Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

UJI EFEKTIFITAS ANTIDIABETES GRANUL EFERVESCENT EKSTRAK


BIJI ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) DAN DAUN WUNGU
(GRAPTOPHYLLUM PICTUM (L.) GRIFF). TERHADAP MENCIT SWISS
WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN
“disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian
Program Studi Sarjana Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achma Yani”

Dosen Pengampu:

Soraya Riyanti, S.Si., M. Si., Apt.

Disusun Oleh:
Ala Ahdiyani
3311171003
A
PROGRAM STUDI SARJANA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini, penyakit Diabetes mellitus (DM) menjadi salah satu penyebab
kematian secara global, Diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang sedang
menjadi banyak perbincangan, data dari World Health Organization (WHO), menunjukan
bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta
(70%) disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Di negara-negara dengan tingkat
ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang
berusia kurang dari 60 tahun 29% disebabkan oleh PTM. Sedangkan di negara maju,
menyebabkan 13% kematian.
Diabetes mellitus ialah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
ancaman utama bagi kesehatan manusia di abad 21. Pada tahun 2011 penderita
diabetes dunia telah mencapai 366 juta orang dan diperkirakan akan meningkat
dua kali lipat pada tahun 2030. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013 yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa diabetes mellitus
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yaitu sebesar 1,5% (KemenKes
RI, 2014).
DM terbagi menjadi dua tipe yaitu diabetes tipe I (Insulin Dependent Diabetes
Melitus) dan diabetes tipe II (Insulin Independent Diabetes Melitus). DM tipe I dapat
didefinisikan sebagai tipe diabetes yang tergantung pada insulin. Dibetes tipe I ini sel
pankreasnya mengalami kerusakan sehingga sel-sel β-pankreas tidak dapat
menseksresikan insulin atau jika dapat mensekresi insulin, maka insulin yang
disekresikan hanya berjumlah sedikit. Kerusakan pada sel-sel β-pankreas disebabkan
adanya peradangan, karena hal inilah penderita DM tipe I selalu bergantung pada adanya
insulin.
Berbeda dengan DM tipe I, DM tipe II merupakan tipe diabetes yang tidak
tergantung pada insulin. Hal ini terjadi bukan karena sel β-pankreas
yang rusak namun karena jumlah insulin yang dihasilkan menurun. Penurunan tersebut
disertai defisiensi insulin hingga resistensi insulin (Murray 2003).
Salah satu obat herbal/tradisional yang bermanfaat sebagai antidiabetes adalah
tanaman Alpukat (Persea Americana Mill) yang secara empiris, bagian tanaman alpukat
yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Sedangkan
untuk pemanfaatan biji alpukat masyarakat belum banyak yang mengetahui khasiat yang
dimiliki oleh buji alpukat, Biji alpukat mengandung senyawa golongan polifenol,
flavonoid, triterpenoid dan tanin (Marlinda, 2012; Krishna, 2008), yang memiliki
aktivitas sebagai antiidiabetes. Selain alpukat terdapat tanaman lain yang sama memiliki
khasiat sebagai antidiabetes yaitu daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff).
Efektivitas antidiabetes dari granul efervescent ekstrak biji
alpukat dan daun wungu secara in vivo pada mencit swiss webster jantan yang diinduksi
dengan aloksan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang akan
dijadikan bahan penelitian selanjutnya

1.2.1. Apakah granul effervescent campuran biji alpukat (persea americana mill)
dan daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff).memiliki efektivitas
antidiabetes?

1.2.2. Pada dosis berapa biji alpukat (persea americana mill) dan daun wungu
(Graptophyllum pictum (L.) Griff) dapat menurunkan kadar gula darah?

1.2.3. Bagaimana mekanisme kombinasi dari biji alpukat (persea americana mill)
dan daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff).untuk menurunkan kadar gula
darah?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Menentukan efektivitas granul efervescent campuran ekstrak biji alpukat
dan daun wungu sebagai antidiabetes pada terhadap mencit swiss webster jantan
yang diinduksi aloksan
1.3.2. Mengetahui pada dosis berapa biji alpukat dan daun wungu dapat menurunkan
kadar gula darah
1.3.3. Mengetahui mekanisme kerja dari kombinasi biji alpukat dan daun wungu
sebagai antidiabetes
1.4. Keaslian Penelitian
Berikut ini penelitianpenelitian sebelumnya yang membedakan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti tercantum pada Tabel 1.1
berikut ini:

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Kategori Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan

Menentukan efektivitas granul Menentukan efektivitas granul


efervescent campuran ekstrak biji efervescent campuran ekstrak biji
alpukat alpukat dan daun wungu sebagai
dan daun salam sebagai antidiabetes antidiabetes pada terhadap mencit
pada tikus putih jantan Sprague swiss webster jantan yang diinduksi
Dawley yang diinduksi aloksan. aloksan
Tujuan Mengetahui mekanisme kerja dari
kombinasi biji alpukat dan daun
wungu sebagai antidiabetes
Mengetahui pada dosis berapa biji
alpukat dan daun wungu dapat
menurunkan kadar gula darah
Desain penelitian

Instrument
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Masalah


2.1.1 Tanaman Alpukat
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill

Alpukat (Persea Americana Mill) baik daging, buah dan daunnya memiliki
kandungan kimia seperti saponin, alkaloida, dan flavonoid, selain itu juga buah
mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol, quersetin, (Yuniarti,
2008). Biji alpukat mengandung 13,6% tanin, 13,25% amilum. Tanin atau asam
tanik atau gallotani, biasa disebut juga coritagen, yang terkandung dalam biji
alpukat mempunyai kemampuan sebagai astringen yang dapat mengendapkan
protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang
melindungi usus, sehingga menghambat absorpsi glukosa dan laju peningkatan
glukosa darah (Anggraeni, 2006).

Gambar 1. Biji alpukat


2.1.2 Tanaman Wungu
Daun Wungu Tanaman Wungu berasal dari Irian dan Polynesia, dapat ditemukan
dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.250 m dpl. Perdu atau pohon
kecil, dengan tinggi 1,5-3 m, batang berkayu. Kulit dan daun berlendir dan baunya kurang
enak. Cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan beruas rapat. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang, bulat telur sampai lanset, ujung dan
pangkal runcing, tapi bergelombang, pertulangan menyirip, panjang 8-20 cm, lebar 3-13
cm, permukaan atas warnanya ungu mengilap. Bunga majemuk, keluar diujung batang,
tersusun dalam rangkaian berupa tandan yang panjangnya 3-12 cm, warnanya merah
keunguan. Buahnya buah kotak, bentuknya lonjong, warnanya ungu kecoklatan. Biji
kadang-kadang 2, bentuknya bulat, warnanya putih. Tumbuhan wungu sering ditemukan
tumbuh liar di pedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Tumbuh
baik pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari, dengan iklim kering atau
lembap.
Ada tiga varietas, yaitu berdaun ungu, berdaun hijau dan belang-belang putih. Yang
digunakan sebagai obat adalah varietas berdaun ungu yang dinamakan
Graptophyllumpictum (L.) Griff.
Sistematika (taksonomi) tumbuhan wungu diklasifikasikan berasal dari kingdom
Plantae, dari divisi Spermatophyta, berkelas Dicotyledonae, juga berasal dari ordo
Tubiflorae, dari famili acanthaceae, genus dari tanaman ini adalah Graptophyllum,
spesiesnya raptophyllum pictum serta biasa disebut dengan daun wungu. Tanaman ini
memiliki nama sinonim : Graptophyllum hortense. Nees. Daun tumbuhan ini
mengandung alkaloida yang tidak beracun,
Gambar 2. Daun wungu

2.1.3 Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus (DM) adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai
oleh hiperglikemia maupun abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Hal tersebut dapat terjadi karena penurunan sekresi insulin,
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya. (DiPiro, et al., 2009).
Berdasarkan etiologinya, diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori yang diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena destruksi sel β pankreas
sehingga terjadi defisiensi insulin absolut (DiPiro, et al., 2009).
2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan karena sel-sel sasaran insulin tidak
mampu merespon insulin secara normal atau biasa disebut resistensi
insulin. Selain itu juga dapat terjadi karena gangguan defisiensi insulin
relatif (DiPiro, et al., 2009).
Terapi Diabetes Mellitus :
1. Non farmakologi
A. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada
diabetes adalah:
a) Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal
c) Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d) Meningkatkan kualitas hidup.
B. Olahraga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah
tetap normal. Prinsipnya, tidak perlu olahraga berat, olahraga ringan asal
dilakukan secara teratur pengaruhnya akan sangat bagus bagi kesehatan.

Beberapa contoh olahraga yang disarankan, antara lain jalan atau lari
pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga akan
memperbanyak jumlah penggunaan glukosa (Ditjen Bina Farmasi dan
Alkes, 2005).

2. Farmakologi
A. Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel β pankreas dalam
merespon glukosa. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas
dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu
transport glukosa dari darah ke dalam sel.

B. Obat Antidiabetik Oral


a) Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh
perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. (Ditjen Bina
Farmasi dan Alkes, 2005).
b) Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga
menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga
layak diberikan pada penderita yang overweight (Ditjen Bina Farmasi
dan Alkes, 2005)

c) Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas
dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan
meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati,
sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot
meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel β pankreas.
Contoh: Pioglitazone, Troglitazon.

d) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase


Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin. Contoh: Acarbose (Tjay dan Rahardja, 2002).
2.1.4 Granul Efervescent
Granul efervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali
dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari
campuran natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat yang bila ditambahkan
dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2)
sehingga menghasilkan buih. Granul efervescent sangat cocok untuk produk dengan
rasa yang pahit dan asin karena dapat menutupi rasa tersebut (Ansel, 1989). Pada
dasarnya bahan tambahan dalam pembuatan granul efervescent harus bersifat netral,
tidak berbau dan tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voight,1984).

2.1.5 Simplisia dan Metode Ekstraksi


Simplisia adalah bentuk jamak dari simplex yang berasal dari
kata simple, yang berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk
menyebut bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau
belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan
tentang simplisia sebagai berikut: simplisia adalah bahan alami yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
Ekstraksi adalah suatu metode yang digunakan dalam proses pemisahan
suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah pelarut/solven.
Prinsip metode ekstraksi adalah perpindahan masa komponen zat kedalam pelarut,
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut (Maulida dan Zulkarnaen, 2010). Salah satu metode
ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah infus dan perebusan karena
pengerjaannya yang mudah yaitu dengan cara pemanasan menggunakan pelarut
aqua destilata.
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada penanggas air mendidih dalam suhu
96oC -98oC selama waktu 15- 20 menit (Depkes, 2000).
2.1.6 Karakteristik Fitokimia Ekstrak Kering Biji Alpukat dan Daun Wungu
Uji fitokimia berdasarkan hasil yang dilakukan Helpida (2016). Ekstrak biji
alpukat dan daun wungu positif mengandung flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin yang
berfungsi sebagai sumber antioksidan sehingga kedua ekstrak memiliki potensi sebagai
antioksidan.
Tabel 1. Pengujian kualitatif fitokimia ekstrak biji alpukat dan daun wungu
Sampel Golongan senyawa
flavonoid alkaloid saponin Tannin
Ekstrak kering
biji alpukat + + + +
Ekstrak kering
daun wungu + + - +

2.1.7 Aloksan
Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin, 5,6-dioksiurasil) merupakan senyawa
hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paruh aloksan pada suhu 37°C dan pH netral
yaitu 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai
diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan
subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kgBB sedangkan
intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (Nugroho, 2006).

2.1.8 Pengukuran Glukosa Darah


Prinsip pemeriksaan kadar gula darah adalah berdasarkan reaksi oksidasi
enzimatik yaitu sampel darah vena dalam reagen strip yang mengandung glukosa
oksidase (GOD) dan potassium ferrisianida. Gula darah didalam reagen strip
bereaksi dengan potassium ferrisianida sehingga terbentuk potassium ferosianida.
Banyaknya potassium ferosianida akan menghasilkan arus listrik yang dapat
dideteksi oleh alat dan kemudian diubah menjadi angka yang ditampilkan pada
layar (Etuk, 2010)
2.1.9 Mencit (Mus musculus) Galur Swiss-Webster
Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai
hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%.
Menurut Moriwaki dkk. (1994), berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang
biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis
dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Penampakan mencit laboratorium dapat
dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Mencit (Mus musculus) galur Swiss Webster (Sumber: Anonim,


2007)
Menurut Arrington (1972), kedudukan taksonomi dari mencit adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Sub-Ordo : Myoimorphia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental yang menggunakan mencit
jantan galur Swiss Webster.

3.1.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Prodi Sarjana Fakultas
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani..

3.2 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatan eksperimental yaitu
pengumpulan data berdasarkan hasil dari eksperimental yang dilakukan.

3.3. Teknik Pengolahan


3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat (persea americana
mill) dan daun wungu (graptophyllum pictum (l.) griff). Yang di dapat dari sekitar kampus
Universitas Jenderal Achmad Yani.

3.3.4 Pengolahan Sampel

Biji buah alpukat yang telah matang sebanyak 6 kg dibersihkan dan dicuci dengan
air yang mengalir sampai bersih lalu ditiriskan, Biji alpukat dipotong kecil - kecil dengan
alat pemotong membujur dengan tebal sekitar 2 mm untuk mempercepat pengeringan.
Potongan biji alpukat dikeringkan dengan oven pada suhu kurang lebih 50°C sampai
kering, simplisia yang telah dikeringkan kemudian dibersihkan kembali dari kotoran yang
mungkin tercemar pada saat proses pengovenan (sortasi kering). Simplisia
digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak menggunakan ayakan mesh 30. Sehingga
diperoleh serbuk. Simplisia disimpan dalam wadah tertutup rapat
(Helpida, 2016).

Daun wungu yang telah bersih dan bebas air pencucian diangin -
anginkan dilanjutkan pengeringan di dalam oven pada suhu 500C sampai kering,
lalu disortasi kembali dari kotoran yang mungkin tidak hilang saat pencucian.
Simplisia kering tersebut selanjutnya digrinder hingga menjadi simplisia serbuk
lalu diayak dengan ayakan mesh 30 lalu ditimbang untuk mendapatkan bobot
akhir simplisia, disimpan dalam wadah yang kering dan bersih.

3.3.5 Ekstraksi Sampel

Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat

Sebanyak 1 kg serbuk simplisia biji alpukat dimasukkan kedalam bejana


yang berisi 10 L air kemudian dipanaskan diatas kompor sampai mendidih selama
kurang lebih 45 menit atau sampai volume air 2,5 L, lalu disaring untuk kemudian
filtratnya dipisahkan (perlakuan pertama). Residu yang didapat kemudian
ditambahkan lagi air sebanyak 10 L dan diperlakukan sama seperti perlakuan
pertama sampai 4 kali perlakuan, maka didapatlah volume filtrat sebanyak 10 L
dengan konsentrasi 30 g/L (Koffi, et al., 2009, Helpida, 2016). Filtrat kemudian
dibuat ekstrak kering dengan Vaccum dryer sehingga didapat ekstrak kering.
Rendemen dihitung sebagai berikut.

Pembuatan Ekstrak Kering Daun wungu

Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode infus. Sebanyak 50 g serbuk


simplisia dimasukkan ke dalam panci dengan air 200 mL, kemudian dipanaskan di
atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil
sesekali diaduk atau sampai akuades tersisa setengah bagian. Infus diserkai selagi Bobot
awal tanaman segar x 100 % 11 panas melalui kain batis, filtrat dimasukkan kedalam labu
(perlakuan pertama), residu daun wungu ditambah lagi dengan 200 mL akuades,
selanjutnya dilakukan proses yang sama seperti perlakuan awal (Musyrifah dkk., 2012).
Filtrat cair yang diperoleh dikeringkan dengan vaccum dryer sehingga didapatkan ekstrak
kering.

3.3.6 Pembuatan Bahan Penginduksi


3.3.7 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Coba
3.3.8 Perlakuan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan Swiss Webster 20 ekor dengan
bobot ± 25 g berumur empat minggu. Mencit diaklimatisasi selama 1
minggu dalam kandang karantina Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani. Mencit jantan Swiss Webster 20 dibagi menjadi 4
kelompok secara acak (kontrol +, dosis 1, dosis 2 dan kontrol -) perlakuan masing-masing
5 ekor.

Kedua puluh ekor mencit percobaan tersebut dikandangkan secara terpisah


dengan jumlah mencit per-kandang 5 ekor. Semua kelompok mencit diberi
pakan pellet tipe BR512 dan minum secara ad libitum (tanpa batas). Penimbangan
berat badan dilakukan setiap hari. Pencucian box kandang dilakukan dua hari
sekali.

3.3.9 Pengukuran Tekanan Darah Hewan Uji


3.4 Instrument Penelitian

3.4.1 Alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik (And®), oven, autoklaf
(Memert®), Moisture Balance (AND MX 50®),tanur (Ney®), Vaccum dry
(Ogawa®), timbangan hewan, lemari pendingin, sonde oral, alat pengukur gula
darah atau glukometer Eassy Touch®, spuit atau alat suntik 1cc atau 2cc, sarung
tangan, masker, dan alat-alat gelas
3.4.2 Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah biji alpukat, daun wungu, aquadest, sukralosa,
laktosa, natrium bikarbonat,asam sitrat, asam tartrat,mencit jantan galur Swiss Webster,
pellet BR 512 dan sekam.
3.5 Analisis Data

Analisis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis uji
Kruskal Wallis karena salah satu parameter statistik parametrik tidak terpenuhi.
Kruskal Wallis yaitu analisis uji nonparametrik berbasis peringkat yang tujuannya
untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau
lebih kelompok variabel independen pada variabel dependen yang berskala data
numerik (interval/rasio) dan skala ordinal (Hollander,1999).
DAFTAR PUSTAKA
Menegristek, “Alpukat / Avokad (Persea americana Mill/Persea ratissima Gaerth),”
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, Jakarta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai