Anda di halaman 1dari 22

STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN D

OLEH:

YANA SRIMENI GULO


180102208

DOSEN PEMBIMBING :INDAH DEWI SARI, SST, M.KES

MATA KULIAH : PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBAGAN


MASYARAKAT

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas sgala rahmat dan

karunia Nya. Sehigga penulis dapat menyelesaikan makalah “STRATEGI

PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN ” ini dalam maupun bentuknya

sangat sederhana semoga makalh ini dapat di pergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun acuan bagi pembaca.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang penulis miliki sangat kurang. Oleh, karena itu saya harapkan pembaca untuk

memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………… 2

Daftar ISI…………………………………………………………. 3

Bab I Pendahulan…………………………………………………. 4

1.1 Latar belakang……………………………………………... 4

1.2 Rumusan masalah……………………………………… … 5

1.3 Tujuan……………………………………………………… 5

Bab II Pembahasan……………………………………………… 6

2.1 Strategi Pemeberdayaan Kader dan Dukun……………….. 6


2.2 Pembinaan Kader Komunitas……………………………… 8

2.3 Pembinanaan Kader Komunitas…………………………… 12

BAB III Penutup…………………………………………………. 21

3.1 Kesimpulan……………………………………………….. 21

3.2 Saran……………………………………………………… 21

Dafar Pustaka……………………………………………………. 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh sebab itu, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat, merupakan asset yang harus dijaga,
dilindungi, bahkan harus ditingkat. Semua orang baik secara individu, kelompok,
maupun masyarakat dimana saja dan kapan saja mempunyai hak untuk hidup
sehat atau memperoleh perlindungan kesehatan. Perencanaan adalah suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang dipimpin
masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh masyrakat tentang
berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan aset mereka.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, terutama individu yang
mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
Kemandirian masyarakat dibidang kesehatan sebagai hasil pemberdayaan
dibidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab
mereka agar hak-hak kesehatan mereka terpenuhi. Hak-hak kesehatan setiap
anggota masyrakat ialah hak untuk dilindungi dan dipeliharanya kesehatan mereka
sendiri, tanpa tergantung pada pihak pemerintah maupun organisasi masyarakat
lain. Peran pemerintah atau pihak diluar mereka (masyarakat) dalam memelihara
dan melindungi kesehatan masyarakat hanyalah sebagai fasilitator, motivator atau
stimulator.

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masyarakat


pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit
kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun


bayi oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan
dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai
kebersihan alat-alatpersalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan
tentang perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan
bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun
merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan)
dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa saja Perencanaan Dan Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun Dengan
Aras Mikro, Mezzo
1.3 TUJUAN
2. Untuk Melaksanakan upaya berbagai strategi pemeberdayaan kader dan
dukun
3. Untuk mengetahui pembinaan Kader Komunitas
4. Untuk mengetahui pembinaan Kader Komunitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Melaksanakan Upaya Berbagai Strategi Pemberdayaan Kader Dan


Dukun

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan


yang tepat, melalui urtan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada.
Dalam pendekatan yang dipimpin masyarakat, perencanaan adalah suatu proses
pengkajian oleh masyarakat tentang berbagai aspek kehidupan merekatermasuk
potensi dan asset mereka. Aspek-aspek kehidupan masyarakat yang mereka kaji
atau nilai, tergantung kebutuhan masyarakat dan disepakati melalui proses
persiapan. Disis lain, masyarakat justru akan menjadi lebih berdaya dan percaya
diri hingga memelihara dan mengawal pembangunan mereka untuk tujuan yang
sudah ditetapkan masyarakat. Sedangkan dalam prosesnya, masyarakat terutama
yang miskin dan termarjinalkan, perempuan serta kaum muda harus difasilitasi
untuk mengambil peran secara aktif, memberi suara dan ikut mengambil
keputusan atas agenda pembangunan desa tersebut. Strategi pemberdayaan kader
dan dukun. Dikaitkan dengan kontek pekerjaan social, bahwa pemberdayaan dapat
dilakukan melalui aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting):

a. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,
konseling, stres manajemen, krisis intervensi. Tujuan utamanya adalah
membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas. Pada aras
mikro peran utama pekerja sosial adalah sebagai pialang yang menghubungkan
klien dengan sumber-sumber yang tersedia pada lingkungan sekitar. Sebagai
pialang social utama yang dilakukan pekerja social adalah manajement kasus
(case manajement) yang mengkoordinasikan berbagai pelayanan social yang
disediakan oleh beragam penyedia. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
meliputi:
a) Melakukan assessment terhadap situasi
b) kebutuhan khusus klien
c) Memfasilitasi pilihan-pilihan klien dengan berbagai informasi dan sumber
alternatif.
d) Membangun kontak antara klien dan lembaga-lembaga pelayanan social.
e) Menghimpun informasi mengenai berbagai jenis dan lokasi pelayanan
social, parameter pelayanan, dan kriteria elijibilitas.
f) Mempelajari kebijakan- kebijakan, syarat-syarat ,prosedur dan proses
pemanfaatan sumber kemasyarakatan.
g) Menjalin relasi kerjasama dengan berbagai profesi kunci.
h) Memonitor dan mengevaluasi distribusi pelayanan.
b. Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan
dan pelatihan ,dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategis dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
a) Menelisik pandangan dan kepentingan-kepentingan khusus dari masing-
masing pihak
b) Menggali kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik.
c) Membantu pihak-pihak agar dapat bekerja sama.
d) Mendefinisikan menangani berbagai hambatan komunikasi dari sebuah
kerjasama.
e) Mengidentifikasi berbagai manfaat yang ditimbulkan
f) Memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka diantara berbagai pihak.
c. Aras makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasaran
perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial. Lobbying,
pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik adalah beberapa strategi
dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang
memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

2.2 Pembinaan Kader Komunitas

a. Pengertian Kader

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan


masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk
kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki
latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk
membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.

Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat


serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan
mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing
dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.

Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng
atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan
uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun
ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta
beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.
b. Peran Fungsi Kader

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:

a. perilaku hidup bersih dan sehat

b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa

c. upaya penyehatan dilingkungan

d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita

e. bermasyarakatan keluarga sadar gizi

Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan


tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya
dibeberapa Negara yaitu:

 Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan


 Melaksanakan pengobatan yang sederhana
 Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan
 Menolong persalinan
 Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
 Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
 Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
 Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
 Melakukan penyuntikan imunisasi
 Pemberian motivasi KB
 Membagikan alat-alat KB
 Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum.
 Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
 Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis.
 Penenganan penyakit menular.
 Membantu kegiatan di klinik.
 Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
 Membina kegiatan UKS secara teratur
 Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan
dan pelaporan.
c. Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini


disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa
yang telah ditetapkan.Sebelumnya telahdilaksanakan kegiatan persiapan tingkat
desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk
terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan
berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini
adalah:

a) calon kader yang kan dilatih


b) waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
c) tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas\
d) adanya perlengkapan yang memadai
e) pendanaan yang cukup
f) adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader )

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis


bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala
puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu
melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran,
penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:

 pengantar tentang posyandu


 persiapan posyandu
 kesehatan ibu dan anak
 keluarga berencana
 imunisasi
 gizi
 penangulangan diare
 pencatatan dan pelaporan
d. Strategi menjaga Eksistensi Kader

Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka
dapat selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.

a) refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan


oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan
posyandu
b) adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
c) revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana
semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan
bisa juga diberikan rewards.
d) Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk
kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang
diberikan setiap tahun.

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau


pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang
dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau
bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran
serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :

 Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (


promosi bidan siaga)
 Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
 Penyuluhan gizi dan keluarga berencana
 Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
 Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas
gerakan sayang ibu.

2.3 PEMBINAAN DUKUN BAYI DI KOMUNITAS

a. Pengertian Dukun Bayi

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai
kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2)

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang


wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan
menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut
dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus
kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang


wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan
menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut
dengan cara turun-temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus
kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun
bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini
diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat
lainnya (Kusnada Adimihardja)

Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di


desa.
b) Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf
c) Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi
karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk
menolong sesama
d) Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap.
Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan
dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
e) Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari
masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima
tidak sama setiap waktunya.
f) Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh
yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :

a) Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
b) Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun ke atas.
c) Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
d) Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial,
perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
e) Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2
yaitu :

a) Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan
oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.
b) Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih
oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum
dinyatakan lulus.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan


kematian ibu dan bayi, antara lain :

a) Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim


dari luar sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin
b) Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan
mengurut-ngurut rahim pada waktu kala III.
c) Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus
dan tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan
tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun.

b. Peran Dukun Bayi

a) Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan.


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin
dengan bidan karena bidan :
 Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat
memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung
 Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
 Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan
benar
 Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya
dalampersalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
 Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
 Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya
Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun

Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan


masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh
dukun antara lain :

a.Kelebihan

1) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.


2) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
3) Persalinan dilakukan di rumah
4) Biaya murah dan tidak ditentukan.

b.Kekurangan

1) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam


menolong persalinan.
2) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan
bayi baru lahir.
3) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam
program pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

c. Tujuan pembinaan dukun bayi

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi


untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat
bervariasi sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal
sangat kecil atau dukun memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan
keputusan tentang cara penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan,
sehinngga angka kematian masih tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status


dukun dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun
bayi agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan
dan di terima oleh anggota masyarakat.
Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi
dalam program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan
reproduksi dan kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk
memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun,
seperti memberikan saran tentangkehamilan, melakukan persalinan bersih dan
aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan,
sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini
mungkin.

d. Langkah pembinaan dukun bayi

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan


peraturan dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah
mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut:

a. Fase I: pendaftaran Dukun

 Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar


 Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka
dalam penanganan kehamilan dan persalinan

b. Fase II Pelatihan

 Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment


 Diberikan sertifikat
 Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan
kesehatan ibu
 Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
 Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
 Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun
e. Upaya pembinaan dukun bayi
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah
mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang
patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di
butuhkan upaya agar bidandapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2) Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3) Memberikan pengertian kepada para dukun tentang
pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
4) Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-
komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
5) Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling
menguntungkan.
6) Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko
tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan

 Dokter
 Bidan
 Perawat kesehatan
 Petugas imunisasi
 Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi

 Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu


 Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi


 Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat
tinggal dukun.
 Pertemuan rutin yang telah disepakat
 Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
 Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan
f. Klasifikasi pembinaan dukun bayi

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan


dukun:

a) Promosi Bidan Siaga


Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama
dalam pertolonganpersalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun
bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut
dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan
(bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut
semakin meningkat.
b) Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada
ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko
tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi
yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan
atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan
cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:

 Pengenalan golongan resiko tinggi


 Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
 Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
 Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
c) Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan

Tetanus neonatorum

 Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :Bayi baru lahir yang semula bisa menetek
dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
 Mulut mencucu seperti mulut ikan.
 Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
 Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :

1.Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.

2.Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi
bermacam-macam ramuan.

d. Penyuluhan Gizi dan KB


a. Gizi pada ibu hamil.
 Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima
sempurna.
 Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
 Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti
kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
 Tidak ada pantangan makan selama hamil.
 Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
b. Gizi pada bayi
e. Pencatatan kelahiran dan kematian
Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang
ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.
Hambatan Dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun

Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan


dukun di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :

 Sikap dukun yang kurang kooperatif


 Kultur yang kuat
 Sosial ekonomi
 Tingkat pendidikan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kader adalah seorang tenaga suka rela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Dukun
adalah seseorang yang membantu masayarakat dalam penyembuhan penyakit
melalui kekuatan supranatural, kebudayaan dukun serta kebudayaan manusiayang
terbagi dalam berbagai macam aliran. Perencanaan adalah suatu proses untuk
menentukan menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan
dengan memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang
dipimpin masyarakat, perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh
masyarakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset
mereka. Kemudian dari aspek dan keadaan tersebut masyarakat menyusun agenda
pembangunan yang disusun dalam bentuk RPJM desa dengan memperhitungkan
asset dan nilai serta potensi utama masyarakat. Pemberdayaan yang kita berikan
terhadap klien dapat secara individu melalui bimbingan, konseling, management,
krisis intervensi. Selain itu kita juga dapat lakukan kepada sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok biasanya digunakan
sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan.
1.3 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini pemberdayan perencanaan strategi
bidan dan dukun dapat berjalan dengan baik untuk kesejahteraan Ibu dan anak.
Daftar Pustaka

Bari saifudin, abdul. 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta : yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. asuhan persalinan normal. Jakarta : tim
revisi edisi 2007.

Anda mungkin juga menyukai