Anda di halaman 1dari 10

Siti

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“PENCEGAHAN RESIKO JATUH”

DISUSUN OLEH :

FENNY MARIANA HUTAGAOL

012014008

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2016/2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

RESIKO JATUH PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Resiko Jatuh Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Hari/ tanggal :

Waktu pertemuan : 30 menit

Tempat : rumah Ny.P

Sasaran : Lansia

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan–lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami

pada semua makhluk hidup. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua merupakan masa yang kurang
menyenangkan (Nugroho, 2000).

Kemunduran fisik dapat menyebabkan resiko jatuh pada lansia. Jatuh adalah salah satu
peristiwa yang yang sering dialami oleh seorang lansia. Jatuh berkaitan dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas serta penurunan fungsi dan kemandirian. Jatuh menjadi salah satu
insiden yang paling sering terjadi pada orang lanjut usia (lansia) yang mengakibatkan trauma
serius seperti nyeri, kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan
hilangnya rasa percaya diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya sehari – hari yang
menyebabkan menurunya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya dan juga
berpengaruh pada anggota keluarganya. Di Dusun I, Desa Baru terdapat beberapa orang
lansia perempuan yang berusia diatas 65 tahun. Yang sebagian besar memiliki resiko jatuh
karena mengalami kemunduran fisik. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk mengetahui
cara menghindari resiko jatuh agar para lansia mampumelakukan pencegahan jatuh terhadap
dirinya sendiri. Berdasarkan hal tersebut penyuluh berminat memberikan penyuluh mengenai
cara pencegahan jatuh pada lansia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 35 menit, diharapkan mampu memahami


cara menghindari resiko jatuh dan melakukan pencegahan jatuh.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 35 menit diharapkan kelayan mampu :

a. Menjelaskan pengertian jatuh.

b. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh.

c. Menyebutkan akibat jatuh.

d. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.

e.Melakukan pencegahan jatuh.

C. Kisi-Kisi Materi

1. Pengertian jatuh.

2. Faktor resiko penyebab jatuh.

3. Akibat jatuh

4. Cara pencegahan jatuh.

(Terlampir)
D. Metode

 Ceramah

 Tanya jawab

 Diskusi

E. Media

 Leafleat

D. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Waktu Respon Ny.S


1. Pendahuluan 5 menit Menjawab salam
Memberi salam
Memberi salam Menyimak
Memberi pertanyaan apersepsi Menyimak
2.
Mengkomunikasikan pokok Bahasan
Mengkomunikasikan tujuan 25 menit
Kegiatan Inti Menyimak
5 menit
Memberikan penjelasan tentang Jatuh Bertanya
3. Memberikan penjelasan factor penyebab resiko Memperhatikan
jatuh
Memberikan kesempatan keluarga
Memperhatikan
untuk bertanya Menjawab
Memberikan komplikasi atau akibat dari jatuh
Memberikan penjelasan cara pencegahan jatuh
dari lansia

Penutup
Menyimpulkan materi penyuluhan
bersama keluarga
Memberikan evaluasi secara lisan
Memberikan salam penutup
Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Persiapan Penerima Manfaat sudah terlaksana dengan baik berupa kontrak waktu,topik,
dan tempat

b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk Penkes

2. Evaluasi proses

a. Penerima Manfaat mampu mengikuti Penkes dengan baik sampai selesai

b. Penerima Manfaat kooperatif dalam mengikuti Penkes

c. Penerima Manfaat dapat bekerjasama dengan perawat

d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik

e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan Penkes

3. Evaluasi hasil

a. Evaluasi kognitif

Menanyakan kepada Penerima Manfaat

1.Coba jelaskan pengertian jatuh!

2.Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh!

3.Sebutkan akibat dari jatuh!

4.Sebutkan cara mencegah jatuh!

b. Evaluasi afektif Penerima Manfaat menyatakan kesediaaan melakukan

pencegahan jatuh.

c. Evaluasi psikomotorik Penerima Manfaat mampu melakukan pencegahan

jatuh.
MATERI PENYULUHAN

Lampiran 1

A. Pengertian Kekambuhan

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihatkejadian
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk dilantai/tempat yanglebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Rouben, 1996).

B. Faktor Resiko Penyebab Jatuh

Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.

a) Faktor Instinsik, misalnya:

 Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi darah ke otak secara tiba-
tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada jantung yang menyebabkan sesak
nafas sehingga tidak dapat mentoleransi aktivitas dan hipertensi.

 Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, hodrosealus tekanan
normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon
tidak baik terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing.

 Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri persendian,
kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki yang tidak normal, penurunan
kekuatan otot, kekakuan jaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema pada kaki

 Gangguan penglihatan dan pendengaran

 Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa

denganketerbatasan.

b) Faktor Ekstrinsik, misalnya:

 Cahaya ruangan yang kurang terang

 Lingkungan yang asing bagi lanjut usia

 Lantai yang licin

 Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti- psikotik, alkohol, dan obat
hipoglikemi)

 Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.

C. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :

a. Perlukaan (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural

b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit

c. Disablitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan fisik, penurunan


mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan pembatasangerak

d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan

e. Mati

D. Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti
faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedangdiderita, pengobatan yang
sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan. dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua

1. Latihan fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan
tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya
lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik
yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah
satunya adalah berjalan kaki.

2. Managemen obat-obatan

a) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.

b) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.

c) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan.

d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutamasedatif dan
tranquilisers.

e) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis
kuat.

f) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.

3. Modifikasi lingkungan

a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat
suhu.

b) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan


tanpa harus berjalan dulu.

c) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.

d) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.

e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.

f) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan untuk daerah
tangga.
g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk
melintas.

h) Gunakan lantai yang tidak licin.

i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindaritersandung.

j) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya dikamar mandi.

k) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.

4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :

a) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.

b) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.

c) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.

d) Hindari olahraga berlebihan.

5. Alas kaki

a) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.

b) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjagakeseimbangan.

c) Pakai sepatu yang antislip.

6. Alat bantu jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskanuntuk mengatasi
atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Pada penggunaannya, alat
bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan
langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan
secara individual. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani
dengan obat-obatan maupun pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat
bantu jalan seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya
1ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa
yangdigunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan.Jika ke-2
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang
berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka
pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.

Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan alat bantu
pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.

9. Memelihara kekuatan tulang

a) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang
dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orangtua.

b) Berhenti merokok

c) Hindari konsumsi alkohol

d) Latihan fisik

e) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen.

f) Suplementasi hormone estrogen?hormon pengganti.

H. DAFTAR PUSTAKA

Friedman. 2012.Mudah Jatuh pada Lansia. Jakarta: Gramedia

Turana,Yuda. 2009.Menghindari Resiko Jatuh Pada Lansia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai