Anda di halaman 1dari 2

DASAR TEORI

Sampling darah merupakan keterampilan dasar yang diperlukan dalam


sebuah penelitian. Sampling darah dalam kajian fisiologi seringkali melibatkan
hewan coba berupa mencit. Metode untuk pengambilan darah pada mencit
bergantung pada volume darah yang diperlukan, frekuensi sampling maupun
kondisi kesehatan hewan. Sebelum melakukan sampling darah, perlu ditentukan
komponen darah yang diambil. Dan diperlukannya sampel darah tambahan yang
diberi antikoagulan.

Darah merupakan suatu jaringan cair yang tersusun dari sel-sel darah
yang berada dalam suatu matrik cair yang biasa disebut plasma darah. Sel-sel darah
terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah
(trombosit). Darah manusia dan darah hewan lain terdiri atas suatu komponen cair,
yaitu plasma, dan berbagai bentuk unsur yang dibawa dalam plasma, antara lain sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah. Plasma terdiri
atas 90% air, 7-8% protein yang dapat larut, 1% elektrolit dan sisanya 1-2%
berbagai zat makanan dan mineral yang lain.
Glukosa darah pada tubuh berfungsi untuk sumber energi bagi otak dan pada
proses metabolisme. Glukosa darah tersusun dari karbohidrat di dalam makanan
dan disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan otot rangka. Glukosa dalam tubuh
akan diabsorpsi oleh usus halus lalu didistribusikan ke semua sel tubuh melintasi
aliran darah. Kadar Glukosa darah bisa dikatakan tidak normal jika melebihi atau
kurang dari nilai rujukan yaitu rentang 60-110 mg/dl. Kadar glukosa darah yang
terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan kadar glukosa darah yang terlalu rendah
disebut hipoglikemia (Subiyono, Martsiningsih, & Gabrela, 2016).

Menurut WHO (World Health Organisation) memprediksi jumlah


penyandang penyakit diabetes mellitus di Indonesia tahun 2000 sebanyak 8,4 juta
dan pada tahun 2030 bisa menjapai 21,3 juta. Menurut ADA (American Diabetes
Association) pada tahun 2010, penyakit diabetes mellitus (DM) yaitu suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang bisa terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau bisa kelainan dua duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes bisa mengakibatkan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, jantung dan
pembuluh darah (Amir, Wungouw, & Pangemanan, 2015).

Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di pulau
Jawa dan belum banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal antidiabetes. Pandan
wangi merupakan tanaman tropis yang banyak terdapat di wilayah Asia Pasifik
(Tahir, I. 2012). Penelitian mengungkapkan ekstrak etil asetat pada daun pandan
wangi mengandung senyawa terpenoid dan steroid dengan daya hambat sebesar
0.79% pada konsentrasi 3.12 ppm yang berpotensi sebagai antidiabetes (Sukandar,
dkk. 2009).

Tahir, I. 2012. Aneka Manfaat Pandan Wangi. http://www.iqmal.staff.ugm.ac.id.


Tanggal akses 14 Juli 2012

Sukandar, D, S. Hermanto dan I.A. Mabrur. 2009. Aktivitas Senyawa Antidiabetes


Ekstrak Etil Asetat Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.). Program
Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Amir, S. M. J., & Wungouw, Herlina., Pangemanan, D. (2015). Kadar Glukosa


Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota
Manado. Notes and Queries, 3(1), 32–40. https://doi.org/10.1093/nq/s6-
VIII.184.7-b.

Subiyono, Martsiningsih, M. A., & Gabrela, D. (2016). Gambaran Kadar Glukosa


Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase – Peroxidase Aminoantypirin)
Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat). Jurnal Teknologi
Laboratorium, 5(1), 5–8.

Anda mungkin juga menyukai