Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KESEHATAN PRIMER
Influenza
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Influenza, sering dikenal dengan flu adalah penyakit menular disebabkan oleh virus RNA
yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. Virus influenza terus mengalami perubahan,
sehingga dalam beberapa waktu akan mengakibatkan wabah (pandemik) yang parah. Virus
ini menyerang saluran napas atas dan paru-paru.
Keluhan
Keluhan yang sering muncul adalah demam, bersin, batuk, sakit tenggorokan, hidung meler,
nyeri sendi dan badan, sakit kepala, lemah badan.
Faktor Risiko
a. Daya tahan tubuh menurun.
b. Kepadatan hunian dan kepadatan penduduk yang tinggi.
c. Perubahan musim/cuaca.
d. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
e. Usia lanjut.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
a. Febris.
b. Rinore.
c. Mukosa hidung edema.
Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis influenza membutuhkan ketelitian, karena keluhannya hampir sama
dengan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Diagnosis Banding
a. Faringitis
b. Tonsilitis
c. Laringitis
Komplikasi
a. Infeksi sekunder oleh bakteri
b. Pneumonia
Rujukan
Bila didapatkan tanda-tanda pneumonia (panas tidak turun 5 hari disertai batuk purulen dan
sesak napas)
Sarana Prasarana : -
Prognosis
Prognosis pada umumnya bonam
Referensi
Vertigo
Tingkat Kemampuan: 4A
(Vertigo Vestibular/ Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV))
Masalah Kesehatan
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya.
Persepsi gerakan bisa berupa:
a. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.
b. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada
gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual
Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain: akibat
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau
banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Secara spesifik, penyebab vertigo, adalah:
a. Vertigo vestibular
Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV),
Meniere’s Disease, neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis, obat ototoksik,
autoimun, tumor nervus VIII, microvaskular compression, fistel perilimfe.
Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi.
b. Vertigo non vestibular
Disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop,
hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik.
BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan vertigo di
perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur,
melihat ke atas, kemudian memutar kepala.
BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan seseorang. Studi
yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan meningkat setiap tahunnya berkaitan
dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di atas 60 tahun
dibandingkan dengan 18-39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.
Keluhan
Vertigo vestibular
Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, bisa
disertai rasa mual atau muntah.
Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala dengan
rasa berputar yang berat, disertai mual atau muntah dan keringat dingin. Bisa disertai
gangguan pendengaran berupa tinitus, atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal
seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis.
Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala.
Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual dan muntah, tidak disertai gangguan
pendengaran. Keluhan dapat disertai dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis,
diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi.
Diagnosis Banding
Seperti tabel di bawah ini, yaitu:
Terapi BPPV:
Komunikasi dan informasi:
Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan adanya
penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan
penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta
hilang spontan setelah beberapa waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung
lama dan dapat kambuh kembali.
Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi disekuilibrium
pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk mempercepat kompensasi.
Kriteria Rujukan
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi farmakologik dan non
farmakologik.
Sarana Prasarana
a. Palu reflex
b. Spygmomanometer
c. Termometer
d. Garpu tala (penala)
e. Obat antihistamin
f. Obat antagonis kalsium
Prognosis
Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi berulang.
Hipertensi Esensial
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 140
mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Kondisi ini sering tanpa gejala. Peningkatan tekanan
darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala.
Keluhan hipertensi antara lain: sakit/nyeri kepala, gelisah, jantung berdebardebar, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.Keluhan tidak spesifik antara lain tidak
nyaman kepala, mudah lelah dan impotensi.
Faktor Risiko
Faktor risiko dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi.
Hal yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan
penyakit kardiovaskular dalam keluarga.
Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat. Tekanan darah meningkat (sesuai
kriteria JNC VII). Nadi tidak normal. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status
neurologis, akral, dan pemeriksaan fisik jantungnya (JVP, batas jantung, dan rochi).
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis (proteinuri atau albuminuria), tes gula darah, tes kolesterol (profil lipid), ureum
kreatinin, funduskopi, EKG dan foto thoraks.
Diagnosis Banding
1. Proses akibat white coat hypertension.
2. Proses akibat obat.
3. Nyeri akibat tekanan intraserebral.
4. Ensefalitis.
Penatalaksanaan
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup.
Lanjut Usia
Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mh/hari.
Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.
Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator.
Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama kehamilan.
Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal,aterosklerosis pembuluh
darah, retinopati, stroke atau TIA, infark myocard, angina pectoris, serta gagal jantung
Kriteria rujukan
1. Hipertensi dengan komplikasi.
2. Resistensi hipertensi.
3. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).
Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus
diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan pemakaian
jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja
tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari. Penjelasan
penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan
minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada gejala.
Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula
darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi
dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
Sarana Prasarana
Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan urinalisis, glukometer danprofil lipid.
EKG.
Radiologi.
Obat-obat antihipertensi
Gastroenteritis (termasuk disentri, kolera dan giardiasis)
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir,
dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam, dan disertai dengan muntah, demam,
rasa tidak enak di perut dan menurunnya nafsu makan. Apabila diare > 30 hari disebut kronis.
Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh yang belum
optimal. Hal ini biasanya terjadi berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan
yang rendah yang terkait dengan perilaku kesehatan yang kurang. Penyebab gastroenteritis
antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan atau alergi makanan dan psikologis penderita.
Infeksi yang menyebabkan GE akibat Entamoeba histolytica disebut disentri, bila disebabkan
oleh Giardia lamblia disebut giardiasis, sedangkan bila disebabkan oleh Vibrio cholera
disebut kolera.
Faktor Risiko
Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang.
Riwayat intoleransi lactose, riwayat alergi obat.
Infeksi HIV atau infeksi menular seksual.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kondisi pasien yang telah stabil (dipastikan hipovolemik telah teratasi), dapat dilakukan
pemeriksaan:
1. Darah rutin (lekosit) untuk memastikan adanya infeksi.
2. Feses lengkap (termasuk analisa mikrobiologi) untuk menentukan penyebab.
Diagnosis Banding
1. Demam tifoid
2. Kriptosporidia (pada penderita HIV)
3. Kolitis pseudomembran
Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan derajat dehidrasinya, pasien ditangani dengan
langkah sebagai berikut:
a) Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
Pada diare akut awal yang ringan, tersedia cairan oralit yang hipotonik dengan
komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 KCl
setiap liter. Cairan ini diberikan secara oral atau lewat selang nasogastrik.
Cairan lain adalah cairan ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan secara
intravena.
Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih lanjut pada diare akut apabila ditemukan:
1. Diare memburuk atau menetap setelah 7 hari, feses harus dianalisa lebih lanjut.
2. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, disentri, demam ≥ 38.5⁰C, nyeri abdomen
yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun
3. Pasien usia lanjut
4. Muntah yang persisten
5. Perubahan status mental seperti lethargi, apatis, irritable.
6. Terjadinya outbreak pada komunitas
7. Pada pasien yang immunocompromised.
Kriteria Rujukan
1. Tanda dehidrasi berat
2. Terjadi penurunan kesadaran
3. Nyeri perut yang signifikan
4. Pasien tidak dapat minum oralit
5. Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan
Sarana Prasarana
1. Laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin, feses dan WIDAL
2. Obat-obatan
3. Infus set
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan
pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat
datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi dubia ad malam.
Masalah Kesehatan
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian
dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang disebabkan oleh shigellosis
dan amoeba (disentri amoeba).
Faktor Risiko: -
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab.
Diagnosis Banding
1. Infeksi Eschericiae coli
2. Infeksi Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)
3. Infeksi Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)
Komplikasi
1. Haemolytic uremic syndrome (HUS).
2. Hiponatremia berat.
3. Hipoglikemia berat.
4. Susunan saraf pusat sampai terjadi ensefalopati.
5. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps rektal, peritonitis dan perforasi
dan hal ini menimbulkan angka kematian yang tinggi.
6. Komplikasi lain yang dapat timbul adalah bisul dan hemoroid.
Kriteria Rujukan
1. Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan konsultasi ke
2. Pelayanan sekunder (spesialis penyakit dalam).
Sarana Prasarana
a. Pemeriksaan tinja
b. Infus set
c. Cairan infus/oralit
d. Antibiotik
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan
pengobatannya. Pada umumnya prognosis dubia ad bonam.
Masalah Kesehatan
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terjadi dalam waktu kurang dari 3
minggu.
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayidibandingkan pada
orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak makin sering menderita infeksi
saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh
karena sistem imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna. Pada bayi terjadinya
OMA dipermudah oleh karena tuba eustachius pendek, lebar, dan letak agak horizontal.
Faktor Risiko
a. Bayi dan anak
b. Infeksi saluran napas berulang
c. Bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
Pemeriksaan Penunjang : -
Diagnosis Banding
Otitis media serosa akut
Otitis eksterna
Komplikasi
Otitis Media Supuratif Kronik
Abses sub-periosteal
Mastoiditis akut
Kriteria Rujukan
1. Jika indikasi miringotomi.
2. Bila membran tymphani tidak menutup kembali setelah 3 bulan.
Sarana Prasarana
1. Lampu kepala
2. Spekulum telinga
3. Aplikator kapas
4. Otoskop
Prognosis
Prognosis quo ad fungsionam dan sanationam adalah dubia ad bonam jika pengobatan
adekuat. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan.
OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa
bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.