Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASTHMA

Disusun Oleh
1. Tiyas Budi H 1711020019
2. Dewi Prihatin 1711020021
3. Putri Purnama 1711020044
4. Suryati 1711020045
5. M Dody Hamam 17110200

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Asma merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan angka kesakitan dan
kematian pada anak. Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Insidensi , berat
ringannya penyakit, dan mortalitas yang berhubungan dengan asma mengalami peningkatan.
Peningkatan ini terjadi akibat polusi udara , akses yang buruk ke pelayanan medis dan atau
diagnosis dan pengobatan yang kurang tepat. Menurut laporan Globlal Initiative for Asthma
( GINA ) 2014, pasien asma sudah mencapai 300 juta orang. Diperkirakan angka ini akan
terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025. Jumlah pasien yang meninggal
karena asma mencapai 255.000 orang. Prevalensi di dunia diperkirakan 10% terjadi pada
anak ( Handayani & Setiawan, 2019 ).
Di Indonesia telah dilakukan penelitian pada anak usia 13-14 tahun menggunakan
kuesioner baku ISAAC ( internasional study of asthma and allergies in childhood ) dan hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat 2,1% anak menderita asma tahun 2003 dan mengalami
peningkatan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2005 menjadi 5,2% ( Usman, Chundrayetti,
& Khairsyaf, 2015 ).
Pedoman nasional asma anak di dalam batasan operasionalnya menyepakatinya
kecurigaan asma apabila anak menunjukkan gejala batuk dan/atau mengi yang timbul secara
episodic, cenderung pada malam hari/dini hari ( nocturnal ), musiman, setelah aktivitas fisik,
serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien atau keluargnya. Diagnose asma kadang-
kadang masih sulit ditegakkan, karena gambaran klinis asma yang bervariasi dari pasien ke
pasien ( Wahani, 2011 ).
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena berpengaruh
terhadap aspek khusus yang berkaitan dengan kualitas hidup, termasuk proses tumbuh
kembang baik pada masa bayi , balita, usia sekolah maupun remaja. Bila terjadi serangan
asma akut, penderita akan mengalami sesak nafas, mengalami gangguan aktivitas sehari-hari,
termasuk seringnya absen di sekolah ,berkurangnya kebugaran jasmani ,dan kecemasan
yang berulang serta dapat menurunkan kualitas hidup anak adalah sangat penting ( Handayani
& Setiawan, 2019 ).

b. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari asma
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari asma
3. Untuk mengetahui etiologi dari asma
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari asma
5. Untuk mengetahui komplikasi dari asma
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari asma
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari asma
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan masih tetap merupakan
masalah bagi pasien, keluarga , dan bahkan pra klinisi dan peneliti asma. Mengacu pada data
epidemiologi amerika serikat pada saat ini diperkirakan terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari
seluruh populasi asma. Selain itu karena jumlahnya yang banyak, pasien asma anak dapat
terdiri dari bayi, anak dan remaja serta mempunyai permasalahan masing-masingdengan
implikasi khusu pada penatalaksanaannya. (Usma I, dkk. 2015)
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan
penyempitan saluran napas sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi,
sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari. (KemenKesRI.2018)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakhea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Manjoer, A, dkk. 2007)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang dimulai dari
hidung, pharing, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Saluran pernafasan bagian
atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk metabolisme jaringan
tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa metabolisme jaringan. Sedangkan
fungsi tambahan sistem pernafasan adalah mempertahankan keseimbangan asam basa dalam
tubuh, mengasilkan suara, memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam
tubuh serta mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu: ventilasi ( keluar
masuknya udara pernafasan), difusi ( pertukaran gas di paru-paru), transportasi (
pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi ( pertukaran gas di jaringa). Adapun kondisi
yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan oksigen atau udara atmosfer harus
cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga
harus baik, ekspansi dan rekoil paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan
hemoglobin sebagai pengikat oksigen.
Anatomi dan fisiologi organ pernafasan
1. Hidung
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu
penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat,
bersilia dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut
nasopharing.
2. Pharing
Berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga bagian yaitu nasopharing,
oropharing, dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung antara saluran
pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan
menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3. Laring
Berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai kotak suara karena udara
yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang rawan,
diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid yang khas pada pria, namun kurang
jelas pada wanita. Dibawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang berhubungan dengan
trakhea.
4. Trakhea
Terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid kertilago laring dan
berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakhea bercabang menjadi bronkus kanan dan
kiri. Tempat bercabangnya disebut dengan kraniayang terdiri dari 6-10 cincin kartilago.
5. Bronkus
Dimuai dari krania, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap partikel dan mendorong
sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui bentuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih
gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. Bronkiolus
Merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluran kecil yaitu bronkiolus terminal
dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus terminalis
dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini sebagian kecilnya hanya terjadi pada
bronkiolus respirasi.
7. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronkiolus respirasi.
Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat
pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung 300 juta alveolus yang dikelilingi oleh
kappiler darah. Dinding alveolus menghasilkan sulfaktan sejenis fosfoloipid yang sangat
penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Sufaktan ini berfungsi
menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa sufaktan yang adekuat maka
alveolus akan mengalami kolaps.
8. Paru-paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral
yang langsung membungkus atau melapisi paru dan pleura perietal pada bagian luarnya.
Pleura menghasilkan cairan jernih yang berfungsi sebagai lubrikasi. Lubrikasi dimaksudkan
untuk mencegah iritasi selama respirasi. Pendarahan darah ke paru-paru melalui dua
pembuluh darah yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis
C. ETIOLOGI

1. Bawaan atau turunan


jika dalam sebuah keluarga ada yang mengidap penyakit asma, maka kemungkinan besar
keturunannya akan berakibat juga. Dan penyakit ini tidak menular, melainkan melalui
keturunan.
2. Udara dingin
Suhu yang dingin akan mengakibatkan timbulnya penyakit asma. Seperti cuaca hujan,
penggunaan AC dengan suhu yang tinggi dan di daerah pegunungan.
3. Makanan
Makanan yang mengandung kadar MSG dan pengawet tinggi sangatlah untuk di jauhi, salah
satunya seperti kacang-kacangan, minum es atau dingin dan cokelat.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan penuh debu, kotor, dan asap merupakan tempat awalnya timbul penyakit asma.
Karena hal tersebut sangat mengganggu dan sensi sekali dengan paru-paru. Oleh sebab itu
disarankan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan dari kotor-kotor dan
tentunya menjaga pola hidup yang sehat dan bersih.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. ASMA KRONIK
Asma kronik ditandai dengan episode dispnea yang disertai dengan bengek, tapi
gambaran klinik asma beragam. Pasien dapat mengeluhkan sempit dada, batuk atau bunyi
saat bernafas. Hal ini sering terjadi saat latihn fisik yang dapat terjadi secara spontan atau
berhubungan dengan alergen tertentu. Tanda-tanda termasukbunyi disaat ekspirasi dengan
pemeriksaan auskultasi, batuk kering yang berulang atau tanda atopi.
Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai gejala yang berselang.
Terdapat keparahan dan remisi berulang dan interval antara gejala mingguan, bulanan
atau tahunan. Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan gejala sebelum terapi
disamping jumlah obat dalam mengontrol gejala. Pasien dapat menunjukkan gejala
berselang ringan yang tidak memerlukan pengobatan atau hanya penggunaan sewaktu-
waktu agonis beta inhalasi.
2. ASMA PARAH AKUT
Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana inflamasi, edema jalan
udara, akumulasi mukus yang berlebihan dan bronkospasmus parah yang menyebabkan
penyempitan jalan udara yang serius tidak responsif terhadap terapi bronkodilator biasa.
Pasien mengalami kecemasan dan mengeluhkan dispnea parah, nafas pendek, sempit dada
atau rasa terbakar. Penderita mungkin hanya dapat mengucapkan kata dalam satu nafas.
Gejala tidak responsif terhadap penanganan biasa.
Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi saat inspirasi dan ekspirasi,
batuk kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan dada yang mengembang
disertai dengan retraksi interkostal dan supra klaviar. Bunyi nafas dapat hilang bila obstruksi
sangat parah.

E. KOMPLIKASI
1. Status Amatikus
Adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan
respon adrenalin atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi intensif.
2. Atelektasis
Adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus atau bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
Adalah dimana tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumotoraks
Adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema
Adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan saluran nafas karena kantung
udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. (Devi
P.2018)

F. PATOFISIOLOGI PENYAKIT ASMA


Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkiolus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seorang menghirup
alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksi yang bereaksi lambat ( yang merupakan leukortrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam limen bronkiolus dan spasme otot
polos bronkiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat
pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari inspirasi. Selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru-paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderitaa asma biasanya dapat melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran emngeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan abrrel chest.
G. PATHWAY

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas dari
serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifitasi saluran
nafas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma. Suatu
kesalahan dalam penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian
sedangkan jangka panjangdapat mengakibatkan peningaktan serangan atau terjadi obstruksi
paru yang menahun.
Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat
yang tepat, cara untuk menghindari faktor pencetus. Dalam penanganan asma penting
diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan
fakto alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau, debu rumah,
alergen dari hewan, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung, sari jamur,
polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma.
Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakit dan
mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya.
b. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma.
Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita
asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru.
c. Menghindari faktor resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma
adalah menghindari faktor pencetus yang dapat meningkatkn gejala asma. Faktor resiko ini
dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya.
d. Pengobatan medis jangka panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat
keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada
pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat
glikokortikoseteroid inhalasi dan didukung oleh teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan
untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
a. Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
- Kaji riwayat reaksi alergi, sensitifitas terhadap faktor lingkungan dll
- Kaji riwayat pekerjaan pasien

b. Aktivitas
- Tidak mampunya melakukan aktivitas, karena gangguan pernafasan
- Adanya penurunan kemampuan, dan aktivitas pasien

c. Aktivitas sehar-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi

d. Pernafasan
- Dispnea saat istirahat atau latihan
- Nafas memburuk saat berbaring terlentang
- Menggunakan gerakan meninggikan bahu atau melebarkan bahu, agar membantu
penafasan

e. Hidung
- Ada bunyi nafas mengi
- Ada batuk berulang

f. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu, sianosis
- Kemerahan atau berkeringat

g. Intergritas Ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah

h. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan, karena gangguan pernafasan
- Penurunan berat badam karena anoreksia

i. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah berbicara
- Adanya ketergantungan pada orang lain

Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas, peningkatan produksi sekret
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam proses pernafasan pasien asma dalam keadaan normal
Kriteria hasil : 1. Sesak berkurang atau hilang
2. Respirasi 18-24 x/menit
3. Tidak ada retraksi pernafasan

Intervensi Rasional Evaluasi


1. Beri tambahan O2 1. Tambahan O2 akan S : pasien mengatakan
pada pasien membuat kondisi sesak nafasnya berkurang
pasien nyaman O : resprasi 16 x/menit
2. Posisikan pasien 2. Posisi ini akan A : masalah teratasi
dengan posisi semi mengurangi sesak sebagian
fowler nafas dan P : intervensi dilanjutkan
memperlancar
pernafasan
3. Pertahankan polusi 3. Lingkungan yang jauh
lingkungan minimum dari pencetus alergi
dapat mengurangi
timbulnya asma

Diagnosa 2 : pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia akibat sesak nafas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan pasien normal
2. Albumin, GDA, dan Hb normal
3. nafsu akan naik, tubuh sehat
4. diet habis sebanyak 3 porsi/hari

Intervensi Rasional evaluasi


1. Anjurkan pasien 1. Posisi ini akan S : kebutuhan nutrisi pasien
makan dalam porsi memudahkan nutrisi tercukupi dan pasien tidak
duduk atau semi yang dimakan masuk lemas
fowler ke dalam sistem O : berat badan naik
pencernaan dan tidak A : masalah teratasi total
terganggu proses P :intervensi dihentikan
pernafasan
2. Diet sedikit tapi 2. Cara ini untuk
sering dengan porsi menghindari pasien
3x sehari mengalami sesak
nafas
3. Beri diet sesuai 3. Hal ini untuk
selera pasien tapi memberikan
tidak kontraindikasi tambahan nafsu
makan pasien
4. Ciptakan lingkungan 4. Lingkungan yang
yang nyaman dan nyaman dapat
kondusif memberikan
kenyamanan pada
pasien
5. Beri motivasi pada 5. Motivasi dapat
pasien memberikan
semangat dalam
sugesti pasien yang
dapat mempengaruhi
kerja tubuh
6. Sering melakukan 6. Oral yang tidak
perawatan oral, bersih akan menjadi
buang sekret, berikan sarang pebyakit
wadah khusus untuk sehingga bakteri
sekali pakai mudah menyerang
7. Kolaborasi dengan 7. Kolaborasi dapat
tim medis lain memberikan
perawatan yang
lengkap untuk
menjaga kondisi
klien

Diagnosa 3 : intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supali


oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung
Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dengan meningktanya kemampuan beraktivitas
Kriteria hasil : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur

Intervensi Rasional Evaluasi


1. Tingkatkan istirahat, 1. Banyak istirahat S : pasien mengatakan sudah
batasi aktivitas dan mengurangi kerja bisa bernafas normal
berikan aktivitas jantung sehingga O : respirasi 22x/menit
senggang yang tidak pernafasan tidak A : masalah teratasi total
terlalu berat semakin berat P : intervensi dihentikan
2. Anjurkan klien untuk 2. Posisi relaks dapat
menghindari mempengaruhi
peningkatan tekanan pernafasan
pernafasan
3. Perhatikan rentang 3. Diam saat asma
gerak pasif selamat mengurangi kerja
sakit kritis sistem pernafasan
4. Catat frekuensi dan 4. Pemantauan ini dapat
irama jantung serta digunakan untuk
perubahan tekanan intervensi
darah selama dan selanjutnya
sesudah aktivitas
5. Evaluasi tanda-tanda 5. Pemantauan ini dapat
vital saat kemajuan digunakan untuk
aktivitas intervensi
selanjutnya

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang
timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antar pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh
karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lebkagp tentang obat yang
dikonsumsinya : kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin
akan timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor menjadi penyebab timbulnya asma.
Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi,
menyimpan obat-obatnya denagnaik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini
perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.

B. SARAN
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih mengenali cara
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

- Devi P. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Asma Pada Anak. Diakses pada
tanggal 14 oktober 2019
- Handayani H, & Setiawan A. 2019. Kualitas Hidup Anak Denagn Asma.
Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan
- Mankoer A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta. Media
Aesculuplus
- Usman I, dkk. 2015. Faktor Resiko dan Faktor Pencetus yang Mempengaruhi
Kejadian Asma. Padang. Jurnal Kesehatan. Vol 4.
- Wahami A. 2011. Karakteristik Asma Pada Pasien Anak.Manado. Sari Pediatri, vol
13 (4)

Anda mungkin juga menyukai