dengan komposisi asam lemak dari minyak nabati maupun minyak hewani.
Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang
untuk pembuatan biodiesel karena masih mengandung asam lemak bebas.
Pengolahan biodiesel dari minyak jelantah dilakukan melalui beberapa proses
yaitu esterifikasi (menurunkan kadar FFA pada bahan baku) dan transesterifikasi
(konversi trigliserida menjadi metil ester) dengan bantuan katalis untuk
mempercepat reaksi.
Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara saat ini adalah minyak
bumi. Dengan banyaknya eksploitasi yang dilakukan, maka keberadaannya
semakin terancam dan harganya akan meningkat secara tajam. Hal ini disebabkan
minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Dari berbagai jenis produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan
bakar, yang paling banyak digunakan adalah bahan bakar diesel. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan alat transportasi, alat pertanian, peralatan berat dan
penggerak generator pembangkit listrik menggunakan bahan bakar ini.
Meningkatnya konsumsi energi dari bahan bakar fosil, masalah pemanasan global
dan polusi serta kepedulian terhadap cadangan energi di masa yang akan datang
mendorong berbagai upaya untuk menciptakan energi terbarukan pengganti bahan
bakar fosil (Semwal dkk, 2011).
Biodiesel, energi terbarukan ramah lingkungan, merupakan salah satu energi yang
marak dikembangkan karena menjanjikan untuk menjadi pengganti bahan bakar
fosil. Biodiesel yang diproduksi dengan reaksi transesterifikasi menggunakan
katalis homogen dari berbagai macam bahan baku (minyak tumbuhan dan lemak
hewan) telah marak dikembangkan dalam satu dekade terakhir.
Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara saat ini adalah minyak
bumi. Dengan banyaknya eksploitasi yang dilakukan, maka keberadaannya
semakin terancam dan harganya akan meningkat secara tajam. Hal ini disebabkan
minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam penggunaan biodiesel sekarang ini adalah
harganya yang lebih mahal dari bahan bakar solar.
Untuk itu diperlukan cara untuk menekan biaya produksi biodiesel. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan bahan baku yang berasal dari
minyak goreng bekas. Minyak ini secara ekonomis sudah tidak diperhitungkan
lagi dan cenderung dibuang sebagai limbah karena selain merusak citra makanan
yang diolah juga dapat merusak kesehatan manusia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mensubstitusi kebutuhan energi fosil
dengan memanfaatkan biodiesel sebagai pengganti solar, yang mana bahan
bakunya masih dalam jumlah yang besar untuk dikembangkan, (Darmanto, 2006).
Minyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini
mendorong eksplorasi bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui, salah
satunya adalah energi alternatif yang berasal dari minyak tanaman/tumbuhan
seperti biodiesel (Chongkhong et al., 2007).
Minyak jelantah juga dapat digunakan bahkan sangat menguntungkan, dimana
biaya produksi biodiesel dapat dikurangi secara efektif menjadi 60-70%
menggunakan bahan baku dengan biaya yang rendah (Math et al., 2010).
Minyak nabati memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan bakar altenatif
mesin diesel. Indonesia sebagai negara yang kaya sumber minyak nabati memiliki
peluang yang besar untuk mengembangkan secara luas penggunaan bahan bakar
alternatif ini.
Pada dasarnya semua minyak nabati atau lemak hewan dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan biodisel.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan bahan baku alternatif
yang dapat dikembangkan secara luas sebagai bahan baku pembuatan biodisel.
Biodisel yang berasal dari minyak sawit, minyak jarak, dan minyak kedelai
merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodisel
Negara Indonesia dikenal sebagai surganya segala sumber daya alam yang
melimpah ruah baik yang diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui,
semuanya dapat ditemukan di negara dengan julukan seribu pulau ini. Indonesia
termasuk negara penyumbang minyak bumi terbesar di dunia.
Minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang dimanfaatkan sebagai bahan
baku kilang dalam negeri dan untuk diekspor sebagai sumber devisa. Hasil kilang
Bahan Bakar Minyak (BBM) yang antara lain terdiri atas premium, minyak tanah,
minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi pada sektor pembangkit listrik, transportasi, industri
dan rumah tangga. Peningkatan konsumsi BBM di Indonesia bukan saja akan
menambah beratnya beban pemerintah dalam penyediaan BBM, tetapi juga akan
semakin beratnya beban subsidi atas BBM yang diberikan pemerintah. Untuk
memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, pemerintah Indonesia masih harus
mengimpor BBM dari luar negeri yang jumlahnya tiap tahun menunjukan
peningkatan yang sangat signifikan.
Sekarang ini cadangan minyak bumi yang dihasilkan Indonesia semakin sedikit
sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah disertai jumlah penggunaan
kendaraan bermotor yang juga semakin meningkat, sehingga kebutuhan akan
bahan bakar dari minyak bumi semakin meningkat pula. Semakin banyaknya
penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar dari minyak bumi juga
semakin memperbesar risiko terhadap tubuh manusia, karena sisa pembakaran
(gas buang) bahan bakar kendaraan bermotor tersebut menghasilkan gas-gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan bakar
alternatif untuk mencegah dan menanggulangi hal tersebut.
Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu
diantisipasi dengan mencari sumber energi alternatif. Minyak bumi merupakan
sumber energi yang tak terbarukan, butuh waktu jutaan bahkan ratusan juta tahun
untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi, peningkatan
jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah minyak bumi.
Bahan bakar minyak dari sumber non fosil meliputi: bioethanol, biodiesel,
biosolar, biogas, dan biopertamax. Salah satu dari hasil bahan bakar non fosil
(bahan bakar yang berasal dari sumber nabati maupun nabati) adalah biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari transeterifikasi dan
esterifikasi.
Dari berbagai produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar,
yang paling banyak digunakan adalah bahan bakar diesel, karena kebanyakan alat
transportasi, alat pertanian, peralatan berat dan penggerak generator pembangkit
listrik menggunakan bahan bakar tersebut.
Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang
untuk pembuatan biodiesel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida, di
samping asam lemak bebas.
Biodiesel bisa didapatkan dengan mengolah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
minyak jelantah, dan Jatropha curcas. Biodiesel merupakan tipe bioenergi yang
baru dan terbarukan. Karakteristik biodiesel menyerupai solar. Artinya, biodiesel
dapat digunakan sebagai pengganti solar. Minyak jelantah dapat dihasilkan dari
sisa pemakaian minyak goreng di pengusaha makanan, restoran dan rumah
tangga. (Mittelbach, 2004). Dalam proses memasak, minyak jelantah tidak boleh
digunakan secara berulang karena mengandung radikal bebas yang bisa
menyebabkan kanker.
Minyak jelantah merupakan sisa pemakaian Crude Palm Oil (CPO) yang
digunakan untuk memasak.
Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak bumi yaitu
bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani karena sifatnya
sebagai sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui, yang dikenal dengan metil
ester atau biodiesel.
Minyak jelantah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja akan lebih bernilai
ekonomis bila diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar alternatif, disamping
turut serta dalam mengelola dan memanfaatkan limbah serta dapat mengatasi
kelangkaan BBM di masa depan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satunya
adalah minyak bumi.
Cadangan bahan bakar minyak di Indonesia diisukan akan habis dalam 10 tahun
lagi, berdasarkan cadangan yang ada saat ini[2]. Tidak hanya di Indonesia
duniapun mengalami krisis energi dari minyak bumi yang akhirnya memicu
pencarian dan pengembangan sumber bahan bakar alternatif yang dapat
diperbaharui. Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak
bumi yaitu bahan bakar yang berasal dari minyak nabati dan lemak hewani karena
sifatnya sebagai sumber bahan bakar yang dapat diperbaharui, yang dikenal
dengan metil ester atau biodiesel.
Minyak jelantah yang sebelumnya hanya dibuang begitu saja akan lebih bernilai
ekonomis bila diolah menjadi biodiesel untuk bahan bakar alternatif, disamping
turut serta dalam mengelola dan memanfaatkan limbah serta dapat mengatasi
kelangkaan BBM di masa depan.
Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu
diantisipasi dengan pencarian alternatif sumber energi yang lain. Minyak bumi
merupakan sumber energi yang tak terbarukan, butuh waktu jutaan bahkan ratusan
juta tahun untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi.
Peningkatan jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah
minyak bumi. Salah satu jenis bahan bakar pengganti yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah fatty acid methyl ester (FAME) atau dikenal dengan nama
biodiesel, yaitu bahan bakar alternatif pada mesin diesel yang berasal dari minyak
nabati yang dapat diperbaharui. Berbagai jenis minyak nabati dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel, misalnya minyak kelapa, CPO,
minyak jelantah, minyak jarak, minyak kacang tanah, minyak bunga matahari,
minyak kelapa sawit dan minyak biji kapuk.
Minyak jelantah dapat dipilih sebagai bahan baku karena mudah diperoleh dan
merupakan limbah yang merupakan sisa hasil penggorengan bahan makanan baik
yang dihasilkan pabrik makanan tertentu maupun penjual makanan gorengan yang
banyak terdapat di Indonesia. Jelantah banyak dipakai lagi terutama oleh
pedagang makanan gorengan walapun hal ini merugikan kesehatan manusia yang
mengkonsumsinya. Apabila tidak dipakai lagi hal ini merugikan pedagang
makanan tersebut. Dengan tujuan untuk memanfaatkan jelantah secara optimal
maka jelantah dipilih sebagai alternatif bahan baku untuk mensintesis biodiesel.
Uraian tersebut cukup untuk dijadikan alasan bahwa masih perlu dilakukan
penelitian untuk mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi yang
semakin berkurang jumlah cadangannya. Tujuan utama penelitian untuk
mengembangkan energi alternatif ini adalah: memperoleh kondisi operasi yang
optimal untuk mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel
melalui proses transesterifikasi menggunakan katalis KOH, mengetahui kualitas
biodiesel dari minyak jelantah dengan mengidentifikasi sifat fisiknya, mengetahui
performance (unjuk kerja) biodiesel dari minyak jelantah yang dujikan pada mesin
diesel.
Sumber energi minyak bumi saat ini mulai menipis seiring meningkatnya
pembangunan dan penggunaannya di bidang industri maupun transportasi. Saat
ini, banyak negara terutama Indonesia kekurangan bahan bakar minyak (bahan
bakar diesel/solar) sehingga perlu mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam
jumlah yang besar[1]. Dalam terjadinya peningkatan kebutuhan energi khususnya
untuk bahan bakar mesin diesel yang diperkirakan akibat meningkatnya jumlah
industri, transportasi dan pusat pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD)
diberbagai daerah di Indonesia sejak pertengahan tahun 80-an. Hal tersebut
dikarenakan stok minyak mentah yang berasal dari fosil terus berkurang seiring
dengan meningkatnya jumlah kebutuhan konsumsi.
Dari berbagai macam produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan
bakar, maka yang paling banyak pemakaiannya adalah minyak solar. Kebutuhan
solar dari tahun ke tahun semakin meningkat, karena solar banyak digunakan
sebagai bahan bakar berbagai jenis alat transportasi yang menggunakan mesin
diesel (mobil dan kapal laut), bahan bakar berbagai jenis peralatan berat dan
pesawat pengangkat (excavator, crane, dll). Bahan bakar berbagai jenis peralatan
bengkel dan sebagai bahan bakar penggerak generator pembangkit tenaga listrik.
Selain sifatnya yang tidak dapat terbaharukan penggunaan bahan bakar fosil
menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan. Dewasa ini kepedulian terhadap
lingkungan hidup yang semakin tinggi, dipicu oleh semakin memburuknya
kondisi bumi yang kita tempati. Pemanasan global akibat efek rumah kaca
mengancam kehidupan manusia karena dapat menyebabkan naiknya permukaan
air laut dari melelehnya es di kutub.polusi yang membahayakan bagi lingkungan,
terutama di kota-kota besar yang penuh dengan polusi asap kendaraan dan
industri. Dan penggunaan BBM sebagai bahan bakar utama ikut memberi andil
dalam kerusakan lingkungan yang terjadi. Emisi gas buang hasil pembakaran
bahan bakar mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan bagi kesehatan.
Bahan baku yang bisa dapat menghasilkan minyak biodiesel seperti, minyak
nyamplung, kelapa sawit, kelapa, atau minyak nabati lainnya. Penggunaan minyak
kelapa sawit (Crude Palm Oil) terbesar adalah sebagai bahan baku minyak goreng.
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan bahan pokok penduduk
Indonesia dengan tingkat konsumsi yang mencapai lebih dari 2,5 juta ton
pertahun, atau lebih dari 12 kg/orang/tahun. Minyak goreng yang paling banyak di
gunakan di Indonesia adalah yang berbahan baku minyak kelapa sawit (lebih dari
70%). Penggunaan minyak goreng kelapa sawit sebagai biodiesel secara teknis
lebih menguntungkan karena sudah melalui berbagai proses penghilangan
impuritis, kandungan asam lemak dan lemak padat. Namun secara ekonomis
penggunaan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
secara teknis tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan harga
BBM di Indonesia relatif rendah, sehingga jika dibandingkan dengan harga
minyak goreng kelapa sawit terdapat perbedaan yang relatif besar [5].
Khususnya minyak kelapa sawit dan minyak kelapa pada saat ini banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan[6]. Oleh karena itu pemakaian minyak kelapa
sawit dan minyak kelapa ini dihindari karena bisa berakibat kompetisi dengan
bahan pangan. Adapun pemanfaatan minyak nyamplung masih mempunyai
kendala ketersediaan bahan bakunya. Kontinuitas minyak nabati dari nyamplung
pada saat ini masih sangat sulit walaupun minyak nyamplung ini cocok untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel karena tidak akan
mengakibatkan kompetisi dengan bahan pangan. Sebagai jalan yang bisa
mendukung kontinuitas produksi dan tidak berkompetisi dengan bahan pangan,
maka digunakan minyak goreng bekas atau minyak jelantah [7] dengan kualitas
yang paling redah. Minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang
memiliki peluang untuk pembuatan biodiesel [8-10]. Penggunaan minyak goreng
bekas atau minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel, karena secara
karakteristik masih ada kesamaan dengan minyak kelapa sawit: masih
mengandung trigliserida, di samping asam lemak bebas. Secara ekonomi, minyak
goreng bekas yang kualitas sangat rendah seperti bentuknya yang sudah hitam,
saat ini dapat diperoleh secara gratis karena merupakan limbah yangsudah tidak
digunakan lagi. Data statistik menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
peningkatan produksi minyak goreng. Selain ketersediaannya yang relatif
berlimpah, minyak jelantah merupakan limbah sehingga berpotensi mencemari
lingkungan berupa naiknya kadar COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD
(Biology Oxygen Demand) dalam perairan, selain itu jugamenimbulkan bau
busuk akibat degradasi biologi.
Permintaan terhadap bahan bakar terus mening-kat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan kemajuan industrialiasi, sementara ketersediaan bahan
bakar fosil berbanding terbalik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menjadi
katalis dalam penggalian sumber energi alternative.
minyak bumi merupakan salah satu energi yang tidak dapat diperbaharui