3A
A. Definisi
Penyakit ginjal kronis adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Cynthia Lee Terry,2011).
B. Etiologi
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
b. Foto Polos Abdomen: Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu
atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena: Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko
terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati
asam urat.
d. USG: Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram: Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung: Mencari adanya kardiomegali, efusi
perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang: Mencari osteodistrofi (terutama pada
falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru: Mencari uremik lung yang disebabkan karena
bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde: Dilakukan bila dicurigai adanya
obstruksi yang reversible
j. EKG: Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal: dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal
ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkanoleh pus /
nanah,bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat,sedimen kotor, warna
kecoklatan menunjukkan adanyadarah,miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkankerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolik
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal.
a. Tindakan Konservatif
Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif, pengobatan antara lain :
1. pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan,
2. pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi, hiperkalemia,
anemia, asidosis,
3. diet rendah fosfat.
b. Pengobatan hiperurisemia
Adapun jenis obat pilihan yang dapat mengobati hiperuremia pada
penyakit gagal ginjal lanjut adalah alopurinol. Efek kerja obat ini
mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagai
asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh (Guyton, 2007).
c. Dialisis
1. Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek
(beberapa hari sampai beberapa minggu) atau pada pasien dengan gagal
ginjal kronik stadium akhir atau End Stage Renal Desease (ESRD) yang
memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Sehelai membran
sintetik yang semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus
renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya
itu. Pada penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan mencegah
kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau
memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya
aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien
dengan gagal ginjal kronik yang mendapatkan replacement therapy
harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya atau biasanya tiga
kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi atau
sampai mendapat ginjal pengganti atau baru melalui operasi
pencangkokan yang berhasil. Pasien memerlukan terapi dialisis yang
kronis kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan mengendalikan gejala uremia (Price & Wilson, 2006)
2. CAPD
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan salah
satu cara dialisis lainnya, CAPD dilakukan dengan menggunakan
permukaan peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm2. Permukaan
peritoneum berfungsi sebagai permukaan difusi (Price & Wilson,
2006).
3. Transplantasi Ginjal (TPG)
Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi mayoritas pasien
dengan penyakit renal tahap akhir hampir di seluruh dunia. Manfaat
transplantasi ginjal sudah jelas terbukti lebih baik dibandingkan dengan
dialisis terutama dalam hal perbaikan kualitas hidup. Salah satu
diantaranya adalah tercapainya tingkat kesegaran jasmani yang lebih
baik.
1. Indikasi pemasangan Cimino
Pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik
2. Perawatan Cimino
a. Menjaga kebersihan daerah pemasangan cimino
b. Daerah yang terpasang cimino tidak diperkenankan untuk di ukur
tekanan darah dan di pasang IV Line
c. Disarankan untuk memakai pakaian yang tidak terlalu ketat serta tidak
diperkenankan untuk memakai perhiasan di daerah sekitar pemasangan
cimino
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan
3.Yogyakarta. Media Action.
Alam, Syamsir, dkk. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
A. Definisi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca,
oksalat, kalsium, fosfat, dan asamurat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, menyebabkan sedikit
gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan
nyeri luar biasa dan tak nyaman. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan
gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya
sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi
akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah,
maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal
dapat terjadi.
b. Batu oksalat
Batu oksalat dapat disebabkan oleh :
1) Primer autosomal resesif
2) Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.
3) Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, sindrom mal
absorbsi
c. Batu asamurat
Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:
1) Makanan yang banyak mengandung purin
2) Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
3) Dehidrasi kronis
4) Obat: tiazid, lazik, salisilat
d. Batu sturvit
Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat
infeksi, terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI
kronik.
e. BatuSistin
Berbentuk Kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam
urin.keadan ini terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif
autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus
proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
13
D. TandadanGejala
Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu pada
ginjal. Gejala umum yang muncul diantaranya:
1. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri kolik ditandai
dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan pinggang
kemudian menjalar kebagian perut dan daerah paha sebelah dalam.
2. Karena nyeri hebat biasa di ikuti demam dan menggigil.
3. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadinya muntah. Dan gangguan perut.
4. Adanya darah di dalam urin. Dan adanya gangguan buang air kecil penderita juga
sering BAK. Atau malah terjadinya penyumbatan pada saluran kemih. Jika ini
terjadi maka resiko terjadinya infeksi saluran kemih menjadi lebih besar
DAFTAR PUSTAKA.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : SalembaMedika.
14