Anda di halaman 1dari 14

RESPIRASI TANAH

(Laporan Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah)

Oleh
Arif Syaifudin
1514121103

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanah dapat diartikan sebagai hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di
permukaan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan
yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Komponen tanah adalah mineral,
organik, air, dan udara. Tanah dipandang juga sebagai hasil alam oleh gaya
destruktif dan gaya sintetik. Pelapukan dan perapuhan mikrobia sisa organik
merupakan contoh proses destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru,
seperti lempung dan perkembangan corak lapisan yang khas merupakan proses
sintetik.

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup


mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap
sifat fisik dan kimia tanah.

Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai


indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.
Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi
ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi
dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain
yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. Oleh
karena itu pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran respirasi tanah guna
mengetahui tingkat aktivitas mikroorganisme.
I.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:


Mengetahui jumlah O2 yang dihasilkan mikroorganisme tanah
Mengetahui jumlah CO2 yang dikeluarkan mikroorganisme tanah
Mampu menghitung tingkat aktivitas mikroorganisme dalam tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA

Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama
pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang
diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu
CO2 terus dibentuk. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan
organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa polisakarida
seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin (Sutanto,
2002).

Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan
sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini adalah sisa
yang tidak statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah. Karena itu
bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui
dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi (Madjid, 2009). Bahan
organik merupakan sebuha bahan utama pewarnaan tanah yang tergantung pada
keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil tanah tersebut (Hanafiah,
2005).

Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme


tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang
pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah.
Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain
yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik
tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisrne
(Anas, 1989).
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai
indeks kesuburan tanah (fertility index) tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.
Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi
ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi
dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain
yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut (Mul,
2004).

Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme


dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman
profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan
pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Tan, 2000).
III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari selasa 16 september 2019 pukul 08.00-10.00
WIB di Laboratorium Biotek Fakultas Pertanian Universitas Lampung pukul.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol/toples, gelas
beaker, pipet tetes, selotip/lakban, alat titrasi, gelas ukur dan alat inkubasi.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah, larutan KOH 0,2 N, aquades,
indikator pp, larutan HCl dan larutan metil orange.

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


 Dimasukkan 100 gr tanah lembab ke dalam 1 liter botol/toples
 Dimasukkan 5 ml 0,2 N larutan KOH dan 10 ml aquades masing-masing
ke dalam 10 ml gela beaker
 Dimasukkan kedua beaker gelas yang berisi KOH dan aquades tersebut ke
dalam botol yang berisi tanah tadi, botol ditutup sampai kedap udara
menggunakan selotip
 Diinkubasi botol-botol tersebut pada temperature kamar gelap selama 1
minggu
 Setelah 1 minggu diinkubasi, ke dalam beaker gelas yang berisi KOH
dimasukkan 2 tetes indikator pp dan di titrasi hingga warna merah berubah
menjadi bening atau tidak bewarna. Dicatat volume HCl yang digunakan
untuk titrasi
 Ditambahkan 2 tetes metil orange pada larutan tadi, di titrasi kembali
dengan HCl sampai warna kuning berubah menjadi pink. Dicatat volume
HCl yang digunakan
 Diulangi cara titrasi diatas dengan sampel tanah kontrol
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel Data Respirasi

No Jenis tanah Vol titrasi 20 ml Jumlah CO2-C/


1 Tercemar 2.4 8.2
2 Semusim 3.9 11.6
3 Hutan 2.2 7.5
4 Timbunan 2.7 9.5
5 Alang alang 2.4 8.2

4.2 Pembahasan

Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa proses respirasi paling besar
terjadi pada tanah semusim yaitu 3.9. Ini terjadi karena pada tanah kebun tanaman
semusim sudah banyak dilakukan aktivitas olah tanah yang menyebabkan
aktivitas mikroorganisme dalam tanah tinggi sehingga membuat tanah menjadi
lebih subur akibat adanya proses-proses di dalam tanah yang menghasilkan CO2.
Sedangkam proses respirasi tanah yang paling rendah terjadi pada tanah hutan. Ini
terjadi karena pada tanah hutan, tanahnya belum dikelola dengan baik atau belum
terjamahi oleh bantuan manusia seperti pengolahan lahan. Pada tanah hutan, tanah
yang ada masih sangat alami dan belum ada campur tangan manusia dan di
dalamnya terjadi proses-proses alamiah. Pada tanah kebun semusim juga proses
repirasi tanahnya lebih tinggi dibandingkan tanah perkebunan dikarenakan pada
tanah perkebunan pengolahan lahan atau tanah dilakukan dua kali hingga waktu
panen dan selebihnya dilakukan pada perawatan tanaman karena pada tanaman
perkebunan biasanya bisa mencapai tahunan. Sedangkan pada tanah kebun
tanaman semusim, pengolahan lahan atau tanah bisa dilakukan secara berulang
hingga panen berikutnya.

Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-, respirasi
dapat disamakan dengan pernapasan. Namun, istilah respirasi mencakup proses-
proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada
semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel.
Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai
senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.

Respirasi tanah merupakan proses yang terjadi karena adanya aktivitas


mikroorganisme di dalam tanah. Penetapan respirasi tanah berdasarkan penetapan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang
digunakan oleh mikroorganisme tanah. Adanya interaksi antara mikroorganisme
dengan lingkungan fisik disekitarnya dapat mempengaruhi kemampuannya dalam
respirasi dan pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Usaha yang dapat
meningkatkan laju respirasi tanah dengan sistem olah tanah dan pemupukan.
Sistem olah tanah digunakan dua sistem olah tanah yaitu olah tanah minimum dan
olah tanah intensif. Pemupukan dengan diberi pupuk kompos dan NPK. Penelitian
bertujuan untuk menduga pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan terhadap
aktivitas mikroorganisme tanah, dalam hal ini respirasi tanah (Daniati,2018).

Metode yang digunkan pada praktikum ini adalah metode pengukuran respirasi
tanah di lapangan dengan modifikasi metode verstraete. Penggunaan metode ini
dinilai dapat lebih efisien dalam menentukan jumlah respirasi yang terjadi dalam
tanah. Metode ini juga lebih sederhana dan lebih mudah digunakan untuk
praktikum respirasi tanah. Selain itu hingga saat ini belum ada metode yang paling
efisien dalam menentukan respirasi mikroorganisme tanah. Pada praktikum ini
larutan yang digunakan adalah KOH yang berfungsi sebagai zat untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam sel jaringan. Selain itu digunakan
larutan aquades sebagai penyeimbang jaringan sel organisme. Sehingga jaringan
mikroorganisme tidak megalami kerusakan atau bahkan kematian. Sehingga
proses respirasi organisme tidak terhenti dan dapat terus terjaga siklusnya.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Pada tanah semusim diperoleh hasil respirasi terbesar yaitu 3,9.
2. Pada tanah hutan kemungkinan renah karena pada tanah hutan belum ada
campur tangan manusia dalam penglahan tanah dan penambahan unsur hara.
3. Metode yang digunakan adalah metode penetapan CO2 tanah yang sederhana
di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Iswandi. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. IPB. Bogor.

Daniati Y.2018. Respirasi Tanah Pada Pertananaman Kacang Hijau (Vigna


Radiata L.) Akibat Pemupukan Dan Sistem Olah Tanah Di Tanah Ultisol Gedung
Meneng

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Madjid, A. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah Bahan Kuliah Online. Fakultas
Pertanian. Yogyakarta.

Mul, M.S. 2004. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rieneka Cipta.
Jakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel Dekker. New York.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

r = ((a-b)x t x 120)/n

tanah tercemar
r= ((a-b)x t x 120)/n
= ((10.4-8)x 0,2 x 120)/7
= (2,4 x 24)/7
= 8,2
Tanah semusim
r= ((3.9-0)x 0,2 x 120)/7
= (3,9 x 24)/7
= 11,6
Tanah hutan
r= ((17-14,8)x 0,2 x 120)/7
= (2,2 x 24)/7
= 7,5
Tanah timbunan
r= ((25,2-22,5)x 0,2 x 120)/7
= (2,7 x 24)/7
= 9,5
Tanah alang alang
r= ((32,4-30)x 0,2 x 120)/7
= (2,4 x 24)/7
= 8,2

Anda mungkin juga menyukai