Anda di halaman 1dari 12

Makalah Pertambangan dan Dampak

Terhadap Lingkungan
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hukum pertambangan tidak pernah terlepas dari bagian lingkungan hidup merupakan anugrah
Tuhan yang Maha Esa yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuanya agar tetap dapat
menjadi sumber penunjang hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

Dewasa ini, kejahatan lingkungan sering terjadi disekeliling lingkungan kita, namun semua itu tanpa
kita sadari. Misalnya saja pada pertambangan, pertambangan merupakan usaha untuk menggali
berbagai potensi-potensi yang terkandung dalam perut bumi.

Negara menguasai secara penuh semua kekayaan yang terkandung didalam bumi dan
dipergunakan sebaik – baiknya untuk kemakmuran rakyat. Akan tetapi kenyataanya rakyat
melakukan kegiatan pertambangan dengan tidak memperhatikan aspek –aspek yang penting
didalamnya, seperti tidak memperhatikan akibat yang di timbulkan atau pengaruh dengan adanya
pertambangan tersebut (pertambangan liar), namun tidak menutup kemungkinan juga dilakukan
oleh perusahaan tambang yang telah memiliki izin resmi.

1. Rumusan masalah

1) Permasalahan lingkungan dalam pembangunan pertambangan.

2) Cara pengolahan pembangunan pertambangan.

3) Resiko – resiko yang terjadi dalam pembangunan pertambangan.

4) Pencemaran dan penyakit yang timbul akibat pembangunan pertambangan.

5) Permasalahan lingkungan dalam pembangunan industry.

6) Resiko keracunan bahan logam yang terjadi dalam industrisasi.

7) Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan penindustian.


BAB II

PEMBAHASAN

1. PETAMBANGAN

a. Pengertian Pertambangan

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan


(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas
bumi, migas) . Sektor pertambangan, khususnya pertambangan umum, menjadi isu yang menarik
khususnya setelah Orde Baru mulai mengusahakan sektor ini secara gencar. Pada awal Orde Baru,
pemerintahan saat itu memerlukan dana yang besar untuk kegiatan pembangunan, di satu sisi
tabungan pemerintah relatif kecil, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah
mengundang investor-investor asing untuk membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya di
Indonesia.

Adanya kegiatan pertambangan ini mendorong pemerintah untuk mengaturnya dalam undang-
undang (UU). UU yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan, UU No. 11/1967 tentang Pokok-
pokok Pengusahaan Pertambangan. Dalam UU tersebut pemerintah memilih mengembangkan pola
Kontrak Karya (KK) untuk menarik investasi asing. Berdasarkan ketentuan KK, investor bertindak
sebagai kontraktor dan pemerintah sebagai prinsipal. Di dalam bidang pertambangan tidak dikenal
istilah konsesi, juga tidak ada hak kepemilikan atas cadangan bahan galian yang ditemukan investor
bila eksploitasi berhasil. Berdasarkan KK, investor berfungsi sebagai kontraktor. Pertambangan
dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Pertambangan adalah kegiatan untuk mendapatkan logam dan mineral dengan cara
hancurkan gunung, hutan, sungai, laut dan penduduk kampung.
2. Pertambangan adalah kegiatan paling merusak alam dan kehidupan sosial yang dimiliki
orang kaya dan hanya menguntungan orang kaya.
3. Pertambangan adalah lubang besar yang menganga dan digali oleh para pembohong (Mark
Twian)
4. Pertambangan adalah industri yang banyak mitos dan kebohongan
Ada beberapa fase yang harus dilalui oleh perusahaan sebelum melakukan eksploitasi. Saat
proses tersebut di lalui oleh perusaan, maka saat itu pula beredar mitos-mitos pertambangan
di masyarakat.

2. Permasalahan Lingkungan Dalam Pembangunan Pertambahan Energi

Masalah-masalah lingkungan dalam pembangunan lahan pertambangan dapat dijelaskan dalam


berbagai macam hal. Berikut ini adalah maslah lingkungan dalam pembangunan lahan
pertambangan:

1. Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan
gas bumi, logam-logam mineral antara lain seperti timah putih, emas, nikel, tembaga,
mangan, air raksa, besi, belerang, dan lain-lain dan bahan-bahan organik seperti batubara,
batu-batu berharga seperti intan, dan lain- lain.
2. Pembangunan dan pengelolaan pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi dan
bahan bakar serta dengan pengolahan wilayah, disertai dengan peningkatan pengawasan
yang menyeluruh.
3. Pengembangan dan pemanfaatan energi perlu secara bijaksana baik itu untuk keperluan
ekspor maupun penggunaan sendiri di dalam negeri serta kemampuan penyediaan energi
secara strategis dalam jangka panjang. Sebab minyak bumi sumber utama pemakaian
energi yang penggunaannya terus meningkat, sedangkan jumlah persediaannya terbatas.
Karena itu perlu adanya pengembangan sumber-sumber energi lainnya seperti batu bara,
tenaga air, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga nuklir, dan sebagainya.
4. Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan
oleh faktor kimia, faktor fisik, faktor biologis. Pencemaran lingkungan ini biasanya lebih dari
pada diluar pertambangan. Keadaan tanah, air dan udara setempat di tambang mempunyai
pengarhu yang timbal balik dengan lingkunganya. Sebagai contoh misalnya pencemaran
lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh keaneka ragaman udara, pencemaran oleh
tekanan panas tergantung keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara setempat.
5. Melihat ruang lingkup pembangunan pertambangan yang sangat luas, yaitu mulai dari
pemetaan, eksplorasi, eksploitasi sumber energi dan mineral serta penelitian deposit bahan
galian, pengolahan hasil tambang dan mungkin sampai penggunaan bahan tambang yang
mengakibatkan gangguan pad lingkungan, maka perlua adanya perhatian dan pengendalian
terhadap bahaya pencemaran lingkungan dan perubahan keseimbangan ekosistem, agar
sektor yang sangat vital untuk pembangunan ini dapat dipertahankan kelestariannya.
6. Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai eksplorasi, eksploitasi,
produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutan, serta kemudian menjualnyatidak lepas
dari bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran terhadap lingkungan oleh bahan-bahan
minyak yang mengakibatkan kerusakan flora dan fauna, pencemaran akibat penggunaan
bahan-bahan kimia dan keluarnya gas-gas/uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan
pengolahan.

3. Cara Pengelolaan Pembangunan Pertambangan

Sumber daya bumi di bidang pertambangan harus dikembangkan semaksimal mungkin untuk
tercapainya pembangunan. Maka perlu adanya survey dan evaluasi yang terintegrasi dari para alhi
agar menimbulkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian baik secara ekonomi maupun
secara ekologis. Penggunaan ekologis dalam pembangunan pertambangan sangat perlu dalam
rangka meningkatkan mutu hasil pertambangan dan untuk memperhitungkan sebelumnya pengaruh
aktivitas pembangunan pertambangan pada sumber daya dan proses alam lingkungan yang lebih
luas.

Segala pengaruh sekunder pada ekosistem baik local maupun secara lebih luas perlu
dipertimbangkan dalam proses perencanaan pembangunan pertambangan, dan sedapatnya
evaluasi sehingga segala kerusakan akibat pembangunan pertambangan ini dapat dihindari atau
dikurangi, sebab melindungi ekosistem lebih mudah daripada memperbaikinya. Dalam pemanfaatan
sumber daya pertambangan yang dapat diganti perencanaan, pengolahan dan penggunaanya harus
hati-hati seefisien mungkin. Harus tetap diingat bahwa generasi mendatang harus tetap dapat
menikmati hasil pembangunan pertambangan ini.

4. Kecelakaan di Pertambangan

Usaha pertambangan adalah suatu usaha yang penuh dengan bahaya. Kecelakaan-kecelakaan
yang sering terjadi, terutama pada tambang-tambang yang lokasinya jauh dari tanah. Kecelakan
baik itu jatuh, tertimpa benda-benda, ledaka-ledakan maupun akibat pencemaran atau keracunan
oleh bahan tambang. Oleh karena itu tindakan-tindakan penyelamatan sangatlah diperlukan,
misalnya memakai pakaian pelindung saat bekerja dalam pertambangan seperti topi pelindung,
boot, baju kerja, dan lain-lain.
Dalam rangka menghindari terjadinya kecelakaan pencemaran lingkungan dan gangguan
keseimbangan ekosistem baik itu berada dalam lingkungan pertambangan ataupun berada di luar
lingkungan pertambangan, maka perlu adanya pangawasan lingkungan terhadap:

1. Cara pengolahan pembangunan dan pertambangan


2. Kecelakaan pertambangan
3. Penyehatan lingkungan pertambangan
4. Pencemaran dan penyakit-penyakit yang mungkin timbul

Contoh sederhana karena kecelakaan kerja adalah terjadinya lumpur lapindo yang terdapat di
Porong, Sidoarjo, Jawa timur. Tragedi semburan lumpur lapindo yang terjadi beberapa tahun silam,
setidaknya menjadi\ bukti adanya kelalaian pekerja tambang minyak yang lupa menutup bekas
lubang untuk mengambil minyak bumi. Semburan di Porong, Sidoarjo bukan fenomena baru di
kawasan Jawa Timur. Fenomena yang sama terjadi di Mojokerto, Surabaya, Gunung Anyar,
Rungkut, Purwodadi, Jawa Tengah.

5. Penyehatan Lingkungan Pertambangan

Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas
sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:

1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar


2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
3. Pengendalian dampak risiko lingkungan
4. Pengembangan wilayah sehat.

Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan


dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan
lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan
antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta berperan
(Perindustrian, KLH, Pertanian, PU dll.) baik kebijakan dan pembangunan fisik dan departemen
Kesehatan sendiri terfokus kepada pengelolaan dampak kesehatan.

6. Pencemaran dan Penyakit-Penyakit yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas


Pertambangan

Usaha pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman sekarang. Soalnya semua
kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang berasal dari pertambangan. Contohnya:

1. Biji besi digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga, mobil, motor, dll
2. Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat
3. Emas digunakan untuk membuat kalung, anting, cincin
4. Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel
5. Masih banyak lagi seperti perak, baja, nikel, batu bara,timah,pasir kaca, dll.

Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan di pertambangan yaitu:
1. Pembukaan lahan secara luas dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-
besaran, ini menimbulkan pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini
terjadi longsor banyak memakan korban jiwa. Sedikitnya ialah terjadi penyakit yang
mengganggu saluran pernafasan.
2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui. Hasil petambangan merupakan Sumber Daya
yang tidak dapat diperbarui lagi. Ini menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang.
3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi tidak nyaman. Biasanya pertambangan
membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan biasanya kendaraan
berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga menjadi kesal.
4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya. Dari sepenggetahuan
saya bahwa ke banyakan pertambangan banyak membuang limbahnya tidak sesuai
tempatnya. Biasanya mereka membuangnya di kali, sungai, ataupun laut. Limbah tersebut
tak jarang dari sedikit tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya
di sector perairan dan mengakibatkan penyakit pencernaan.
5. Pencemaran udara atau polusi udara. Di saat pertambangan memerlukan api untuk
meleburkan bahan mentah, biasanya penambang tidak memperhatikan asap yang di buang
ke udara. Hal ini mengakibatkan rusaknya lapisan ozon.

b. Permasalahan lingkungan dalam pembangunana industry.

1. Lingkungan Dalam Pembangunan Industri

Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan
persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan
sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan
dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.

Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati
ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa
teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi.
Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara
optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan.

Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap “survival”.
Hakekatnya manusia telah “survival” sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi
besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri,
serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah
kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika
tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka
kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam
kelangsungan hidup manusia.
2. Masalah Lingkungan Dalam Pembangunan Industri

Pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara, dalam hal ini, pesatnya
hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi
suatu bangsa.Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya
dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia
“survival” yaitu oleh karena teknologi.

Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil,
yang memperkaya peradaban manusia. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida,
karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia
akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca”.

Teknologi yang diandalkan sebagai instrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan
hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen,
pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun
yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis
pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tanaman misalnya wereng dan
kutu loncat.

Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan
berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), berbagai
jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk
disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC
(chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi
menipisnya lapisan ozon di stratosfer.

Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk


memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan
berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis
sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.

Bahkan akibat kemajuan teknologi, era sibernitika yang mengglobal dapat dikonsumsi oleh negara-
negara miskin sekalipun karena kemampuan komputer sebagai instrumen informasi yang tidak
memiliki batas ruang. Dalam hal ini, jaringan Internet yang dapat diakses dengan biaya yang tidak
mahal menghilangkan titik-titik pemisah yang diakibatkan oleh jarak yang saling berjauhan.
Kemajuan teknologi sibernitika ini meyakini para ekonom bahwa kemajuan yangtelah dicapai oleh
negara maju akan dapat disusul oleh negara-negara berkembang, terutama oleh menyatunya
negara maju dengan negara berkembang dalam blok perdagangan.

3. Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industrialisasi

Banyak pekerja yang dalam melakukan kegiatan pekerjaannya rentan terhadap bahaya bahan
beracun. Terutama para pekerja yang bersentuhan secara langsung maupun tidak langsung dengan
bahan beracun. Bahan beracun dalam industri dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan,
yaitu:
1. senyawa logam dan metalloid,
2. bahan pelarut,
3. gas beracun,
4. bahan karsinogenik,
5. pestisida.

Suatu bahan atau zat dinyatakan sebagai racun apabila zat tersebut menyebabkan efek yang
merugikan pada yang menggunakannya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keterangan sebagai
berikut. Pertama, suatu bahan atau zat, termasuk obat, dapat dikatakan sebagai racun apabila
menyebabkan efek yang tidak seharusnya, misalnya pemakaian obat yang melebihi dosis yang
diperbolehkan. Kedua, suatu bahan atau zat, walaupun secara ilmiah dikategorikan sebagai bahan
beracun, tetapi dapat dianggap bukan racun bila konsentrasi bahan tersebut di dalam tubuh belum
mencapai batas atas kemampuan manusia untuk mentoleransi. Ketiga, kerja obat yang tidak
memiliki sangkut paut dengan indikasi obat yang sesungguhnya dianggap sebagai kerja racun.

Bahan atau zat beracun pada umumnya dimasukkan sebagai bahan kimia beracun, yaitu bahan
kimia yang dalam jumlah kecil dapat menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup
lainnya. Pada umumnya bahan beracun, terutama yang berbentuk gas, masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju organ tubuh
tertentu.

Bahan beracun tersebut dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru
dan lainnya, tetapi zat beracun tersebut juga dapat berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal
atau cairan limfa dan menghasilkan efek kesehatan dalam jangka panjang. Pengeluaran zat
beracun dari dalam tubuh dapat melalui urine, saluran pencernakan, sel epitel dan keringat.

4. Keracunan Bahan Organis Pada Industrialisas

Kemajuan industri selain membawa dampak positif seperti meningkatnya pendapatan masyarakat
dan berkurangnya pemgangguran juga mempunyai dampak negatif yang harus diperhatikan
terutama menjadi ancaman potensial terhadap lingkungan sekitarnya dan para pekerja di
industri. Salah satu industri tersebut adalah industri bahan-bahan organik yaitu metil alkohol, etil
alkohol dan diol.

Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia adalah aset penting dari kegiatan industri, disamping
modal dan peralatan. Oleh karena itu tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya-bahaya lingkungan
kerja yang dapat mengancam kesehatannya.

Metil alkohol dipergunakan sebagai pelarut cat, sirlak, dan vernis dalam sintesa bahan-bahan kimia
untuk denaturalisasi alkohol, dan bahan anti beku. Pekerja-pekerja di industri demikian mungkin
sekali menderita keracunan methanol. Keracunan tersebut mungkin terjadi oleh karena
menghirupnya, meminumnya atau karena absorbsi kulit. Keracunan akut yang ringan ditandai
dengan perasaan lelah, sakit kepala, dan penglihatan kabur.

Keracunan sedang dengan gejala sakit kepala yang berat, mabuk , dan muntah, serta depresi
susunan syaraf pusat, penglihatan mungkin buta sama sekali baik sementara maupun selamanya.
Pada keracunan yang berat terdapat pula gangguan pernafasan yang dangkal, cyanosis, koma,
menurunnya tekanan darah, pelebaran pupil dan bahkan dapat mengalami kematian yang
diseabkan kegagalan pernafasan. Keracunan kronis biasanya terjadi oleh karena menghirup
metanol keparu-paru secara terus menerus yang gejala-gejala utamanya adalah kabur penglihatan
yang lambat laun mengakibat kan kebutaan secara permanen. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk
metanol di udara ruang kerja adalah 200 ppm atau 260 mg permeterkubik udara.
Etanol atau etil alkohol digunakan sebagai pelarut, antiseptik, bahan permulaan untuk sintesa
bahan-bahan lain. Dan untuk membuat minuman keras. Dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut
keracunan akut ataupun kronis bisa terjadi oleh karena meminumnya, atau kadang-kadang oleh
karena menghirup udara yang mengandung bahan tersebut, Gejala-gejala pokok dari suatu
keracunan etanol adalah depresi susunan saraf sentral.Untunglah di Indonesia minum minuman
keras banyak dihindari oleh pekerja sehingga ”problem drinkers” di industri-industri tidak
ditemukan, NAB diudara ruang kerja adalah 1000 ppm atau 1900 mg permeter kubik.

Keracunan-keracunan oleh persenyawaan-persenyawaan tergolong alkohol dengan rantai lebih


panjang sangat jarang, oleh karena makin panjang rantai makin rendah daya racunnya.
Simptomatologi , pengobatan, dan pencegahannya hampir sama seperti untuk etanol.

Seperti halnya etanol , persenyawaan persenyawaan yang tergolong diol mengakibatkan depresi
susunan saraf pusat dan kerusakan-kerusakan organ dalam seperti ginjal, hati dan lain lain. Tanda
terpenting keracunan adalah anuria dan narcosis. Keracunan akut terjadi karena meminumnya,
sedangkan keracunan kronis disebabkan penghirupan udara yang mengandung bahan tersebut.
Pencegahan-pencegahan antara lain dengan memberikan tanda-tanda jelas kepada tempat-tempat
penyimpanan bahan tersebut. Keracunan toksikan tersebut diatas tidak akan terjadi manakala
lingkungan kerja tidak sampai melebihi Nilai Ambang Batas dan pemenuhan standart dilakukan
secara ketat.

5. Perlindungan Masyarakat Sekitar Terhadap Perusahaan Industri

Masyarakat sekitar suatu perusahaan industri harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh buruk yang
mungkin ditimbulkan oleh industrialisasi dari kemungkinan pengotoran udara, air, makanan, tempat
sekitar dan lain sebagainya yang mungkin dapat tercemari oleh limbah perusahaan industri.

Semua perusahaan industri harus memperhatikan kemungkinan adanya pencemaran lingkungan


dimana segala macam hasil buangan sebelum dibuang harus betul-betul bebas dari bahan yang
bisa meracuni.

Untuk maksud tersebut, sebelum bahan-bahan tadi keluar dari suatu industri harus diolah dahulu
melalui proses pengolahan. Cara pengolahan ini tergantung dari bahan apa yang dikeluarkan. Bila
gas atau uap beracun bisa dengan cara pembakaran atau dengan cara pencucian melalui peroses
kimia sehingga uadara/uap yang keluar bebas dari bahan-bahan yang berbahaya. Untuk udara atau
air buangan yang mengandung partikel/bahan-bahan beracun, bisa dengan cara pengendapan,
penyaringan atau secara reaksi kimia sehingga bahan yang keluar tersebut menjadi bebas dari
bahan-bahan yang berbahaya. Pemilihan cara ini pada umunya didasarkan atas faktor-faktor :

1. Bahaya tidaknya bahan-bahan buangan tersebut


2. Besarnya biaya agar secara ekonomi tidak merugikan
3. Derajat efektifnya cara yang dipakai
4. Kondisi lingkungan setempat

Selain oleh bahan bahan buangan, masyarakat juga harus terlindungi dari bahaya-bahaya oleh
karena produk-produknya sendiri dari suatu industri. Dalam hal ini pihak konsumen harus terhindar
dari kemungkinan keracunan atau terkenanya penyakit dari hasil-hasil produksi. Karena itu sebelum
dikeluarkan dari perusahaan produk-produk ini perlu pengujian telebih dahulu secara seksama dan
teliti apakah tidak akan merugikan masyarakat.
Orang yang mendapat kecelakaan luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau karena
tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan
oleh lebih dari satu sebab. Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan hal – hal yang
menyebabkan kecelakan. Beberapa contoh tindakan yang tidak aman :

1. Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat


2. Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah
3. Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung tangan
atau pelindung kepala
4. Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau alat
perlengkapan lainnya.
5. sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya di tenpat
kerja
6. Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau mengizinkan orang
lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut belum mengetahui pekerjaan
tersebut.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kegiatan pertambangan membawa dampak buruk bagi lingkungan perairan karena menggunakan
senyawa logam berat merkuri(Hg).merkuri dapat terakumulasi dalam tubuh organism yang hidup di
perairan dan bersifat tostik atau mematikan dalam konsentrasi tertentu. Selain itu pencemaran
lingkungan akibat kegiatan pertambangan secara nyata berpengaruh terhadap perekonomian
nelayan.

Merkuri yang mencemari perairan berpotensi menurunkan kualitas dan produktifitas perairan
sehingga mengurangi hasil tangkapan nelayan. Solusi untuk mengatasi dampak pencemaran
perairan oleh kegiatan penambangan terbagi dari sisi ekologi dan ekonomi. Disisi ekologi berupa
pembangunan bendungan serta instalasi pengolahan limbah (IPAL). Sedangkan di sisi ekonomi,
khusus bagi nelayan dapat dilakukan dengan penerapan strategi pertahanan hidup subsitutif.
Daftar Pustaka

http://pustakamakalah.com

http://aerorobotic.blogspot.com

http://blogriani.blogspot.com

http://pustakatambang.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai