Anda di halaman 1dari 4

representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai

model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalaha yang digunakan untuk menemukan
solusi dari masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Suatu
masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit,
atau simbol matematika. dengan representasi matematis, siswa diajak untuk menggambarkan
sampai membuat ide-ide atau konsep-konsep matematika dan hubungan diantaranya ke dalam
bentuk matematika yang baru dan beragam.
Tabel 2.1. Bentuk Operasional Kemampuan Representasi Matematis
No. Representasi Bentuk-Bentuk Operasional

1. Visual berupa: Gambar, 1. Menyajikan kembali data atau informasi


Diagram, grafik atau tabel. dari suatu representasi verbal ke
representasi gambar.
2. Menggunakan representasi gambar,
diagram, grafik atau tabel untuk
menyelesaikan masalah
2. Persamaan atau ekspresi 1. Membuat persamaan atau ekspresi
matematis matematis dari suatu masalah yang
diberikan.
2. Menggunakan persamaan atau ekspresi
matematis untuk menyelesaikan masalah.
3. Kata-kata atau teks tertulis 1. Membuat situasi masalah berdasarkan data
atau representasi gambar, diagram, grafik
atau tabel yang disajikan.
2. Menuliskan langkah-langkah atau model
matematika untuk penyelesaian masalah.
3. Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu
representasi yang disajikan.
4. Menggunakan representasi atau cerita yang
disajikan untuk menjawab soal dengan
menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
Sumber: Mudzakir (2005:10)

kemampuan representasi matematis adalah kemampuan siswa mengemukakan ide atau


gagasan matematika dalam suatu konfigurasi yang dapat menyajikan seuatu hal dalam suatu
cara tertentu seperti membuat model matematika, menggambar grafik, dan lain-lain.
Self-efficacy adalah sebuah keyakinan tentang probabilitas bahwa seseorang dapat
melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai beberapa
hasil.
Bandura (dalam Shofiah dan Raudatussalamah, 2014) menyatakan bahwa pengukuran
self-efficacy seseorang mengacu pada tiga dimensi, yaitu level, strength, dan generality.
Berikut akan diuraikan mengenai ketiga dimensi tersebut.
1. Level
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan yang diyakini oleh seseorang untuk
dapat ia selesaikan. Misalnya, jika ia dihadapkan pada masalah atau tugas yang disusun
menurut tingkat kesulitan tertentu maka self-efficacy-nya akan jatuh pada tugas-tugas yang
mudah, sedang dan sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi
tuntunan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkatnya tersebut.
2. Strength
Dimensi ini berkaitan tentang tingkat kekuatan dan kelemahan keyakinan seseorang
tentang kompetensi yang dipersepsinya. Dengan kata lain, dimensi ini menunjukkan derajat
kemantapan seseorang terhadap keyakinannya tentang kesulitan tugas yang bisa ia kerjakan.
Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf
kesulitan tugas maka makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
Seseorang dengan self-efficacy yang lemah mudah dikalahkan oleh pengalaman yang sulit.
Sedangkan orang yang memilki self-efficacy yang kuat dalam kompetensi akan
mempertahankan usahanya walaupun mengalami kesulitan atau dengan kata lain, dimensi ini
berkaitan dengan tingkat kegigihan seseorang dalam menghadapi kesulitan.
3. Generalisasi
Dimensi ini menunjukkan apakah self-efficacy seseorang akan berlangsung pada domain
tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktivitas dan situasi. Dimensi ini berhubungan
dengan tingkat pencapaian keberhasilan seseorang dalam mengatasi atau menyelesaikan
masalah atau tugas-tugas dalam kondisi tertentu.
self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi, sehingga dapat mengatasi
tantangan serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun aspek yang diukur adalah
dimensi dari self-efficacy tersebut, yaitu (1) Level (2) Strength (3) Generality.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Tabel 2.2
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1 Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran yang akan dicapai pada
Menyampaikan tujuan dan memotivasi pelajaran dan menekankan pentingnya
siswa. topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar

Fase-2 Guru menyajikan informasi atau materi


kepada siswa dengan jalan demonstrasi
Menyajikan informasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa


bagaimana caranya membentuk
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok belajar kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.

Fase-4 Guru membimbing kelompok-


kelompok belajar pada saat mereka
Membimbing kelompok bekerja dan mengerjakan tugas mereka.
belajar

model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran siswa secara aktif dalam pembelajaran
yang ditandai dengan tiga tahap, yaitu think (berpikir), pair (berpasangan) dan share
(berbagi).
Autograph adalah salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika pada materi tertentu seperti Program Linier, Transformasi, Trigonometri, dan
lain-lain yang dapat membantu guru untuk memudahkan menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa.
Kemudian Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo (2010: 141) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam bidang matematika dapat dikaitkan dengan salah satu
beberapa dari tujuan berikut ini:
1. Pembentukan konsep
2. Pemahaman konsep
3. Latihan dan penguatan
4. Pemecahan masalah
5. Mengundang berpikir
6. Mengundang untuk berdiskusi
7. Mengundang untuk berpartisipasi aktif.
Selain itu, media pembelajaran juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat
kesulitan siswa dalam memahami materi matematika. Seperti disampaikan oleh Nusantara,
dkk (2003: 1) bahwa “Di dalam menyampaikan materi pelajaran matematika yang bersifat
abstrak, seorang guru memerlukan alat bantu ajar atau alat peraga untuk memperjelas,
mempermudah konsep atau bahkan mencapai sasaran pengajaran yang diinginkan. Kesulitan
penalaran materi matematika dapat disederhanakan dengan menggunakan media
pembelajaran.”
Kemampuan awal Matematis (KAM) adalah pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelum kegiatan belajar dan mengajar berlangsung. Karena matematika adalah ilmu yang
terstruktur dimana materi matematika tersusun atas dasar materi sebelumnya sehingga
penguasaan materi-materi sebelumnya merupakan kemampuan awal dalam mempelajari
materi matematika selanjutnya.
kemampuan awal siswa akan berinteraksi terhadap pendekatan pembelajaran yang akan
diterapkan di kelas dengan kelompok KAM yang heterogen. Kemampuan awal juga
merupakan modal siswa dalam menerima materi selanjutnya. KAM memiliki pengaruh yang
besar terhadap ketercapaian kemampuan matematis yang diharapkan khususnya dalam
memecahkan masalah dan mengkaitkan ide-ide matematis yang terkait dengan masalah yang
disajikan.
Adapun indikator kemampuan representasi matematis siswa yang dipakai dalam penelitian ini
ditetapkan atas empat indikator yaitu: kemampuan menuangkan, menyatakan, menterjemahkan,
mengungkapkan, atau membuat model-model dari ide-ide, konsep-konsep matematis, dan hubungan
diantaranya ke dalam bentuk matematis baru yang beragam yaitu dalam bentuk kata-kata (teks
tertulis), grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan (ekspresi matematis), atau wujud konkrit (alat
peraga) dan menggunakannya dalam penyelesaian soal dengan mengurutkan hal-hal yang diketahui,
ditanyakan, kemudian dijawab.

Soal yang terdiri dari 3 soal mewakili 3 (tiga) indikator kemampuan representasi yaitu: Menyajikan
kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel,
menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematik, dan menjawab soal dengan
menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy
Dimensi Indikator Nomor pernyataan Jumlah
Positif Negatif Nomor
Level Keyakinan individu atas 1 2 9
kemampuan terhadap tingkat 5 3
kesulitan tugas 6 4
Pemilihan tingkah laku 9 7
berdasarkan hambatan atau 8
tingkat kesulitan suatu tugas atau
aktivitas
Strength Tingkat kekuatan keyakinan atau 10 12 10
penghargaan individu terhadap 11 14
kemampuannya 13 15
16 17
19 18
Generality Keyakinan individu akan 21 20 11
kemampuan melaksanakan tugas 22 23
di berbagai aktivitas 24 25
27 26
29 28
30
Jumlah 15 15 30

Anda mungkin juga menyukai