Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan penulis
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
berkat-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dari mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dengan judul “Implementasi
Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang telah membimbing penulis dalam menulis makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jimbaran, 2 Desember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu system yang mengatur dan mengemban misi yang cukup
luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pengembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social sampai kepada masalah kepercayaan atau
keimanan. Hal ini menunjukan bahwa perguruan tinggi sebgai suatu lembaga pendidikan
formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi
pendidikan tersebut. Terlebih lagi jika hal tersebut dikaitkan dengan perubahan zaman
dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak dalam berfikir dan bersikap.
Dewasa ini pendidikan karakter pada anak sangat kurang. Hal ini dapat dirasakan
dengan semakin banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para mahasiswa yang
menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan saat berlalu lintan, dan masih banyak yang
lainnya. Hal ini ditambah lagi dengan lemahnya hukum di Indonesia. Pendidikan karakter
sebaiknya ditanamkan dalam diri anak pada usia dini karena sesuatu yang sudah dibiasakan
secara kecil. Hal tersebut akan menjadi penentu sikap anak kelak supaya tidak ikut-ikutan
gaya atau tindakan yang berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran serta budi pekerti yang
luhur.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembahkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan nasional tersebut dijelaskan
bahwa Pendidikan di setiap jenjang, termasuk di perguruan tinggi harus diselenggarakan
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hal di
atas puu;a , secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana dan prasarana, kegiatan,
pendidikan, serta kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti
generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan
seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan hardskill saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain atau softskill. Penelitian ini
menggungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan 20 persen oleh hardskill sedangkan 80

1
persenya ditentukan oleh softskill. Hal tersebutlah yang mendasari penulis membuat
makalah ini agar pembaca dapat mengetahui pentingnya pendidikan karakter di perguruan
tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana implementasi pendekatan asimilatif Pendidikan karakter di perguruan
tinggi?
1.2.2 Apakah strategi implementasi pendidikan karakter efektif dalam pembentukan
karakter pada perguruan tinggi?
1.2.3 Apa saja evaluasi dan pembinaan pendidikan karakter yang dapat diterapkan pada
perguruan tinggi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui implementasi pendekatan asimilatif Pendidikan karakter di
perguruan tinggi
1.3.2 Untuk mengetahui strategi implementasi pendidikan karakter efektif dalam
pembentukan karakter pada perguruan tinggi
1.3.3 Untuk mengetahui evaluasi dan pembinaan pendidikan karakter yang dapat diterapkan
pada perguruan tinggi
1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah pengetahuan tentang implementasi pendekatan asimilatif Pendidikan
karakter di perguruan tinggi
1.4.2 Menambah pengetahuan tentang implementasi pendidikan karakter efektif dalam
pembentukan karakter pada perguruan tinggi
1.4.3 Menambah pengetahuan tentang evaluasi dan pembinaan pendidikan karakter yang
dapat diterapkan pada perguruan tinggi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan asimilatif

Menurut Syahroni (2012) Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman


nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of
school life to foster optimal character development”. Pendidikan karakter juga berpijak
dari karakter dasar manusia yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut)
yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule.
Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan Pendidikan
moral dan Pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang lebih baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik.
Adapun kriterianya adalah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh
budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari Pendidikan karakter
dalam konteks Pendidikan di Indonesia adalah Pendidikan nilai, yakni Pendidikan nilai-
nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda. (Ramli, 2001 dalam Halomoan, 2012).
Dalam implementasi Pendidikan karakter dalam perspektif budaya akademik,
Pendidikan karakter ini tidak ditempatkan berdiri sendiri, namun ditempatkan asimilatif.
Artinya Pendidikan karakter ini digabungkan dengan Pendidikan akademik
(keilmuan/ketrampilan) kemudian memberikan pemahaman baru. Adapun yang
dimaksud pemahaman baru di sini, yaitu jika lulusan perguruan tinggi ditempatkan
dalam dunia kerja, kemampuan intelektualitasnya bertumpu pada nilai-nilai dasar
karakter, yaitu jujur, cerdas, tangguh, peduli.
Di lingkungan dunia kerja, pada umumnya yang diperlukan seperangkat karakter
yang mampu masuk ke dalam suatu budaya organisasi. Budaya ini mengacu pada suatu
sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi
itu dengan organisasi lain. Beberapa contoh kaitan antara budaya organisasi dan
karakter antara lain:
No Orientasi Budaya Organisasi Karakter
1 Inovasi dan pengambilan risiko Kemampuan berinovasi dan keberanian untuk
mengambil risiko

3
2 Perhatian ke rincian Mempunyai kecermatan yang tinggi, mampu
melakukan analisis, mampu focus ke detail
3 Orientasi hasil Mempunyai kemampuan bekerja fisik, keuletan
pribadi
4 Orientasi orang Kemampuan untuk senantiasa berkeinginan
untuk berprestasi
5 Keagresifan Kemampuan membangun daya saing
6 Kemantapan Tidak responsive terhadap perubahan

2.2 Strategi Implementasi Pendidikan Karakter


Secara luas penerapan layanan pendidikan karakter di perguruan tinggi di
kelompokkan dalam tiga kegiatan pemberian layanan yaitu; 1) dalam pengembangan
kelembagaan dalam pembelajaran di0setiap mata kuliah, 2) dalam pengembangan
kurikuler dalam kegiatan kemahasiswaan dan dosen, 3) dalam pengembangan non-
kurikuler yaitu pengembangan budaya perguruan tinggi.
1. Pengembangan kelembagaan
Pengembangan kelembagaan ini dapat berupa pusat pengembangan psikologi.
Mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi terdiri dari bernacam daerah dan suku
bahkan bangsa dengan latar belakang yang sangat berbeda, sedangkan semua
mahasiswa akan mentransformasikan perilaku dan tindakannya ke dalam satu
perguruan tinggi, yang mempunyai nilai tersendiri. yang mungkin nilainilai itu
berbeda dengan nilai-nilai yang dimilki sebelumnya. Maka pusat layanan
pengembangan ini Sterategi Penerapan pendidikan karakter di PT Kelembagaan
Pengembangan nonkurikuler Pengembangan Kurikuler Layanan yang diberikan
Layanan yang diberikan Layanan yang diberikan 10 berfungsi mambantu
mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang berupa
penyaluran inspirasi, penyesuaian, perbaikan pengembangan perspektif persoalan
mahasiswa dalam bentuk layanan pendidikan, pengembangan individu,
penyesuaian diri, masalah belajar dan prilaku-prilaku yang menyimpang. Selain
dari hal di atas dapat dilakukan dengan pemberian beasiswa yang cenderung akan
membantu mahasiswa dalam menghadapi kesulitan dana dalam perkuliahan yang
dirahkan untuk kemartabatan dalam hal kejujuran, kecerdasan, ketangguhan dan
kepedulian anak bangsa.

4
2. Pengembangan kurikuler
Maksud dari pengembangan kurikuler adalah pengembangan akademik yang
ada di dalam kurikulum berupa jujur, tangguh, cerdas dan peduli. Kesemuanya
terintegrasi ke dalam kegiatan muatan karakter dalam setiap mata kuliah, gerakan
anti menyontek, gerakan anti plagiat, dan khusus dibuat mata kuliah
pengembangan karakter.
a. Penetapan muatan ke dalam setiap mata kuliah
Pendidikan karakter harus melekat pada setiap mata kuliah dengan
menanamkan unsur-unsur yang runtun dimulai dari unsur tersetruktur, logis,
runtut, analitik dan dapat digunakan dalam kekuatan berpikir atau memiliki
pola pikir seperti apa yang termuat dalam mata pelajaran itu sendiri. Sehingga
hal ini akan mampu mengisi perilaku mahasiswa untuk berpikir terstruktur,
logis, sistimatis, runtut, analitik dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Gerakan anti menyontek
Bagi mahasiswa yang menyontek perlu mendapatkan sangsi yang tegas,
misalnya dalam ujian kenaikan tingkat/semesteran, ujian program sarjana
ataupun dalam bentuk tes lainnya. Kejujuran perlu ditegakkan dengan tegas
dalam suatu program, jurusan ataupun fakultas dan perguruan tinggi, ini
merupakan kunci keunggulan sebuah universitas.
c. Gerakan anti plagiat
Plagiat merupakan hal berbentuk menyalin karya orang lain atau karya
orang lain diakui sebagai karyanya sendiri. Seorang mahasiswa dalam suatu
program studi di perguruan tinggi akan menyelesaikan studinya dan akan
menulis karya ilmiah berupa skripsi, tesis ataupun desertasi, hal ini sangat
perlu dipertanyaan hasil tulisan dari mahasiswa yang akan menyusun atau
menyelesaikan studinya. Bila ternyata hal ini terjadi plagiat pada karya
mahasiswa, maka wajib mahasiswa tersebut dikeluarkan dari perguruan
tinggi.
d. Mata kuliah khusus pengembangan karakter
Kita yakin apabila pengembangan karakter dengan rincian yang terjabar
dalam pendidikan karkter diformalkan atau diprioritaskan dalam
penerapannya melalui kegiatan mata kuliah, kegaitan kemahasiswaan dan
kegiatan kelembagaan, maka karakter mahaisiswa akan terbentuk dengan
baik. (jujur, cerdas, tangguh dan peduli).
5
3. Pengembangan non-kurikuler
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sumber dalam pengembangan kegiatan non-
kurikuler di lingkungan pendidikan tinggi, kegiatan ini berupa kegiatan
ekstrakurikuler, ko-kurikler atau dalam kegiatan kemahasiswaan baik yang
mendapat pendanaan dari DIKTI maupun pendanaan yang usahakan mahasiswa
sendiri. Kesemua kegiatan ini diwajibkan untuk memasukkan nilai-nilai dasar
karakter.
Dengan menerapkan 3 strategi implementasi pendidikan karakter ini akan membantu untuk
mendidik karakter pada perguruan tinggi. Jika strategi ini dilaksanakan dengan seimbang maka
karakter akan terbentuk dengan baik, namun ketika ketiga hal ini dilaksanakan hanya sebagian
maka tidak efektif untuk menciptakan karakter yang sesuai dengan perguruan tinggi yaitu
karakter yang jujur, cerdas, tangguh, peduli, berpikir logis, sistematis, dan sebagainya.
Dukungan dalam diri mahasiswa juga menjadi kunci agar strategi ini efektif dengan
menanamkan niat untuk berubah menyesuaikan dengan karakter pada perguruan tinggi, serta
tekun dalam mengikuti alur dari strategi yang telah dilakukan. Dengan melakukan hal ini
karakter di perguruan tinggi akan melekat pada diri mahasiswa sehingga karakter-karakter
yang dibawa sejak sekolah menengah akan berangsur menghilang dan digantikan dengan
karakter yang lebih baik.

2.3 Metode Evaluasi dan Bimbingan Pendidikan Karakter


1. Metode Lesson Study
Bentuk kegiatan yang dilakukan dosen dengan membentuk mahasiswa
berkelompok untuk memecahkan suatu masalah, dosen merancang kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.
Disamping itu dilakukan refleksi bersama dosen lain dengan diskusi para dosen sebagai
pengamat dengan tujuan menyempurnakan proses pembelajaran, titik berat pembahasan
terletak pada jenis 19 pengamatan pihak yang terlibat dalam bekerja sama mengenai
cara belajar mahasiswa, waktu belajar, saat mahasiswa bosan mendapatkan pelajaran,
ketika mampu is menjelaskan kepada teman lainya. Selain itu dosen menyaksikan
praktek pembelajaran di kelas dan dapat mengembangkan pemahaman tentang
pengetian pembelajaran efektif dengan mahasiswa. Akhirnya mahasiswa dapat
memahami, mengerti dan dapat melakukan yang baik, inilah pendidikan karakter,
artinya mahasiswa bukan hanya diarahkan untuk sekedar memahami pelajaran tetapi
juga dapat mengaplikasikannya dalam tindakan yang nyata.

6
2. Metode Live In
Metode yang digunakan dengan melibatkan mahasiswa dalam kehidupan nyata
di lapangan, mahasiswa diberikan kesempatan 20 untuk hidup bersama masysrakat
dalam tempo waktu cukup lama (KKN), sehingga mahasiswa merasakan kehidupan
nyata di masyarakat. Tujuan lain agar mahasiswa mampu mengatasi berbagai persoalan
secara mandiri dalam kondisi yang terbatas, dan mampu memproyeksi mimpi
dikemudian hari dan sekaligus tumbuh menjadi manusia yang berkarakter positif.
3. Metode Uswah
Uswah artinya keteladanan. Keteladanan merupakan metode yang efektif dan
efisien, karena mahasiswa cenderung meneladani /meniru dosenya. Selain itu
keteladanan juga dapat ditunjukan dalam prilaku dan sikap dosen dan tenaga
kependidikan dalam memberikan contoh, tindakantindakan yang cepat. Metode uswah
harus dikondisikan sebagai pendukung dalam setiap mata pelajaran.
4. Metode pembinaan
Pembinaan adalah sesuatu yang disengaja dilakukan dan berulangulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan
pengalaman, karena yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Inti dari
kebiasaan adalah pengalaman. Pembiasaan menempatkan individu sebagai sesuatu yang
istimewa.. Metode ini sangat efektif dalam rangka membina karakter dan keperibadian
untuk menjadi mahasiswa yang terpuji, jujur, disiplin, tanggung jawab, bekerja keras,
ihlas dan berahlak mulia.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam implementasi Pendidikan karakter ditempatkan asimilatif yang artinya Pendidikan
karakter ini digabungkan dengan Pendidikan akademik (keilmuan/ketrampilan) kemudian
memberikan pemahaman baru. Dengan menerapkan 3 strategi implementasi pendidikan
karakter ini akan membantu untuk mendidik karakter pada perguruan tinggi. Adapun
metode yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi Pendidikan karakter, yaitu metode lesson
essay, metode live in, metode uswah, dan metode pembinaan.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebaiknya pendidikan karakter diberikan sejak dini
sehingga untuk menanamkan pendidikan karakter pada perguruan tinggi tidak
membutuhkan hal ekstra agar karakter tersebut dapat ditanamkan oleh mahasiswa.

8
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai