BAB II
KAJIAN TEORI
Bahasa merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam
pengalaman nyata, bahasa itu selalu muncul dalam bentuk tindakan atau tingkah
tutur individual. Karena itu tiap telaah struktur bahasa harus dimulai dari
menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
bermacam arti di berbagai situasi berbeda. Bisa jadi, si penutur hanya menyatakan
fakta keadaan udara saat itu, meminta orang lain membukakan jendela atau
untuk memahami dan menggunakan berbagai jenis tindak tutur, dimana masing-
Austin (dalam Rusminto, 2012: 76) mengemukakan bahwa aktivitas bertutur tidak
hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar
tuturan itu.
Tindak tutur adalah teori yang mencoba mengkaji makna bahasa yang didasarkan
pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penuturnya. Kajian
tersebut didasarkan pada pandangan bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama
komunikasi dan (2) tuturan baru memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak
situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Rustono (1999: 31)
mengemukakan bahwa tindak tutur (speech act) merupakan entitas yang bersifat
sentral dalam pragmatik.Oleh karena sifatnya yang sentral itulah, tindak tutur
Austin (dalam Rusminto, 2012: 77) mengklasifikasikan tindak tutur atas tiga
klasifikasi yaitu (1) tindak lokusi (locutionary act), (2) tindak ilokusi
Tindak lokusi adalah tindak proposisi yang berada pada kategori mengatakan
karena itu, yang diutamakan dalam tindak lokusi adalah isi tuturan yang
Leech (dalam Rusminto, 2012: 77) menyatakan bahwa tindak bahasa ini lebih
kurang dapat disamakan dengan sebuah tuturan kalimat yang mengandung makna
dan acuan.
Contoh: “It is hot here”, makna lokusinya berhubungan dengan suhu udara di
tempat itu. Contoh lain „Saya lapar‟, seseorang mengartikan „Saya‟ sebagai orang
pertama tunggal (si penutur), dan „lapar‟ mengacu pada „perut kosong dan perlu
diisi‟, tanpa bermaksud untuk meminta makanan. Dengan kata lain, tindak tutur
lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau
tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.
Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya untuk melakukan
Contohnya, ” Saya lapar‟. Jika tindak tutur lokusi berkaitan dengan makna, maka
14
tindak ilokusi berkaitan dengan maksud yang dibawakan oleh preposisinya. Jadi,
Tindak perlokusi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan terhadap
mitra tutur, sehingga mitra tutur melakukan tindakan berdasarkan isi tuturan
(Austin dalam Rusminto, 2012: 77-78). Tindakan tersebut seperti janji, tawaran,
Misalnya kata „Saya lapar‟, yang dituturkan oleh si penutur menimbulkan efek
kepada mitra tutur, yaitu dengan reaksi memberikan atau menawarkan makanan
kepada penutur.
Tindak tutur dan peristiwa tutur sangat erat terkait. Keduanya merupakan dua
gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi. Peristiwa tutur
satu situasi dan tempat tertentu. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan
rangkaian dari sejumlah tindak tutur (inggris: speech act) yang terorganisasikan
untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, tindak tutur selalu berada dalam
peristiwa tutur. Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial seperti disebut di
atas, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan
menghadapi situasi tertentu. Jika dalam peristiwa tutur lebih dilihat pada tujuan
15
peristiwanya, tetapi dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan
dalam tuturannya.
satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan
tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu
(Chaer dan Agustina, 2009:47). Oleh karena itu, interaksi yang terjadi antara
seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan
serupa juga dapat ditemukan dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di
Bagaimana dengan percakapan di bus kota atau kereta api yang terjadi antara para
penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan
yang tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti,
tersebut tidak dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur sebab pokok
Bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan
Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan
memiliki suatu tujuan (Tarigan, 2009:33). Oleh karena itu, penutur perlu
menguasai cara bertutur dengan baik agar segala tuturan yang ingin disampaikan
Leech (1983) adalah salah seorang pakar yang memberi teori kesantunan
jabarkan menjadi maksim (ketentuan). Keenam maksim itu adalah maksim (1)
1. Maksim Kearifan
Contoh:
B : “Tidak usah.”
Dalam tuturan di atas, tampak dengan jelas bahwa apa yang dituturkan si A
2. Maksim Kedermawanan
Contoh :
Anak kos A : “ Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak kok,
yang kotor.”
Anak kos B : “Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga, kok!”
Informasi indeksial:
Tuturan ini merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos pada sebuah rumah
kos di kota Yogyakarta. Anak yang satu berhubungan demikian erat dengan anak
yang satunya.
Dari tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa ia
beban bagi dirinya sendiri. Orang yang tidak suka membantu orang lain, apalagi
tidak pernah bekerja bersama dengan orang lain, akan dapat dikatakan tidak sopan
keseharian hidupnya.
3. Maksim Pujian
Contoh :
Dosen A : “Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas
Bussines English.”
Dosen B : “ Oya, tadi aku mendengar Bahasa Inggrismu jelas sekali dari
sini.”
Informasi indeksial:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga seorang dosen dalam
Pada contoh di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai pujian atau
Contoh :
Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang sekretaris kepada sekretaris lain yang masih junior
Dari tuturan sekretaris B di atas, dapat terlihat bahwa ia bersikap rendah hati
19
dan mengurangi pujian untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, tuturan tersebut
terasa santun.
1. Maksim Kesepakatan
a. Usahakan agar ketaksepakatan antara diri sendiri dengan orang lain terjadi
sesedikit mungkin.
b. Usahakan agar kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain terjadi
sebanyak mungkin.
Contoh :
Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang mahasiswa kepada temannya yang juga mahasiswa pada
Tuturan di atas terasa santun karena Yuyun mampu membina kecocokan dengan
santun.
2. Maksim Simpati
orang lain.
20
Contoh :
Informasi Indeksial:
Dituturkan oleh seorang karyawan kepada karyawan lain yang sudah berhubungan
Dari tuturan di atas, terlihat Tuti menunjukkan rasa simpatinya kepada Ani.
Orang yang mampu memaksimalkan rasa simpatinya kepada orang lain akan
sebagai berikut.
a. Skala kerugian dan keuntungan (cost benefit scale), merujuk kepada besar
atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan
itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu.
sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.
Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan
hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah
22
digunakan itu.
dengan kisaran dari tuturan yang sangat keras atau kasar hingga ke tuturan yang
paling halus atau santun (Rahardi, 2005: 79). Dengan demikian, jika kita ingin
imperatif dalam bahasa indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut : (1) panjang-
pendek tuturan, (2) urutan tuturan, (3) intonasi tuturan dan syarat-syarat kinesik,
suatu tuturan menjadi penentu tuturan tersebut mempunyai makna santun dan
penutur dapat diidentifikasi dengan sangat jelas. Secara umum, dapat dikatakan
bahwa semakin panjang suatu tuturan yang digunakan akan semakin santunlah
tuturan itu. Selain itu, pada masyarakat bahasa Indonesia basa basi sangat penting
Berikut ini disajikan contoh-contoh dari tuturan yang pendek ke tuturan yang
panjang.
Informasi indeksial:
Dituturkan oleh seorang moderator kepada penyaji materi dalam kegiatan diskusi
di kelas.
24
Tuturan di atas jika dilihat dari panjang pendeknya tuturan, tuturan pertama
tuturan tersebut dapat dilihat bahwa tuturan yang paling panjang memiliki
(1) Ruangan ini akan digunakan rapat, bersihkan meja ini! Cepat!
(2) Cepat! Bersihkan meja ini! Ruangan ini akan digunakan rapat.
Tuturan pertama yang memerhatikan tata letak dan urutan terlihat lebih santun.
Kesantunan Linguistik
rendah suara, panjang-pendek suara, keras-lemah suara, jeda, irama, dan timbre
dimunculkan lewat bagian-bagian tubuh penutur seperti : (1) ekspresi wajah, (2)
25
sikap tubuh, (3) gerakan jari-jemari, (4) gerakan tangan, (5) ayunan tangan, (6)
Kesantunan Linguistik
Makna pragmatik bahasa Indonesia dapat dituturkan dengan cara yang berbeda-
Contoh :
Informasi indeksial :
Tuturan itu disampaikan oleh seorang dosen bahasa Inggris kepada para
sangat tinggi. Karena tuturan itu memiliki ciri ketidaklangsungan sangat tinggi,
Ibu : “Ayah, nanti sore ibu tidak ada pengajian. Kata Pak Kades akan ada
Informasi indeksial :
Dituturkan seorang istri pada suaminya agar sang suami bersedia menemani
terlalu kentara memohon, akan menjadi tidak kentara dan dapat dipandang lebih
sertifikasi.”
deklaratif. Dengan cara yang demikian, makna pragmatik imperatif persilaan itu
141).
29
sebuah perusahaan.
Contoh :
Informasi: :
Maksud imperatif ajakan akan terasa lebih santun jika diungkapkan dengan
(1) Anak : “ Aduh Pak, perutku sakit. Masih lama tidak ya?”
Informasi indeksial :
Tuturan ini disampaikan seorang anak yang perutnya sakit karena lapar kepada
imperatif permohonan.
Pasien : “Dokter, apakah saya akan diberi obat antibiotik lagi?Tahun lalu saya
Informasi indeksial :
formal dengan penuh basa basi. Situasi yang dapat ditemukan misalnya dalam
Misalnya :
sekarang?”
Informasi indeksial :
Misalnya :
Informasi indeksial :
2.5.4 Konteks
Bahasa dan konteks merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.
sebaliknya konteks baru memiliki fungsi dalam situasi interaksi yang diciptakan,
tetapi fungsi bahasa juga membentuk dan menciptakan situasi tertentu dalam
Dengan cara yang lebih konkret, Syafi‟ie (dalam Rusminto, 2012: 55)
suatu komunikasi.
4. Konteks sosial yakni relasi sosial dan latar yang melengkapi hubungan
Dell Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 48-49) mengatakan bahwa suatu
a. Setting and Scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan scene mengacu para situasi tempat dan waktu atau
Berada di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola
pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima
pembicara dan jamaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status
sosial partisipan sangat menentukan ragam atau gaya bahasa yang digunakan.
ketika berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan ketika
c. Ends merujuk pada maksud dan tujuan yang diharapkan dari pertuturan.
34
d. Act Sequences mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran itu
e. Key mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan
sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan
mengacu pada kode ujaran yang digunakan seperti bahasa, dialek, fragam,
dan register.
yang dipakai pada suatu peristiwa tutur, juga mengacu pada norma penafsiran
h. Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah,
2.6 Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin, yakni discutere yang berarti membeberkan
2008 : 108). Sejalan dengan pendapat di atas, Parera (1988: 183) mengemukakan
bahwa diskusi merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah.
35
Diskusi adalah salah satu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi
Arsjad dan Mukti (1988 40) mengemukakan keunggulan diskusi antara lain
sebagai berikut.
3. Umpan balik dapat diterima secara langsung, sehingga hal ini dapat
4 Peserta yang pasif dapat dirangsang supaya aktif berbicara oleh moderator
dan komunikasi
partisipasi.
Parera (1988: 184) menyatakan diskusi memiliki beberapa unsur sebagai berikut.
pendengar/peserta diskusi.
Diskusi adalah kegiatan berbicara dan mengeluarkan pendapat, maka jelaslah ada
tuntutan kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki yaitu sebagai berikut.
menyangkut tata krama berdiskusi, dan lazimnya disebut santun diskusi. Ada
1) Seorang moderator tidak boleh memihak, dan harus bertindak adil pada
setiap peserta.
topik yang didiskusikan dan tidak melenceng dari tema atau tujuan diskusi.
tidak boleh menolak secara kasar. Jika keberatan pada pendapat peserta lain,
disampaikan dengan kata-kata yang halus, sopan, dan tidak menyakiti hati,
Kegiatan diskusi akan berjalan baik dan lancar jika peserta diskusi mengetahui
tata cara diskusi dan tugas-tugasnya sebagai peserta. Tarigan (2009: 46)
sedang berlangsung.
Di samping ada sikap-sikap untuk menyukseskan diskusi, tentu saja ada sikap-