Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN

Fire Fighthing System

Disusun Oleh :

Nama : M. Eros Bagaskara


NRP : 0816040009
Kelas : TP – 3A

PROGRAM STUDI TEKNIK PERPIPAAN


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2017

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan baik.

Dan harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan ini.

Surabaya, 9 Oktober 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………….1
Kata Pengantar ............................................................................................................. 2
Daftar isi......................................................................................................................3.
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
1.1 Menceritakan kapal sendiri .................................................................................... 4
1.2 Pentingnya Sistem pemadam dalam Kapal ............................................................ 5
1.3 Merancang sistem pemadam .................................................................................. 6
1.4Perumusan masalah …………………………….....…………………....................7
1.5Tujuan……………………………………………………………………………...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 8
2.1 Kapal General Cargo .............................................................................................. 8
2.2 Sistem Pemadam dalam kapal ................................................................................ 9
2.3 Jenis – jenis Pemadam portable ........................................................................... 12
2.4 Rules Dan Rekomendasi ...................................................................................... 18
2.5Komponen Sistem Pemadam dalam kapal…………………………….………21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................... . 36
3.1 Diagram Alir Pengerjaan Laporan ....................................................................... 36
BAB IV ANALISA DATA........................................................................................ 37
4.1 Dimensi Kapal (General Cargo )......................................................................... 37
4.2 Mendesign Sistem Pemadam Kapal .................................................................... 38
4.3 Menghitung (Diameter Pipa & Kebutuhan Pompa) ............................................ 39
4.4 List Bill Of Material Sistem Ballast Kapal .......................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 47
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 47
5.2 Saran ..................................................................................................................... 47
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 48

2
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Kapal general cargo

Kapal, adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di


laut (sungai dsb) seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil.
Kapal biasanya cukup besar untuk membawa perahu kecil seperti sekoci.
Sedangkan dalam istilah inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar
dan boat yang lebih kecil. Secara kebiasaannya kapal dapat membawa
perahu tetapi perahu tidak dapat membawa kapal. Ukuran sebenarnya di
mana sebuah perahu disebut kapal selalu ditetapkan oleh undang-undang
dan peraturan atau kebiasaan setempat.

Berabad-abad kapal digunakan oleh manusia untuk mengarungi


sungai atau lautan yang diawali oleh penemuan perahu. Biasanya manusia
pada masa lampau menggunakan kano, rakit ataupun perahu, semakin
besar kebutuhan akan daya muat maka dibuatlah perahu atau rakit yang
berukuran lebih besar yang dinamakan kapal. Bahan-bahan yang
digunakan untuk pembuatan kapal pada masa lampau menggunakan kayu,
bambu ataupun batang-batang papirus seperti yang digunakan bangsa
mesir kuno kemudian digunakan bahan bahan logam seperti besi/baja
karena kebutuhan manusia akan kapal yang kuat. Untuk penggeraknya
manusia pada awalnya menggunakan dayung kemudian angin dengan
bantuan layar, mesin uap setelah muncul revolusi Industri dan mesin
diesel serta Nuklir. Beberapa penelitian memunculkan kapal bermesin
yang berjalan mengambang di atas air seperti Hovercraft dan Eakroplane.
Serta kapal yang digunakan di dasar lautan yakni kapal selam

3
Berabad abad kapal digunakan untuk mengangkut penumpang dan
barang sampai akhirnya pada awal abad ke-20 ditemukan pesawat terbang
yang mampu mengangkut barang dan penumpang dalam waktu singkat
maka kapal pun mendapat saingan berat. Namun untuk kapal masih
memiliki keunggulan yakni mampu mengangkut barang dengan tonase
yang lebih besar sehingga lebih banyak didominasi kapal niaga dan tanker
sedangkan kapal penumpang banyak dialihkan menjadi kapal pesiar
seperti Queen Elizabeth dan Awani Dream.

Gambar 1.1 Kapal Cargo

1.1.2 Permasalahan dan Pentingnya sistem pemadam kebakaran

Pada hakikatnya dalam sebuah kapal, pasti terdapat suatu sistem yang
dapat menangani kinerja serta keselamatan dan kenyamanan yang ada
pada kapal tersebut, untuk dapat memenuhi syarat tersebut makan
diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur olah kerja pada kapal.
Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem yang sangat vital
dalam sebuah kapal, sistem ini berguna untuk menanggulangi bahaya api
yang terjadi di kapal.
Pada dasarnya, prinsip pemadaman adalah memutus hubungan
“segitiga api” yang terdiri dari panas, oksigen dan bahan bakar. Sehingga
dengan mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media
pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.

4
1.1.3 Merancang Sistem pemadam kebakaran.
Seperti yang terlihat pada Gambar 1.2 itu adalah salah satu contoh
sistem pemadam dalam kapal.

Gambar 1.2 Diagram Sistem Pemadam dalam Kapal

5
1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana dimensi kapal general cargo yang akan direncanakan ?


2. Bagaimana desain serta cara kerja dari sistem fire fighting pada kapal
general cargo?
3. Berapa daya pompa pada kapal yang dibutuhkan dari sistem fire
fighting ?
4. Apa saja komponen – komponen yang terdapat pada sistem fire
fighting?

1.3 Tujuan

1. Untuk menentukan dimensi sebuah kapal.

2. Untuk membuat desain sebuah Sistem pemadam kebakaran

3. Untuk menghitung daya pompa Sistem pemadam dalam kapal.

4. Untuk mengetahui komponen – komponen pada sistem pemadam dalam kapal.

6
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kapal General Cargo

Kapal barang atau kapal kargo adalah segala jenis kapal yang membawa
barang-barang dan muatan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Ribuan
kapal jenis ini menyusuri lautan dan samudra dunia, setiap tahunnya memuat
barang-barang perdagangan internasional. Kapal kargo pada umumnya didesain
khusus untuk tugasnya, dilengkapi dengan crane dan mekanisme lainnya untuk
bongkar muat, serta dibuat dalam beberapa ukuran. Kapal kargo dibedakan pula
menurut jenis muatannya, diantaranya :
1. Muatan campuran (General Cargo)
2. Muatan sejenis (Bulk Cargo)
 Muatan curah kering (Dry Bulk Cargo)
 Muatan curah cari (Liquid Bulk Cargo)
 Muatan curah gas
3. Muatan yang didinginkan (Refrigerated Cargo)
4. Muatan hewan hidup (Life Stock Cargo)
5. Muatan unit (Unitized Cargo)
6. Muatan berbahaya (Dangerous Cargo)
Kapal general cargo adalah kapal yang mengangkut bermacam – macam
muatan berupa barang. Barang yang diangkut biasanya merupakan barang yang
sudah dikemas. Kapal general cargo dilengkapi dengan crane pengangkut
barang untuk memudahkan bongkar-muat muatan. Jenis muatan yang di
tampung pada kapal general cargo ini adalah muatan yang dimuat di kapal
dalam jenis dan pembungkus yang beraneka warna (dalam peti, drum, kaleng,

7
besi beton, karung, dsb). Muatan berupa wadah dari baja, aluminium, besi, yang
digunakan untuk menyimpan atau menghimpun barang.

2.2 Sistem Pemadam Kebakaran Kapal

Kebakaran merupakan salah satu hal yang paling berbahaya bagi kendaraan
yang bergerak di laut khususnya kapal. Hampir seluruh kecelakaan pada kapal
disebabkan oleh adanya kebakaran yang muncul dalam kapal tersebut. Dan kebakaran
tersebut kebanyakan berasal dari kesalahan manusia (ABK) karena kurang berhati-hati
dalam bekerja diatas kapal.
Munculnya kebakaran berasal dari tiga faktor :
1. Sesuatu yang mudah terbakar
2. Sumber api
3. Adanya oksigen yang berasal dari udara
Tiga faktor ini memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dimana apabila
salah satunya tidak ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk
meminimalisir munculnya kebakaran, maka harus menghilangkan atau tidak
menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut dalam jarak yang berdekatan.
Kebakaran dibagi menurut jenis material yang mampu menghasilkan titik-titik api.
Pembagian tersebut diantaranya :

1. Kebakaran yang berasal dari pembakaran kayu, cairan lilin, serta


benda-benda furniture (Kelas A)
2. Kebakaran yang berasal dari cairan yang mudah terbakar misalnya
minyak pelumas serta bahan bakar (Kelas B)
3. Kebakaran yang berasal dari adanya gas-gas yang mudah terbakar
misalnya LPG atau Liquefied Petroleum Gas (Kelas C)
4. Kebakaran yang berasal dari bahan-bahan logam yang mudah terbakar
misalnya magnesium dan alumunium (Kelas D)
5. Kebakaran yang berasal dari berbagai macam material yang memiliki
atau berhubungan dengan tegangan tinggi (Kelas E)

Untuk mengatasi adanya kebakaran yang disebabkan oleh hal-hal diatas, terutama
pada kapal, dilakukan tiga tahapan yaitu :
1. Detection atau mencari serta mengetahui lokasi terjadinya kebakaran

8
2. Alarm atau menginformasikan kepada ABK untuk mematikan segala
hal, baik itu mesin atau yang lain, yang dapat memicu membesarnya api.
3. Control atau mengontrol agar api tidak semakin membesar serta
memadamkan api tersebut.

A. Detection
Untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran maka digunakan fire detector
yang hampir selalu ada pada tiap-tiap ruangan di kapal. Apabila suatu kebakaran dapat
dideteksi dengan cepat maka akan lebih mudah untuk dikendalikan serta dipadamkan
tanpa menimbulkan kerugian yang besar atau berbahaya bagi kapal. Jadi fungsi utama
dari fire detector adalah untuk mengetahui atau mendeteksi adanya kebakaran yang
terdapat di dalam kapal secepat mungkin agar kebakaran yang muncul lebih mudah
ditanggulangi.
Cara kerja fire detector secara umum yaitu apabila terdapat asap, percikan api
serta berubahnya temperatur sekitar menjadi panas maka alarm fire detector akan
berbunyi dan hal tersebut akan membuat ABK tahu dimana letak terjadinya kebakaran.
Tiga hal yang membuat alarm dari fire detector berbunyi yaitu :
1. Asap (Smoke detector)
2. Percikan api yang sangat banyak (Flame detector)
3. Perubahan temperatur sekitar menjadi sangat panas.(Heat detector)

I. Smoke detector

Pendeteksi asap atau yang biasa disebut Smoke detector terdiri dari dua
bilik ionisasi yaitu satu bilik terbuka untuk atmosfer atau udara bebas masuk
dan satu bilik tertutup. Satu bilik terbuka digunakan sebagai tempat masuknya
atau pendeteksi awal adanya asap yang berasal dari api atau kebakaran.
Sedangkan satu bilik tertutup digunakan sebagai tempat penghubung atau
pemberi sinyal agar alarm detector berbunyi sebagai tanda adanya asap atau
kebakaran. Smoke detector biasanya digunakan di ruang mesin, ruang
akomodasi, dan ruang kargo.

II.Flame detector

Pendeteksi nyala api atau yang biasa disebut Flame detector memiliki
sifat yang berlawanan dengan Smoke detector. Flame detector biasanya
digunakan untuk menjaga serta mencegah terjadinya bahaya akibat adanya
percikan api. Flame detector menangkap sinar ultraviolet dan infrared yang
berasal dari adanya percikan api yang ada di sekitarnya. Flame detector

9
biasanya terdapat pada ruang peralatan kendali bahan bakar yang terdapat di
kamar mesin.

III.Heat detector

Pendeteksi panas atau yang biasa disebut Heat detector dapat digunakan
pada sejumlah bagian-bagian penting yang berhubungan dengan bagian
pengoperasian kapal. Detector yang paling banyak digunakan untuk saat ini
adalah Detector untuk pengaturan temperatur naik atau rata-rata dari kenaikan
temperatur pada suatu waktu. Jadi, apabila di lingkungan sekitar terjadi
kenaikan temperatur yang melebihi batas yang telah ditentukan, maka alarm
dari detector tersebut akan berbunyi. Heat detector biasanya terdapat pada
dapur dan tempat pengeringan dimana detector tipe lainnya akan kurang tepat
bila diletakkan di tempat-tempat tersebut.

B. Alarm

Sistem alarm berhubungan dengan fire detector yang terhubung dengan sirkuit-
sirkuit elektrik yang dapat membunyikan bel yang terdapat pada alarm hanya dengan
menggunakan sinyal elektrik. Bel ini akan berbunyi di kamar mesin apabila terdapat
sumber api atau terjadi kebakaran disana. Kebakaran yang terdapat di ruangan lain akan
menyebabkan bel di sekitar anjungan kapal akan berbunyi. Adanya alarm akan
mempermudah ABK pada kapal untuk melakukan sesuatu untuk menanggulangi
adanya kebakaran tersebut. Contoh gambar alarm seperti pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Alarm

10
C. Control

Ada dua peralatan dasar yang tersedia di kapal untuk mengontrol atau
menanggulangi kebakaran yaitu Small portable extinguishers dan Large fixed
installations. Small portable extinguishers merupakan tabung pemadam kebakaran
yang berukuran kecil, yang dapat dibawa kemana-mana serta mampu memadamkan
api secara cepat dan tepat. Sedangkan Large fixed installations digunakan ketika Small
portable extinguishers tidak dapat mengatasi kebakaran yang terjadi, dengan kata lain
Large fixed installations digunakan untuk memadamkan kebakaran yang sangat parah
atau sangat berbahaya. Ada berbagai macam portable dan fixed fire fighting yang akan
dibahas selanjutnya.

2.3 Jenis – jenis Pemadam Kebakaran Portable


Ada empat macam portable extinguishers yang biasanya digunakan di kapal
yaitu Soda-acid (Asam-soda), foam (busa), dry powder (bubuk kering), dan carbon
dioxide extinguishers (gas karbon dioksida.)

Gambar 2.2. Portable fifi

11
1. Soda-acid extinguishers
Isi dari tabung pemadam kebakaran ini adalah berupa larutan sodium
bikarbonat. Mekanisme penghisap digunakan pada penggunaan pemadam kebakaran
yang berjenis soda-acid sehingga ketika alat penghisap yang terbuat dari kaca
dipecahkan, maka asam dan sodium bikarbonat tercampur. Hasil reaksi kimia yang
terjadi menghasilkan gas karbon dioksida yang bertekanan tinggi sehingga cairan akan
terdesak keluar melewati internal pipe dan menuju nozzle. Alat ini banyak ditemukan
di ruang akomodasi

2.Foam extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan soda)


Terdiri dari dua macam yaitu :
I. Foam extinguishers-chemical
Isi dari pemadam kebakaran jenis ini adalah campuran dari cairan sodium
bikarbonat dan alumunium sulfat. Tabung yang berada paling dalam diselimuti oleh
penutup atau cap yang terhubung dengan pipa penghisap. Ketika pipa penghisap
terbuka, maka cap tersebut akan lepas. Kemudian alat ini akan mencampurkan dua
macam cairan yang ada didalamnya. Gas karbon dioksida dihasilkan oleh reaksi yang
berasal dari tekanan tinggi dari tabung dan akan mendesak busa keluar dari tabung.

II. Foam extinguishers-mechanical


Di bagian terluar dari tabung ini berisi air. Pada tabung sentral terdapat gas
karbon dioksida dan cairan busa. Mekanisme pendesak atau pendorong terdapat diatas
tabung pusat. Ketika diberi tekanan yang tinggi, karbon dioksida dikeluarkan dan
cairan busa akan tercampur dengan air. Kemudian keduanya akan ditekan keluar
melewati nozzle khusus. Pemadam jenis ini memiliki pipa internal dan dioperasikan di
bagian atas. Alat ini banyak ditempatkan di sekitar tempat-tempat yang mengandung
atau terdapat cairan-cairan yang mudah terbakar.

12
Gambar 2.3. foam extinguisher

3. Dry powder (Pemadam kebakaran menggunakan bubuk kering)


Pada bagian tabung lapis terluar berisikan dengan bubuk sodium bikarbonat.
Kapsul yang berisikan gas karbon dioksida berada di bawah mekanisme peghisap yang
ada di central cap. Ketika penghisap ditekan, gas karbon dioksida akan mendorong
bubuk sodium melalui pipa dan keluar melalui nozzle. Pemadam kebakaran jenis ini
dapat digunakan di berbagai macam penyebab kebakaran akan tetapi ini tidak
memberikan efek pendingin. Alat ini biasanya berada di dekat peralatan listrik yang
berada di kamar mesin dan di beberapa bagian dari kapal.

4. Carbon dioxide extinguishers (Pemadam kebakaran menggunakan CO2)


Tabung pelapis yang sangat kuat digunakan untuk menyimpan cairan karbon
dioksida bertekanan rendah. Pipa utama berfungsi sebagai tempat atau jalan keluarnya
karbon dioksida yang ditekan oleh alat penghisap sehingga katup akan terbuka oleh
karena ditekannya pelatuk. Cairan tersebut akan berubah menjadi gas yang akan keluar
dari tabung pemadam ini yang kemudian akan melewati pipa dan akan tertampung di
horn. Apabila pelatuk pada horn dibuka, maka gas karbon dioksida tadi akan keluar.
Alat ini banyak terdapat di kamar mesin dan tempat perlengkapan serta peralatan
elektrik. Alat ini tidak diperbolehkan berada di ruang akomodasi serta di ruang
perbatasan karena hal tersebut bisa membahayakan ABK dan awak penumpang lainnya
yang mungkin bisa menyebabkan kematian.

13
Gambar 2.4. pemadam bubuk kering

Ada beberapa perbedaan antara fixed fire fighting installation dan portable
extinguishers, diantaranya adalah desain pengkhususan untuk beberapa tipe kapal.
Pembagian instalasi pemadam kebakaran akan dibahas pada sub bab di bawah ini.

1). Fire main


Sistem pemasukan air laut ke dalam pipa pemadam kebakaran ditempatkan pada
setiap kapal. Beberapa pompa pada kamar mesin akan disusun atau ditata untuk
membantu memasukan air ke dalam sistem tersebut. Mulai dari jumlahnya, kapasitas
yang diperbolehkan, semuanya diatur oleh badan perundang-undangan (Department of
Transport for UK registered vessels). Pompa darurat yang digunakan untuk
memadamkan api juga ditempatkan di kamar mesin. Pada tiap sistem pengeluaran
pemadam kebakaran terdapat katup-katup yang terisolasi yang berada disekeliling
kapal dan pipa air dengan tepat akan mengunci penghubung yang ditempatkan
berdekatan dengan nozzle. Hampir di seluruh area kerja diatas kapal sedemikian hingga
tertutup dan pasokan air laut dapat dibawa untuk digunakan sebagai pemadaman api
pada tiap titik di bagian kapal.
Nozzle jet atau spray akan disetel untuk menyediakan penyemprot air yang dapat
digunakan untuk melawan api serta mendinginkannya tanpa harus disemprotkan.

2). Automatic water spray


Penyemprot otomatis atau biasa disebut dengan sistem penyembur menyediakan
hubungan dari kepala penyemprot yang melewati daerah yang terlindungi. Sistem ini
mungkin digunakan di ruang akomodasi dan di kamar mesin dengan berbagai macam
variasi yang berdasarkan kegunaan dari peralatan tersebut serta metode atau cara
pengoperasiannya.

14
Ruang akomodasi diberi alat ini yang mampu melakukan deteksi sekaligus
memadamkan api. Di bagian kepala pada alat ini ditutupi oleh semacam kaca / bola
lampu yang isinya berupa cairan yang bisa mengembang secara cepat saat terkena
panas. Ketika panas membuat cairan tadi berkembang, maka penutup kaca tadi akan
pecah yang kemudian akan keluarlah air dari alat tersebut yang berasal dari sistem
penyembur yang berisikan air laut. Air laut tadi ditampung di tangki air yang diberi
tekanan udara yang cukup tinggi. Sistem penyembur ini terus diisi oleh air yang segar
untuk mengurangi adanya efek korosi.

Gambar 2.5 Automatic water spray

3). Foam systems


Sistem penyemprot busa atau biasa disebut Foam spreading systems dibuat agar
cocok dengan sistem kebutuhan yang ada di kapal dengan memperhatikan jumlah busa
yang dibutuhkan, area yang harus dicakup, dll. Mechanical foam atau busa mekanik
merupakan semacam zat kimia yang terbentuk dengan cara mencampurkan busa yang
terbuat dari cairan dalam jumlah yang besar. Pencampuran yang terjadi di udara akan
menimbulkan gelembung-gelembung udara yang akan berbentuk busa nantinya.
Pada sistem ini, pencampuran air dan busa yang dilakukan dalam ruangan atau
tempat tertutup yang kemudian busa hasil pencampuran dengan air tadi akan disalurkan
ke tabung pemadam kebakaran agar bisa digunakan. Tangki penampung busa
dilindungi oleh penutup agar isi didalamnya terlindung dari keadaan lingkungan luar

15
yang buruk. Untuk mengoperasikan sistem ini yaitu dengan membuka dua katup yang
saling terhubung dan pompa pemadam akan hidup. Pencampuran busa ini diukur
dengan baik oleh automatic inductor unit. Pompa pemadam dan tangki penampung tadi
harus terletak diluar dari ruangan yang terlindungi atau tercover tadi.

4). Carbon dioxide flooding


Sistem ini digunakan untuk memindahkan oksigen yang berada di area
perlindungan yang kemudian akan dilakukan pemadaman api. Gas karbon dioksida
disimpan sebagai cairan dengan tekanan rendah yang berada didalam silinder. Volume
ruangan yang akan dilindungi menentukan banyaknya tabung silinder yang dibutuhkan
dalam ruangan tersebut. Secara umum, alat ini digunakan untuk melindungi ruang
kargo dan kamar mesin.
Sistem pada ruang kargo secara normal disusun untuk tempat mendeteksi asap,
alarm, dan pengaliran karbon dioksida. Pipa kecil untuk saluran udara yang berasal dari
ruang kargo akan diarahkan menuju kamar-kamar. Udara didapatkan dari beberapa
bagian dari kipas-kipas kecil dan tiap pipa digunakan untuk saluran dari udara tadi.
Apabila asap masuk kedalam ruangan yang terdapat saluran udara tadi, maka alarm
akan mati.
Lokasi kebakaran dapat diketahui di anjungan kapal dan katup ruang distribusi
yang dioperasikan pada bagian anjungan kapal. Katup ini akan mematikan pipa udara
dari anjungan dan membuka karbon dioksida yang dijalankan oleh suatu sistem yang
menggunakan baterai.
Sistem pada kamar mesin dibuat agar dapat memberhentikan sumber daya pada
sistem yang ada. Sebelum gas dibuang, ruangan harus dalam keadaan kosong dari ABK
dan tidak diisi oleh udara (kedap udara). Katup penutup di tempatkan pada penutup
udara di tiap ruangan.

16
2.4 Rule dan Rekomendasi
Menurut Volume III BKI 1996 section 12 mengenai peralatan pelindung api dan
pemadam, dinyatakan sebagi berikut :

1) Pelindung Api

 Pengaturan di ruangan mesin haruslah menjamin keselamatan dari


penanganan cairan yang mudah terbakar agar tidak terbakar.
 Semua ruangan yang diletakkan motor bakar, burner, atau pengendap minyak
atau tangki harian diletakkan harus terjangkau dan diberikan ventilasi secara
layak
 Bilamana terjadi kebocoran dari cairan yang mudah terbakar selama pekerjaan
perawatan rutin, harus diperhatikan agar cairan tersebut terhindar dari kontak
dari sumber api.
 Bahan yang digunakan pada ruangan permesinan sebaiknya secara normal
tidak meningkatkan kemungkinan untuk mudah terbakar.
 Bahan yang digunakan sebagai lantai bulkhead lining, atap atau geladak ruang
pengendali dengan tangki minyak haruslah tidakmudah terbakar. Dimana bila
terjadi bahaya yang mana minyak dapat terserap ke bahan penyekat, penyekat
tersebut harus dapat terlindungi dari serapan minyak atau uap minyak.

2) Peralatan dengan resiko terbakar tinggi.

 Peralatan pengolahan minyak awal (oil fuel preparation equipment) seperti


purifier, harus dipasang pada ruangan yang terpisah. Ruangan ini ditutupi oleh
sekat baja, dan dilengkapi dengan pintu baja yang dapat tertutup sendiri,
dilengkapi dengan, Ventilasi mekanis yangt terpisah, Sistim deteksi api dan
alarm, Sistim pemadam api yang tetap.
 Sistim ini dapat merupakan bagian dari sistim pelindung api ruangan kamar
mesin.
 Jika hal tersebut tidak praktis untuk menempatkan sistim pengolahan minyak
bahan bakar di ruangan yang terpisah, perhatian harus dilakukan terhadap api
dengan suatu penanganan api dari komponen dan dari kemungkinan
kebocoran. Sebagai tambahan sistim perlindungan api secara tetap, di
ruang kamar mesin, suatu unit pemadam lokal dapat diberikan pada daerah
tersebut.

3) Unit pemadam lokal harus layak untuk pemadaman api yang efektif pada
suatu area.
Langkah kerja yang dilakukan dapat secara otomatis atau manual sebaik
mungkin tidak mempengaruhi operasi dari peralatan lain. Penggunaan secara
otomatis dan tiba-tiba tidak boleh merusak komponen lain. Bila peralatan tersebut
manual, dapat dipasang pada ruang pengendali permesinan atau disuatu tempat

17
yang memberikan perlindungan yang cukup.

4) Sistim minyak dengan tekanan kerja lebih dari 15 bar yang tidak termasuk
dalam bagian permesinan bantu ataupun induk (seperti hidrolik, stering gear)
harus dipasang diruangan yang terpisah.

5) Perlindungan dari jalur dan peralatan yang melalui temperatur yang


tinggi.

 Semua bagian yang memiliki temperatur diatas 220oC seperti uap, minyak
panas dan jalur gas buang, dan silencers, dsb, harus dilindungi oleh bahan
tidak yang tidak mudah terbakar dan tidak dapat menyerap minyak.
 Pelindung harus dapat dipastikan tidak akan menjadi retak atau robek karena
getaran.

6) Daerah Bulkhead
Semua pipa dengan kelas A atau B menurut SOLAS 1974 harus tahan terhadap suhu
yang mana telah dirancang sebelumnya. Pipa uap, gas dan minyak termal yang
melalui bulkhead harus diberi isolasi tahan panas dan harus terlindungi dari
pemanasan yang berlebihan.

7) Ruang Darurat
Untuk ruangan permesinan dan boiler, kanal sirkulasi udara ke ruangan tersebut harus
dilengkapi dengan fire damper yang dibuat dari bahan tidak mudah terbakar yang
mana dekat dengan geladak. Bukaan kamar mesin (sky light), pintu dan hatch serta
bukaan lainnya diatur sehigga dekat dengan ruangan lainnya

8) Peralatan Stop Darurat (Emergency Stop)


Pompa bahan bakar dengan tenaga listrik, purifier , motor fan, fan boiler minyak
termal dan pompa kargo harus dilengkapi dengan peralatan pemutus darurat, sepraktis
mungkin, yang dikelompokkan secara bersama diluar ruangan yang mana peralatan
tersebut dipasang dan harus dapat dijangkau meskipun dalam kondisi terputus akses
karena api.

18
9) Peralatan pemutus dengan remote control.
Alat ini dipasang pada Pompa bahan bakar dengan penggerak uap, jalur pipa bahan
bakar ke motor induk, motor bantu dan pipa keluaran dari tanki bahan bakar yang
diletakkan di double bottom. Tempat dan pengelompokkan dari peralatan pemutus ini
diatur seperti bagian sebelumnya.

10) Ruang Pengaman (Safety Station)

11) Disarankan bahwa peralatan pengaman berikut dikelompokkan menjadi


satu, sewaktu –waktu dapat dijangkau dari luar ruangan kamar mesin:
o Katup pemutus untuk ruang kamar mesin, penghembus boiler, pompa transfer
bahan bakar purifier, dan pompa minyak termal
o Perhatian diberikan khusus pada:
• Katup penutup singkat bahan bakar
• Pintu kedap air yang dikendalikan pada ruang permesinan.
o Kondisi kerja dari peralatan pemadam api.

19
2.5 Komponen Sistem Pemadam Kebakaran

Adapula beberapa perlengkapan dalam sistem fire fighting yang berfungsi


sebagai penunjang dari sistem tersebut, yaitu berupa komponen – komponen
pendukung bekerjanya sebuah sistem pemadam kebakaran, diantaranya :

1. Sea Chest
2. Pipa utama
3. Pipa cabang
4. Pompa fire fighting
5. Hydrants
6. Fire Hoses
7. Sprinkle
2.5.1 Sea Chest (Kotak Laut)

Seachest merupakan tempat di lambung kapal, dimana di sea chest


terdapat pipa saluran masuknya air laut. Selain pipa tersebut, pada sea
chest juga terdapa dua saluran lainnya. Yaitu blow pipe dan vent pipe.

Gambar 2.6 Sea Chest

20
2.5.2 Pipa Utama

Pipa utama yang digunakan berfungsi untuk melayani sirkulasi air


laut pada kamar mesin dan ruang pompa, sehingga menurut klasifikasi
diameter minimum (Dmin) yang diijinkan merupakan fungsi dari ukuran
kapal.

2.5.3 Pipa Cabang

Pipa cabang yang digunakan untuk melayani dan mengatasi


khusus pada compartment saja, sehingga menurut klasifikasi diameter
minimum yang diijinkan merupakan fungsi ukuran compartment.

2.5.4 Pompa Fire Fighting

Pompa fire fighting digunakan untuk mensirkulasikan air laut dari


sea chest menuju ke seluruh ruangan yang ada di kapal melalui pipa utama
dan pipa cabang, pompa yang digunakan harus disesuaikan dengan
kebutuhan pada kapal dan persediaan dari pompa ini harus > 1. Apabila
pompa-1 tidak dapat bekerja dengan baik, maka pompa-2 digunakan
sebagai cadangan. Biasanya dalam sistem fire fighting pompa yang
digunakan yaitu jenis pompa sentrifugal. Berdasarkan :

21
Gambar 2.7 Contoh Pompa Fire Fighting

2.5.5 Hydrants

Sumber distribusi air laut yang terletak pada main deck disekitar
geladak ruang muat dengan jarak peletakannya tidak lebih dari 25 meter
antara satu hydrant dengan hydrant lainnya dengan pertimbangan untuk
kemudahan awak kapal dalam menjangkau.

22
Gambar 2.8 Hydrant

Sistem hydrant terdiri dari :

1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air


bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang
relatif tetap.
2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa hydrant tidak berisikan
air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara
otomatis jika katup selang kebakaran dibuka.
a. Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem Wet
Riser.
b. Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang
diletakkan diluar bangunan.

23
2.5.6 Fire Hoses

Pada sistem pemadam kebakaran kapal, terdapat selang yang


berfungsi sebagai saluran yang mendistribusikan fluida yang digunakan
untuk memadamkan api, serta berfungsi untuk mengatur tekanan keluar
air.

Gambar 2.9 Fire Hose

Berdasarkan SOLAS’07 Chapter II Reg. 10.2.3

1. Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan dapat
menjangkau ruangan yang dituju.
2. Setiap selang harus berisi nozzle dan coupling.
3. Fire hose mempunyai panjang minimal 10m, tetapi tidak lebih dari :
a. 15 m pada kamar mesin
b. 20 m pada ruangan lain dan geladak terbuka
c. 25 m untuk kapal dengan lebar 30 m

24
Ketentuan jumlah :

1. Untuk kapal ≥ 1000 GT : selang kebakaran 1 buah untuk setiap 30 m


dan jumlahnya tidak boleh kurang dari 5 buah.
2. Untuk kapal ≤ 1000 GT : biasanya berjumlah tidak kurang dari 3
buah.

2.5.7 Sprinkle

Discharge air laut untuk memadamkan kebakaran yang terletak


pada deck house (5 liter/menit) yang peletakannya disesuaikan dengan
pembagian ruangan – ruangan akomodasi pada masing – masing deck.
Peralatan ini sangat peka terhadap perubahan temperature.

Gambar 2.10 Sprinkle

25
2.6 Perhitungan Pada Pipa Utama Sistem Pemadam Kapal

Pipa yang digunakan pada sistem fire fighting yaitu jenis pipa galvanis.
Pipa ini digunakan untuk menyuplai air laut. (BKI Vol 5, Section 4). Untuk
ukuran pipa, digunakan pipa dengan schedule 40. Pipa ini dilindungi terhadap
kerusakan mekanis, yaitu perlindungan menyeluruh dengan sistem galvanis.
Dengan sistem perlindungan tersebut maka pipa dapat digunakan untuk
menyuplai air laut, kecuali dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena
api sehingga dapat melebar dan merusak sistem.

Gambar 2.11 Pipa Schedule 40

Adapula beberapa ketentuan menurut Biro Klasifikasi Indonesia (BKI)


mengenai hal yang bersangkutan dengan sistem fire fighting, diantaranya :

1. Ketebalan minimum kategori pipa M atau D yang melewati tangki


(Tabel 11.4 BKI Vol 3, Section 11 and Tabel 11.5 BKI Vol 3, Section
11).
2. Tipe pipa yang digunakan Galvanished Steel.

26
Tabel 2.1 Choice of minimum wall thickness

Sumber : BKI Vol 3 Section 11

27
Tabel 2.2 Minimum Wall Thickness for Steel Pipes

Sumber : BKI Vol 3 Section 11

3. Sambungan pipa yang digunakan yaitu jenis butt-weld dan flens


(Table 11.11 and Table 11.12 BKI Vol 3 Section 11, D).
Tabel 2.3 Pipe Connections

Sumber : BKI Vol 3 Section 11

28
Table 2.4 Use or Flang Type

Sumber : BKI Vol 3 Section 11

4. Diameter pipa utama.


𝑑𝐻 = 1,68 √(𝐵 + 𝐻)𝐿 + 25 [mm] (2.1)
Dimana :
𝑑𝐻 : Kalkulasi diameter dalam pipa utama [mm]
L : Length of Ship Between Prependiculars [m]
B : Breadth Moulded of Ship [m]
H : Depth of Ship [m]
5. Kalkulasi ketebalan pipa utama (BKI Vol 3 Section 11)
s = so + c + b [mm] (2.2)
𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎 [mm] (2.3)
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐

Dimana :
s : Ketebalan minimum [mm]
so : Kalkulasi ketebalan [mm]
da : Diameter luar pipa [mm]
pc : Desain tekanan [bar]
σperm : Maximum permesible design stress [N/mm2]
b : Allowance for bends [mm]

29
v : Faktor efisiensi pengelasan = 1
c : Corrosion allowance [mm]

2.6 Perhitungan Pada Pipa Cabang Sistem Pemadam Kapal

Pada umumnya, rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia mengenai


pipa utama dan pipa cabang sama, kecuali dalam perhitungan diameter dari pipa
cabang.

Gambar 2.11 Pipa Cabang

Rule and Regulation BKI Vol 3 Section 11 :

1. Pipa terbuat dari steel pipe galvanise (BKI Vol 5 Section 4)


2. Ketebalan minimum kategori pipa M atau D yang melewati tangki
(Tabel 11.4 BKI Vol 3, Section 11 and Tabel 11.5 BKI Vol 3, Section
11).
3. Sambungan pipa yang digunakan yaitu jenis butt-weld dan flens
(Table 11.11 and Table 11.12 BKI Vol 3 Section 11, D).
4. Kalkulasi diameter pipa cabang.
𝑑𝑧 = 2,15 √(𝐵 + 𝐻)𝑙 + 25 [mm] (2.4)
Dimana :
𝑑𝑧 : Kalkulasi diameter dalam pipa cabang [mm]

30
l : Length of the watertight compartment [m]
B : Breadth Moulded of Ship [m]
H : Depth of Ship [m]
5. Kalkulasi ketebalan pipa cabang (BKI Vol 3 Section 11)
s = so + c + b [mm] (2.2)
𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎 [mm] (2.3)
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐

Dimana :
s : Ketebalan minimum [mm]
so : Kalkulasi ketebalan [mm]
da : Diameter luar pipa [mm]
pc : Desain tekanan [bar]
σperm : Maximum permesible design stress [N/mm2]
b : Allowance for bends [mm]
v : Faktor efisiensi pengelasan = 1
c : Corrosion allowance [mm]

2.7 Kapasitas Pompa Fire Fighting

Gambar 2.12 Pompa Sentrifugal sebagai Pompa Fire Fighting

31
Pompa yang digunakan dalam sistem fire fighting, biasanya merujuk pada
jenis pompa sentrifugal. Karena efektif dinilai cara kerja dan karakteristiknya.
Berikut merupakan rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia.

𝑄 = 3,8 𝑥 10¯3 𝑥 𝑑𝐻² (2.5)

Dimana :

Q : Kapasitas minimum pompa [m3/h]

dH : Kalkulasi diameter dalam pipa utama [mm]

Berdasarkan SOLAS’07 Chapter II :

1. Reg. 10.2.2
Pompa yang digunakan oleh fire fighting system merupakan pompa general
service pump dan tidak digunakan untuk memompa minyak
2. Reg. 10.2.2.2
Jumlah fire pump pada kapal kargo yaitu 2 pompa
3. Reg. 10.2.2.4
Kapasitas pompa fire fighting :
a. Untuk cargo ship kecuali emergency pump kapasitas pompa tidak
kurang dari 4/3 dari pompa bilga.
b. Satu pompa pemadam kebakaran harus mempunyai kapasitas tidak
kurang dari 80% dari jumlah total kapasitas 2 pompa. Biasanya tidak
kurang dari 25 m³/hr.

32
2.8 Daya Pompa Pada Sistem Pemadam Kapal

Gambar 2.13 Diagram Daya Pompa

Dalam sistem fire fighting, diperlukan kinerja yang efektif serta efisien
terhadap pompa yang akan digunakan. Maka dari itu perhitungan daya pompa
sangatlah mempengaruhi dalam pemilihan pompa yang akan digunakan dalam
suatu sistem. Untuk dapat menghitung daya pompa maka diperlukan parameter
– parameter penunjang, diantaranya :

1. Ketahuilah kapasitas pompa yang diperlukan (Q)


2. Diameter pipa yang digunakan.
3. Kerugian – kerugian (Head Lose) yang terdapat pada pipa maupun
komponen perpipaan.

33
4. Total head / tekanan.
Persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan daya pompa :

𝑸𝒙𝝆𝒙𝑯
𝑩𝑯𝑷 = 𝟕𝟓 𝒙 𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒙 𝜼 [HP] (2.6)

Dimana :

Q : Kapasitas pompa [m3/hr]

ρ : Density [kg/m3]

H : Head loss [m]

η : Efisiensi (0,7 – 0,8)

34
BAB III

Metode Penelitian

Start

Menentukan rumusan
masalah

pengumpulan data

melakukan perhitungan

Analisa
( Data kurang )

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir proses pengerjaan sistem ballast pada kapal

35
BAB IV

Analisa Data dan Pembahasan Hasil

4.1 Dimensi Kapal

PRINCIPAL DIMENSION
LOA = 83,6 M
LWL = 82,4 M
LPP = 80,00 M
B = 12,5 M
H =6M
T = 4,6 M
Vs = 12 Knot
CB = 0,71

Berikut merupaka penjelasan dari tiap – tiap istilah diatas :

1. LOA (Length Over All) adalah panjang keseluruhan dari kapal yang diukur dari
ujung haluan hingga buritan kapal.
2. LBP (Length Between Perpendicular) adalah panjang antara kedua garis tegak
burutan dan garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.
3. LWL (Length of Water Line) adalah jarak mendatar antara kedua ujung garis muat
yang diukur dari titik potong dengan linggi haluan sampai dengan titik
perpotongan dengan linggi buritan, diukur pada bagian luar linggi depan dan
linggi belakang.

36
4. Blmd (Breadth Moulded) adalah lebar yang direncanakan, adalah jarak mendatar
antar gading tengah sebelah kanan dengan gading tengah sebelah kiri kapal yang
diukur pada bagian luar gading.
5. Depth adalah tinggi kapal yang dihitung dari jarak tegak dari garis dasar sampai
garis geladak terendah di tepi, diukur ditengah – tengah kapal (Midship).
6. Draught adalah sarat kapal yang diukur dari garis dasar sampai garis air muat.

4.2 Mendesign Fire Fighting

Salah satu contoh desain sistem bilga terdapat pada gambar 4.1 , 4.2.

` Gambar 4.1 Sistem pemadam dalam kapal

37
4.3 Menghitung Sistem Fire Fighting

4.3.1 Perhitungan Sistem Fire Fighting

A. Diameter Pipa Utama

Untuk dapat menghitung diameter pipa utama sistem fire fighting,


diperlukan persamaan 2.1 sebagai acuan.

𝑑𝐻 = 1,68 √(𝐵 + 𝐻)𝐿 + 25 [mm]…………………………… ( 4.1 )

Dimana :

B : 12,5 [m]

Lpp : 80 [m]

H :6 [m]

Maka, dH = 68,07 M

c. Diameter Pipa Cabang


𝑑𝑧 = 2,15 √(𝐵 + 𝐻)𝑙 + 25 [mm]……………………………… ( 4.2 )

Dimana :

B : 12,5 [m]

H :6 [m]

l : 15,08 (Panjang kompartmen) [m]

38
Maka, dz = 59,424 mm

= 60 mm

c.Perhitungan Tebal Pipa Utama

s = so + c + b [mm]

Dimana :

𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐

da = Diameter luar pipa

= 80 [mm]

pc = Ketentuan tekanan (BKI 2006 Sec. 11. Table 11.1)

= 16 [bar]

σperm = Toleransi tegangan max

= 80 [N/mm2] (BKI 2006 Sec 11. C.2.3.3)

V = Faktor efisiensi

= 1,00

c = Faktor korosi sea water = 3,00

b =0

so = 0,788 [mm]

Maka, s = 3,788 [mm]

d. Perhitungan Tebal Pipa Cabang (Persamaan 2.1 & 2.2)

s = so + c + b [mm]

39
Dimana :

𝑑 𝑥 𝑝𝑐
𝑠𝑜 = 20 𝑥 𝜎 𝑎
𝑝𝑒𝑟𝑚 𝑥 𝑣+𝑝𝑐

da = Diameter luar pipa

= 60 [mm]

pc = Ketentuan tekanan (BKI 2006 Sec. 11. Table


11.1)

= 16 [bar]

σperm = Toleransi tegangan max

= 80 [N/mm2] (BKI 2006 Sec 11. C.2.3.3)

V = Faktor efisiensi = 1,00

c = Faktor korosi sea water = 3,00

b =0

so = 0,59 [mm]

Maka, s = 3,59 [mm]

e. Kapasitas Pompa Fire Fighting

𝑄 = 5,75 𝑥 10¯3 𝑥 𝑑𝐻² [m3/h]

Dimana :

DH = 80 [mm]

40
Maka, Q = 5,75 x 10−3 x 68,07 2
Q = 5,75 x 10−3 x 4.633,52
3
Q = 26,64 𝑀 ⁄ℎ
f. Kecepatan Aliran

Ketika dua atau lebih pompa terhubung pada sistem fire fighting, susunan
dan kapasitas tidak mengurangi kapasitas efektif.

𝑄 = 𝑉 . 𝐴 [m3/s]

A = Luas permukaan pipa

= ¼ π d2

22
= 0,25 . . (0,08)2
7

= 0,005 [m2]

V = 2 [m/s]

f. Menghitung Head Suction, Head Delivery dan Head Loss

HTotal = Hs + Hd + HL

Head Suction : Kerugian yang terjadi pada pipa hisap menuju ke pompa.

Hs = Hd/b + Tinggi antara pompa dengan d/b

= 1 m + 0,4 m

= 1,4 [m]

Head Delivery : Kerugian yang terjadi pada pipa yang dihitung dari pompa ke
overboard.

HD = H + Super Structure – Hs

41
= 5,8 + 5,2 – 1,4 m

= 12,4 [m]

- Head Loss : Kerugian yang terjadi akibat gesekan


sepanjang pipa dan pada komponen –
komponen pipa.

HL Major = Dapat dilihat pada moody diagram

𝑉2
HL Minor = k (4.1)
2𝑔

Gambar 4.1 Moody Diagram

Untuk dapat mencari factor gesekan dari pipa, maka


diperlukan bilangan Reynold

𝐷𝑥𝑣
Re = (4.2)
𝜐

D Pipa utama = 0,08 m

v = 2 m/s

42
𝜐 = 0,767/106 pada suhu 32,2o

= 0,000000767 m2/s

Re = 208604,95436766 (Pipa Utama)

𝜖 = 0,12

𝜖
= 0,0015 (Pipa Utama)
𝑑

K = Losses Coefficient

K = 0,022 (Pipa Utama)

Total panjang pipa utama (n1) = 146,70 m

HL Major pipa utama = K x n1

= 3,2274 [m]

Maka dari itu didapatkan nilai kerugian – kerugian atau


Head Loss Mayor pada pipa utama sistem fire fighting
sebagai berikut :

HL Major total = 3,2274 [m]

HL Minor didapatkan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Fitting List Fire Fighting System

Nilai
Fittings Nilai K QTY
NO (m)
Material
X (m) Y (pcs) X*Y
1 Valve 0,3 24 7,2
2 Sprinkle 0,05 30 1,5
3 Filter 0,58 2 1,16

43
4 Elbow 90° 0,02 14 0,28
5 Sambungan T 0,5 8 4
∑ Fittings 14,14

HL Minor Total = 14,14 [m]

HL Total = 17,3674 [m]

- H Toal (Rugi - Rugi)

HTotal = Hs + Hd + HL

= 1,4 m + 12,4 + 17,3674 m

= 31,1674 [m]

g. Menghitung daya pompa (Persamaan 2.6)

𝑸𝒙𝝆𝒙𝑯
𝑩𝑯𝑷 = 𝟕𝟓 𝒙 𝟑𝟔𝟎𝟎 𝒙 𝜼

Dimana :

Q = 24,32 [m3/h]

ρ = 1025 [kg/m3]

HTotal = 31,167 [m]

η = 0,7

Maka, BHP = 4,1107986624 [HP]

44
4.4 List

Bill Of Material
no Item Size Quantity Remark
1 Pipa Galvanis 150 3 PG1 - PG 4
2 Pipa Galvanis 100 12 PG1 - PG 8
3 Valve Gv 45 9 pcs BWV 1 - BWV 9
4 Bellmoth 45 7 BM 1 - BM 7
5 pump 90 2 pcs Pump 1 - pump 2
6 Filter 90 2 pcs filter 1 - filter 2
7 seachest 90 2 pcs seachest 1 - seachest 2
8 Overboat 45 2 pcs Overboat 1 - overboat 2
Tabel 1.1 List bill of material ballast system of cargo

45
BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

1. Untuk data mengenai dimensi kapal dapat ditentukan melalui Lines Plan
kapal
2. Sistem fire fighting merupakan salah satu sistem keamanan yang mengatur
kebakaran yang terjadi pada kapal.
3. Berikut merupaka list dari sistem Fire Fighting:
a. Sea Chest (Kotak Laut)
b. Pipa utama
c. Pipa cabang
d. Pompa Fire Fighting
e. Hydrant
f. Fire Hose
g. Sprinkle

5.2 Saran
Saran untuk pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk dapat mengoptimalkan hasil laporan, dianjurkan materi –
materi yang belum tersampaikan, dapat disampaikan agar dapat
memperjelas hasil laporan.

2. Perlunya bimbingan dari dosen dalam perencanaan teknis serta sistematika


penulisan laporan

46
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal/Diakses pada tanggal 9 September 2017, pukul


10:56 WIB
 Andrian, Agil. 2016. Perancangan Kapal General Cargo 7000 DWT. Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro
 http://www.academia.edu/12553268/_MAKALAH_Jenis-
Jenis_Muatan_Kapal_Laut/Diakses pada tanggal 9 September 2017, pukul 13:07 WIB
 https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_barang/Diakses pada tanggal 9 September 2017,
pukul 13:10 WIB
 http://kapal-cargo.blogspot.co.id/2010/07/sistem-pemadam-kebakaran-
kapal.html/Diakses pada tanggal 21 Oktober 2017, pukul 15:42 WIB
 Eden W P, Yosafat. Perhitungan Sistem Pipa. Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
 http://www.maritimeworld.web.id/2011/02/pemadam-kebakaran-sistem-co2-pada-
kapal.html/Diakses pada tanggal 21 Oktober 2017, pukul 15:44 WIB
 https://almuhblog.wordpress.com/2016/10/22/fire-fighting-system-pada-kapal/Diakses
pada tanggal 21 Oktober 2017, pukul 16:44 WIB
 http://www.maritimeworld.web.id/2011/05/fire-fighting-and-safety.html/Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2017, pukul 17:33 WIB
 http://www.kompasiana.com/airmengalir/ukuran-ukuran-utama-
kapal_54fffb20a33311696d50f8ae/Diakses pada tanggal 24 September 2017, pukul
00:01 WIB
 BKI VOL III, Section 11. 2006. Pipe, Valves, Fittings and Pump

47
Lampiran

48

Anda mungkin juga menyukai