Tak heran jika wajib pajak mengeluh terkait tarif satu persen dari omset
tersebut, sehingga akhirnya Presiden Jokowi mengajukan usulan untuk
menurunkan tarif pajak bagi wajib pajak UMKM. Beliau awalnya mengajukan
usul penurunan tarif pajak menjadi 0.25% dari omset. Namun, setelah melakukan
beberapa kali rapat dengan para menteri terkait, pemerintah sepakat untuk hanya
1
menurunkan tarif pajak sampai 0.5%. Ketentuan ini dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah 23/2018. Penurunan tarif hanya diberikan sampai 0,5% karena
penerimaan negara dapat mengalami penurunan yang signifikan dalam jangka
pendek. Direktur Jenderal Pajak Robert Pakpahan mengatakan bahwa negara
dapat kehilangan penerimaan 1-1.5 triliun di tahun 2018 karena penyesuaian tarif
baru PP 23/2018.
Salah satu alasan yang paling mendasari penurunan tarif ini adalah
banyaknya keluhan dari para pelaku UMKM di berbagai daerah. Tarif 1%
dianggap terlalu memberatkan usaha UMKM sehingga banyak UMKM yang
sengaja menghindari urusan perpajakan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan iklim
perpajakan yang lebih baik, Pemerintah akhirnya melakukan penghitungan ulang
tarif PPh Final agar lebih sesuai dan tidak memberatkan UMKM.
1. Penurunan tarif PPh Final UMKM dari yang semula 1% menjadi 0,5%
akan mengurangi beban pajak para pelaku UMKM. Sisa hasil usaha
dengan penurunan pembayaran pajak ini diharapkan bisa digunakan untuk
mengembangkan usahanya atau melakukan investasi. Dengan demikian,
diharapkan bisa menaikkan kelas UMKM, yang semula mikro menjadi
kecil, dan yang semula kecil menjadi menengah.
2
2. Tarif yang rendah diharapkan dapat meningkatkan minat partisipasi
masyarakat untuk terjun ke dunia UMKM tanpa perlu khawatir akan
dibebani oleh tarif pajak.
3. Tarif yang rendah juga dapat mendorong kepatuhan perpajakan UMKM
meningkat, sehingga menguatkan basis data perpajakan Direktorat
Jenderal Pajak. Dengan demikian, pelaku UMKM semakin berperan dalam
menggerakkan roda ekonomi untuk memperkuat ekonomi formal.
4. Kepatuhan dalam membayar pajak juga dapat memperluas kesempatan
para pelaku usaha UMKM untuk memperoleh akses terhadap dukungan
finansial dengan lebih mudah.
5. Melakukan kewajiban perpajakan dapat menunjukkan bahwa kondisi
keuangan suatu UMKM sedang berjalan dengan baik, sehingga akan
memberikan nilai lebih dalam sektor formal, misalnya dalam menjalin
kerja sama bisnis, ataupun dalam branding UMKM itu sendiri.
3
4. Pada 2016, basis pajak UMKM terus meningkat menjadi 1,45 Juta
UMKM, sehingga penerimaan negara meningkat menjadi Rp 5,8 Triliun.
5. Pada 2017, basis pajak juga mengalami peningkatan meski tidak
signifikan, yakni menjadi 1,5 Juta UMKM saja. Sedangkan penerimaan
negara tetap berada di kisaran Rp 5,8 Triliun.
Ambang batas penghasilan Wajib Pajak yang dikenai PPh Final dalam PP
Nomor 23 Tahun 2018 tidak berubah, yakni senilai 4,8 Miliar. Batasan nilai
tersebut menargetkan UMKM sebagai target pajak. Tujuannya agar pemerintah
dapat merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk terlibat dalam sistem
perpajakan. Skema PPh Final 0,5% dapat dimanfaatkan oleh UMKM seperti
koperasi, CV, Firma, dan PT yang memperoleh penghasilan dengan peredaran
bruto di bawah 4,8 Miliar.
Kebijakan tentang PPh Final 0,5% memiliki grace period atau batas waktu
(kebijakan sunset clause1). Ini merupakan salah satu hal yang membedakan
dengan peraturan sebelumnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. 4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau
Firma.
2. 3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas.
B. Analisa Kasus
4
Besaran PPh Final ini kemudian diturunkan menjadi 0,5% lewat PP Nomor 23
Tahun 2018.
PP No. 23 Tahun 2018 mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2018 sekaligus
mencabut dan menggantikan PP No. 46 Tahun 2013. Pemberlakuan grace period
dimaksudkan sebagai masa pembelajaran bagi Wajib Pajak untuk dapat
menyelenggarakan pembukuan sebelum dikenai Pajak Penghasilan dengan rezim
umum. Wajib Pajak berdasarkan PP 23/2018 dapat memilih untuk tidak dikenai
PPh final namun selanjutkan Wajib Pajak tersebut dikenai PPh berdasarkan tarif
Pasal 17.
C. Simpulan
Sunset clause1: A provision in a Bill that gives it an expiry date once it is passed
into law. Sunset clauses are included in legislation when it is felt that Parliament
should have the chance to decide on its merits again after a fixed period.
(Ketentuan dalam RUU yang memberikannya tanggal kadaluwarsa setelah
disahkan menjadi undang-undang. Klausa matahari terbenam termasuk dalam
5
undang-undang ketika dirasakan bahwa Parlemen harus memiliki kesempatan
untuk memutuskan manfaatnya lagi setelah periode yang tetap).
SUMBER PUSTAKA:
https://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/tarif-pph-final-umkm-pengusaha/, diunggah
oleh klikpajak by mekari MITRA RESMI Direktorat Jendral Pajak
Indonesia. Diakses pada Sabtu 23 November 2019, 16:10 WIB.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/82680/pp-no-23-tahun-2018, diunggah
oleh Sekertariat Website JDIH BPK RI. Diakses pada Sabtu 23 November
2019, 15:45 WIB.