com/2009/10/03/proses-asuhan-keperawatan-gerontik-pada-
individu/
DI SUSUN OLEH:
I. DEFINISI
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun piskesmas, yang
diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah
atau panti (Depkes, 1993 1b).
II. KLASIFIKASI
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia,
apakah lanjut usia aktif atau pasif, anatra lain;
1. Lanjut usia aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene,
kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu, kebersihan diri termasuk kepala,
rambut, badan, kuku, mata, serta telinga; kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan
ruangan; makanan sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna, dan
kesegaran jasmani.
2. Lanjut usia pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perrlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seeperti pada
lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
1.
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias dicapai
dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progrevitasnya.
Perawatan fisik seecara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
memepertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
menceggah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian.
Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat prosees ketuaan, dapat mempengaruhi
ketahanan tubbuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut
dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta
posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau
sebaliknya. Hal ini penting karena meskipun tidak selalukeluhan-keluhan yang dikemukakan
atau gejala-gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang para klien lanjut iusia
dihapdapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu
para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makan termasuk memilih dan menentukan
makanan, minum, melakuan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk,
merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulitg dan kecelakaan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menuru n pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan
O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan
terlalu banyak dan jangan melakukan gerak badan yang berlebuhan.
1. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan pendekatan edukatifpada klien lanjut
usia, perawat dapat berperan seebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan
agar para lanjut usia merasa puas. Perrawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”, yaitu
Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkugan,
termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan
suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melkukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan
dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari
ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal ini perlu dilkukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan berlanjutnya
usia.Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi , berkurangnya kegairahan keinginan , peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran
libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan
mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa atau kesalahan. Harus diingat,
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bias melakukannya secara perlahan-lahandan bertahap, perawatharus dapat mendukung mental
mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban, bila perlu diuasahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan
bahagia.
1. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
pendekatan social. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame kklien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang diahadapinya adalah makhluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social
antara lanjut usia dan lanju usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi, missal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televise,
mendengarkan radio, atau membaca surat kabar dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya denganh upaya pengobatan medis dalam
proses penyenbuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit, biaya hidup,
keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan
rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap
sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar, agar
merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia (terutama yang tinggal dip
anti werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak
dengan mereka, senasib dan sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan
demikiian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap mempunyai hubungan komunikasi baik sesame mereka maupun terhadap petugas yang
secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia dip anti werda.
1. Pendekatan spiritual
Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam hubungannya ddengan
tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menekati kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini di dasari oleh berbagai macam factor seperti, ketidakpastian
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering menyertainya, dan
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi yang
berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup ini. Sebab itu, perawat
harus meneliti dengan cermatdi manakah letak kelemahan dan di mana letak kekuatan klien, agar
perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada seegi spiritual, sudah
seelayaknya perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat
diringankan penderitaannya. Perawat bias memberikan keseempatan pada klien lanjut usia untuk
melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan
menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam
menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan keluarga, maka perawat harus dapat
meyakinkan lanjut usia bahwa kelurga tadi di tinggalkan, masih ada orang lain yang mengurus
mereka. Seedangkan bila ada rasa bersalah yang menghantui pikiran lanjut usia, segera perawat
segera menghubungi seeorang rohaniawan untuk dapat mendampingi lanjut usia dan
mendengarkan keluhan-keluhannya maupun pengakuan-pengakuannya.
Umumnya pada waktu kematian akan dating, agama atau kepercayaan seseorang merupakan
factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat perlu untuk
melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia bukan hanya terhadap fisik, yakni membantu
merekadalam keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka.
7.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
1. I. PENGKAJIAN
Meliputi aspek:
1. Fisik
Wawancara
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan system tubuh
Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu head to toe dan system tubuh
1. Psikologis
1. Social Ekonomi
1. Spiritual
Pengkajian dasar
1. Temperature
1. Respirasi (pernapasan)
System pernapasan
Tinutis
System Kardiovaskuler
System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gizi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipassi, diare,dan inkontenensia alvi
System Genitourinarius
System kulit
1. Kulit
Perubahan pigmen
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendon
Ketidakadekuatannya sendi
1. Tingkat mobilitas
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
1. Gerakan sendi
2. Paralisis
3. kifosis
Psikososial
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Fisik/Biologis
3. Spiritual
H. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi:
Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara
lain:
Gizi berlebihan.
Gizi kurang.
Kekurangan vitamin.
Kelebihan vitamin.
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut usia, misalnya: gemuk/kurus atau disertai penyakit
demam.
1. Klien/lanjut usia:
1. Lingkungan
Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lanjut
usia tersebut dirawat.
Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan alat-alat yang
selalu digunakannya.
Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin, dan basah.
Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang menggunakannya.
Pasang pegangan di kamar mandi.
Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
Jika pindah dari ruang terang ajarkan klien untuk memejamkan mata sesaat.
Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet.
Gunakan perabotan yang penting-penting saja di ruang lanjut usia.
1. Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya ingat menurun, depresi,
lekas marah, mudah tersinggung, dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal
yang tidak adekuat.
2. Upaya yang dilakukan antara lain:
1. I. TINDAKAN KEPERAWATAN
Meliputi:
Mandi
o Jelaskan dan beri dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2 kali seminggu
untuk mencegah kekeringan kulit.
o Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah
kesehatan kulit.
o Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, missal: ada jamur di kuku atau
adanya gangguan medic atau bedah.
Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta
suasana normal.
Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas.
Fasilitas pembicaraan.
Pertahankan sentuhan yang merupakan satu alat yang sangat berguna dalam menetapkan
atau memelihara kepercayaan.
Berikan penghargaan dan rasa simpati.
Pertahankan pendekatan kebaikan.
Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang karena klien:
o Sering terbangun (orientasi mengalami kemunduran yang disebabkan oleh
beberapa hal).
o Mudah jatuh karena kelemahan otot-otot.
o Hipertensi bila dalam posisi tegak.
o Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkanperawatan
langsung.
o Klien diberikan pegangan di kamar mandi dan ruangan.
o Kamar dan lantai berantakan.
o Cukup mendapatkan penerangan.
o Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan.
o Berikan dorongan untuk berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk klien lanjut
usia.
Perawatan yang harus dilakukan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan (personal hygiene), yakni :
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur – kumur secara
teratur, meskipun sudah ompong, bagi yang masih aktif dan yang masih mempunyai gigi agak
lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang – kurangnya 2 kali sehari, pagi bangun tidur
dan malam sebelum tidur. Bagi lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (protesa) dapat
dipelihara, caranya sebagai berikut :
1. Gigi palsu dilepas, keluarkan dari mulut dengan menggunakan kain kasa atau sapu tangan
yang bersih, bila kesulitan bisa dibantu oleh keluarga atau perawat.
2. Gigi palsu kemudian disikat perlahan – lahan di bawah air mengalir sampai bersih. Bila
perlu dapat digunakan pasta gigi.
3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan di rendam dengan sir bersih di dalam gelas.
Tidak boleh direndam di air panas atau di jemur. Bagi mereka yang sudah tidak
mempunyai gigi lagi atau tidak memakai gigi palsu, setiap kali habis makan harus
berkumur – kumur untuk mengeluarkan sisa makanan yang melekat diantara gigi. Bagi
yang masih mempunyai gigi tapi kondisinya lemah atau lumpuh, usaha untuk
membersihkan gigi dan mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal di
panti bisa dibantu perawat atau petugas.
Yang perlu diperhatikan dalam membersihkan gigi – gigi :
Caranya :
1. Alat – alat, seperti : kom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk diletakkan diatas meja kecil
atau kursi didekat tempat tidur.
2. Usahakan duduk dengan posisi yang enak, bila tidak dapat duduk usahakan untuk dapat
duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal untuk menahan punggungnya.
3. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada, gunanya untuk menjaga agar
tidak basah.
4. Sikatlah gigi secara perlahan – lahan mulai dari bagian luar, lalu ke dalam dan
kebelakang gigi, cara menyikatnya dari atas ke bawah untuk gigi bagian atas, dan dari
bawah ke atas untuk gigi bagian bawah agar kotoran/sisa makanan bisa tersapu.
5. Berikan air bersih untuk kumur – kumur sampai bersih.
6. Sisa air kumur dituangkan dan di tampung dalam kom plastik.
7. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk sehingga bersih dan kering.
Fungsi kulit :
1. Melindungi bagian tubuh atau jaringan di bawahnya terhadap pukulan, untuk mencegah
kuman – kuman penyakit, dan kedinginan.
2. Sebagai panca indera perasa dan peraba.
3. Mengatur suhu badan.
4. Mengeluarkan ampas – ampas berupa zat – zat yang tak terpakai, misalnya keringat.
5. Tempat memasukkan obat – obat injeksi.
Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari luar, kulit merupakan pintu masuk ke dalam
tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang akan pentingnya arti kebersihan.
Kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian pada klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan
agar penampilan mereka tetap segar. Usaha membersihkan kulit dapat dengan cara mandi tiap
hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari.
Manfaat mandi :
1. Menghilangkan bau.
2. Menghilangkan kotoran.
3. Merangsang peredaran darah.
4. Memberikan kesegaran pada tubuh.
Bantuan perawatan bagi yang keadaan fisiknya memerlukan bantuan orang lain, seperti
memandikan cukup di tempat tidur.
Prinsipnya adalah :
Pelaksanaannya :
Rambut seperti juga kuku tumbuh di luar epidermis. Pertumbuhan ini terjadi karena rambut
mendapat makanan dari pembuluh – pembuluh darah sekitar rambut. Warna rambut ditentukan
karena adanyapigmen, bila rambut tidak dibersihkan akan menjadi kotor dan debu melekat pada
rambut.
Tujuan membersihkan kepala untuk menghilangkan debu – debu dan kotoran yang melekat di
rambut dan dikulit kepala, klien lanjut usia yang amsih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri.
Perlu diperhaikan :
Bila terdapat ketombe atau kutu rambut dapat diberikan obat, misalnya peditox.
Untuk rambut yang kering, bisa diberi minyak atau urang – aring atau lainnya.
Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri baik karena habis sakit atau
kondisi fisiknya tidak memungkinkan, dapat mencuci rambut di tempat tidur dengan bantuan
salah satu anggota keluarga atau perawat.
Bila lanjut usia yang sering atau banyak berbaring di tempat tidur harus lebih di perhatikan
kebersihan rambutnya mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering, dan berbau
serta gatal – gatal.
1. Persiapan
Ember (1 berisi air hangat dan 1 lagi untuk menampung air kotor).
Shampo, sisir, handuk serta alas dari kain karet, atau plastik.
1. Pelaksanaan
Letakkan kepala dipinggir tempat tidur dan di bawahnya diberi alas kain karet atau kain
plastik yang dihubungkan dengan ember kosos\ng penampung air kotor, yang diletakkan
di bawah tempat tidur.
Rambut di basahi sedikit demi sedikit dan dishampo, sambil dilakukan 2 kali agar bersih
betul, kemudian di bilas sampai bersih.
Kemudian di keringkan dengan handuk.
Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran dan bahkan kuman – kuman
penyakit. Oleh karena itu, harus selalu disarankan agar lanjut usia secara teratur memotong
kukunya. Bagi yang tidak mampu melakukan sendiri, hendaklah perawat atau keluarga
memotongnya dan jangan terlalu pendek sebab akan terasa sakit.
Tempat tidur yang bersih dapat memberikan kenikmatan atau perasaan nyaman pada waktu tidur.
Oleh karena itu, kebersihan tempat tidur perlu sekali di perhatikan. Namun perlu diingat dan
disadari bahwa kondisi fisik untuk lanjut usia yang masih aktif cukup diberikan pengarahan cara
membersihkan tempat tidur.
1. Bila keadaan kasur cekung di tengah, hendaknya di balik tiap kali membersihkan tempat
tidur.
2. Alas kasur di tarik kencang dan ujung – ujungnya dilipat dan disorongkan kebawah
kasur sehingga tak mudah menimbulkan lipatan – lipatan yang mungkin menyebabkan
lecet.
3. Alat kasur atau seprei diganti tiap 3 hari sekali, kecuali kalau kotor.
4. Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkontinensia urin, alas kasur diganti tiap kali
basah. Kasur tiap hari dijemur dipanas matahari.
Bagi klien lanjut usia yang terus menerus beristirahat di tempat tidur harus selalu diusahakan
dapat beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman.
Usahakan pula agar bantal jangan terlalu lembek atau terlalu keras. Latihan bangun dan tidur
diatas usaha sendiri perlu dibina, bukan saja agar otot – otot badan tetap aktif tetapi juga untuk
menghindari pegal – pegal dan mencegah atrofi. Letaka atau posisi tidur harus diatru sedemikian
rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering di buat selang – seling agar tidak timbul luka
lecet – lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus menerus.
Catatan :
1. Bagi klien yang mengalami inkontinensia urin sebaiknya di beri perlak karpet atau plastik
untuk melindungi kasur.
2. Kebersihan mutlak diperhatikan untuk mencegah adanya semut atau binatang – binatang
kecil lainnya.
3. Jika tidak dalam keadaan tidur sebaiknya di beri suatu aktifitas untuk melatih pergerakan
ototnya supaya tidak kaku ataupun merasa gelisah.
4. Kesabaran serta ketekunan keluarga yang merawat klien lanjut usia mutlak perlu
ditumbuhkan agar klien lanjut usia tetap merasa diperhatikan.
Kebutuhan gizi
Kebutuhan gizi bagi klien lanjut usia perlu dipenuhi secra adekuat karena merupakan pokok
kelangsungan proses pergantian sel – sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta
memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya : untuk janutng, usus, pernafasan, dan ginjal.
Kebutuhan kalori bagi klien lanjut usia dianjurkan tidak melebihi 1700 kalori sebaiknya
disesuaikan dengan macam kegiatannya, kebutuhan untuk protein normal pada usia lanjut usia
adalah 1 gr/kg bb/hari.
Sebaiknya dikurangi makan makanan yang mengandung lemak hewani, misalnya : daging sapi,
daging kerbau, kuning telur, dan otak. Bagi klien lanjut usia disarankan perlu mkanan tambahan
yang banyak mengandung kalsium (ca) = zat kapur. Kebutuhan kalsium pada klien lanjut usia
14,1 mg/kg bb/hari. Zat besi perlu diberikan untuk memperlancar pembentukan darah.
Sedangkan mengenai pemberian garam natrium supaya dikurangi, sehubungan dengan
kemungkinan tekanan darah tinggi. Pada klien lanjut usia perlu pula diberikan untuk buah –
buahan untuk mendapatkan vitamin, guna memperlancar pekerjaan dalam tubuh. Untuk
meghindari konstipasi (sembelit) klien lanjut usia perlu diberikan cukup makanan yang
mengandung serat, misalnya : beras tumbuk, akar – akar hijau, kacang – kacangan, buah –
buahan, serta banyak minum kurang lebih 1500 – 2000 cc yang sekaligus berguna membantu
kerja ginjal.
Faktor yang mempengaruhi kebuttuhan gizi pada lanjut usia
1. Gizi belebihan
Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat dinegara barat dan kota – kota besar. Kebiasaan
amakan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada waktu
lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena kurangnya aktifitas fisik. Kebiasaan amakan
tersebut sukar untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu penceus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.
1. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah – masalah sosial ekonomi dan juga kaena gangguan
penyakit. Bila konsusmsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan
berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan
kerusakan – kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan
terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ – orga tubuh
yang fital.
1. Kekurangan vitamin.
Bila konsumsi buah dan sayur – sayuran dalam makan kurang, apabila ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur,
kulit kering, lesu, dan tidak semangat.
REFERENSI
a) Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objetif kebutuhan, mejadian-kejadian yang dialami
klien lansia perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan. Penyakit yang dapat dicegah prognesiyitasnya
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi 2 yakni :
Klien lansia masih aktif
Klien lansia pasif
Untuk lansia aktif → diberikan bimbingan untuk personal Hygiene membantu
dan memperhatian lansia agar dapat bernafas dengan lancar yang meliputi :
Bernafas dengan lancar
Makan/minum
Melakukan eliminasi
Tidur
Sikap tubuh waktu berjalan
Duduk
Berubah posisi waktu tiduran
Istirahat
Kebersihan tubuh
Memakai dan mengganti pakaian
Mempertahankan suhu badan
Melindungi kulit
Menghindari kecelakaan
b) Pendekatan Psikis
Perawat harus melakukan pendekatan edukatif disini perawat harus dapat berperan sbb :
Supporter, Interpreten
Penampung rahasia pribadi
Sebagai sahabat akrab
Pada pendekatan psikis perawat harus memegang prinsip-prisip “ triple S ”
Sabar, Smpatik dan Service
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi lansia dalam rasa memecahkan
dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri dan rasa keterbatasan
Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan lansia terhadap kesehatan
Perawat melakukannya dengan perlahan-lahan dan bertahap
c) Pendekatan sosial
Lakukan diskusi dan tukar fikiran
Berikan kesempatan berkumpul dengan sesame lansia
Ciptakan hubungan sosial dengan lansia dengan lansia, lansia dengan perawat
Berikan kesempatan untuk komunikasi
Rekreasi
d) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan bathin dalam hubungan dengan tuhan
sesuai dengan agama dan kepercayaannya
“ DR Tony Setya Budhi ” mengemukakan :
Bahwa seringkali maut selalu meliputi rasa takut
Peningkatan kesehatan
PENGKAJIAN
Tujuan
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
3. Membantu menghindari Bentuk dan penandaan klien
4. Memberi waktu pada klien untuk menjawab
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh
2. Psikologis
Apakah lansia mengenal mamsah-masalah utamanya
Bagaimana sikap terhadap proses menua
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yang dialami
Apakah lansia mudah beradaptasi
Apakah lansia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan saat ini dan masa datang
Perlu dikaji : fungsi kognitif
Daya ingat
Proses fikir
Alam perasaan
Orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
3. Sosial Ekonomi
Darimana sumber keuangan lansia
Apa saja kesibukan lansia
Lansia tinggal dengan siapa
Pandangan lansia terhadap lingkungannya
Seberapa sering lansia berhubungan dengan dunia luar
Siapa saja yang biasa mengunjungi lansia
Seberapa besar ketergantungan lansia
Apakah dapat menyalurkan hobi dengan fasilitas yang ada
4. Spiritual
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
Apakah teratur mengikuti kegitan keagamaan
Bagaimana lansia mengatasi masalahnya dengan berdo’a
Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Pengkajian dasar
1. Temperatur
Mungkin serendah 95 0F (± 35 0C) hipotermi
Lebih teliti diperiksa disublingual
3. Respirasi/Pernafasan
Kecepatan, irama dan kedalaman
Tidak terturnya pernafasan
4. Tekanan Darah
Saat berbaring, duduk dan berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
Sistem persyarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran
3. Mata :
Pergerakan
Kejelasan melihat
Adanya khatarak
Pupil kesamaan dilatasi
5. Sensori deprivation
6. Ketajaman pendengaran
7. Adanya rasa sakit/nyeri
Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Apakah ada pembengkakan vena yugolaris (jugularis)
4. Pusing, sakit dan edema
Sistem gastrointestinal
Status gizi
Pemasukan diet
Anoreksi, tidak dicerna, mual dan muntah
Mengunyah dan menelan
Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
Auskultasi bising usus
Palpasi : apakah ada kembung
Apakah ada sembelit (konstipasi), diare dan inkontinensia ALVI
Sistem genitourinarius
Warna dan bau urin
Distensi kandung kemih dan inkontinensia
Frekuensi, tekanan dan desakannya
Intake dan output cairan
Disuria
Seksualitas
Kurang minat untuk melakukan hubungan sek
Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual
Sitem integumen
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan kulit, luka terbuka, robekan
Turgor (kekenyalan kulit)
Perubahan pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan rambut
Adanya gangguan umum
Sistem muskuloskletal
Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilnya tendo
Ketidak adekuatnya gearan sendi
Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan bergerak/berjalan
Gerakan sendi
Paralisis
Kifosis
Psikososial
Menunjukkan tanda-tanda tingkat ketergatungan
Fokus-fokus pada dirinya bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Butuh perhatian kasih sayang dalam betuk nyata
Diagnosa Keperawatan
1. Fisik/Biologis
a. Gangguan nutrisi kelebihan atau kekurangan kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
yang tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensorik: pendengaran/penglihatan berhubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurangnya personal Hygiene berhubungan dengan kurang minatnya merawat diri
d. Potensial terjadinya cedera fisik berhubungan dengan fungsi tubuh
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan/nyeri
f. Perubahan pola bernafas berhubungan dengan penyenpitan jalan nafas
g. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan sendi
2. Psikososial
3. Spiritual