Oleh
Arif Syaifudin
1514121103
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN
Tanah dapat diartikan sebagai hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di
permukaan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan
yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Komponen tanah adalah mineral,
organik, air, dan udara. Tanah dipandang juga sebagai hasil alam oleh gaya
destruktif dan gaya sintetik. Pelapukan dan perapuhan mikrobia sisa organik
merupakan contoh proses destruktif, sedangkan pembentukan mineral baru,
seperti lempung dan perkembangan corak lapisan yang khas merupakan proses
sintetik.
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama
pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang
diperlukan oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu
CO2 terus dibentuk. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan
organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa polisakarida
seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin (Sutanto,
2002).
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri dari sebagian sisa dan
sebagian pembentukan baru dari sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini adalah sisa
yang tidak statis dan mengalami serangan jasad-jasad renik tanah. Karena itu
bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus menerus diperbaharui
dengan penambahan sisa-sisa tumbuhan tingkat tinggi (Madjid, 2009). Bahan
organik merupakan sebuha bahan utama pewarnaan tanah yang tergantung pada
keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil tanah tersebut (Hanafiah,
2005).
Praktikum ini dilakukan pada hari selasa 16 september 2019 pukul 08.00-10.00
WIB di Laboratorium Biotek Fakultas Pertanian Universitas Lampung pukul.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol/toples, gelas
beaker, pipet tetes, selotip/lakban, alat titrasi, gelas ukur dan alat inkubasi.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah, larutan KOH 0,2 N, aquades,
indikator pp, larutan HCl dan larutan metil orange.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang ada dapat dilihat bahwa proses respirasi paling besar
terjadi pada tanah semusim yaitu 3.9. Ini terjadi karena pada tanah kebun tanaman
semusim sudah banyak dilakukan aktivitas olah tanah yang menyebabkan
aktivitas mikroorganisme dalam tanah tinggi sehingga membuat tanah menjadi
lebih subur akibat adanya proses-proses di dalam tanah yang menghasilkan CO2.
Sedangkam proses respirasi tanah yang paling rendah terjadi pada tanah hutan. Ini
terjadi karena pada tanah hutan, tanahnya belum dikelola dengan baik atau belum
terjamahi oleh bantuan manusia seperti pengolahan lahan. Pada tanah hutan, tanah
yang ada masih sangat alami dan belum ada campur tangan manusia dan di
dalamnya terjadi proses-proses alamiah. Pada tanah kebun semusim juga proses
repirasi tanahnya lebih tinggi dibandingkan tanah perkebunan dikarenakan pada
tanah perkebunan pengolahan lahan atau tanah dilakukan dua kali hingga waktu
panen dan selebihnya dilakukan pada perawatan tanaman karena pada tanaman
perkebunan biasanya bisa mencapai tahunan. Sedangkan pada tanah kebun
tanaman semusim, pengolahan lahan atau tanah bisa dilakukan secara berulang
hingga panen berikutnya.
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-, respirasi
dapat disamakan dengan pernapasan. Namun, istilah respirasi mencakup proses-
proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada
semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel.
Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai
senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
Metode yang digunkan pada praktikum ini adalah metode pengukuran respirasi
tanah di lapangan dengan modifikasi metode verstraete. Penggunaan metode ini
dinilai dapat lebih efisien dalam menentukan jumlah respirasi yang terjadi dalam
tanah. Metode ini juga lebih sederhana dan lebih mudah digunakan untuk
praktikum respirasi tanah. Selain itu hingga saat ini belum ada metode yang paling
efisien dalam menentukan respirasi mikroorganisme tanah. Pada praktikum ini
larutan yang digunakan adalah KOH yang berfungsi sebagai zat untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam sel jaringan. Selain itu digunakan
larutan aquades sebagai penyeimbang jaringan sel organisme. Sehingga jaringan
mikroorganisme tidak megalami kerusakan atau bahkan kematian. Sehingga
proses respirasi organisme tidak terhenti dan dapat terus terjaga siklusnya.
V. KESIMPULAN
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Madjid, A. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah Bahan Kuliah Online. Fakultas
Pertanian. Yogyakarta.
Mul, M.S. 2004. Analisis Tanah, Air dan Jaringan Tanaman. Rieneka Cipta.
Jakarta.
Tan, K.H. 2000. Environmental soil science. Marcel Dekker. New York.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
r = ((a-b)x t x 120)/n
tanah tercemar
r= ((a-b)x t x 120)/n
= ((10.4-8)x 0,2 x 120)/7
= (2,4 x 24)/7
= 8,2
Tanah semusim
r= ((3.9-0)x 0,2 x 120)/7
= (3,9 x 24)/7
= 11,6
Tanah hutan
r= ((17-14,8)x 0,2 x 120)/7
= (2,2 x 24)/7
= 7,5
Tanah timbunan
r= ((25,2-22,5)x 0,2 x 120)/7
= (2,7 x 24)/7
= 9,5
Tanah alang alang
r= ((32,4-30)x 0,2 x 120)/7
= (2,4 x 24)/7
= 8,2