Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM FISIOLOGIS

A. Definisi Postpartum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Partus di anggap spontan
atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu
janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam.

B. Tujuan Pengawasan Post Partum


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupunsetelah nanti keluar dari rumah
sakit.Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayidan perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)

C. Tahapan Post Partum


Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah :
1. Puerperium dini, dimulai dari 0 – 24 jam post partum yang biasa disebut dengan masa
pemulihan saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial : dimulai dari 1-7 hari post partum dimana berlangsungnya
masa pemulihan yang menyeluruh dari organ-organ reproduksi yang berlangsung kira-
kira 6-8 minggu.
3. Remote puerperium : berlangsung 1-6 minggu post partum yaitu waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu
apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi (Suherni, 2009).

D. Adaptasi Fisiologis Postpartum


1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya :
a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap
oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami
beser kencing setelah melahirkan.
b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus
yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:


a. Uterus, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Berat Diameter Uterus
Involusi TFU
Uterus
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr

Setelah plasenta 3 jari dibawah 750 gr 12,5 cm


lahir pusat

1 minggu Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm


– simbiosis

2 minggu Tak teraba diatas 350 gr 3,4 cm


simfisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gr 1,2 cm

8 minggu Normal 30 gr

b. Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
d. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini
dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina
yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang
normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim
biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.
3. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa
nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochea
ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochea dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam
terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah
dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
a. Lochea rubra (cruenta), berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7
pasca persalinan.
c. Lochea seriosa, berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4
pasca persalinan.
d. Lochea ala, cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f. Lacheostatis, lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak
jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi
kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca
persalinan.
5. Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang
menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan
ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi
cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.
7. Sistem Hormonal
a. Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
b. Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxytoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang
ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar,
keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang
lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi
ibu.
8. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90 mmHg
vital mmHg, mungkin bisa naik
dari tingkat disaat persalinan
1 – 3 hari post partum.

Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C


Denyut nadi: 60-100 x/ Denyut nadi: > 100 x/ menit
menit
E. Adaptasi Psikologi Postpartum
1. Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu post partum
Pasca persalinan merupakan salah satu pengalaman yang akan dialami oleh
seorang ibu yang baru saja melahirkan terutama pada ibu yang pertama kalinya
melahirkan, pada perkembangan kondisi ibu sering mengalami terjadinya peningkatan
dan perubahan emosi dan psikologis yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
adanya penyesuaian pada lingkungan baru, harapan sosial untuk berperilaku lebih baik,
masalah dalam sekolah ataupun pekerjaan, dan serta hubungan keluarga yang tidak
harmonis, yang akan menyebabkan ibu usia muda harus bisa beradaptasi dengan
kehidupan barunya (Sarlito, 2009).
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian bagi
ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan
tersebut berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi
periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini membutuhkan peran
professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu post partum akan
bertambah dengan adanya kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi
yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
11 menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in
pada ibu pasca melahirkan agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang
kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti merawat tali pusat, menyusui,
mengganti popok tetapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium,
menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.
2. Tahapan perubahan psikologis postpartum menurut Rubin
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In (Ketergantungan)
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold (Antara Ketergantungan dan Mandiri)
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go (Penerimaan Peran Baru)
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-
kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan
terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
3. Postpartum blues
Syndrome baby blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah
melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya. Postpartum baby blues adalah gangguan
suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan. Syndrome baby
blues ini sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih
buruk pada hari ke tiga dan ke empat. (Mansyur, 2009)
Baby blues syndrome atau postpartum blues menurut Saleha (2009), merupakan
suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai dengan memuncaknya emosi pada
minggu pertama setelah melahirkan. Suasana hati yang paling utama adalah
kebahagiaan, namun emosi penderita menjadi stabil. Baby blues syndrome atau stress
pasca melahirkan merupakan suatu kondisi umum yang sering di alami oleh seorang
wanita yang baru melahirkan dan biasanya terjadi pada 50% ibu baru. Baby blues
sendiri merupakan suatu perasaan gembira oleh kehadiran sang buah hati, namun
disertai oleh perasaan cemas, kaget sedih sehingga dapat menimbulkan kelelahan
secara psikis pada sang ibu tersebut (Melinda, 2010).
Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby blues
syndrome Menurut Puspawardani (2011), adalah sebagai berikut :
a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa
sebab.
b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran.
c. Tidak memiliki atau sedikit tenaga.
d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.
e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan dan
khawatir terhadap bayinya.
f. Tidak percaya diri.
g. Sulit beristirahat dengan tenang. Peningkatan berat badan yang disertai dengan
makan berlebihan.
h. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.
i. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
4. Depresi postpartum
Depresi postpartum merupakan gangguan mood setelah melahirkan yang
merefleksikan disregulasi psikologikal yang merupakan tanda dari gejala-gejala
depresi major. Mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang dalam
beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik atau pelambatan
psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi, keinginan untuk bunuh
diri merupakan gejala-gejala yang dapat dijumpai pada ibu dengan depresi postpartum.
Penegakan diagnosis suatu depresi postpartum dapat ditegakkan melalui gejala-
gejala klinis yang tampak seperti mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau
senang dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik atau
pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi, keinginan
untuk bunuh diri. Untuk menegakkan diagnosis tersebut selain dari riwayat serta
penampakan gejala, dapat ditunjang melalui test Edinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS).

F. Adaptasi Keluarga (peran transisi menjadi orang tua)


1. Peran transisi menjadi Orang tua
a. Adaptasi ibu dan ayah
Seiring dengan perubahan fisiologis yang cepat dan luas yang dialami oleh
wanita setelah melahirkan maka akan terjadi pula perubahan emosional
(psikologis) dengan membentuk suatu adaptasi yang cukup kompleks bagi ibu.
Meskipun ayah dan anggota keluarga lainnya tidak mengalami perubahan tersebut,
mereka juga harus menyesuaikan secara psikologis terhadap kehadiran bayi baru
lahir. Kesejahteraan psikologis ibu itu sendiri tergantung pada besar kecilnya
kebahagiaan pasangan (suami) dan anggota keluarga lainnya dalam menanggapi
kelahiran bayi baru.
Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang diberikan harus membantu status
fisik dan psikologis setiap pasien dan status psikologis ayah dan anggota keluarga
lainnya untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan komprehensif.
Respon ayah pada masa sesudah ibu melahirkan tergantung keterlibatannya
selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat
dengan istri dan anaknya, tetapi kadang-kadang terbentur dengan peraturan rumah
sakit. Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran
dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya, orang tua menjadi kakek/nenek,
suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga
yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada
yang membantu, sementara ibu harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat
bayi dan membantu rumah tangga.
b. Adaptasi Sibling
Memperhatikan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa
menjadi persoalan bagi orangtua. Merekan dihadapkan pada tugas untuk merawat
anaknya yang baru tanpa menelantarhan anak yang lain. Orangtua perlu membagi
perhatian mereka dengan adil. Orangtua, terutama ibu, menghabiskan banyak
waktu dan tenaga untuk bisa membuat saudara kandung ini menerima bayi yang
baru. Anak-anak yang lebih tua terlibat aktif dalam persiapan kedatangan bayi dan
keterlibatan ini meningkat setelah bayi lahir. Ibu dan ayah menghadapi sejumlah
tugas yang terkait dengan penyesuaian dan permusuhan antar saudara. Tugas-
tugas tersebut meliputi hal-hal berikut :
1) Membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi dan diinginkan.
2) engatasi rasa bersalah yang timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua
mendapat perhatian dan waktu yang lebih sedikit.
3) Mengembangkan rasa percaya diri dalam kemampuan mengasuh lebih dari
satu anak.
4) Menyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru tersebut.
5) Membantu perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang lebih lemah dan
mengalihkan prilaku yang agresif. Kelas persiapan untuk saudara kandung
talah terbukti efektif dalam membantu mengurangi permusuhan antar saudara
sewaktu anak kedua bergabung ke dalam keluarga
c. Adaptasi kakek-nenek
Jumlah keterlibatan kakek-nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung
pada banyak faktor, misalnya, keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan
hubungan kakek-nenek, dan peran kakeknenek dalam konteks budaya dan etnik
yang bersangkutan. Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam praktik
perawatan bayi (Rubin, 1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan
sebagai individu pndukung. Cucu ialah bukti nyata kontinuitas dan keabadian.
Seringkali kakek dan nenek mengatakan bahwa kehadiran cucu membantu mereka
mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Orangtua dapat diberi semangat untuk
melibatkan kakek dan nenek mereka, keterlibatan ini akan memperkaya kehidupan
mereka dan kehidupan anak-anak mereka. Dengan dibantunya orangtua mengatasi
opini yang berbeda-beda dan konflik yang belum di selesaikan (misalnya:
ketergantungan dan pengontrolan) di antara mereka sendiri dan dengan orangtua
mereka, mereka dapat terus maju untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan
masa dewasanya dengan semakin baik.
Salah satu cara untuk membantu kakek-nenek menjembatani perbedaan
generasi dan membantu mereka dalam memahami konsep menjadi orangtua, yang
digunakan oleh anak mereka, ialah dengan menawarkan mereka untuk mengikuti
kelas-kelas persiapan. Kelas yang dimaksud meliputi pemberian informasi tentang
praktik kehamilan yang baru terutama cara merawat yang berpusat pada keluarga,
perawatan bayi, pemberian makan, dan tindakan keselamatan (tempat duduk
khusus di dalam mobil), dan penggalian peran yang dimaiknkan orangtua dalam
unit keluarga. Hal ini dapat membatu diskusi terbuka antar generasi tentang
perasaan dan kebutuhan orangtua serta kakek-nenek.

G. Ciri-Ciri family centre maternity care di ruang postparum


Family Centered Maternity Care merupakan pemberian asuhan kepada wanita dan
keluarganya pada saat kehamilan, kelahiran, post partum dan perawatan bayi yang
dimasukan ke dalam siklus kehidupan keluarga sebagai peristiwa normal dan sehat. Ciri-
ciri penatalaksanaan FCMC di ruangan postpartum yaitu :
1. Dilaksanakannya kelas-kelas antenatal
2. Melibatkan keluarga pada persalinan dan postpartum
3. Persalinan tindakan melibatkan keluarga
4. Setting ruangan bersalin seperti rumah
5. Pelayanan prosedur fleksibel
6. Kontak dini orang tua dan bayi
7. Pelaksanaan rooming in fleksibel
8. Bayi dengan komplikasi melibatkan keluarga
9. Pemulangan dini dengan follow up

H. Discharge Planning
Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan perawatan, yang bertujuan
untuk memandirikan klien dan mempersiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional bayi bila pulang. Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang adalah
hari pertama masuk rumah sakit. Klien belum dapat dipulangkan sampai dia mampu
melakukan apa yang diharapkan darinya ketika di rumah. Oleh karena itu Rencana
Pemulangan harus didasarkan pada :
1. Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan seberapa jauh tingkat
ketergantungan pada orang lain
2. Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman
3. Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
kesehatan, pendidikan, dan pengobatan.
Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat Rencana
Pemulangan (RP) adalah :
1. Berfokus pada klien. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien merupakan hal penting
dalam perencanaan. Klien dan keluarga harus berpartisipasi aktif dalam hal ini.
2. Kebutuhan dasar klien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu masuk dan
terus dipantau pada masa perawatan.
3. Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan implementasi dan
evaluasi secara periodik.
4. Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari berbagai
disiplin ilmu.
5. Klien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana pemulangan.
Cara-cara penyampaian Rencana Pemulangan adalah :
1. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan.
3. Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis
4. Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam melakukan perawatan
dan pengobatan.
5. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada tim kesehatan.
6. Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi.

I. Home Care
Home care pada maternitas adalah fasilitas utama kesehatan yang bukan merupakan
bagian dari sebuah rumah sakit, yang yang menyediakan layanan antenatal komprehensif,
intrapartum, dan layanan pascakelahiran untuk wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi.
Fasilitas ini harus ditempatkan berdekatan dan berhubungan dengan rumah sakit yang
dapat mengelola kedaan darurat obstetrik dan neonatal.
1. Keuntungan Homecare Maternitas
a. Biaya lebih murah
b. Resiko infeksi nosokomial rendah
c. Peningkatan keterlibatan keluarga
d. Memberikan pelayanan reproduksi yang komprehensif, berkualitas, dan
berkesinambungan.
2. Kondisi Perawatan yang Memerlukan Tindakan Homecare Beberapa perawatan yang
memerlukan tindakan homecare adalah :
a. Prenatal: Childbirth and parenting education, antenatal care, senam hamil, dan
antenatal education (deteksi kesejahteraan janin), dan lain-lain.
b. Intranatal: homebirth
c. Postnatal: early discharge follow up, maternal assessment, senam nifas, postnatal
Education
d. Neonatus: perawatan bayi baru lahir (memandikan, memberi makan, massage),
follow-up-postoperative or post-hospitalization follow-up, resusitasi neonatus.
e. Gangguan reproduktif: kanker serviks, mamae, dan lain-lain
f. Kontrasepsi, dan lain-lain.
Contoh Home care yang Bisa Diberikan Pada Perawatan Maternitas Dalam hal ini
perawat hanya berwenang memberikan perawatan homecare setelah pasien tersebut
memasuki masa post partum atau setelah melahirkan. Kunjungan rumah memiliki
keuntungan yang sangat jelas karena membuat perawat dapat melihat dan berinteraksi
dengan anggota keluarga di dalam lingkungan yang alami dan aman. Perawat mampu
mengkaji kecukupan sumber yang ada di rumah, demikian pula keamanan di rumah, dan
lingkungan sekitarnya. Misalnya, perawat dan Ibu bersama-sama membahas hal-hal yang
harus dipelajari sampai kunjungan berikutnya, mempelajari perawatan bayi lebih mudah
karena benda-benda yang dipakai demonstrasi adalah benda-benda yang dipakai untuk
demonstrasi adalah benda-benda yang sebenarnya yang digunakan sehari-hari di rumah.
Oleh karena itu, kunjungan rumah lebih mudah dilakukan untuk mengidentifikasi
penyesuaian psikologis dan fisik yang rumit.
Ada beberapa keterbatasan kunjungan rumah sebagai suatu strategi tindak lanjut
pascapartum seperti biaya untuk mengunjungi keluarga yang jaraknya jauh, terbatasnya
jumlah perawat yang berpengalaman dalam memberi pelayanan maternitas dan
perawatan bayi baru lahir, kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi keluarga
di daerah tertentu

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Postpartum
a. Identitas diri
Terdiri dari nama, ttl, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat,
no register, tanggal pengkajian.
b. Identitas penanggung jawan
Terdiri dari, nama, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat
c. Keluhan utama
Keluhan biasanya mules, pendarahan, nyeri dibagian bawah
abdomen/punggung/ ulu hati, sakit kepala, mual, lemah
d. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji biasanya mules, pendarahan, nyeri dibagian bawah abdomen/punggung/
ulu hati, sakit kepala, mual, lemah
e. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji metode kehamilan berapa, metode persalinan, riwayat penyakit seperti
hipertensi, riwayat penyulit dahulu.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Mempunyai penyakit hiv, hipertensi, asma, DM dll
g. Riwayat persalinan dan nifas yang dulu
Kaji partus, jenis persalinan, indikasi, penolong salinan, jenis kelamin bayi, bb,
pj, tempat , penyulit. Anak ke, tempat rawat, dan lamanya
h. Riwayat kontrasepsi
Jenis : IUD, pil kb, suntik kb, implant, vasektomi, tubektomi
i. Aktivitas sehari-hari
Kaji nutrisi kehilangan nafsu makan, eliminasi adanya dieuresis, istirahat dan
tidur terjadi insomnia, kebersihan diri.
j. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
Suhu mulut pada hari pertama meningkat 30oC sebagai akibat pemakaian
energi saat melahirkan, dehidrasi maupun perubahan hormonik, tekanan darah
stabil, penurunan sistolik 20 mmHg dapat terjadi saat ini, nadi berkisar antara
60-70 kali per menit.
2) Sistem Kordiovaskuler
Cardiac output setelah persalinan meningkat karena darah sebelumnya
dialirkan melalui utero plasenta dikembalikan ke sirkulasi general. Volume
darah biasanya berkurang 300-400 ml selama proses persalinan spontan.
Trombosit pada hari ke 5 s.d 7 post partum, pemeriksaan homans negatif.
3) Sistem Reproduksi
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari
di bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas
sympisis lebih dari 9 hari TFU tidak teraba. Macam-macam episiotomi:
a) Episiotomi mediana, merupakan insisi paling mudah diperbaiki, lebih
sedikit pendarahan penyembuhan lebih baik.
b) Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak digunakan
karena lebih aman.
c) Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat menimbulkan
relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.
4) Sistem gastro intestinal
Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu pertama.
Hal ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan perineum.
5) Sistem musculoskeletal
Otot dinding abdomen teregang bertahap selama hamil, menyebabkan
hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah melahirkan. Dinding
perut terlihat lembek dan kendor.
6) Sistem endokrin
Setelah persalinan penaruh supresi esterogen dan progesteron berkurang
maka timbul pengaruh lactogenik dan prolaktin merangsang air susu. Produksi
ASI akan meningkat setelah 2 s.d 3 hari pasca persalinan.
7) Sistem perkemihan
Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2
hari post partum. Penimbunan cairan dalam jaringan selama berkemih
dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai dalam 12 jam setelah
melahirkan.
k. Pemeriksaan penunjang
1) Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam postpartum (jika HB < 10 g%,
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit dan trombosit
2) Klien dengan dower kateter diperlukan cultur urine.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Judith M. Wilkinson et al (2012) dalam buku Nanda
1) Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
3. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Tindakan Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik nyeri klien 1. Menentukan jenis skala dan
keperawatan selama 3x24 dengan PQRST tempat terasa nyeri
jam nyeri berkurang
2. Kaji faktor-faktor yang 2. Sebagai salah satu dasar
NOC:
 Klien mengatakan nyeri mempengaruhi reaksi klien untuk memberikan tindakan
berkurang dengan skala terhadap nyeri atau asuhan keperawatan
nyeri 3-4 Klien terlihat
sesuai dengan respon klien
rileks, ekspresi wajah
tidak tegang, klien bisa 3. Berikan posisi yang nyaman, 3. Membantu klien rilaks dan
tidur nyaman tidak bising, ruangan terang mengurangi nyeri
 TTV dalam batas
dan tenang
normal : suhu 36-37
Derajat , N 60- 4. Biarkan klien melakukan 4. Beraktivitas sesuai
100x/menit, RR 16- aktivitas yang disukai dan kesenangan dapat
24x/menit, TD 120/80 alihkan perhatian klien pada mengalihkan perhatian
mmHg
hal lain klien dari rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian 5. Menekan atau mengurangi
analgetik nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau vital sign 1. Peningkatan suhu dapat
keperawatan selama 3x24 2. Kaji daerah perineum dan mengidentifikasi adanya
jam tidak terjadi infeksi, vulva:
infeksi
pengetahuan bertambah 3. Kaji pengetahuan pasien
dengan kriteria hasil mengenai cara perawatan ibu 2. Menentukan adakah tanda
NOC: post partum peradangan di daerah vulva
 Klien menyertakan 4. Ajarkan perawatan vulva
dan perineum
perawatan bagi dirinya bagi pasien Rasional : pasien
 Klien bisa mengetahui cara perawatan 3. Pasien mengetahui cara
membersihkan vagina vulva bagi dirinya perawatan vulva bagi
dan perineumnya secara e.Anjurkan pasien mencuci
dirinya
mandiri tangan sebelum memegang
 Perawatan pervagina daerah vulvanya Rasional :
berkurang meminimalkan terjadinya
 Vulva bersih dan tidak infeksi f.Lakukan perawatan
inveksi vulva Rasional : mencegah
 Tidak ada perawatan terjadinya infeksi dan
 Vital sign dalam batas memberikan rasa nyaman
norm bagi pasien

Anda mungkin juga menyukai