau
lembar kegiatan.

Peserta didik berdiskusi dan


Mengorganisasikan membagi tugas untuk mencari
Guru memastikan setiap anggota
peserta didik untuk data/bahan-bahan/alat yang
memahami tugas masing-masing.
belajar. diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.

Guru memantau keterlibatan Peserta didik melakukan


Membimbing
peserta didik dalam pengumpulan penyelidikan
penyelidikan individu
data/ bahan selama proses (mencari data/referensi/sumber)
maupun kelompok.
penyelidikan. untuk bahan diskusi kelompok.
Kelompok melakukan diskusi
Guru memantau diskusi dan
Mengembangkan dan untuk menghasil-kan solusi
membimbing pembuatan laporan
menyajikan hasil pemecahan masalah dan hasilnya
sehingga karya setiap kelompok
karya. dipresentasikan/disajikan dalam
siap untuk dipresentasikan.
bentuk karya.

Guru membimbing presentasi dan Setiap kelompok melakukan


mendorong kelompok presentasi, kelompok yang lain
Menganalisis dan memberikan penghargaan memberikan apresiasi. Kegiatan
mengevaluasi proses serta masukan kepada dilanjutkan dengan merangkum/
pemecahan masalah. kelompok lain. Guru bersama membuat kesimpulan
peserta didik menyimpulkan sesuai dengan masukan yang
materi. diperoleh dari kelompok lain.

2.2 Media Pembelajaran Mind Map


Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu bentuk catatan yang mudah
untuk diingat dan dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam
pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat
struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan
wawancara. Mind mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide
terpendam yang siswa miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Catatan
yang siswa buat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan
topik utama ditengah dan sub topik(Qondias,dkk., 2016).
Pembelajaran dengan media mind map dapat memudahkan siswa dalam
mengingat materi yang sifatnya hafalan seperti materi pentingnya harga diri. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Tony Buzan (2007: 5) yang menyatakan bahwa
dengan mind map, daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram
berwarna-warni, teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja
alami otak dalam melakukan sesuatu.
Menurut Suyatno (2009) Beberapa manfaat metode pencatatan
menggunakan mind mapping, antara lain:
1. Tema utama terdefinisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah.
2. Level keutamaan informasi teridentifikasi secara lebih baik. Informasi
yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dengan tema utama.
3. Hubungan masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali.
4. Lebih mudah dipahami dan diingat.
5. Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak
keseluruhan struktur mind mapping, sehingga mempermudah proses
pengingatan.
6. Masing-masing mind mapping sangat unik, sehingga mempermudah
proses pengingatan.
7. Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.

Gambar contoh Mind Map pada Materi Ekosistem(Anonim, 2019)

2.3 Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah kemampuan berpikir peserta didik untuk
membandingkan dua atau lebih informasi dengan tujuan memperoleh pengetahuan
melalui pengujian terhadap gejala-gejala menyimpang dan kebenaran ilmiah.
Kriteria kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi
berhipotesis, berasumsi, mengklasifikasi, me-ngamati, mengukur, menganalisis,
menarik kesimpulan, dan mengevaluasi(Setyowati dkk., 2011).
Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dan dibiasakan oleh setiap
individu. Kemampuan berpikir kritis akan membantu siswa dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang akan dihadapi baik yang ditemui sekarang atau masa
mendatang siswa terbiasa belajar hanya mendengarkan info yang dijelaskan oleh
guru tanpa mereka tahu kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Padahal
mereka nantinya akan terjun ke lapangan pada saat praktik pengalaman lapangan
maupun memasuki dunia kerja yang nyata. Pembelajaran di sekolah seharusnya
lebih menitikberatkan pada pemahaman materi yang diwujudkan dengan
mengaplikasikan materi sesuai dengan lingkungan (Fakhriyah, 2014).
Kerangka kerja berpikir ini membangkitkan proses berpikir ketika
melakukan penggalian informasi dan penerapan criteria yang terbaik untuk
memutuskan cara bertindak dari sudut pandang yang berbeda. Ada lima kerangka
berpikir kritis dalam menganalisis konsep menurut Ennis dalam Costa (1985),
yaitu:
1) memberi penjelasan sederhana
2) membangun keterampilan dasar
3) menyimpulkan, dan
4) membuat penjelasan lebih lanjut, serta
5) menerapkan strategi dan taktik.
Menurut Amir (2019) berpikir kritis subjek dalam memecahkan masalah
berdasarkan langkah-langkah IDEALS adalah sebagai berikut:
1. (I) Identify Menyebutkan pokok permasalahan
1. (D) Define Menyebutkan fakta-fakta yang membatasi masalah
2. (E) Enumerate Menyebutkan pilihan-pilihan cara dan jawaban yang masuk akal
3. (A) Analyze Menganalisis pilihan untuk memilih cara dan jawaban terbaik
4. (L) List Menyebutkan alasan yang tepat atas cara dan jawaban terbaik
yang dipilih
5. (S)Self- Mengecek kembali secara menyeluruh proses jawaban
Correct
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disumpulkan bahwa penerapan
model pembelajara Problem Based Learning (PBL) menggunakan Mind Map
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada saat proses
pembelajaran diawali dengan menganalisis masalah, mancari informasi baru, dan
menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan permasalah dengan
bantuan media pembelajaran berupa peta pikiran atau Mind Map sehinngga
menyajikan konsep berupa gambar dan catatan mudah untuk diingat dan
meningkatkan pemahaman materi pada siswa.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba untuk memberikan
saran kepada pendidik, sebaiknya menerapkan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan berbatu media Mind Map pada
pelajaran IPA terpadu contohnya pada materi Ekosistem yang dapat membangun
pemahaman siswa melalui penyelesain masalah.

DAFTAR RUJUKAN

Amir, M, F. 2019. Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam


Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan
Gaya Belajar. FKIP Universitas Muhammdyah Sidoarjo.

Fakhriyah, F. Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Mengembangkan


Kemampuan Berpikir kritis Mahasiswa, IPA FMIPA UNNES Semarang. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. 3(1). 95-101.

Kharida, L. A., Rusilowati, A., dan Pratiknyo,K.“Penerapan model pembelajaran


berbasis masalah untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan elastisitas bahan”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia : 83

Qondias, Dimas., Anu, Erna Laurensia., dan Niftalia,Irama. 2016. Pengembangan


Media Pembelajaran Tematik Berbasis Mind Mapping SD Kabupaten
Ngada Flores. STIKIP Citra Bakti Indonesia . 5(2): 2541-7207.

Sadia, I Wayan. “Pengembangan kemampuan berpikir formal siswa SMA melalui


penerapan model pembelajaran problem based learning dan cycle
learning dalam pembelajaran fisika”, Pendidikan dan pengajaran
UNDIKSHA 1. Januari 2007.
Silaban Ramlan., Napitulu Maita Anggraini. 2019. Pengaruh Media Mind Map
Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA pada
Pembelajaran Menggunakan Advance Organizer. FMIPA Universitas
Negeri Medan. 13 November 2019.

Setyorini, U., Sukiswo, S, E., Subali, B., 2011. Penerapan Model Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 8 (2011): 52-56.

Setyowati, A., Subali, B., dan Mosik. 2011. Implementasi Pendekatan Kognitif
dalam Pembelajaran Fisika untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMP Kelas VIII. Julnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7
(2011): 89-96.

Anda mungkin juga menyukai