Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans, 2009)
jumlah kecelakaan kerja yang tidak sampai menimbulkan kematian pada tahun
2009 menurun dari tahun sebelumnya, dan jumlah kasus yang tercatat pada tahun
2009 mencapai 9.177 kasus, sedangkan pada tahun 2008 mencapai 9888 kasus
dan pada tahun 2007 mencapai 6.340 kasus. Data tersebut menunjukkan angka
kecelakaan kerja menurun, namun indonesia adalah urutan terburuk se ASEAN.
(Subdit Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja Depnakertrans, 2010).
Salah satu usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja adalah pendidikan
dan pelatihan (Suma’mur,1996). Namun pada kenyataanya masih banyak sekolah
yang belum memberikan pelatihan dengan serius materi pembelajaran K3. Materi
pembelajaran K3 yang sudah diberikan belum efektif karena hanya dominan pada
pengetahuan saja, selain itu pelaksanaan K3 di sekolah masih belum sejalan
dengan standar K3 di industri.
Berbagai faktor penyebab kecelakaan kerja menjadi ancaman dalam setiap
kegiatan kerja, untuk itu pencegahan kecelakaan kerja harus dilakukan, baik di
lingkungan industri kerja maupun didunia pendidikan, misalnya SMK yang
menjadi dasar tenaga kerja profesional (Fathoni, 2006).
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian
harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Penilaian
adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran. Berhasil tidaknya sebuah
proses pembelajaran akan ditentukan dari hasil penilaian tersebut. Penialaian
mempunyai arti yang strategis untuk menentukan tindak lanjut dari pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan psikomotor ?

1
2. Bagaimana pengembangan psikomotor ?
3. Bagaimana pembelajaran psikomotor?
4. Bagaimana penilaian hasil belajar psikomotor?
5. Apa saja jenis tes psikomotor?
6. Bagaimana pengembangan perangkat penilaian psikomotor?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan psikomotor !
2. Untuk mengetahui pengembangan psikomotor!
3. Untuk memahami pembelajaran psikomotor!
4. Untuk memahami cara penilaian hasil belajar psikomotor!
5. Untuk mengetahui apa saja jenis tes psikomotor!
6. Untuk mengetahui pengembangan perangkat penilaian psikomotor!

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikomotor


Dalam kamus besar bahasa Indonesia psikomotor secara harfiah berarti
sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik yang berkaitan dengan proses mental.
Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan

2
tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi
dan otot.
Dimulai dari gerakan-gerakan kasar yang melibatkan bagian-bagian besar
dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan, berlari, melompat dan lain-lain.
Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi halus yang melibatkan kelompok otot-
otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melompat dan kedua-duanya
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Satoto dalam Nurwidodo 2010)
Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata
pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan
keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Kategori yang
termasuk dalam ranah psikomotor adalah:

♦ Meniru

Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan


contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya
dari keterampilan itu.

♦ Memanipulasi

Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta


memilih apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan.

♦ Pengalamiahan

Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan
dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang
ditampilkan lebih meyakinkan.

♦ Artikulasi

3
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif.

Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:


gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan
terampil, dan komunikasi non diskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik
atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah
gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan
perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak.

Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan


terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti
keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.

Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu:


specific responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding
peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar,
dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya
memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta
didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi
satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji.

2.2 Perkembangan Psikomotor

Menurut Satoto 1990 (dalam Nurwidodo 2010) perkembangan psikomotor


mencakup banyak aspek perkembangan yang komplek antara lain perkembangan
motorik, perkembangan bahasa, perkembangan sosial dan perilaku.

a. Perkembangan motorik kasar

4
Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan dari unsur
kematangan, pengendalian gerak tubuh serta perkembangan tersebut erat
kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak. Perkembangan
motorik kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar
bagian tubuh dan memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot yang
besar.
Perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah diantaranya
menendang bola jauh-jauh, melempar bola, menangkap bola yang
memantul dengan tepat, bergerak ke depan dan ke belakang dengan
mudah, berdiri pada satu kaki selama 10 detik atau lebih, meloncat/
jungkir balik, menganyun atau memanjat, anak dapat melompat, naik turun
tangga dengan kaki bergantian, anak dapat mengendarai sepeda roda tiga.
b. Perkembangan motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya kemampuan menggambar, memegang suatu benda. Hal
ini tidak memerlukan tenaga serta koordinasi yang cermat.
Perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah diantaranya anak
dapat mencontoh gambar yang diberikan dengan baik seperti menggambar
garis silang, mengenal dua atau tiga warna, dapat melaksanakan tugas-
tugas sederhana, menempatkan mainan-mainannya dengan perhatian besar,
menyusun balok-balok kecil, dapat menggambar segi-tiga dan segi-empat,
dapat menghitung jari-jarinya sendiri, menggambar orang dari kepala,
lengan dan badan, membedakan bentuk benda, serta membedakan besar
dan kecil, dapat mencetak beberapa abjad/angka, menggunakan gunting
dan pensil dengan baik, dan anak dapat mengikat tali sepatunya sendiri.
c. Perkembangan bahasa dan bicara
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan. Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang
yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi.
Anak prasekolah sudah pandai bicara dalam kalimat yang terdiri dari 5-6
kata, menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya, banyak bertanya,

5
mengenal sisi atas, bawah, depan dan belakang, senang mendengar cerita-
cerita dan mengulang hal-hal penting dalam cerita. dapat berbicara dengan
cukup jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain, mengenal empat warna,
dapat menyebut hari-hari dalam 1 minggu, minat pada kata-kata baru dan
artinya, mengetahui beberapa lagu sederhana, dan protes bila di larang apa
yang diinginkannya.
d. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya.
Perkembangan personal sosial yang dapat dilihat pada anak prasekolah
yakni bekerja sama dan bermain dengan anak-anak lain, berjalan-jalan
sendiri mengunjungi tetangga, belajar berpakaian dan membuka pakaian
sendiri, menunjukkan rasa sayang pada saudara-saudaranya, anak dapat
makan sendiri, anak senang menyanyi: menari, menaruh minat pada
aktivitas orang dewasa, ingin seperti teman-temannya, ingin
menyenangkan teman-temannya, lebih senang mengikuti aturan dan
membutuhkan persetujuan saat ingin melakukan sesuatu.
Untuk mengembangkan potensi kemampuan psikomotorik anak
diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, dan yang paling penting pada
saat masa anak anak adalah orang tua, kemampuan psikomotorik hanya
bisa dikembangkan dengan latihan latihan yang menuju kearah
mengembangkan kemampuan anak. Hal ini memerlukan rangsangan dari
lingkungan sekitar anak agar perkembangan potensi kemampuan
psikomotorik anak bisa optimal.

2.3 Pembelajaran Psikomotor

Menurut Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai,
metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada
perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi
pembelajarannya juga berbeda.

Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila


dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by

6
doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui
praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan.

Sementara itu Goetz (1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa


latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat
besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan
bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi,
namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan
kebiasaan.

Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat


mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal
dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara:

a. mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari


b. mengingatkan prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai.

Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan:

a. Instruksi verbal,
b. gambar,
c. demonstrasi,
d. praktik, dan
e. umpan balik.
Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada
beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan
hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
mengajar praktik :
a. Menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan,
b. Menganalisis keterampilan secara rinci dan berutan,
c. Mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan
memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar,
d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik
dengan pengawasan dan bimbingan,
e. Memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.

Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik


mencakup tiga tahap, yaitu:

7
a. Penyajian dari pendidik,
b. Kegiatan praktik peserta didik, dan
c. Penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta
didik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Kompetensi kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang
agar tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya
optimal.

Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh


dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968)
menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada
peserta didik dengan sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan
keselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan,
maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.

2.4 Penilaian Hasil Belajar Psikomotor


Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui:
1. Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama
proses pembelajaran praktik berlangsung,
2. Sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap,
3. Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya.

Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil


belajar psikomotor mencakup:
1. Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
2. Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan
pengerjaan,
3. Kecepatan mengerjakan tugas,
4. Kemampuan membaca gambar dan atau simbol,

8
5. Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil


belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu
peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara
mengetes peserta didik.

2.5 Jenis Tes Psikomotor

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur


penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes
tersebut dapat berupa tes simulasi, dan tes unjuk kerja.

1. Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak ada alat
yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan
peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2. Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan
sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah
menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan
praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya

Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan
observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.
Lembar observasi dapat menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala
penilaian (rating scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur
berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak
baik.

9
Secara teknis penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan
pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes perbuatan.

1) Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi:


2) Gerak refleks,
3) Gerak dasar fundamen,
4) Keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi,
5) Keterampilan fisik,
6) Gerakan terampil,
7) Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.

2.6 Bagaimana Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor

1. Penentuan jenis tes psikomotor

Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal
yang perlu dilakukan oleh pendidik, yaitu membuat soal dan membuat perangkat/
instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar
ranah psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan
lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat
berupa lembar observasi atau portofolio.

Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi


keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati.
Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian
(rating scale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang
jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan
aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai
unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek
keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1-5.

10
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan
berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat
diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu.

2. Konstruksi Instrumen
Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian ranah
psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan
menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi dijabarkan minimal
menjadi 2 kompetensi dasar, setiap butir kompetensi dasar dapat dijabarkan
menjadi indikator atau lebih, dan setiap indikator harus dapat dibuat butir soalnya.
Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari satu kata kerja
operasional. Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal ranah
psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau
portofolio. Tidak ada perbedaan mendasar antara konstruksi daftar periksa
observasi dengan skala penilaian. Penyusunan kedua instrumen itu harus mengacu
pada soal atau lembar perintah/lembar kerja/lembar tugas yang diberikan kepada
peserta didik.
Berdasarkan pada soal atau lembar perintah/lembar tugas dibuat daftar
periksa observasi atau skala penilaian. Pada umumnya, baik daftar periksa
observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1) Persiapan,
2) Pelaksanaan, dan
3) Hasil.

3. Penyusunan Rancangan Penilaian

Sebaiknya guru merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan


dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka,
sehingga peserta didik, guru lain, dan kepala sekolah dapat melihatmya.
Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah:

a. Mencermati silabus yang sudah ada


b. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus yang telah
disusun

4. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan
dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang

11
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif
sama.

5. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor

Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan


pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan
perintah/soal tersebut.

a. Penyusunan soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah
psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat.
Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi
pembelajaran. Pada contoh kisikisi di atas, dapat dibuat soal sebagai
berikut:

b. Pedoman penskoran
Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala
penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah
kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan
yang diamati. Untuk soal dari contoh

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penilaian psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah
mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–
reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan
tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Penilaian psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu : imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Penilaian psikomotor lebih tepat diberikan pada mata pelajaran yang
membutuhkan ketrampilan praktik motorik daripada pada mata pelajaran yang
cenderung kepada penguasaan kognitif maupunn afektif, seperti kesenian,
ketrampilan , pendidikan jasmani.

3.2 SARAN
Para pendidik hendaknya dengan tepat dan benar dalam menentukan
penilaian psikomotor kepada siswa agar tujuan yang akan dicapai dalam penilaian
tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses penilaian psikomotor harus berdasarkan langkah-langkah
yang diperlukan sesuai dengan komponen-komponen penilaian yang ada untuk
mendapatkan data dan hasil yang akurat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 19 Tahun 2007 tentang Standar


Pengelolaan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Nomor : 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Jakarta: Direktorat

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Nomor : 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Goetz, P.W.1981. The new encyclopedi britanica. Vol. 10, 15th. ed. Chicago:
William Benton Publisher

Sudrajat, A. 2016. Penilaian Psikomotor. Jurnal: RUAS. Vol. 14, 1693-3702

Haryadi, T. 2016. Melatih Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor, Anak.


Jurnal: Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan. Vol. 5, 2

Aman. 2012. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

14
Toto, A. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke
Cipta.

Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Daam Pembelajaran SD/MI,


SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Rahman, Abd. Hamid. 2014. Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogjakarta: Insan Madani.

15

Anda mungkin juga menyukai