Anda di halaman 1dari 31

https://stikeskabmalang.wordpress.

com/2009/10/03/proses-asuhan-keperawatan-gerontik-pada-
individu/

DI SUSUN OLEH:

1. Bayu Agung (07.40.006)


2. Dohiriyah A (07.40.015)
3. Irvan Fanani (07.40.024)
4. Khilwi M (07.40.026)
5. Moch Anton K (07.40.033)
6. Rudy Rusdiono (07.40.042)

 I. DEFINISI

Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia
secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun piskesmas, yang
diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah
atau panti (Depkes, 1993 1b).

 II. KLASIFIKASI

Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia,
apakah lanjut usia aktif atau pasif, anatra lain;

1. Lanjut usia aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene,
kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu, kebersihan diri termasuk kepala,
rambut, badan, kuku, mata, serta telinga; kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan
ruangan; makanan sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna, dan
kesegaran jasmani.
2. Lanjut usia pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perrlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seeperti pada
lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.

III. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA

1.
1. Pendekatan fisik

Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias dicapai
dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progrevitasnya.

Perawatan fisik seecara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
 Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
memepertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
menceggah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian.

Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat prosees ketuaan, dapat mempengaruhi
ketahanan tubbuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut
dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta
posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau
sebaliknya. Hal ini penting karena meskipun tidak selalukeluhan-keluhan yang dikemukakan
atau gejala-gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang para klien lanjut iusia
dihapdapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.

Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu
para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makan termasuk memilih dan menentukan
makanan, minum, melakuan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk,
merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulitg dan kecelakaan.

Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menuru n pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan
O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan
terlalu banyak dan jangan melakukan gerak badan yang berlebuhan.

1. Pendekatan psikis

Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan pendekatan edukatifpada klien lanjut
usia, perawat dapat berperan seebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya
memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan
agar para lanjut usia merasa puas. Perrawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”, yaitu
Sabar, Simpatik, dan Service.

Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkugan,
termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan
suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melkukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan
dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari
ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.

Hal ini perlu dilkukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan berlanjutnya
usia.Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk
peristiwa yang baru terjadi , berkurangnya kegairahan keinginan , peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran
libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan
mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa atau kesalahan. Harus diingat,
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.

Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bias melakukannya secara perlahan-lahandan bertahap, perawatharus dapat mendukung mental
mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah
beban, bila perlu diuasahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan
bahagia.

1. Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
pendekatan social. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame kklien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang diahadapinya adalah makhluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social
antara lanjut usia dan lanju usia dan perawat sendiri.

Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi, missal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.

Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televise,
mendengarkan radio, atau membaca surat kabar dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya denganh upaya pengobatan medis dalam
proses penyenbuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.

Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit, biaya hidup,
keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan
rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap
sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar, agar
merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia (terutama yang tinggal dip
anti werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak
dengan mereka, senasib dan sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan
demikiian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun
terhadap mempunyai hubungan komunikasi baik sesame mereka maupun terhadap petugas yang
secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia dip anti werda.

1. Pendekatan spiritual

Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam hubungannya ddengan
tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menekati kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini di dasari oleh berbagai macam factor seperti, ketidakpastian
pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering menyertainya, dan
kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.

Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi yang
berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup ini. Sebab itu, perawat
harus meneliti dengan cermatdi manakah letak kelemahan dan di mana letak kekuatan klien, agar
perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada seegi spiritual, sudah
seelayaknya perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat
diringankan penderitaannya. Perawat bias memberikan keseempatan pada klien lanjut usia untuk
melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan
menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam
menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.

Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan keluarga, maka perawat harus dapat
meyakinkan lanjut usia bahwa kelurga tadi di tinggalkan, masih ada orang lain yang mengurus
mereka. Seedangkan bila ada rasa bersalah yang menghantui pikiran lanjut usia, segera perawat
segera menghubungi seeorang rohaniawan untuk dapat mendampingi lanjut usia dan
mendengarkan keluhan-keluhannya maupun pengakuan-pengakuannya.

Umumnya pada waktu kematian akan dating, agama atau kepercayaan seseorang merupakan
factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat perlu untuk
melapangkan dada klien lanjut usia.

Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia bukan hanya terhadap fisik, yakni membantu
merekadalam keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka.

1. IV. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari seecara mandiri
2. Mempertahankan kesehatan dan kemampuan dari mereka yang usianya telah
lanjut usia dan jalan perawatan dan pencegahan
3. Membantu memperrtahankan serta membesarkan semangat hidup klien lanjut usia
4. Merawat dan menolong klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnose yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita
suatu penyakit atau gangguan , masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perrlu suatu pertolongan

V. FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA

7.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

1. I. PENGKAJIAN

Meliputi aspek:

1. Fisik

Wawancara

 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya


 Kegiatan yang mampu dilakuakn lanjut usia
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
 Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
 Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lanjut usia
 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
 Perrubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat
 Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan system tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu head to toe dan system tubuh

1. Psikologis

 Apakah mengenal masalah-masalah utamanya?


 Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan?
 Apakah dirinya merasa dibutuhkan?
 Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
 Bagaimana mengatasi stress yang dialami?
 Apakah mudah dalam menyesuaikan diri?
 Apakah lanjut usia sering menngalami kegagalan?
 Apakah harapah pada saat ini dan yang akan dating?
 Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses piker, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah

1. Social Ekonomi

 Dari mana sumber keuangan lanjut usia?


 Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang?
 Dengan siapa dia tinggal?
 Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia?
 Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya?
 Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah?
 Siapa saja yang mengunjungi?
 Seberapa besar ketergantungannya?
 Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada?

1. Spiritual

 Apakah secara teratur melakukan ibadah seeduai dengan keyakinan agamanya?


 Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian?
 Bagaimana cara lanjut usia menyelaesaikan masalah apakah dengan berdoa?
 Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal?

Pengkajian dasar

1. Temperature

Mungkin serendah 95˚F (hipotermi) 35˚C

Lebih teliti diperiksakan di sublingual

1. Pulse (denyut nadi)

Kecepatan, irama, volume

Apical, radial, pedal

1. Respirasi (pernapasan)

Kecepatan, irama, dan kedalaman

Todak teraturnya pernapasan


1. Tekanan darah

Saat baring, duduk, berdiri

Hipotensi akibat posisi tubuh

1. Berat badan perlahan lahan hilang pada tahun-tahun terakhir


2. Tingkat orientasi
3. Memori (ingatan)
4. Pola tidur
5. Penyesuaian psikososial

System pernapasan

1. Kesimetrisan raut wajah


2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak

Tidak semua orang menjadi snile

Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah

1. Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak


2. Pupil: kesamaan, dilatasi
3. Ketajaman penglihatan

Jangan dites di depan jendela

Pergunakan tangan atau gambar

Cek kondisi kacamata

1. Sensory deprivation (gangguan sensorik)


2. Ketajaman pendengaran

Apakah menggunakan alat bantu dengar

Tinutis

Serumen telinga bagian luar jangan dibersihkan

1. Adanya rassa sakit atau nyeri

System Kardiovaskuler

1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan


2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema

System Gastrointestinal

1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gizi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipassi, diare,dan inkontenensia alvi

System Genitourinarius

1. Warna dan bau mulut


2. Distensi kandung kemih, inkontenensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksulitas

Kurang minat untuk melaksanakan

Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual

System kulit

1. Kulit

Temperature, tingkat kelembaban

Keutuhan luka, luka terbuka, robekan

Turgor (keknyalan kulit)

Perubahan pigmen

1. Adanya jaringan parut


2. Keadaan kuku
3. Keadaan rambut
4. Adanya gangguan-gangguan umum
System Muskuloskeletal

1. Kontraktur

Atrofi otot

Mengecilkan tendon

Ketidakadekuatannya sendi

1. Tingkat mobilitas

Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan

Keterbatasan gerak

Kekuatan otot

Kemampuan melangkah atau berjalan

1. Gerakan sendi
2. Paralisis
3. kifosis

Psikososial

1. Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan


2. Focus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Fisik/Biologis

 Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan


pemasukan yang tidak adekuat
 Gangguan perpepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan
penerimaan, dan pengiriman rangsangan.
 Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam perawatan diri.
 Potensial cedera fisik sehubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
 Gangguan pola tidur sehubungan dengan kecemasan atau nyeri.
 Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya
secret pada jalan napas.
 Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kekuatan sendi.
2. Psikososial

 Isolasi sosial sehubungan dengan perasaan curiga.


 Menarik diri dari lingkungan sehubungan dengan perasaan tidak mampu.
 Depresi sehubungan dengan isolasi sosial.
 Harga diri rendah sehubungan dengan perasaan ditolak.
 Coping tidak adekuat sehubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan
secara tepat.
 Cemas sehubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual

 Reaksi berkabung atau berduka sehubungan dengan ditinggal pasangan.


 Penolakan terhadap proses penuaan sehubungan dengan ketidakpastian menghadapi
kematian.
 Marah terhadap tuhan sehubungan dengan kegagalan yang dialami.
 Perasaan tidak tenang sehubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tepat.

H. RENCANA KEPERAWATAN

Meliputi:

1. Melibatkan klien dan keluarganya dan perencanaan.


2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas:

 Klien mungkin puas dengan situasi demikian.


 Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
 Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.

1. Cegah timbulnya masalah-masalah.


2. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
3. Tulis semua rencana dan jadwal.

Perencanaan

Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara
lain:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.


2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia:

 Penuruna alat penciuman dan pengecap.


 Pengunyahan kurang sempurna.
 Gizi yang tidak lengkap.
 Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
 Melemahnnya otot-otot lambung dan usus.

Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia:

 Gizi berlebihan.
 Gizi kurang.
 Kekurangan vitamin.
 Kelebihan vitamin.

Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:

1. Kalori pada lanjut usia:

Laki-laki = 2.100 kalori

Perempuan = 1.700 kalori

Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut usia, misalnya: gemuk/kurus atau disertai penyakit
demam.

1. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.


2. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit,
15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
3. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
5. Air, 6-8 gelas perhari.

Rencana makanan untuk lanjut usia

1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.


2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3. Berikan makanan yang mengandung serat.
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5. Membatasi minum kopi dan teh.

Meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia

Penyebab kecelakaan pada lanjut usia:


 Fleksibilitas kaki yang berkurang.
 Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun.
 Pencahayaan yang berkurang.
 Lantai licin dan tidak rata.
 Tangga tidak ada pengaman.
 Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.

Tindakan mencegah kecelakaan:

1. Klien/lanjut usia:

 Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.


 Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
 Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur.
 Bila mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk menggunakan alat
bantu berjalan.
 Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk lanjut usia yang menggunakan obat
penenang/diuretic.
 Menggunakan kaca mata apabila berjalan atau melakukan sesuatu.
 Usahakan ada yang menemani.

1. Lingkungan

 Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lanjut
usia tersebut dirawat.
 Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
 Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
 Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan alat-alat yang
selalu digunakannya.
 Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin, dan basah.
 Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang menggunakannya.
 Pasang pegangan di kamar mandi.
 Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
 Jika pindah dari ruang terang ajarkan klien untuk memejamkan mata sesaat.
 Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet.
 Gunakan perabotan yang penting-penting saja di ruang lanjut usia.

Memelihara kebersihan diri

1. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia adalah:

 Penurunan daya ingat.


 Kurangnya motivasi.
 Kelemahan dan ketidakmampuan fisik.

1. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain:


 Mengingatkan atau membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan diri.
 Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak
atau berikan skin lotion.
 Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting kuku.

Memelihara keseimbangan istirahat/tidur

Upaya yang dilakukan, antara lain:

1. Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman.


2. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
3. Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan
melenturkan otot-otot.
4. Memberikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.

Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi

1. Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya ingat menurun, depresi,
lekas marah, mudah tersinggung, dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal
yang tidak adekuat.
2. Upaya yang dilakukan antara lain:

 Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.


 Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
 Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
 Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan atau tanggap
terhadap respons non verbal lanjut usia.
 Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lanjut usia.
 Menghargai pendapat lanjut usia.

1. I. TINDAKAN KEPERAWATAN

Meliputi:

1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya.


2. Sediakan cukup penerangan.

 Penerangan alam lebih baik.


 Hindarkan cahaya yang menyilaukan.
 Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan ruangan.

1. Tingkatkan rangsangan panca indera melalui:

 Buku-buku yang dicetak besar.


 Perubahan lingkungan.
 Berikan warna-warna yang dilihat klien.

1. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan:

 Kalender dan penanggalan.


 Jam.
 Saling mengunjungi.

1. Berikan perawatan sirkulasi

 Hindarkan pakaian yang menekan, mengikat, atau sempit.


 Ubah posisi.
 Berikan kehangatan dengan selimut dan pakaian.
 Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi.
 Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan.
 Lakukan penggosokan perlahan-lahan pada waktu mandi.

1. Berikan perawatan pernapasan

 Bersihkan nostril atau kotoran hidung.


 Lindungi dari angin.
 Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan, seperti:
o Bernapas dalam (deep breathing).
o Latihan batuk.
o Latihan menghembus napas menggunakan mainan.
o Hati-hati dengan terapi O2 cek terjadinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai
dengan:
 Gelisah.
 Keringat berlebihan.
 Gangguan penglihatan.
 Kejang otot.
 Tekanan darah rendah (hipotensi).
 Kerja otak menurun.

1. Berikan perawatan pada alat pencernaan

 Rangsang nafsu makan.


o Berikan makan dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi.
o Berikan makanan yang menarik.
o Sediakan makanan yang hangat-hangat.
o Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya.
o Cegah terjadinya gangguan pencernaan
 Berikan sikap fowler waktu makan.
 Pertahankan keasaman lambung.
 Berikan makanan yang tidak membentuk gas.
 Cukup cairan.
 Cegah konstipasi atau sembelit
 Jamin kecukupan cairan dalam diet.
 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
 Fasilitas gerakan usus dalam mencerna.
 Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal.
 Berikan laksativ atau supositorial, jika hal-hal diatas tak efektif.

1. Berikan perawatan genitourinaria

 Cukup cairan masuk 2000-3000 ml/hari.


 Cegah inkontinensia.
o Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk buang air kecil (bak) tiap 2 jam.
o Pertahankan penerangan di kamar mandi untuk mencegah jatuh.
o Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari.
o Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur.
o Seksualitas
 Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi.
 Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya terhadap
keinginan seksual.
 Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan.

1. Berikan perawatan kulit

 Mandi
o Jelaskan dan beri dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2 kali seminggu
untuk mencegah kekeringan kulit.
o Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah
kesehatan kulit.
o Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, missal: ada jamur di kuku atau
adanya gangguan medic atau bedah.

10. Berikan perawatan musculoskeletal

 Bergerak dengan keterbatasan.


 Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati.
 Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan memberikan latihan.
 Lakukan latihan aktif dan pasif, misalnya waktu istirahat atau pada waktu-waktu tertentu.
 Berikan arah dan latihan pada semua sendi 3 kali.
 Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien contohnya
membiarkan klien duduk tanpa dibantu.

11. Berikan perawatan psikososial

 Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta
suasana normal.
 Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas.
 Fasilitas pembicaraan.
 Pertahankan sentuhan yang merupakan satu alat yang sangat berguna dalam menetapkan
atau memelihara kepercayaan.
 Berikan penghargaan dan rasa simpati.
 Pertahankan pendekatan kebaikan.

12. Pelihara keselamatan

 Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang karena klien:
o Sering terbangun (orientasi mengalami kemunduran yang disebabkan oleh
beberapa hal).
o Mudah jatuh karena kelemahan otot-otot.
o Hipertensi bila dalam posisi tegak.
o Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkanperawatan
langsung.
o Klien diberikan pegangan di kamar mandi dan ruangan.
o Kamar dan lantai berantakan.
o Cukup mendapatkan penerangan.
o Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan.
o Berikan dorongan untuk berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk klien lanjut
usia.

J. PERAWATAN SEHARI – HARI YANG HARUS DILAKUKAN

Perawatan yang harus dilakukan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan (personal hygiene), yakni :

Kebersihan mulut dan gigi

Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur – kumur secara
teratur, meskipun sudah ompong, bagi yang masih aktif dan yang masih mempunyai gigi agak
lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang – kurangnya 2 kali sehari, pagi bangun tidur
dan malam sebelum tidur. Bagi lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (protesa) dapat
dipelihara, caranya sebagai berikut :

1. Gigi palsu dilepas, keluarkan dari mulut dengan menggunakan kain kasa atau sapu tangan
yang bersih, bila kesulitan bisa dibantu oleh keluarga atau perawat.
2. Gigi palsu kemudian disikat perlahan – lahan di bawah air mengalir sampai bersih. Bila
perlu dapat digunakan pasta gigi.
3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan di rendam dengan sir bersih di dalam gelas.
Tidak boleh direndam di air panas atau di jemur. Bagi mereka yang sudah tidak
mempunyai gigi lagi atau tidak memakai gigi palsu, setiap kali habis makan harus
berkumur – kumur untuk mengeluarkan sisa makanan yang melekat diantara gigi. Bagi
yang masih mempunyai gigi tapi kondisinya lemah atau lumpuh, usaha untuk
membersihkan gigi dan mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal di
panti bisa dibantu perawat atau petugas.
Yang perlu diperhatikan dalam membersihkan gigi – gigi :

 Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya diatas sikat gigi).


 Air bersih dalam gelas untuk kumur.
 Kom plastik sedang untuk membuang air kumur.
 Handuk untuk alas di dada, agar tidak basah dan untuk lap mulut setelah sikat gigi
selesai.

Caranya :

1. Alat – alat, seperti : kom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk diletakkan diatas meja kecil
atau kursi didekat tempat tidur.
2. Usahakan duduk dengan posisi yang enak, bila tidak dapat duduk usahakan untuk dapat
duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal untuk menahan punggungnya.
3. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada, gunanya untuk menjaga agar
tidak basah.
4. Sikatlah gigi secara perlahan – lahan mulai dari bagian luar, lalu ke dalam dan
kebelakang gigi, cara menyikatnya dari atas ke bawah untuk gigi bagian atas, dan dari
bawah ke atas untuk gigi bagian bawah agar kotoran/sisa makanan bisa tersapu.
5. Berikan air bersih untuk kumur – kumur sampai bersih.
6. Sisa air kumur dituangkan dan di tampung dalam kom plastik.
7. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk sehingga bersih dan kering.

Kebersihan kulit dan badan

Fungsi kulit :

1. Melindungi bagian tubuh atau jaringan di bawahnya terhadap pukulan, untuk mencegah
kuman – kuman penyakit, dan kedinginan.
2. Sebagai panca indera perasa dan peraba.
3. Mengatur suhu badan.
4. Mengeluarkan ampas – ampas berupa zat – zat yang tak terpakai, misalnya keringat.
5. Tempat memasukkan obat – obat injeksi.

Pentingnya pemeliharaan kulit

Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari luar, kulit merupakan pintu masuk ke dalam
tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang akan pentingnya arti kebersihan.
Kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian pada klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan
agar penampilan mereka tetap segar. Usaha membersihkan kulit dapat dengan cara mandi tiap
hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari.

Manfaat mandi :

1. Menghilangkan bau.
2. Menghilangkan kotoran.
3. Merangsang peredaran darah.
4. Memberikan kesegaran pada tubuh.

Pengawasan yang perlu dilakukan :

1. Ada tidaknya lecet.


2. Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar tidak terlalu kering atau
keriput.
3. Mempergunakan air hangat untuk mandi, dalam usaha merangsang peredaran darah dan
mencegah kedinginan, temperatur air hangat sebaiknya kurang lebih 80 – 90° f.
4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlampau sering, karena hal ini dapat
mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput.

Bantuan perawatan bagi yang keadaan fisiknya memerlukan bantuan orang lain, seperti
memandikan cukup di tempat tidur.

Prinsipnya adalah :

1. Sediakan air hangat – hangat kuku dalam dua buah waskom.


2. Sediakan waslap (handuk kecil) dan handuk, jika mungkin masing – masing dua buah.
3. Sabun mandi dalam tempatnya.
4. Bedak talk atau bodylotion (krem pelembab).
5. Pakaian bersih, sisir, sapu tangan bersih untuk wanita umngkin juga bedak.

Pelaksanaannya :

1. Setelah alat – alat semua tersedia, pintu, dan jendela di tutup.


2. Jelaskan ke klien apa ayang akan dilakukan.
3. Buka pakaian bagian atas bentangkan handuk di atas dada, kemudian mulai menyeka
bagian muka (tanpa sabun, kecuali diminta).
4. Lalu dibilas dengan waslap hingga bersih dan kering.
5. Kemudian berturut – turut menyeka tangan dan lengan. Mulailah tangn dan lengan yang
jauh dari penolong, kemudian tangan dan lengan yang dekat. Selanjutnya bagian dada di
seka seperti lengan dan tangan, lalu dikeringkan dan diberi talk atau bodylotion.
6. Setelah selesai dada ditutup dengan kain selimut, lalu dikeringkan kemudian diberi talk
atau bodylation.
7. Bagian akhir adalah anggota badab bagian bawah. Menyeka anggota badan bagian bawah
hendaknya memakai air bersih sebelumnya.
8. Yang terakhir sekali menyeka selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada
sisa sabun yang tertinggal dan keadaannya benar – benar bersih dan kering.
9. Ganti pakaian yang bersih, tempat tidur di bersihkan.

Kebersihan kepala dan rambut

Rambut seperti juga kuku tumbuh di luar epidermis. Pertumbuhan ini terjadi karena rambut
mendapat makanan dari pembuluh – pembuluh darah sekitar rambut. Warna rambut ditentukan
karena adanyapigmen, bila rambut tidak dibersihkan akan menjadi kotor dan debu melekat pada
rambut.

Tujuan membersihkan kepala untuk menghilangkan debu – debu dan kotoran yang melekat di
rambut dan dikulit kepala, klien lanjut usia yang amsih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri.

Cara mencucui tambut :

1. Sediakan air hangat secukupnya di waskom/ember plastik.


2. Bilas rambut dengan air hangat tersebut lalu beri atau tuangkan shampo sedikit demi
sedikit.
3. Usapkan dan gosokkan shampo itu di kepala hingga rata.
4. Kemudian bilas sampai bersih.
5. Lalu keringkan dengan handuk.

Perlu diperhaikan :

 Bila terdapat ketombe atau kutu rambut dapat diberikan obat, misalnya peditox.
 Untuk rambut yang kering, bisa diberi minyak atau urang – aring atau lainnya.

Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri baik karena habis sakit atau
kondisi fisiknya tidak memungkinkan, dapat mencuci rambut di tempat tidur dengan bantuan
salah satu anggota keluarga atau perawat.

Bila lanjut usia yang sering atau banyak berbaring di tempat tidur harus lebih di perhatikan
kebersihan rambutnya mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering, dan berbau
serta gatal – gatal.

Adapun cara – caranya sebagai berikut :

1. Persiapan

 Ember (1 berisi air hangat dan 1 lagi untuk menampung air kotor).
 Shampo, sisir, handuk serta alas dari kain karet, atau plastik.

1. Pelaksanaan

 Letakkan kepala dipinggir tempat tidur dan di bawahnya diberi alas kain karet atau kain
plastik yang dihubungkan dengan ember kosos\ng penampung air kotor, yang diletakkan
di bawah tempat tidur.
 Rambut di basahi sedikit demi sedikit dan dishampo, sambil dilakukan 2 kali agar bersih
betul, kemudian di bilas sampai bersih.
 Kemudian di keringkan dengan handuk.

Mencuci rambut di tempat tidur yang perlu diperhatikan :


1. Membilas sisa sabun, shampo harus benar – benar bersih agar tidak menimbulkan rasa
gatal – gatal atau ketombe dan timbul alergi.
2. Menyisir rambut di tempat tidur harus terlebih dahulu di berikan alas di atas bantal
dengan handuk, kemudian baru di sisir dengan hati – hati.
3. Miringkan kepala agar rambut mudah dijalin, terutama bagi yang berambut panjang.
Rontokan rambut yang melekat pada sisir masukkan ke dalam penampung yang berisikan
larutan lisol.

Cara pemeliharaan kuku :

Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran dan bahkan kuman – kuman
penyakit. Oleh karena itu, harus selalu disarankan agar lanjut usia secara teratur memotong
kukunya. Bagi yang tidak mampu melakukan sendiri, hendaklah perawat atau keluarga
memotongnya dan jangan terlalu pendek sebab akan terasa sakit.

Kebersihan tempat tidur dan posisi tidur

Tempat tidur yang bersih dapat memberikan kenikmatan atau perasaan nyaman pada waktu tidur.
Oleh karena itu, kebersihan tempat tidur perlu sekali di perhatikan. Namun perlu diingat dan
disadari bahwa kondisi fisik untuk lanjut usia yang masih aktif cukup diberikan pengarahan cara
membersihkan tempat tidur.

Bantuan kepada klien lanjut usia yang masih aktif, misalnya :

1. Bila keadaan kasur cekung di tengah, hendaknya di balik tiap kali membersihkan tempat
tidur.
2. Alas kasur di tarik kencang dan ujung – ujungnya dilipat dan disorongkan kebawah
kasur sehingga tak mudah menimbulkan lipatan – lipatan yang mungkin menyebabkan
lecet.
3. Alat kasur atau seprei diganti tiap 3 hari sekali, kecuali kalau kotor.
4. Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkontinensia urin, alas kasur diganti tiap kali
basah. Kasur tiap hari dijemur dipanas matahari.

Bantuan atau pertolongan yang pasif

Bagi klien lanjut usia yang terus menerus beristirahat di tempat tidur harus selalu diusahakan
dapat beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman.
Usahakan pula agar bantal jangan terlalu lembek atau terlalu keras. Latihan bangun dan tidur
diatas usaha sendiri perlu dibina, bukan saja agar otot – otot badan tetap aktif tetapi juga untuk
menghindari pegal – pegal dan mencegah atrofi. Letaka atau posisi tidur harus diatru sedemikian
rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering di buat selang – seling agar tidak timbul luka
lecet – lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus menerus.

Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain :


1. Letak guling di bawah lututnya usahakan agar kakinya tidak tergelincir jatuh kesamping
dan tidak dalam posisi drop foot.
2. Untuk mencgah luka lecet (dekubitus) tumit dan bokong di beri bantal angin (windring).
3. Agar dapat tidur terlentang dengan punggung dan bokong lurus hendakya diberi papan di
bawah kasurnya, jika tempat tidur tersebut terdiri dari kawat – kawat (springbed).
4. Pada letak atau posisi setengah duduk di bagian kepala tempat tidur di beri sandaran kursi
atau papan.

Catatan :

1. Bagi klien yang mengalami inkontinensia urin sebaiknya di beri perlak karpet atau plastik
untuk melindungi kasur.
2. Kebersihan mutlak diperhatikan untuk mencegah adanya semut atau binatang – binatang
kecil lainnya.
3. Jika tidak dalam keadaan tidur sebaiknya di beri suatu aktifitas untuk melatih pergerakan
ototnya supaya tidak kaku ataupun merasa gelisah.
4. Kesabaran serta ketekunan keluarga yang merawat klien lanjut usia mutlak perlu
ditumbuhkan agar klien lanjut usia tetap merasa diperhatikan.

Makan dan cara memberi obat

Kebutuhan gizi

Kebutuhan gizi bagi klien lanjut usia perlu dipenuhi secra adekuat karena merupakan pokok
kelangsungan proses pergantian sel – sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta
memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik.

Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya : untuk janutng, usus, pernafasan, dan ginjal.

Kebutuhan kalori bagi klien lanjut usia dianjurkan tidak melebihi 1700 kalori sebaiknya
disesuaikan dengan macam kegiatannya, kebutuhan untuk protein normal pada usia lanjut usia
adalah 1 gr/kg bb/hari.

Sebaiknya dikurangi makan makanan yang mengandung lemak hewani, misalnya : daging sapi,
daging kerbau, kuning telur, dan otak. Bagi klien lanjut usia disarankan perlu mkanan tambahan
yang banyak mengandung kalsium (ca) = zat kapur. Kebutuhan kalsium pada klien lanjut usia
14,1 mg/kg bb/hari. Zat besi perlu diberikan untuk memperlancar pembentukan darah.
Sedangkan mengenai pemberian garam natrium supaya dikurangi, sehubungan dengan
kemungkinan tekanan darah tinggi. Pada klien lanjut usia perlu pula diberikan untuk buah –
buahan untuk mendapatkan vitamin, guna memperlancar pekerjaan dalam tubuh. Untuk
meghindari konstipasi (sembelit) klien lanjut usia perlu diberikan cukup makanan yang
mengandung serat, misalnya : beras tumbuk, akar – akar hijau, kacang – kacangan, buah –
buahan, serta banyak minum kurang lebih 1500 – 2000 cc yang sekaligus berguna membantu
kerja ginjal.
Faktor yang mempengaruhi kebuttuhan gizi pada lanjut usia

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat kerusakan gigi/ompong).


2. Berkurang cita rasa (rasa dan buah).
3. Berkurangnya koordinasi otot – otot saraf.
4. Keadaan fisik yang kurang baik.
5. Faktor ekonomi dan sosial.
6. Faktor penyerap makanan (daya absorpsi).

Masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia :

1. Gizi belebihan

Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat dinegara barat dan kota – kota besar. Kebiasaan
amakan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada waktu
lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena kurangnya aktifitas fisik. Kebiasaan amakan
tersebut sukar untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.

Kegemukan merupakan salah satu penceus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

1. Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah – masalah sosial ekonomi dan juga kaena gangguan
penyakit. Bila konsusmsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan
berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan
kerusakan – kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan
terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ – orga tubuh
yang fital.

1. Kekurangan vitamin.

Bila konsumsi buah dan sayur – sayuran dalam makan kurang, apabila ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur,
kulit kering, lesu, dan tidak semangat.

REFERENSI

1. Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999


2. Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002
http://akademikeperawatanaisyiyahpalembang.blogspot.com/2010/12/askep-pada-lansia.html

Untuk melakukan Asuhan keperawatan kepada lansia yaitu :

1. Melakukan pendekatan perawatan lansia

a) Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objetif kebutuhan, mejadian-kejadian yang dialami
klien lansia perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan. Penyakit yang dapat dicegah prognesiyitasnya
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi 2 yakni :
Klien lansia masih aktif
Klien lansia pasif
Untuk lansia aktif → diberikan bimbingan untuk personal Hygiene membantu
dan memperhatian lansia agar dapat bernafas dengan lancar yang meliputi :
Bernafas dengan lancar
Makan/minum
Melakukan eliminasi
Tidur
Sikap tubuh waktu berjalan
Duduk
Berubah posisi waktu tiduran
Istirahat
Kebersihan tubuh
Memakai dan mengganti pakaian
Mempertahankan suhu badan
Melindungi kulit
Menghindari kecelakaan

b) Pendekatan Psikis
Perawat harus melakukan pendekatan edukatif disini perawat harus dapat berperan sbb :
Supporter, Interpreten
Penampung rahasia pribadi
Sebagai sahabat akrab
Pada pendekatan psikis perawat harus memegang prinsip-prisip “ triple S ” 
Sabar, Smpatik dan Service

Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi lansia dalam rasa memecahkan
dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri dan rasa keterbatasan

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan lansia terhadap kesehatan 
Perawat melakukannya dengan perlahan-lahan dan bertahap

c) Pendekatan sosial
Lakukan diskusi dan tukar fikiran
Berikan kesempatan berkumpul dengan sesame lansia
Ciptakan hubungan sosial dengan lansia dengan lansia, lansia dengan perawat
Berikan kesempatan untuk komunikasi
Rekreasi

d) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan bathin dalam hubungan dengan tuhan
sesuai dengan agama dan kepercayaannya
“ DR Tony Setya Budhi ” mengemukakan :
Bahwa seringkali maut selalu meliputi rasa takut

Tujuan askep lansia


1. Agar lansia dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan :

Peningkatan kesehatan

Pencegahan penyakit Sehingga memiliki ketenangan


hidup dan produktif
Pemeliharaan kesehatan sampai akhir hidup
2. Mempertahankan kesehatan dan kemampuan dengan jalan perawatan dan pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta meningkatkan semangat hidup (life support)
4. Menolong lansia mengalami penyakit/gangguan kesehatan
5. Merangsang petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk menegakkan diagnosa yang tepat dan dini
6. Mencari upaya yang maksimal agar pasien lansia yang menderita penyakit masih bisa
mempertahankan kebebasan tanpa perlu pertolongan (mandiri)

FOKUS ASKEP LANSIA


1. Peningkatan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Mengoptimalkan Fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

PENGKAJIAN
Tujuan
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri
2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
3. Membantu menghindari Bentuk dan penandaan klien
4. Memberi waktu pada klien untuk menjawab

Pengkajian meliputi aspek


1. Fisik
Wawancara
Pandangan lansia tetang kesehatannya
Kegiatan yang mampu dilakukan
Kebiasaan merawat diri
Kekuatan fisik : otot, sendi, penglihatan dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK
Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam
Perubahan fungsi badan yang dirasakan sangat bermakna
Kebiasaan lansia memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh

2. Psikologis
Apakah lansia mengenal mamsah-masalah utamanya
Bagaimana sikap terhadap proses menua
Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yang dialami
Apakah lansia mudah beradaptasi
Apakah lansia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan saat ini dan masa datang
Perlu dikaji : fungsi kognitif
 Daya ingat
 Proses fikir
 Alam perasaan
 Orientasi dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah

3. Sosial Ekonomi
Darimana sumber keuangan lansia
Apa saja kesibukan lansia
Lansia tinggal dengan siapa
Pandangan lansia terhadap lingkungannya
Seberapa sering lansia berhubungan dengan dunia luar
Siapa saja yang biasa mengunjungi lansia
Seberapa besar ketergantungan lansia
Apakah dapat menyalurkan hobi dengan fasilitas yang ada
4. Spiritual
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
Apakah teratur mengikuti kegitan keagamaan
Bagaimana lansia mengatasi masalahnya  dengan berdo’a
Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

Pengkajian dasar
1. Temperatur
Mungkin serendah 95 0F (± 35 0C) hipotermi
Lebih teliti diperiksa disublingual

2. Pols (denyut nadi)


Kecepatan, irama, volume
Apical, radikal dan pedal

3. Respirasi/Pernafasan
Kecepatan, irama dan kedalaman
Tidak terturnya pernafasan

4. Tekanan Darah
Saat berbaring, duduk dan berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh

5. BB menurun pada tahun-tahun terakhir


6. Tingkat orientasi
7. Memory (ingatan)
8. Pola tidur
9. Penyesuain Psikososial

Sistem persyarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran

3. Mata :
Pergerakan
Kejelasan melihat
Adanya khatarak
Pupil  kesamaan dilatasi

4. Ketajaman penglihatan menurun karena menua


Jangan ditest didekat jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi kacamata

5. Sensori deprivation
6. Ketajaman pendengaran
7. Adanya rasa sakit/nyeri

Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Apakah ada pembengkakan vena yugolaris (jugularis)
4. Pusing, sakit dan edema

Sistem gastrointestinal
Status gizi
Pemasukan diet
Anoreksi, tidak dicerna, mual dan muntah
Mengunyah dan menelan
Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
Auskultasi bising usus
Palpasi : apakah ada kembung
Apakah ada sembelit (konstipasi), diare dan inkontinensia ALVI

Sistem genitourinarius
Warna dan bau urin
Distensi kandung kemih dan inkontinensia
Frekuensi, tekanan dan desakannya
Intake dan output cairan
Disuria
Seksualitas
Kurang minat untuk melakukan hubungan sek
Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual

Sitem integumen
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan kulit, luka terbuka, robekan
Turgor (kekenyalan kulit)
Perubahan pigmen
Adanya jaringan parut
Keadaan rambut
Adanya gangguan umum

Sistem muskuloskletal
Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilnya tendo
Ketidak adekuatnya gearan sendi
Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan bergerak/berjalan
Gerakan sendi
Paralisis
Kifosis

Psikososial
Menunjukkan tanda-tanda tingkat ketergatungan
Fokus-fokus pada dirinya bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Butuh perhatian kasih sayang dalam betuk nyata

Diagnosa Keperawatan
1. Fisik/Biologis
a. Gangguan nutrisi  kelebihan atau kekurangan kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
yang tidak adekuat
b. Gangguan persepsi sensorik: pendengaran/penglihatan berhubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan
c. Kurangnya personal Hygiene berhubungan dengan kurang minatnya merawat diri
d. Potensial terjadinya cedera fisik berhubungan dengan fungsi tubuh
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan/nyeri
f. Perubahan pola bernafas berhubungan dengan penyenpitan jalan nafas
g. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan sendi

2. Psikososial

a. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga


b. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
c. Defresi berhubungan dengan isolasi sosial
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
e. Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidak mampuan mengemukakan perasaan
secara tepat
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas

3. Spiritual

a. Reaksi berkabung berhubungan dengan ditinggal pasangan


b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidak pastian menghadapi
kematian
c. Marah kepada tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan melakukan ibadah secara
tepat

Anda mungkin juga menyukai