Anda di halaman 1dari 5

INTUISI 8 (1) (2016)

INTUISI
JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

EKSPLORASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

Nuke Martiarini 

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penanaman nilai-nilai luhur pendidikan karakter akan efektif jika ada konsistensi
Diterima 15 Januari 2016 antara nilai-nilai yang ditanamkan pada masa usia dini, Sekolah Dasar, Sekolah
Disetujui 29 Februari 2016 Menengah, sampai dengan Perguruan Tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meng-
Dipublikasikan 1 Maret 2016
etahui (melalui eksplorasi), nilai-nilai karakter yang dipahami guru dan upaya
Keywords: untuk menanmkannya kepada siswa. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan
character values, pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar neg-
primary school teacher eri dan swasta yayasan agama di wilayah Gunungpati Semarang. Pengambilan
data dilakukan melalui dua tahap, yaitu melaui focused group discussion (FGD)
kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam. Hasilnya adalah, nilai-nilai
karakter yang dipahami oleh subjek mencakup kesesuaian dengan visi misi sekolah
(membentuk pribadi yang cerdas dan beriman), pentingnya menggunakan bahasa
lokal (Jawa) untuk menanamkan nilai-nilai menghargai (yang lebih muda dan se-
tara) dan menghormati (yang lebih tua), pentingnya menanamkan nilai kejujuran
(ada beberapa temuan tentang ketidakjujuran), nilai kepedulian terhadap sesama,
dan untuk menanamkan nilai-nilai tersebut diperlukan contoh konkret (teladan)
dari guru, dan secara makro perlu kontrol (hierarkis) dari dinas pendidikan

Abstract
the values of character education will be effective if there is consistency between the values
instilled in early childhood, primary school, high school, to the university. This study aims to
determine the values of the characters that are understood by teachers to students. This type of
research is qualitative with phenomenological approach. The subjects were elementary school
teachers of public and private school Gunungpati Semarang. Data were collected through
two stages, first collected by focused group discussion (FGD), then by in depth interviews.The
result are,the values of characters must be connected with the vision and mission of the school
(forming personal intelligent and faithful),the importance of using local languages (Java) to
instill the values of respect,the importance of instilling the values of honesty (there are several
findings of dishonesty), the value of caring for others,and to instill the values of the required
concrete examples (example)of the teachers, and all of them need to control by department
of education.
© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p - ISSN 2086-0803
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes e - ISSN 2541-2965
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: intuisipsikologiunnes@gmail.com
Nuke Martiarini/ Intuisi jurnal psikologi ilmiah 8 (1) (2016)

PENDAHULUAN nilai pendidikan karakter ke dalam kehidupan


siswa di sekolah, baik di dalam kelas maupun di
Kemajuan suatu bangsa tidak hanya diten- luar kelas, baik didalam mata pelajaran maupun
tukan dari keberhasilan peserta didik memahami diluar mata pelajaran. Sudah saatnyalah penilai-
pelajaran, tetapi juga menyangkut kemampuan an prestasi siswa tidak hanya didasarkan pada
untuk mengendalikan diri sehingga perilaku ti- seberapa tinggi nilai pelajaran Matematika atau
dak mengarah pada penyimpangan yang bersi- Bahasanya saja, tetapi juga penilaian terkait kom-
fat amoral. Kualitas hasil belajar peserta didik ponen sikap dan perilaku yang menunjukkan bah-
terkait erat dengan kemampuan pengajar dalam wa siswa yang bersangkutan memiliki karakter
menyampaikan pesan-pesan moral dalam setiap yang kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Ben-
proses pembelajaran. Mengingat kemajuan ja- ninga, Berkowitz, Kuehn, dan Smith (2003) me-
man juga diikuti pula dengan meningkatnya pe- nunjukkan bahwa pada sejumlah Sekolah Dasar
rilaku kriminal. Menurut Wardani (2011) dalam di California, tuntutan sekolah kepada murid
sebuah ulasan kritisnya tentang meningkatnya bukan sekedar memiliki prestasi akademik yang
perilaku criminal dan amoral, menyatakan bah- tinggi saja, melainkan juga memiliki karakter po-
wa ada sebuah konsep Timur yang sudah lama sitif yang kuat, hasil riset menunjukkan bahwa
lahir dan lebih tepat untuk diterapkan oleh pen- peserta didik yang memiliki karakter positif yang
gajar dalam proses pengajaran di Indonesia un- kuat cenderung akan berorientasi pada capaian
tuk membentuk peserta didik yang berkarakter, prestasi akademik yang tinggi, tidak peduli bera-
yaitu sistem among yang terdiri dari : ing ngarsa pa besar skor IQ yang dimilikinya. Dengan kata
sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwu- lain, karakter yang positif dan kuat lebih berpen-
ri handayani. Sistem among adalah cara untuk garuh terhadap kesuksesan akademik daripada
mendidik yang dipakai oleh konsep perguruan potensi kecerdasan semata.
Tamansiswa, among atau ngemong bermakna Sekolah sebagai institusi formal meme-
memberi kebebasan kepada anak didik untuk gang peran yang sangat penting, mulai dari se-
bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong/ kolah yang mengakomodir siswa-siswanya yang
guru akan bertindak jika ternyata ada perilaku berada pada usia dini, sampai dengan di Pergu-
atau sikap anak didik yang dirasa akan memba- ruan Tinggi. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu
hayakan keselamatannya. mengeksplorasi apakah nilai-nilai yang telah dite-
Trumbull dan Fisch (2011), merangkum tapkan dalam KBKK (Kurikulum Berbasis Kom-
beberapa penelitian yang dilakukan oleh Reese petensi dan Konservasi) juga telah dimunculkan
dkk pada tahun 1995,Li pada tahun 2002, dan pada pendidikan di level Sekolah Dasar. Mengin-
Trumbull dkk pada tahun 2002 mengenai per- gat upaya mencetak generasi bangsa yang cerdas
bedaan cultural di tiga kelompok siswa imigran dan berakhlak akan lebih mudah terwujud jika
Amerika Latin, China, dan Amerika-Eropa di penanaman nilai yang hendak dicapai telah dite-
Amerika. Hasilnya adalah, peserta didik imigran rapkan sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk
Amerika Latin dan China menunjukkan persa- mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang
maan, bahwa selain menjadi anak yang pandai dipahami oleh guru Sekolah Dasar dan bagaima-
mereka berharap dapat menjadi “anak yang baik” na upaya penumbuhkembanganya.
di sekolah, yaitu anak yang paham tentang kon- Pengertian karakter dalam konteks pendi-
sep moral. Sebaliknya untuk para peserta didik dikan dikemukakan oleh Megawangi (2004) yang
dari kelompok Amerika-Eropa lebih berorientasi menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah
menjadi “anak yang pandai”, mereka tidak ter- sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar
lalu peduli dengan persoalan moral. Perbedaan dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
orientasi ini menurut Trumbull dan Fisch (2011) mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari
disebabkan oleh latar belakang keluarga, siswa sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
imigran Amerika-Latin dan China berasal dari yang positif kepada lingkungannya. Lebih lan-
keluarga dengan pola interaksi kolektif sedang- jut, Lukitaningsih (2011) menyatakan bahwa ada
kan siswa Amerika-Eropa berasal dari keluarga enam pilar penting untuk membangun karakter
dengan pola interaksi yang lebih individual. Ber- pada anak sejak usia dini, yaitu : rasa cinta kepa-
dasarkan hasil penelitian tersebut tampak bahwa da Tuhan ME dengan segenap ciptaannya; pen-
ada persamaan antara pola interaksi pada siswa didikan yang memadai (formal dan non formal);
dengan latar belakang keluarga imigran Amerika disiplin; percaya diri; siap bekerja keras; dan ju-
Latin-China dan Indonesia. jur serta bertanggungjawab. Menurut Lickona
Dari paparan tersebut diatas tampak bah- (2012), karakter merupakan nilai operatif yaitu
wa perlu adanya upaya mengintegrasikan nilai- nilai yang menjadi suatu kebaikan, suatu dispo-

2
Nuke Martiarini/ Intuisi jurnal psikologi ilmiah 8 (1) (2016)

sisi batin yang dapat diandalkan untuk menang- mampu mengendalikan diri, dan memiliki ke-
gapi situasi yang bermoral (baik). Dalam hal ini rendahan hati. Adapun tindakan moral “meng-
karakter mempunyai tiga komponen, yaitu pen- garap” ranah psikomotorik individu, dalam hal
getahuan moral, perasaan moral, dan perilaku ini mencakup aspek bagaimana mengasah kom-
moral. Karakter yang baik terdiri dari mengeta- petensi, keinginan, dan kebiasaan individu dalam
hui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
dan melakukan hal yang baik. Ketiga hal ini akan Secara terperinci ada enam hal yang men-
membentuk kedewasaan moral. jadi tujuan dari diajarkannya moral knowing
Definisi karakter menurut Kementerian yaitu : 1) kesadaran moral (moral awareness), 2)
Pendidikan Nasional (2010) adalah watak, tabi- mengetahui nilai moral (knowing moral values),
at, akhlak, atau kepribadian seseorang yang ter- 3) perspective talking, 4) penalaran moral (mo-
bentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan ral reasoning), 5) membuat keputusan (decision
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai making), 6) pengetahuan diri (self knowledge).
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, Dalam hal ini moral knowing mengisi ranah kog-
dan bertindak. Adapun Darmiyati (2006) me- nitif. Berikutnya adalah Moral feeling. Ada enam
nyatakan bahwa sistem pendidikan yang sesuai hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus
untuk menghasilkan kualitas masyarakat yang mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi
berkarakter positif adalah yang bersifat humanis, manusia berkarakter, yaitu: 1) nurani (conscien-
yaitu memposisikan peserta didik sebagai pribadi ce), 2) penghargaan diri (self esteem), 3) empati
dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan (empathy), 4) cinta kebaikan (loving the good),
didorong agar memiliki kebiasaan efektif, perpa- 5) kontrol diri (self control), dan kerendahan
duan antara pengetahuan, ketrampilan, dan kein- hati (humality). Yang terakhir moral action yaitu
ginan. perbuatan atau tindakan moral sebagai outcome
Berdasarkan paparan teori tersebut diatas, dari dua komponen karakter sebelumnya. Untuk
dapat disimpulkan yang dimaksud dengan pen- memahami apa yang mendorong seseorang un-
didikan karakter adalah upaya menanamkan ka- tuk berbuat (act morally) maka harus dilihat dari
rakter melalui proses pembelajaran dan kegiatan kompetensi (competence), keinginan (will), dan
sekolah yang didasarkan pada nilai tertentu yang kebiasaan (habit).
dirujuk oleh sekolah, dimana nilai yang dimak-
sud adalah nilai kebaikan yang dapat diandalkan METODE
untuk menanggapi situasi secara bermoral (baik).
Menurut Lickona (2012), karakter me- Jenis penelitian yang digunakan adalah kua-
rupakan nilai operatif yaitu nilai yang menjadi litatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek
suatu kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar
diandalkan untuk menanggapi situasi yang ber- Swasta di wilayah Gunungpati. Data akan digali
moral (baik). Dalam hal ini karakter mempunyai dengan wawancara mendalam, adapun pertanya-
tiga komponen, yaitu pengetahuan moral, pe- an penelitian disusun berdasarkan komponen ka-
rasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang rakter menurut Lickona (2012) yang mencakup
baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, men- tiga komponen, yaitu moral knowing, moral fee-
ginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang ling, dan moral acting. Wawancara dibagi dalam
baik. Ketiga hal ini akan membentuk kedewasaan dua tahap. Pertama, wawancara dengan menggu-
moral. nakan pertanyaan terbuka dilakukan secara ber-
Adapun komponen moral yang digunakan kelompok dalam forum Focused Group Discus-
dalam penelitian ini adalah pengetahuan moral, sion (FGD). FGD dilaksanakan selama kurang
perasaan moral, dan tindakan moral (Lickona, lebih 1 jam pada pada tiga kelompok guru, ma-
2012). Secara terperinci, pengetahuan moral sing-masing kelompok bernaggotakan 7 orang.
mengeksplorasi area kognitif individu, oleh se- Total jumlah subjek dalam penelitian ini pada
bab itu area yang “digarap” oleh pengetahuan tahap awal adalah 21 orang (11 orang guru dari
moral mencakup aspek kesadaran moral, pen- sekolah dasar umum dan 10 orang guru dari seko-
getahuan nilai moral, penentuan perspektif, pe- lah dasar swasta berbasis keagamaan). Dalam fo-
mikiran moral, pengambilan keputusan, dan rum FGD setiap subjek akan menjawab pertanya-
pengetahuan pribadi. Melengkapi aspek kognitif, an yang sama, yang dilontarkan oleh moderator.
perasaan moral sebagai bagian dari eksplorasi ra- Selanjutnya jawaban akan dikelompokkan berda-
nah afektif mencakup aspek mendengarkan hati sarkan tema-tema yang sejenis, selanjutnya untuk
nurani, meningkatkan harga diri, meningkatkan mengelaborasi jawaban dari subjek, dilakukan
kemampuan berempati, mencintai hal yang baik, wawancara individual secara lebih mendalam

3
Nuke Martiarini/ Intuisi jurnal psikologi ilmiah 8 (1) (2016)

pada 8 subjek (4 dari sekolah umum, dan 4 dari yang sangat ditekankan oleh para guru. Dalam
sekolah berbasis keagamaan). Sebelum dianalisis, rangka mempertahankan sikap dan perilaku baik
terlebih dahulu data akan dicek keabsahannya yang sesuai dengan budaya lokal, maka subjek
dengan menggunakan triangulasi sumber. Data dalam hal ini adalah para guru bersepakat bahwa
dari hasil FGD dan wawancara individual ke- penggunaan bahasa Jawa halus atau krama inggil
mudian dianalisis secara induktif sehingga akan sebetulnya cukup efektif untuk melatih siswa su-
diperoleh nilai-nilai karakter seperti apa yang di- paya dapat berperilaku sopan dan hormat kepada
pahami oleh guru SD, baik negeri maupun swa- orangtua dan guru. Subjek berpendapat bahwa
sta yayasan keagamaan. Hasil dan Pembahasan lunturnya kebiasaan berbahasa jawa halus akan
mempengaruhi menurunnya kemampuan sis-
HASIL DAN PEMBAHASAN wa untuk berperilaku sopan. Namun persoalan-
nya adalah, pelajaran bahasa Jawa sampai saat
Berdasarkan hasil diskusi dengan para ini hanya dimaknai sebagai materi yang hanya
guru mengenai bagaimana gambaran pendidikan disampaikan di kelas saja, kurang dapat menji-
karakter yang telah dilaksanakan di sekolah dasar wai kehidupan di sekolah.
dan permasalahan yang ada, berikut adalah pa- 3. Kejujuran
paran tema-tema yang diperoleh selama proses Adanya tindak ketidakjujuran tampaknya
penelitian : sudah mulai muncul pada siswa sekolah dasar.
1. Visi dan misi sekolah menggambarkan Temuan penelitian menunjukkan ada beberapa
nilai karakter yang hendak dicapai. siswa pada dua sekolah yang pernah tertangkap
Keseluruhan subjek (guru sekolah dasar basah mencuri. Bukan mencuri barang yang
umum maupun yayasan agama) menyatakan mahal dan besar, sebaliknya hanya mengambil
bahwa nilai-nilai karakter siswa yang hendak di- makanan di kantin, mengambil peralatan tulis
capai tampak dalam visi misi sekolah. Baik seko- milik teman, dan menyembunyikan barang milik
lah umum maupun swasta menunjukkan bahwa teman untuk kemudian ia miliki sendiri. Disam-
nilai yang hendak dicapai adalah menjadikan ping itu aksi ketidakjujuran juga tampak pada
siswa didik cerdas dan beriman kepada Tuhan anak yang sudah mulai berani untuk bolos se-
YME. Secara konkrit perwujudan upaya menca- kolah dengan menyampaikan alasan yang tidak
pai keimanan kepada Tuhan, baik sekolah umum sebenarnya (membuat surat ijin palsu), yang se-
maupun sekolah swasta kedua menananmkan telah dicek ke rumah yang bersangkutan ternyata
kebiasaan baik yaitu melakukan doa pagi dan alasan yang dibuat oleh siswa tidak sesuai dengan
siang hari sebelum pulang sekolah. Perbedaan kondisi sebenarnya. Aksi ketidakjujuran ini dite-
yang mencolok adalah, bahwa pada sekolah mukan pada kedua sekolah, meskipun jumlah
swasta berbasis keagamaan, kegiatan ibadah jauh siswa yang melakukannya tidak banyak. Adapun
lebih banyak, dengan harapan siswa tidak hanya siswa yang berani bertindak tidak jujur adalah sis-
pandai secara akademik tetapi juga pandai secara wa kelas 5 dan 6.
keagamaan, sehingga beban siswa dua kali lebih Kejujuran adalah salah satu sifat yang di-
banyak daripada siswa umum karena target kea- tanamkan oleh pihak sekolah kepada para siswa-
gamaan yang hendak dicapai lebih banyak pula. nya. Baik di sekolah umum maupun di sekolah
2. Bahasa Jawa Krama, sopan san- yang berbasis keagamaan, kejujuran ternyata
tun, dan menghormati yang lebih tua. menjadi satu akhlak yang urgent untuk dikem-
Latar belakang budaya subjek penelitian bangkan pada siswa. Mengingat kemajuan jaman
adalah budaya Jawa, sesuai dengan latar belakang dan teknologi yang seringkali justru memicu indi-
budaya mayoritas siswa didik. Adanya kesamaan vidu untuk berbuat tidak jujur. Menurut penutu-
budaya akan mempermudah proses penyampaian ran dari subjek di sekolah umum, adanya penga-
materi di sekolah. Bahkan kebiasaaan-kebiasaan ruh “budaya kota” yang dibawa oleh perguruan
baik yang dikembangkan di sekolah juga sangat tinggi negeri setempat juga tidak hanya memba-
dipengaruhi oleh budaya setempat. Kebiasaan wa pengaruh positif, melainkan juga membawa
menghormati orang yang lebih tua secara hie- pengaruh negatif khususnya pada masyarakat
rarkis masih sangat kental di daerah pedesaan. yang tidak siap dengan kemajuan ilmu dan tek-
Bagaimana tata krama dan sopan santun sangat nologi. Dengan alasan inilah subjek berpendapat
dijaga, tidak menyakiti terutama dengan orang bahwa siswa harus mempunyai sifat jujur agar
yang lebih tua adalah hal yang sangat penting. kelak dapat survive dalam keadaan apapun, da-
Kebiasaan baik seperti mencium tangan guru, sa- lam kompetisi sehebat apapun.
ling menyapa dan berperilaku sopan adalah hal

4
Nuke Martiarini/ Intuisi jurnal psikologi ilmiah 8 (1) (2016)

4. Peduli dan menyayangi sesama lanjut, subjek menyampaikan bahwa sekolah su-
Persoalan menyayangi sesama teman me- dah mempunyai program terkait kesadaran dan
rupakan hal yang menjadi perhatian para subjek kepedulian siswa akan lingkungan dan didukung
penelitian. Berkembangnya teknologi menurut oleh Perguruan Tinggi setempat yang memang
peuturan subjek juga membawa dampak negatif mempunyai misi konservasi.
terkait dengan kemampuan siswa untuk peduli 5. Pentingnya guru memberi contoh
dengan keadaan teman. Kebiasaan baik supaya Subjek penelitian dalam hal ini adalah
siswa terus peduli dan sayang dengan sesama guru SD menunjukkan minat yang cukup besar
teman adalah dengan cara, guru membiasakan terkait pengembangan diri. Sebagai guru para
untuk bertanya tentang keadaan siswa melalui subjek menyadari betul bahwa terbentuknya ka-
teman dalam satu kelas kemudian guru memper- rakter yang baik pada siswa tidak lepas dari tela-
cayakan kepada siswa untuk menyusun rencana dan. Oleh sebab itu guru merasa bahwa supaya
menjenguk (jika ada teman yang sakit) atau apa- semangat tetap “terjaga” perlu ada reward yang
pun, sehingga perhatian tidak hanya langsung jelas. Selanjutnya untuk semakin meningkatkan
dari guru tetapi guru juga menstimulasi siswa kemampuan perlu ada pelatihan pengembangan
untuk memberikan perhatian secara langsung ke- diri, baik terkait peningkatan strategi mengajar
pada temannya. Selanjutnya, bentuk kepedualian maupun materi-materi psikologis yang penting
dan kasih sayang juga tidak hanya dikembangkan untuk memahami kondisi psikologis anak. Ada-
kepada sesama teman dan manusia, tetapi juga pun secara fisik, pemenuhan fasilitas untuk anak
dengan lingkungan. Dalam hal ini data mun- didik maupun guru juga hendaknya diperhatikan.
cul dari subjek penelitian yang merupakan guru Apabila fasilitas sudah diberikan, maka sistem
sekolah umum. Subjek menyampaikan bahwa kontrol jangan sampai dilupakan, mengingat bu-
penting bagi siswa untuk mencintai lingkungan, daya yang ada biasanya ketika fasilitas terpenuhi
karena hijau dan bersihnya lingkungan membe- seringkali lupa bahwa ada target-target yang ha-
rikan sumbangan yang cukup besar terhadap kes- rus dipenuhi. Oleh sebab itu sistem kontrol juga
ehatan dan kelangsungan hidup manusia. Lebih harus dibangun dengan jelas, secara hierarkis.

Gambar 1. Rangkaian tema pendidikan karakter yang menurut para subjek (guru SD)

Anda mungkin juga menyukai