ASTHMA
Disusun Oleh
1. Tiyas Budi H 1711020019
2. Dewi Prihatin 1711020021
3. Putri Purnama 1711020044
4. Suryati 1711020045
5. M Dody Hamam 17110200
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari asma
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari asma
3. Untuk mengetahui etiologi dari asma
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari asma
5. Untuk mengetahui komplikasi dari asma
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari asma
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari asma
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan masih tetap merupakan
masalah bagi pasien, keluarga , dan bahkan pra klinisi dan peneliti asma. Mengacu pada data
epidemiologi amerika serikat pada saat ini diperkirakan terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari
seluruh populasi asma. Selain itu karena jumlahnya yang banyak, pasien asma anak dapat
terdiri dari bayi, anak dan remaja serta mempunyai permasalahan masing-masingdengan
implikasi khusu pada penatalaksanaannya. (Usma I, dkk. 2015)
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan
penyempitan saluran napas sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi,
sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari. (KemenKesRI.2018)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakhea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Manjoer, A, dkk. 2007)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari
hidung, pharing, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian
atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan
tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan
fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam
tubuh, mengasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam
tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi ( keluar
masuknya udara pernafasan), difusi ( pertukaran gas di paru-paru), transportasi (
pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi ( pertukaran gas di jaringa). Adapun kondisi
yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus
cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga
harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan
hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Anatomi dan fisiologi organ pernafasan
1. Hidung
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu
penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat,
bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut
nasopharing.
2. Pharing
Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing,
oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran
pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3. Laring
Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara
yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang rawan,
diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid yang khas pada pria, namun kurang
jelas pada wanita. Dibawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan
trakhea.
4. Trakhea
Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kertilago laring dan
berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakhea bercabang menjadi bronkus kanan dan
kiri. Tempat bercabangnya disebut dengan kraniayang terdiri dari 6-10 cincin kartilago.
5. Bronkus
Dimuai dari krania, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel dan mendorong
sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui bentuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih
gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. Bronkiolus
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran kecil yaitu bronkiolus terminal
dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus terminalis
dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini sebagian kecilnya hanya terjadi pada
bronkiolus respirasi.
7. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respirasi.
Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat
pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung 300 juta alveolus yang dikelilingi oleh
kappiler darah. Dinding alveolus menghasilkan sulfaktan sejenis fosfoloipid yang sangat
penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Sufaktan ini berfungsi
menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa sufaktan yang adekuat maka
alveolus akan mengalami kolaps.
8. Paru-paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral
yang langsung membungkus atau melapisi paru dan pleura perietal pada bagian luarnya.
Pleura menghasilkan cairan jernih yang berfungsi sebagai lubrikasi. Lubrikasi dimaksudkan
untuk mencegah iritasi selama respirasi. Pendarahan darah ke paru-paru melalui dua
pembuluh darah yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis
C. ETIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
1. ASMA KRONIK
Asma kronik ditandai dengan episode dispnea yang disertai dengan bengek, tapi
gambaran klinik asma beragam. Pasien dapat mengeluhkan sempit dada, batuk atau bunyi
saat bernafas. Hal ini sering terjadi saat latihn fisik yang dapat terjadi secara spontan atau
berhubungan dengan alergen tertentu. Tanda-tanda termasukbunyi disaat ekspirasi dengan
pemeriksaan auskultasi, batuk kering yang berulang atau tanda atopi.
Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai gejala yang berselang.
Terdapat keparahan dan remisi berulang dan interval antara gejala mingguan, bulanan
atau tahunan. Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan gejala sebelum terapi
disamping jumlah obat dalam mengontrol gejala. Pasien dapat menunjukkan gejala
berselang ringan yang tidak memerlukan pengobatan atau hanya penggunaan sewaktu-
waktu agonis beta inhalasi.
2. ASMA PARAH AKUT
Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana inflamasi, edema jalan
udara, akumulasi mukus yang berlebihan dan bronkospasmus parah yang menyebabkan
penyempitan jalan udara yang serius tidak responsif terhadap terapi bronkodilator biasa.
Pasien mengalami kecemasan dan mengeluhkan dispnea parah, nafas pendek, sempit dada
atau rasa terbakar. Penderita mungkin hanya dapat mengucapkan kata dalam satu nafas.
Gejala tidak responsif terhadap penanganan biasa.
Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi saat inspirasi dan ekspirasi,
batuk kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan dada yang mengembang
disertai dengan retraksi interkostal dan supra klaviar. Bunyi nafas dapat hilang bila obstruksi
sangat parah.
E. KOMPLIKASI
1. Status Amatikus
Adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan
respon adrenalin atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi intensif.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus atau bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Adalah dimana tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumotoraks
Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan saluran nafas karena kantung
udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. (Devi
P.2018)
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas dari
serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifitasi saluran
nafas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma. Suatu
kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian
sedangkan jangka panjangdapat mengakibatkan peningaktan serangan atau terjadi obstruksi
paru yang menahun.
Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat
yang tepat, cara untuk menghindari faktor pencetus. Dalam penanganan asma penting
diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan
fakto alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau, debu rumah,
alergen dari hewan, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung, sari jamur,
polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma.
Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakit dan
mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya.
b. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma.
Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita
asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru.
c. Menghindari faktor resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma
adalah menghindari faktor pencetus yang dapat meningkatkn gejala asma. Faktor resiko ini
dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya.
d. Pengobatan medis jangka panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat
keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada
pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat
glikokortikoseteroid inhalasi dan didukung oleh teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan
untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reaksi alergi, sensitifitas terhadap faktor lingkungan dll
- Kaji riwayat pekerjaan pasien
b. Aktivitas
- Tidak mampunya melakukan aktivitas, karena gangguan pernafasan
- Adanya penurunan kemampuan, dan aktivitas pasien
c. Aktivitas sehar-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
d. Pernafasan
- Dispnea saat istirahat atau latihan
- Nafas memburuk saat berbaring terlentang
- Menggunakan gerakan meninggikan bahu atau melebarkan bahu, agar membantu
penafasan
e. Hidung
- Ada bunyi nafas mengi
- Ada batuk berulang
f. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu, sianosis
- Kemerahan atau berkeringat
g. Intergritas Ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
h. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan, karena gangguan pernafasan
- Penurunan berat badam karena anoreksia
i. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah berbicara
- Adanya ketergantungan pada orang lain
Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas, peningkatan produksi sekret
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam proses pernafasan pasien asma dalam keadaan normal
Kriteria hasil : 1. Sesak berkurang atau hilang
2. Respirasi 18-24 x/menit
3. Tidak ada retraksi pernafasan
Diagnosa 2 : pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia akibat sesak nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan pasien normal
2. Albumin, GDA, dan Hb normal
3. nafsu akan naik, tubuh sehat
4. diet habis sebanyak 3 porsi/hari
A. KESIMPULAN
Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang
timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antar pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh
karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lebkagp tentang obat yang
dikonsumsinya : kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin
akan timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor menjadi penyebab timbulnya asma.
Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi,
menyimpan obat-obatnya denagnaik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini
perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.
B. SARAN
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih mengenali cara
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
- Devi P. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Asma Pada Anak. Diakses pada
tanggal 14 oktober 2019
- Handayani H, & Setiawan A. 2019. Kualitas Hidup Anak Denagn Asma.
Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan
- Mankoer A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta. Media
Aesculuplus
- Usman I, dkk. 2015. Faktor Resiko dan Faktor Pencetus yang Mempengaruhi
Kejadian Asma. Padang. Jurnal Kesehatan. Vol 4.
- Wahami A. 2011. Karakteristik Asma Pada Pasien Anak.Manado. Sari Pediatri, vol
13 (4)