Anda di halaman 1dari 14

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable),

dengan komposisi asam lemak dari minyak nabati maupun minyak hewani.
Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang
untuk pembuatan biodiesel karena masih mengandung asam lemak bebas.
Pengolahan biodiesel dari minyak jelantah dilakukan melalui beberapa proses
yaitu esterifikasi (menurunkan kadar FFA pada bahan baku) dan transesterifikasi
(konversi trigliserida menjadi metil ester) dengan bantuan katalis untuk
mempercepat reaksi.
Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara saat ini adalah minyak
bumi. Dengan banyaknya eksploitasi yang dilakukan, maka keberadaannya
semakin terancam dan harganya akan meningkat secara tajam. Hal ini disebabkan
minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Dari berbagai jenis produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan
bakar, yang paling banyak digunakan adalah bahan bakar diesel. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan alat transportasi, alat pertanian, peralatan berat dan
penggerak generator pembangkit listrik menggunakan bahan bakar ini.

Meningkatnya konsumsi energi dari bahan bakar fosil, masalah pemanasan global
dan polusi serta kepedulian terhadap cadangan energi di masa yang akan datang
mendorong berbagai upaya untuk menciptakan energi terbarukan pengganti bahan
bakar fosil (Semwal dkk, 2011).
Biodiesel, energi terbarukan ramah lingkungan, merupakan salah satu energi yang
marak dikembangkan karena menjanjikan untuk menjadi pengganti bahan bakar
fosil. Biodiesel yang diproduksi dengan reaksi transesterifikasi menggunakan
katalis homogen dari berbagai macam bahan baku (minyak tumbuhan dan lemak
hewan) telah marak dikembangkan dalam satu dekade terakhir.

Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara saat ini adalah minyak
bumi. Dengan banyaknya eksploitasi yang dilakukan, maka keberadaannya
semakin terancam dan harganya akan meningkat secara tajam. Hal ini disebabkan
minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam penggunaan biodiesel sekarang ini adalah
harganya yang lebih mahal dari bahan bakar solar.
Untuk itu diperlukan cara untuk menekan biaya produksi biodiesel. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan bahan baku yang berasal dari
minyak goreng bekas. Minyak ini secara ekonomis sudah tidak diperhitungkan
lagi dan cenderung dibuang sebagai limbah karena selain merusak citra makanan
yang diolah juga dapat merusak kesehatan manusia.

Mengingat semakin tipisnya cadangan bahan bakar di Indonesia sedangkan


kebutuhan energi masyarakat dan industri terus meningkat. Menurut Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral (2013) cadangan bahan bakar minyak Indonesia
akan habis dalam 23 tahun sementara kebutuhan energi terus meningkat sampai
7,3% pada tahun 2035. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang
disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang tentunya berdampak
pada makin meningkatnya kebutuhan akan transportasi, industri, dan rumah
tangga.

Meskipun biodiesel merupakan sumber energi yang terbaharukan dan memiliki


kandungan energi yang mirip dengan petrodiesel (Ma. Hanna. 1999), namun
karena biodiesel dibuat dari minyak nabati yang juga sangat luas dimanfaatkan
sebagai bahan pangan menyebabkan ketersediaan minyak nabati segar sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel menjadi sangat terbatas. Keterbatasan ini
menjadi salah satu kendala utama dalam proses pembuatan biodiesel.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mensubstitusi kebutuhan energi fosil
dengan memanfaatkan biodiesel sebagai pengganti solar, yang mana bahan
bakunya masih dalam jumlah yang besar untuk dikembangkan, (Darmanto, 2006).
Minyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini
mendorong eksplorasi bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, salah
satunya adalah energi alternatif yang berasal dari minyak tanaman/tumbuhan
seperti biodiesel (Chongkhong et al., 2007).
Minyak jelantah juga dapat digunakan bahkan sangat menguntungkan, dimana
biaya produksi biodiesel dapat dikurangi secara efektif menjadi 60-70%
menggunakan bahan baku dengan biaya yang rendah (Math et al., 2010).

Sumber-sumber energi terbarukan mendapat perhatian serius seiring dengan


peningkatan jumlah penduduk dan berkurangnya cadangan minyak bumi sebagai
sumber energi utama yang dikonsumsi oleh penduduk dunia. Ketergantungan
terhadap minyak bumi sudah saatnya dikurangi dengan mengembangkan sumber
energi alternatif yang memiliki sifat dapat diperbaharui.

Minyak nabati memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan bakar altenatif
mesin diesel. Indonesia sebagai negara yang kaya sumber minyak nabati memiliki
peluang yang besar untuk mengembangkan secara luas penggunaan bahan bakar
alternatif ini.

Pada dasarnya semua minyak nabati atau lemak hewan dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan biodisel.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan bahan baku alternatif
yang dapat dikembangkan secara luas sebagai bahan baku pembuatan biodisel.
Biodisel yang berasal dari minyak sawit, minyak jarak, dan minyak kedelai
merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodisel

Biodisel mendapat perhatian khusus dan dukungan oleh Undang-Undang


Lingkungan Hidup, hal itu dikarenakan bahan bakar ini terbaharui dan bebas dari
gas SO2 dan PbO sehingga ramah lingkungan. Undang-Undang Lingkungan
Hidup membatasi emisi gas buang dimana gas SO2 sebesar 800 kg/m3, NOx 100
g/m3, H2S dan NH3 masing-masing sebesar 0,5 mg/m3.

Negara Indonesia dikenal sebagai surganya segala sumber daya alam yang
melimpah ruah baik yang diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui,
semuanya dapat ditemukan di negara dengan julukan seribu pulau ini. Indonesia
termasuk negara penyumbang minyak bumi terbesar di dunia.
Minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang dimanfaatkan sebagai bahan
baku kilang dalam negeri dan untuk diekspor sebagai sumber devisa. Hasil kilang
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang antara lain terdiri atas premium, minyak tanah,
minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi pada sektor pembangkit listrik, transportasi, industri
dan rumah tangga. Peningkatan konsumsi BBM di Indonesia bukan saja akan
menambah beratnya beban pemerintah dalam penyediaan BBM, tetapi juga akan
semakin beratnya beban subsidi atas BBM yang diberikan pemerintah. Untuk
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, pemerintah Indonesia masih harus
mengimpor BBM dari luar negeri yang jumlahnya tiap tahun menunjukan
peningkatan yang sangat signifikan.

Bahan tersebut dapat diperbaharui (renewable), tidak merusak lingkungan, efisien


digunakan dan harganya terjangkau. Sumber-sumber alam yang bisa digunakan
untuk renewable antara lain matahari, panas bumi, arus laut, tanaman penghasil
minyak dan lainlain.
Permasalahan ini menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya untuk
mengganti SDA tersebut dengan sumber daya energi yang murah, tepat guna dan
ramah lingkungan.
Salah satu cara untuk melakukan penghematan energi tersebut yaitu dengan
mencari sumber energi yang terbaru atau energi alternatif lain yang dapat
diperbaharui dan mudah didapatkan. Semua sumber diatas itu akan lebih baik
dimanfaatkan untuk membantu ketidakmampuan alam untuk memproduksi lebih
bahan bakar minyak sebagai energi yang tidak dapat diperbaharui. Mengingat
sekarang ini banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber energi alternatif
yang ada di lingkungan sekitar, contohnya sumber energi yang berasal dari limbah
sampah dan limbah kotoran ternak sapi (energi biogas), tumbuhan seperti pohon
jarak dan fermentasi singkong atau tebu, minyak kelapa sawit dan minyak jelantah
sebagai limbah rumah tangga pun dapat dimanfaatkan.
Pemanfaatan biodiesel sebagai sumber yang dapat diperbaharui merupakan salah
satu pilihan untuk membantu mengatasi besarnya tekanan kebutuhan BBM
terutama diesel atau minyak solar di Indonesia. Biodiesel dapat dibuat dari bahan
baku minyak kelapa sawit, jarak pagar, kedelai dan bekas. Sektor pengguna
diesel, seperti sektor pembangkit listrik, transportasi, dan industri. Namun
pemakaian diesel terbesar adalah di sektor transportasi, sehingga program
diversifikasi energi melalui pemanfaatan biodiesel tersebut akan lebih diutamakan
untuk sektor transportasi, walaupun pemakaian biodiesel untuk sektor pembangkit
listrik dan industri juga tidak diabaikan.

Pemanfaatan biodiesel diharapkan bukan saja dapat mengurangi besarnya


kebutuhan diesel yang dapat berdampak terhadap berkurangnya beban pemerintah
atas subsidi, tetapi juga dapat mendukung program pemanfaatan energi yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Namun, biaya produksi dan bahan
baku pembuatan biodiesel yang relatif tinggi cenderung menjadi hambatan untuk
penggunaan biodiesel di Indonesia. Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan
biodiesel dari limbah minyak bekas/jelantah serta untuk mengetahui faktor –
faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam proses
pembuatannya hingga menjadi biodiesel ramah lingkungan. Memperoleh
parameter kecepatan reaksi metanolisis minyak bekas/jelantah dengan katalis
KOH pada kondisi tekanan atmosferik dan suhu relatif rendah.

Sekarang ini cadangan minyak bumi yang dihasilkan Indonesia semakin sedikit
sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah disertai jumlah penggunaan
kendaraan bermotor yang juga semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan
bahan bakar dari minyak bumi semakin meningkat pula. Semakin banyaknya
penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar dari minyak bumi juga
semakin memperbesar risiko terhadap tubuh manusia, karena sisa pembakaran
(gas buang) bahan bakar kendaraan bermotor tersebut menghasilkan gas-gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan bakar
alternatif untuk mencegah dan menanggulangi hal tersebut.

Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu
diantisipasi dengan mencari sumber energi alternatif. Minyak bumi merupakan
sumber energi yang tak terbarukan, butuh waktu jutaan bahkan ratusan juta tahun
untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi, peningkatan
jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah minyak bumi.

Bahan bakar minyak dari sumber non fosil meliputi: bioethanol, biodiesel,
biosolar, biogas, dan biopertamax. Salah satu dari hasil bahan bakar non fosil
(bahan bakar yang berasal dari sumber nabati maupun nabati) adalah biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari transeterifikasi dan
esterifikasi.

Dari berbagai produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar,
yang paling banyak digunakan adalah bahan bakar diesel, karena kebanyakan alat
transportasi, alat pertanian, peralatan berat dan penggerak generator pembangkit
listrik menggunakan bahan bakar tersebut.

Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang
untuk pembuatan biodiesel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida, di
samping asam lemak bebas.

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable),


dengan komposisi ester asam lemak dari minyak nabati antara lain: minyak kelapa
sawit, minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapuk, dan masih ada lebih
dari 30 macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan biodiesel.

Krisis energi di Indonesia disebabkan oleh peningkatan konsumsi minyak bumi


dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya
jumlah kendaraan dan perusahaan industri. Selain itu, jumlah minyak bumi
semakin menurun. Sumber energi lainnya harus ditemukan dan diberdayakan
untuk menyelesaikan masalah ini.

Biodiesel bisa didapatkan dengan mengolah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
minyak jelantah, dan Jatropha curcas. Biodiesel merupakan tipe bioenergi yang
baru dan terbarukan. Karakteristik biodiesel menyerupai solar. Artinya, biodiesel
dapat digunakan sebagai pengganti solar. Minyak jelantah dapat dihasilkan dari
sisa pemakaian minyak goreng di pengusaha makanan, restoran dan rumah
tangga. (Mittelbach, 2004). Dalam proses memasak, minyak jelantah tidak boleh
digunakan secara berulang karena mengandung radikal bebas yang bisa
menyebabkan kanker.

Minyak jelantah merupakan sisa pemakaian Crude Palm Oil (CPO) yang
digunakan untuk memasak.

Energi fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbarui, sehingga


keberadaannya di alam semakin lama semakin habis. Sementara kebutuhan
terhadap energi berbanding terbalik dengan ketersediaan energi yang ada.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi diperlukan suatu upaya untuk
mencari energi alternatif pengganti energi fosil. Berpijak pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi, untuk
mengembangkan energi alternatif pengganti BBM, maka berbagai upaya untuk
melakukan diversifikasi energy dengan cara mencari energi alternatif yang
terbarukan (renewable) dilakukan.

Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak bumi yaitu
bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani karena sifatnya
sebagai sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui, yang dikenal dengan metil
ester atau biodiesel.
Minyak jelantah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja akan lebih bernilai
ekonomis bila diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar alternatif, disamping
turut serta dalam mengelola dan memanfaatkan limbah serta dapat mengatasi
kelangkaan BBM di masa depan.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya
adalah minyak bumi.

Cadangan bahan bakar minyak di Indonesia diisukan akan habis dalam 10 tahun
lagi, berdasarkan cadangan yang ada saat ini[2]. Tidak hanya di Indonesia
duniapun mengalami krisis energi dari minyak bumi yang akhirnya memicu
pencarian dan pengembangan sumber bahan bakar alternatif yang dapat
diperbaharui. Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak
bumi yaitu bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani karena
sifatnya sebagai sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui, yang dikenal
dengan metil ester atau biodiesel.

Minyak jelantah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja akan lebih bernilai
ekonomis bila diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar alternatif, disamping
turut serta dalam mengelola dan memanfaatkan limbah serta dapat mengatasi
kelangkaan BBM di masa depan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di dunia dengan beragam jenis


kebutuhannya mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin meningkat.
Sementara persediaan energi khususnya energi yang tidak dapat diperbaharui
semakin berkurang kuantitasnya. Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu
sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat
ini. Kebutuhan bahan bakar ini akan selalu meningkat seiring dengan
penggunaannya di bidang industri maupun transportasi [Handoyo, 2007].
Berkembangnya industri di Indonesia akan mengakibatkan peningkatan konsumsi
bahan bakar. Menurunnya produksi minyak dalam negeri dan meningkatnya
kebutuhan bahan bakar minyak bumi menyebabkan ketergantungan Indonesia
terhadap bahan bakar impor minyak bumi meningkat. Pada periode tahun 2011-
2030 diperkirakan kebutuhan minyak dalam negeri akan meningkat hampir 2 kali
lipat dari 327 juta barel pada tahun 2011 menjadi 578 juta barel pada tahun 2030,
tetapi tidak demikian dengan produksi minyak. Produksi minyak bumi selama
periode tersebut menurun dari 329 juta barel menjadi 124 juta barel yaitu menurun
sekitar 62% [Sugiyono dkk. 2013].

Kebutuhan akan bahan bakar minyak bumi terus mengalami peningkatan.


Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara
memanfaatkan bahan bakar alternatif berbasis minyak nabati [Setiawati dkk,
2012].

Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu
diantisipasi dengan pencarian alternatif sumber energi yang lain. Minyak bumi
merupakan sumber energi yang tak terbarukan, butuh waktu jutaan bahkan ratusan
juta tahun untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi.
Peningkatan jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah
minyak bumi. Salah satu jenis bahan bakar pengganti yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah fatty acid methyl ester (FAME) atau dikenal dengan nama
biodiesel, yaitu bahan bakar alternatif pada mesin diesel yang berasal dari minyak
nabati yang dapat diperbaharui. Berbagai jenis minyak nabati dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel, misalnya minyak kelapa, CPO,
minyak jelantah, minyak jarak, minyak kacang tanah, minyak bunga matahari,
minyak kelapa sawit dan minyak biji kapuk.

Minyak jelantah dapat dipilih sebagai bahan baku karena mudah diperoleh dan
merupakan limbah yang merupakan sisa hasil penggorengan bahan makanan baik
yang dihasilkan pabrik makanan tertentu maupun penjual makanan gorengan yang
banyak terdapat di Indonesia. Jelantah banyak dipakai lagi terutama oleh
pedagang makanan gorengan walapun hal ini merugikan kesehatan manusia yang
mengkonsumsinya. Apabila tidak dipakai lagi hal ini merugikan pedagang
makanan tersebut. Dengan tujuan untuk memanfaatkan jelantah secara optimal
maka jelantah dipilih sebagai alternatif bahan baku untuk mensintesis biodiesel.

Penggunaan biodiesel memberikan banyak keunggulan, yaitu (Tickell 2000:2),


yaitu : tidak memerlukan modifikasi mesin diesel yang telah ada, bersifat
biodegradable, tidak beracun dan emisi polutan yang dihasilkan lebih rendah
kadarnya dibanding pada solar, tidak memperparah efek rumah kaca karena siklus
karbon yang terlibat pendek dan kandungan energinya hampir sama dengan
petroleum diesel.

Uraian tersebut cukup untuk dijadikan alasan bahwa masih perlu dilakukan
penelitian untuk mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi yang
semakin berkurang jumlah cadangannya. Tujuan utama penelitian untuk
mengembangkan energi alternatif ini adalah: memperoleh kondisi operasi yang
optimal untuk mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel
melalui proses transesterifikasi menggunakan katalis KOH, mengetahui kualitas
biodiesel dari minyak jelantah dengan mengidentifikasi sifat fisiknya, mengetahui
performance (unjuk kerja) biodiesel dari minyak jelantah yang dujikan pada mesin
diesel.

Sumber energi minyak bumi saat ini mulai menipis seiring meningkatnya
pembangunan dan penggunaannya di bidang industri maupun transportasi. Saat
ini, banyak negara terutama Indonesia kekurangan bahan bakar minyak (bahan
bakar diesel/solar) sehingga perlu mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam
jumlah yang besar[1]. Dalam terjadinya peningkatan kebutuhan energi khususnya
untuk bahan bakar mesin diesel yang diperkirakan akibat meningkatnya jumlah
industri, transportasi dan pusat pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)
diberbagai daerah di Indonesia sejak pertengahan tahun 80-an. Hal tersebut
dikarenakan stok minyak mentah yang berasal dari fosil terus berkurang seiring
dengan meningkatnya jumlah kebutuhan konsumsi.

Dari berbagai macam produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan
bakar, maka yang paling banyak pemakaiannya adalah minyak solar. Kebutuhan
solar dari tahun ke tahun semakin meningkat, karena solar banyak digunakan
sebagai bahan bakar berbagai jenis alat transportasi yang menggunakan mesin
diesel (mobil dan kapal laut), bahan bakar berbagai jenis peralatan berat dan
pesawat pengangkat (excavator, crane, dll). Bahan bakar berbagai jenis peralatan
bengkel dan sebagai bahan bakar penggerak generator pembangkit tenaga listrik.

Selain sifatnya yang tidak dapat terbaharukan penggunaan bahan bakar fosil
menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan. Dewasa ini kepedulian terhadap
lingkungan hidup yang semakin tinggi, dipicu oleh semakin memburuknya
kondisi bumi yang kita tempati. Pemanasan global akibat efek rumah kaca
mengancam kehidupan manusia karena dapat menyebabkan naiknya permukaan
air laut dari melelehnya es di kutub.polusi yang membahayakan bagi lingkungan,
terutama di kota-kota besar yang penuh dengan polusi asap kendaraan dan
industri. Dan penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama ikut memberi andil
dalam kerusakan lingkungan yang terjadi. Emisi gas buang hasil pembakaran
bahan bakar mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan bagi kesehatan.

Usaha untuk mengadakan diversifikasi sumber energi sudah banyak dilakukan,


mulai dari penggunaan bahan bakar gas sampai dengan pengembangan teknologi
mesin bertenaga matahari. Namun pengaplikasian bahan bakar pada mesin
kendaraan membutuhkan modifikasi dan penambahan infrastruktur, demikian juga
dengan tenaga matahari. Agar dapat bersifat aplikatif maka alternatif bahan bakar
harus dalam bentuk cair. Selain itu bahan bakar alternatif sebaiknya bersifat dapat
diperbaharui dan juga ramah lingkungan.
Pengembangan biodiesel merupakan alternatif yang potensial untuk mengatasi
permasalahan keterbatasan sumber bahan bakar fosil, karena berasal dari bahan-
bahan yang dapat diperbaharui. Selain itu penggunaan biodiesel dapat mengurangi
emisi pada hasil pembakaran, sehingga lebih bersifat ramah lingkungan. Indonesia
sangat potensial dalam pengembangan biodiesel karena merupakan negara
produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia, sehingga suplai bahan
baku dalam pembuatan biodiesel sudah tersedia.

Biodiesel merupakan salah satu potensial permasalahan energi yang dapat


dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar solar/diesel. Minyak biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari sumber daya alam yang dapat
diperbarui, diantaranya adalah minyak tumbuhan dan hewan. Biodiesel ini dapat
dijadikan sebagai bahan bakar pengganti solar, sebab komposisi fisika-kimia
antara biodiesel dan solar tidak jauh berbeda. Pembakaran bahan bakar fosil
menghasilkan salah satu polutan yaitu sulfur dioksida (SO2) dan mengakibatkan
polusi udara meningkat. Selain sebagai energi yang terbarukan, biodiesel
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar yang ramah
lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (bebas sulfur, smoke
number rendah) sesuia dengan isu-isu global [2], asap buangan biodiesel tidak
hitam dan asap buangnya berkurang 75% dibandingkan solar biasa. Sifat
biodegradable juga baik, karena lebih dari 90% biodiesel dapat terurai dalam 21
hari [3,4].

Bahan baku yang bisa dapat menghasilkan minyak biodiesel seperti, minyak
nyamplung, kelapa sawit, kelapa, atau minyak nabati lainnya. Penggunaan minyak
kelapa sawit (Crude Palm Oil) terbesar adalah sebagai bahan baku minyak goreng.
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan bahan pokok penduduk
Indonesia dengan tingkat konsumsi yang mencapai lebih dari 2,5 juta ton
pertahun, atau lebih dari 12 kg/orang/tahun. Minyak goreng yang paling banyak di
gunakan di Indonesia adalah yang berbahan baku minyak kelapa sawit (lebih dari
70%). Penggunaan minyak goreng kelapa sawit sebagai biodiesel secara teknis
lebih menguntungkan karena sudah melalui berbagai proses penghilangan
impuritis, kandungan asam lemak dan lemak padat. Namun secara ekonomis
penggunaan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
secara teknis tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan harga
BBM di Indonesia relatif rendah, sehingga jika dibandingkan dengan harga
minyak goreng kelapa sawit terdapat perbedaan yang relatif besar [5].

Khususnya minyak kelapa sawit dan minyak kelapa pada saat ini banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan[6]. Oleh karena itu pemakaian minyak kelapa
sawit dan minyak kelapa ini dihindari karena bisa berakibat kompetisi dengan
bahan pangan. Adapun pemanfaatan minyak nyamplung masih mempunyai
kendala ketersediaan bahan bakunya. Kontinuitas minyak nabati dari nyamplung
pada saat ini masih sangat sulit walaupun minyak nyamplung ini cocok untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel karena tidak akan
mengakibatkan kompetisi dengan bahan pangan. Sebagai jalan yang bisa
mendukung kontinuitas produksi dan tidak berkompetisi dengan bahan pangan,
maka digunakan minyak goreng bekas atau minyak jelantah [7] dengan kualitas
yang paling redah. Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang
memiliki peluang untuk pembuatan biodiesel [8-10]. Penggunaan minyak goreng
bekas atau minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel, karena secara
karakteristik masih ada kesamaan dengan minyak kelapa sawit: masih
mengandung trigliserida, di samping asam lemak bebas. Secara ekonomi, minyak
goreng bekas yang kualitas sangat rendah seperti bentuknya yang sudah hitam,
saat ini dapat diperoleh secara gratis karena merupakan limbah yangsudah tidak
digunakan lagi. Data statistik menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
peningkatan produksi minyak goreng. Selain ketersediaannya yang relatif
berlimpah, minyak jelantah merupakan limbah sehingga berpotensi mencemari
lingkungan berupa naiknya kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD
(Biology Oxygen Demand) dalam perairan, selain itu jugamenimbulkan bau
busuk akibat degradasi biologi.
Permintaan terhadap bahan bakar terus mening-kat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan kemajuan industrialiasi, sementara ketersediaan bahan
bakar fosil berbanding terbalik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menjadi
katalis dalam penggalian sumber energi alternative.

Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia telah memberikan


dampak yang sangat luas di berbagai sektor kehidupan. Sektor yang paling cepat
terkena dampaknya adalah sektor transportasi. Indonesia merupakan negara
dengan konsumsi energi yang cukup tinggi di dunia. Berdasarkan data Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM,
dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai
7% per tahun. Angka tersebut berada di atas pertumbuhan konsumsi energi dunia
yaitu 2,6% per tahun.

minyak bumi merupakan salah satu energi yang tidak dapat diperbaharui

Indonesia memerlukan pengembangan sumber energi terbarukan sebagai energi


alternatif campuran bahan bakar untuk menghemat penggunaan bahan bakar
minyak.

Anda mungkin juga menyukai