Revisian Makalah
Revisian Makalah
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengantar Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan
jelas jalan pikirannya. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif. Demikian
Juga halnya dengan kemampuan menulis. Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang
diwariskan secara turun-temurun, tetapi merupakan hasil proses belajar dan ketekunan berlatih.
Kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan membaca. Penulis yang baik, biasanya Juga
pembaca yang tekun. Dalam menuangkan gagasan atau pikiran, juga mampu menghubung-
hubungkan kalimat dengan kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu menyatakan
kesatuan yang diikat oleh struktural bahasa dan kesatuan secara logis. Dalam tulis-menulis atau
karang-mengarang, ikatan itu dilahirkan dalam bentuk paragraf. Menuangkan buah pikiran
secara teratur dan terorganisasi ke dalan sebuah tulisan sehingga pembaca dapat mengikuti dan
memahami jalan pikiran seseorang tidaklah mudah. Banyak orang yang masih berbicara namun
kurang mampu menuangkan idenya secara tertulis.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut,
mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai
kepada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk
membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek
(singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu ide mulai dan berakhir.
Kita akan kepayahan membaca sebuah buku, kalau tidak ada paragraf, karena seolah-olah kita
dicambuk untuk membaca terus-menerus sampai selesai. Kitapun sulit mengonsentrasikan
pikiran dari suatu gagasan ke gagasan lain. Dengan adanya paragraf dapat berhenti sebentar,
sehingga kita dapat mengadakan konsentrasi pikiran tentang tema yang terkandung di dalamnya.
Macam-macam paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu: 1) Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan
diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta
sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka
ini jangan terlalu panjang supaya tidak membosankam, 2) Paragraf penghuhung masalah yang
akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Jadi paragraf penghubung berisi inti
persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, antara paragraf dengan paragraf harus saling
berhubungan secara logis, 3) Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf
ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung, dapaf juga paragraf penutup berisi penegasan
kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung. Paragraf penutup
yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun tidak berarti
paragraf ini dapat tiba-tiba diputus kan begitu saja. Jadi, seorang penulis harus dapat menjaga
perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.
Pembentukan paragraf sama halnya dengan kalimat, paragraf yang baik harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, syarat-syarat ialah seperti:
1) Kesatuan tiap paragraf hanya mengandung satu pilkiran atau satu tema. Fungsi paragraf
adalah mengembangkan tema tersebut. Oleh sebab itu dalam pengembangannya tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan tema atau pikiran tersebut.
Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, tiap paragraf hanya boleh mengandung satu
tema atau satu pikiran utama. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan
pokok atau temanya,
2) Koherensi syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau
kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-
masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan
timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa
hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur
akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada
hubungan antara kalimat dengan kalimat.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui paragraf yang mana saja terjadi kesalahan dari makalah yang dibahas.
2. Untuk mengetahui Mengapa paragraf tersebut dikatakan salah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesalahan Pertama
“Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah tersedianya ruangan khusus
untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian kenseling, informasi yang disampaikan
kepada pasien harus lengkap dan jelas, yaitu cara pakai obat, efek samping obat, indikasi,
kontraindikasi, dosis, interaksi obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan menyusui.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari apoteker itu
sendiri, perubahan masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker dapat
melaksanakan layanan konseling kepada pasien dengan baik.”
Paragraf tersebut tidak mengandung unsur kesatuan. Hal tersebut karena kata yang dicetak
miring tidak dapat mendukung kalimat sebelumnya.
Perbaikan yang dilakukan untuk menjadikan paragraf ini memiliki satu kesatuan adalah dengan
menambahkan kalimat yang dapat didukung oleh kalimat yang dicetak miring, seperti
penambahan tentang apa saja kendala-kendala saat melakukan konseling.
Perbaikan:
Syarat agar pelaksanaan konseling bisa berjalan dengan baik adalah tersedianya ruangan khusus
untuk melakukan konseling, efektivitas pemberian kenseling, informasi yang disampaikan
kepada pasien harus lengkap dan jelas, yaitu cara pakai obat, efek samping obat, indikasi,
kontraindikasi, dosis, interaksi obat, mekanisme aksi, penggunaan ibu hamil dan menyusui.
Adapun kendala yang sering terjadi saat konseling adalah kendala yang berasal dari tenaga
farmasi dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukan sikap yang tidak memberikan
perhatian dan tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, cara berbicara yang tidak sesuai
(terlalu keras, seriing mengulang suatu kata ), menggunakan istilah yang terlalu teknis yang tidak
dipahami pasien, sikap dan gerakan badan yang tidak sesuai yang dapat mengganggu konsentrasi
pasien, sedikit atau terlalu banyak melakukan kontak mata dengan pasien. Untuk mengatasi
kendala-kendala yang terjadi diperlukan suatu perubahan dari apoteker itu sendiri, perubahan
masing-masing apoteker sangat diperlukan agar apoteker dapat melaksanakan layanan konseling
kepada pasien dengan baik.
PENUTUP