Laporan Pemadam Format TA
Laporan Pemadam Format TA
Disusun Oleh :
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan baik.
Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………….1
Kata Pengantar ............................................................................................................. 2
Daftar isi......................................................................................................................3.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Menceritakan kapal sendiri .................................................................................... 4
1.2 Pentingnya Sistem pemadam dalam Kapal ............................................................ 5
1.3 Merancang sistem pemadam .................................................................................. 6
1.4Perumusan masalah …………………………….....…………………....................7
1.5Tujuan……………………………………………………………………………...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 8
2.1 Kapal General Cargo .............................................................................................. 8
2.2 Sistem Pemadam dalam kapal ................................................................................ 9
2.3 Jenis – jenis Pemadam portable ........................................................................... 12
2.4 Rules Dan Rekomendasi ...................................................................................... 18
2.5Komponen Sistem Pemadam dalam kapal…………………………….………21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................... . 36
3.1 Diagram Alir Pengerjaan Laporan ....................................................................... 36
BAB IV ANALISA DATA........................................................................................ 37
4.1 Dimensi Kapal (General Cargo )......................................................................... 37
4.2 Mendesign Sistem Pemadam Kapal .................................................................... 38
4.3 Menghitung (Diameter Pipa & Kebutuhan Pompa) ............................................ 39
4.4 List Bill Of Material Sistem Ballast Kapal .......................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 47
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 47
5.2 Saran ..................................................................................................................... 47
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 48
2
Bab I
PENDAHULUAN
3
Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan
barang sampai akhirnya pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang
yang mampu mengangkut barang dan penumpang dalam waktu singkat
maka kapal pun mendapat saingan berat. Namun untuk kapal masih
memiliki keunggulan yakni mampu mengangkut barang dengan tonase
yang lebih besar sehingga lebih banyak didominasi kapal niaga dan tanker
sedangkan kapal penumpang banyak dialihkan menjadi kapal pesiar
seperti Queen Elizabeth dan Awani Dream.
Pada hakikatnya dalam sebuah kapal, pasti terdapat suatu sistem yang
dapat menangani kinerja serta keselamatan dan kenyamanan yang ada
pada kapal tersebut, untuk dapat memenuhi syarat tersebut makan
diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur olah kerja pada kapal.
Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem yang sangat vital
dalam sebuah kapal, sistem ini berguna untuk menanggulangi bahaya api
yang terjadi di kapal.
Pada dasarnya, prinsip pemadaman adalah memutus hubungan
“segitiga api” yang terdiri dari panas, oksigen dan bahan bakar. Sehingga
dengan mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media
pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.
4
1.1.3 Merancang Sistem pemadam kebakaran.
Seperti yang terlihat pada Gambar 1.2 itu adalah salah satu contoh
sistem pemadam dalam kapal.
5
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
Kapal barang atau kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa
barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Ribuan
kapal jenis ini menyusuri lautan dan samudra dunia, setiap tahunnya memuat
barang-barang perdagangan internasional. Kapal kargo pada umumnya didesain
khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane dan mekanisme lainnya untuk
bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran. Kapal kargo dibedakan pula
menurut jenis muatannya, diantaranya :
1. Muatan campuran (General Cargo)
2. Muatan sejenis (Bulk Cargo)
Muatan curah kering (Dry Bulk Cargo)
Muatan curah cari (Liquid Bulk Cargo)
Muatan curah gas
3. Muatan yang didinginkan (Refrigerated Cargo)
4. Muatan hewan hidup (Life Stock Cargo)
5. Muatan unit (Unitized Cargo)
6. Muatan berbahaya (Dangerous Cargo)
Kapal general cargo adalah kapal yang mengangkut bermacam – macam
muatan berupa barang. Barang yang diangkut biasanya merupakan barang yang
sudah dikemas. Kapal general cargo dilengkapi dengan crane pengangkut
barang untuk memudahkan bongkar-muat muatan. Jenis muatan yang di
tampung pada kapal general cargo ini adalah muatan yang dimuat di kapal
dalam jenis dan pembungkus yang beraneka warna (dalam peti, drum, kaleng,
7
besi beton, karung, dsb). Muatan berupa wadah dari baja, aluminium, besi, yang
digunakan untuk menyimpan atau menghimpun barang.
Kebakaran merupakan salah satu hal yang paling berbahaya bagi kendaraan
yang bergerak di laut khususnya kapal. Hampir seluruh kecelakaan pada kapal
disebabkan oleh adanya kebakaran yang muncul dalam kapal tersebut. Dan kebakaran
tersebut kebanyakan berasal dari kesalahan manusia (ABK) karena kurang berhati-hati
dalam bekerja diatas kapal.
Munculnya kebakaran berasal dari tiga faktor :
1. Sesuatu yang mudah terbakar
2. Sumber api
3. Adanya oksigen yang berasal dari udara
Tiga faktor ini memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dimana apabila
salah satunya tidak ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk
meminimalisir munculnya kebakaran, maka harus menghilangkan atau tidak
menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut dalam jarak yang berdekatan.
Kebakaran dibagi menurut jenis material yang mampu menghasilkan titik-titik api.
Pembagian tersebut diantaranya :
Untuk mengatasi adanya kebakaran yang disebabkan oleh hal-hal diatas, terutama
pada kapal, dilakukan tiga tahapan yaitu :
1. Detection atau mencari serta mengetahui lokasi terjadinya kebakaran
8
2. Alarm atau menginformasikan kepada ABK untuk mematikan segala
hal, baik itu mesin atau yang lain, yang dapat memicu membesarnya api.
3. Control atau mengontrol agar api tidak semakin membesar serta
memadamkan api tersebut.
A. Detection
Untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran maka digunakan fire detector
yang hampir selalu ada pada tiap-tiap ruangan di kapal. Apabila suatu kebakaran dapat
dideteksi dengan cepat maka akan lebih mudah untuk dikendalikan serta dipadamkan
tanpa menimbulkan kerugian yang besar atau berbahaya bagi kapal. Jadi fungsi utama
dari fire detector adalah untuk mengetahui atau mendeteksi adanya kebakaran yang
terdapat di dalam kapal secepat mungkin agar kebakaran yang muncul lebih mudah
ditanggulangi.
Cara kerja fire detector secara umum yaitu apabila terdapat asap, percikan api
serta berubahnya temperatur sekitar menjadi panas maka alarm fire detector akan
berbunyi dan hal tersebut akan membuat ABK tahu dimana letak terjadinya kebakaran.
Tiga hal yang membuat alarm dari fire detector berbunyi yaitu :
1. Asap (Smoke detector)
2. Percikan api yang sangat banyak (Flame detector)
3. Perubahan temperatur sekitar menjadi sangat panas.(Heat detector)
I. Smoke detector
Pendeteksi asap atau yang biasa disebut Smoke detector terdiri dari dua
bilik ionisasi yaitu satu bilik terbuka untuk atmosfer atau udara bebas masuk
dan satu bilik tertutup. Satu bilik terbuka digunakan sebagai tempat masuknya
atau pendeteksi awal adanya asap yang berasal dari api atau kebakaran.
Sedangkan satu bilik tertutup digunakan sebagai tempat penghubung atau
pemberi sinyal agar alarm detector berbunyi sebagai tanda adanya asap atau
kebakaran. Smoke detector biasanya digunakan di ruang mesin, ruang
akomodasi, dan ruang kargo.
II.Flame detector
Pendeteksi nyala api atau yang biasa disebut Flame detector memiliki
sifat yang berlawanan dengan Smoke detector. Flame detector biasanya
digunakan untuk menjaga serta mencegah terjadinya bahaya akibat adanya
percikan api. Flame detector menangkap sinar ultraviolet dan infrared yang
berasal dari adanya percikan api yang ada di sekitarnya. Flame detector
9
biasanya terdapat pada ruang peralatan kendali bahan bakar yang terdapat di
kamar mesin.
III.Heat detector
Pendeteksi panas atau yang biasa disebut Heat detector dapat digunakan
pada sejumlah bagian-bagian penting yang berhubungan dengan bagian
pengoperasian kapal. Detector yang paling banyak digunakan untuk saat ini
adalah Detector untuk pengaturan temperatur naik atau rata-rata dari kenaikan
temperatur pada suatu waktu. Jadi, apabila di lingkungan sekitar terjadi
kenaikan temperatur yang melebihi batas yang telah ditentukan, maka alarm
dari detector tersebut akan berbunyi. Heat detector biasanya terdapat pada
dapur dan tempat pengeringan dimana detector tipe lainnya akan kurang tepat
bila diletakkan di tempat-tempat tersebut.
B. Alarm
Sistem alarm berhubungan dengan fire detector yang terhubung dengan sirkuit-
sirkuit elektrik yang dapat membunyikan bel yang terdapat pada alarm hanya dengan
menggunakan sinyal elektrik. Bel ini akan berbunyi di kamar mesin apabila terdapat
sumber api atau terjadi kebakaran disana. Kebakaran yang terdapat di ruangan lain akan
menyebabkan bel di sekitar anjungan kapal akan berbunyi. Adanya alarm akan
mempermudah ABK pada kapal untuk melakukan sesuatu untuk menanggulangi
adanya kebakaran tersebut. Contoh gambar alarm seperti pada Gambar 2.1
10
C. Control
Ada dua peralatan dasar yang tersedia di kapal untuk mengontrol atau
menanggulangi kebakaran yaitu Small portable extinguishers dan Large fixed
installations. Small portable extinguishers merupakan tabung pemadam kebakaran
yang berukuran kecil, yang dapat dibawa kemana-mana serta mampu memadamkan
api secara cepat dan tepat. Sedangkan Large fixed installations digunakan ketika Small
portable extinguishers tidak dapat mengatasi kebakaran yang terjadi, dengan kata lain
Large fixed installations digunakan untuk memadamkan kebakaran yang sangat parah
atau sangat berbahaya. Ada berbagai macam portable dan fixed fire fighting yang akan
dibahas selanjutnya.
11
1. Soda-acid extinguishers
Isi dari tabung pemadam kebakaran ini adalah berupa larutan sodium
bikarbonat. Mekanisme penghisap digunakan pada penggunaan pemadam kebakaran
yang berjenis soda-acid sehingga ketika alat penghisap yang terbuat dari kaca
dipecahkan, maka asam dan sodium bikarbonat tercampur. Hasil reaksi kimia yang
terjadi menghasilkan gas karbon dioksida yang bertekanan tinggi sehingga cairan akan
terdesak keluar melewati internal pipe dan menuju nozzle. Alat ini banyak ditemukan
di ruang akomodasi
12
Gambar 2.3. foam extinguisher
13
Gambar 2.4. pemadam bubuk kering
Ada beberapa perbedaan antara fixed fire fighting installation dan portable
extinguishers, diantaranya adalah desain pengkhususan untuk beberapa tipe kapal.
Pembagian instalasi pemadam kebakaran akan dibahas pada sub bab di bawah ini.
14
Ruang akomodasi diberi alat ini yang mampu melakukan deteksi sekaligus
memadamkan api. Di bagian kepala pada alat ini ditutupi oleh semacam kaca / bola
lampu yang isinya berupa cairan yang bisa mengembang secara cepat saat terkena
panas. Ketika panas membuat cairan tadi berkembang, maka penutup kaca tadi akan
pecah yang kemudian akan keluarlah air dari alat tersebut yang berasal dari sistem
penyembur yang berisikan air laut. Air laut tadi ditampung di tangki air yang diberi
tekanan udara yang cukup tinggi. Sistem penyembur ini terus diisi oleh air yang segar
untuk mengurangi adanya efek korosi.
15
yang buruk. Untuk mengoperasikan sistem ini yaitu dengan membuka dua katup yang
saling terhubung dan pompa pemadam akan hidup. Pencampuran busa ini diukur
dengan baik oleh automatic inductor unit. Pompa pemadam dan tangki penampung tadi
harus terletak diluar dari ruangan yang terlindungi atau tercover tadi.
16
2.4 Rule dan Rekomendasi
Menurut Volume III BKI 1996 section 12 mengenai peralatan pelindung api dan
pemadam, dinyatakan sebagi berikut :
1) Pelindung Api
3) Unit pemadam lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada
suatu area.
Langkah kerja yang dilakukan dapat secara otomatis atau manual sebaik
mungkin tidak mempengaruhi operasi dari peralatan lain. Penggunaan secara
otomatis dan tiba-tiba tidak boleh merusak komponen lain. Bila peralatan tersebut
manual, dapat dipasang pada ruang pengendali permesinan atau disuatu tempat
17
yang memberikan perlindungan yang cukup.
4) Sistim minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk
dalam bagian permesinan bantu ataupun induk (seperti hidrolik, stering gear)
harus dipasang diruangan yang terpisah.
Semua bagian yang memiliki temperatur diatas 220oC seperti uap, minyak
panas dan jalur gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh bahan
tidak yang tidak mudah terbakar dan tidak dapat menyerap minyak.
Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena
getaran.
6) Daerah Bulkhead
Semua pipa dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap suhu
yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang
melalui bulkhead harus diberi isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari
pemanasan yang berlebihan.
7) Ruang Darurat
Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar yang
mana dekat dengan geladak. Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch serta
bukaan lainnya diatur sehigga dekat dengan ruangan lainnya
18
9) Peralatan pemutus dengan remote control.
Alat ini dipasang pada Pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur pipa bahan
bakar ke motor induk, motor bantu dan pipa keluaran dari tanki bahan bakar yang
diletakkan di double bottom. Tempat dan pengelompokkan dari peralatan pemutus ini
diatur seperti bagian sebelumnya.
19
2.5 Komponen Sistem Pemadam Kebakaran
1. Sea Chest
2. Pipa utama
3. Pipa cabang
4. Pompa fire fighting
5. Hydrants
6. Fire Hoses
7. Sprinkle
2.5.1 Sea Chest (Kotak Laut)
20
2.5.2 Pipa Utama
21
Gambar 2.7 Contoh Pompa Fire Fighting
2.5.5 Hydrants
Sumber distribusi air laut yang terletak pada main deck disekitar
geladak ruang muat dengan jarak peletakannya tidak lebih dari 25 meter
antara satu hydrant dengan hydrant lainnya dengan pertimbangan untuk
kemudahan awak kapal dalam menjangkau.
22
Gambar 2.8 Hydrant
23
2.5.6 Fire Hoses
1. Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan dapat
menjangkau ruangan yang dituju.
2. Setiap selang harus berisi nozzle dan coupling.
3. Fire hose mempunyai panjang minimal 10m, tetapi tidak lebih dari :
a. 15 m pada kamar mesin
b. 20 m pada ruangan lain dan geladak terbuka
c. 25 m untuk kapal dengan lebar 30 m
24
Ketentuan jumlah :
2.5.7 Sprinkle
25
2.6 Perhitungan Pada Pipa Utama Sistem Pemadam Kapal
Pipa yang digunakan pada sistem fire fighting yaitu jenis pipa galvanis.
Pipa ini digunakan untuk menyuplai air laut. (BKI Vol 5, Section 4). Untuk
ukuran pipa, digunakan pipa dengan schedule 40. Pipa ini dilindungi terhadap
kerusakan mekanis, yaitu perlindungan menyeluruh dengan sistem galvanis.
Dengan sistem perlindungan tersebut maka pipa dapat digunakan untuk
menyuplai air laut, kecuali dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena
api sehingga dapat melebar dan merusak sistem.
26
Tabel 2.1 Choice of minimum wall thickness
27
Tabel 2.2 Minimum Wall Thickness for Steel Pipes
28
Table 2.4 Use or Flang Type
Dimana :
s : Ketebalan minimum [mm]
so : Kalkulasi ketebalan [mm]
da : Diameter luar pipa [mm]
pc : Desain tekanan [bar]
σperm : Maximum permesible design stress [N/mm2]
b : Allowance for bends [mm]
29
v : Faktor efisiensi pengelasan = 1
c : Corrosion allowance [mm]
30
l : Length of the watertight compartment [m]
B : Breadth Moulded of Ship [m]
H : Depth of Ship [m]
5. Kalkulasi ketebalan pipa cabang (BKI Vol 3 Section 11)
s = so + c + b [mm] (2.2)
𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎 [mm] (2.3)
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐
Dimana :
s : Ketebalan minimum [mm]
so : Kalkulasi ketebalan [mm]
da : Diameter luar pipa [mm]
pc : Desain tekanan [bar]
σperm : Maximum permesible design stress [N/mm2]
b : Allowance for bends [mm]
v : Faktor efisiensi pengelasan = 1
c : Corrosion allowance [mm]
31
Pompa yang digunakan dalam sistem fire fighting, biasanya merujuk pada
jenis pompa sentrifugal. Karena efektif dinilai cara kerja dan karakteristiknya.
Berikut merupakan rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia.
Dimana :
1. Reg. 10.2.2
Pompa yang digunakan oleh fire fighting system merupakan pompa general
service pump dan tidak digunakan untuk memompa minyak
2. Reg. 10.2.2.2
Jumlah fire pump pada kapal kargo yaitu 2 pompa
3. Reg. 10.2.2.4
Kapasitas pompa fire fighting :
a. Untuk cargo ship kecuali emergency pump kapasitas pompa tidak
kurang dari 4/3 dari pompa bilga.
b. Satu pompa pemadam kebakaran harus mempunyai kapasitas tidak
kurang dari 80% dari jumlah total kapasitas 2 pompa. Biasanya tidak
kurang dari 25 m³/hr.
32
2.8 Daya Pompa Pada Sistem Pemadam Kapal
Dalam sistem fire fighting, diperlukan kinerja yang efektif serta efisien
terhadap pompa yang akan digunakan. Maka dari itu perhitungan daya pompa
sangatlah mempengaruhi dalam pemilihan pompa yang akan digunakan dalam
suatu sistem. Untuk dapat menghitung daya pompa maka diperlukan parameter
– parameter penunjang, diantaranya :
33
4. Total head / tekanan.
Persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan daya pompa :
𝑸𝒙𝝆𝒙𝑯
𝑩𝑯𝑷 = 𝟕𝟓 𝒙 𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒙 𝜼 [HP] (2.6)
Dimana :
ρ : Density [kg/m3]
34
BAB III
Metode Penelitian
Start
Menentukan rumusan
masalah
pengumpulan data
melakukan perhitungan
Analisa
( Data kurang )
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir proses pengerjaan sistem ballast pada kapal
35
BAB IV
PRINCIPAL DIMENSION
LOA = 83,6 M
LWL = 82,4 M
LPP = 80,00 M
B = 12,5 M
H =6M
T = 4,6 M
Vs = 12 Knot
CB = 0,71
1. LOA (Length Over All) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur dari
ujung haluan hingga buritan kapal.
2. LBP (Length Between Perpendicular) adalah panjang antara kedua garis tegak
burutan dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.
3. LWL (Length of Water Line) adalah jarak mendatar antara kedua ujung garis muat
yang diukur dari titik potong dengan linggi haluan sampai dengan titik
perpotongan dengan linggi buritan, diukur pada bagian luar linggi depan dan
linggi belakang.
36
4. Blmd (Breadth Moulded) adalah lebar yang direncanakan, adalah jarak mendatar
antar gading tengah sebelah kanan dengan gading tengah sebelah kiri kapal yang
diukur pada bagian luar gading.
5. Depth adalah tinggi kapal yang dihitung dari jarak tegak dari garis dasar sampai
garis geladak terendah di tepi, diukur ditengah – tengah kapal (Midship).
6. Draught adalah sarat kapal yang diukur dari garis dasar sampai garis air muat.
Salah satu contoh desain sistem bilga terdapat pada gambar 4.1 , 4.2.
37
4.3 Menghitung Sistem Fire Fighting
Dimana :
B : 12,5 [m]
Lpp : 80 [m]
H :6 [m]
Maka, dH = 68,07 M
Dimana :
B : 12,5 [m]
H :6 [m]
38
Maka, dz = 59,424 mm
= 60 mm
s = so + c + b [mm]
Dimana :
𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐
= 80 [mm]
= 16 [bar]
V = Faktor efisiensi
= 1,00
b =0
so = 0,788 [mm]
s = so + c + b [mm]
39
Dimana :
𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐
= 60 [mm]
= 16 [bar]
b =0
so = 0,59 [mm]
Dimana :
DH = 80 [mm]
40
Maka, Q = 5,75 x 10−3 x 68,07 2
Q = 5,75 x 10−3 x 4.633,52
3
Q = 26,64 𝑀 ⁄ℎ
f. Kecepatan Aliran
Ketika dua atau lebih pompa terhubung pada sistem fire fighting, susunan
dan kapasitas tidak mengurangi kapasitas efektif.
𝑄 = 𝑉 . 𝐴 [m3/s]
= ¼ π d2
22
= 0,25 . . (0,08)2
7
= 0,005 [m2]
V = 2 [m/s]
HTotal = Hs + Hd + HL
Head Suction : Kerugian yang terjadi pada pipa hisap menuju ke pompa.
= 1 m + 0,4 m
= 1,4 [m]
Head Delivery : Kerugian yang terjadi pada pipa yang dihitung dari pompa ke
overboard.
HD = H + Super Structure – Hs
41
= 5,8 + 5,2 – 1,4 m
= 12,4 [m]
𝑉2
HL Minor = k (4.1)
2𝑔
𝐷𝑥𝑣
Re = (4.2)
𝜐
v = 2 m/s
42
𝜐 = 0,767/106 pada suhu 32,2o
= 0,000000767 m2/s
𝜖 = 0,12
𝜖
= 0,0015 (Pipa Utama)
𝑑
K = Losses Coefficient
= 3,2274 [m]
Nilai
Fittings Nilai K QTY
NO (m)
Material
X (m) Y (pcs) X*Y
1 Valve 0,3 24 7,2
2 Sprinkle 0,05 30 1,5
3 Filter 0,58 2 1,16
43
4 Elbow 90° 0,02 14 0,28
5 Sambungan T 0,5 8 4
∑ Fittings 14,14
HTotal = Hs + Hd + HL
= 31,1674 [m]
𝑸𝒙𝝆𝒙𝑯
𝑩𝑯𝑷 = 𝟕𝟓 𝒙 𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒙 𝜼
Dimana :
Q = 24,32 [m3/h]
ρ = 1025 [kg/m3]
η = 0,7
44
4.4 List
Bill Of Material
no Item Size Quantity Remark
1 Pipa Galvanis 150 3 PG1 - PG 4
2 Pipa Galvanis 100 12 PG1 - PG 8
3 Valve Gv 45 9 pcs BWV 1 - BWV 9
4 Bellmoth 45 7 BM 1 - BM 7
5 pump 90 2 pcs Pump 1 - pump 2
6 Filter 90 2 pcs filter 1 - filter 2
7 seachest 90 2 pcs seachest 1 - seachest 2
8 Overboat 45 2 pcs Overboat 1 - overboat 2
Tabel 1.1 List bill of material ballast system of cargo
45
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
1. Untuk data mengenai dimensi kapal dapat ditentukan melalui Lines Plan
kapal
2. Sistem fire fighting merupakan salah satu sistem keamanan yang mengatur
kebakaran yang terjadi pada kapal.
3. Berikut merupaka list dari sistem Fire Fighting:
a. Sea Chest (Kotak Laut)
b. Pipa utama
c. Pipa cabang
d. Pompa Fire Fighting
e. Hydrant
f. Fire Hose
g. Sprinkle
5.2 Saran
Saran untuk pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk dapat mengoptimalkan hasil laporan, dianjurkan materi –
materi yang belum tersampaikan, dapat disampaikan agar dapat
memperjelas hasil laporan.
46
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
47
Lampiran
48