Afridayani Sitanggang
Anugrah Zega
Debora R. Manurung
Bangkit Sihite
Cheessy Mvo Tambun
Eva Safitri Manullang
JURUSAN FISIKA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada tuhan yesus, atas berkat dan
anugerah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
“ ALLAH TRITUNGGAL”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah pendidikan agam kristen protestan dan mengajak orang kristen yang belum mengenal
kasih allah dan taat kepada firmannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak pdt. Boimin s.th., m.a., m.th
selaku dosen mata kuliah pendidikan agama kristen protestan yang telah membibing
penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta rekan-rekan yang turut serta
membantu dan bekerja sama dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis makalah ini masih terbatas dan
jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan
waktu yang dimiliki. Namun demikian penulis telah berusaha dan bekerja keras
supaya makalah ini bermanfaat bagi penulis, dan bagi pembaca sekalian untuk
menjadi orang kristen yang mengerti ajaran allah dalam alkitab.
Penulis
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ................................................................................1
A. Kesimpulan ...................................................................................10
B. Saran ............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tritunggal ?
2. Bagaimana sejarah penggunaan tritunggal ?
3. Bagaimana ajaran trinitas yang benar ?
4. Apa saja pribadi Allah ?
5. Apa saja ajaran trinitas yang keliru ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
triados dan Tertulianus dari Gereja Barat dengan istilah bahasa Latin trinitas. Ini
dilakukan dalam usaha untuk menjelaskan tentang fakta yang terdapat dalam Alkitab
mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut
Anak dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal. Dan juga untuk
menerangkan hubungan Firman Allah dan Roh Allah itu dengan Allah yang Esa itu
sendiri.
Bapa Gereja Tertullianus (220 AD), ia adalah yang mula pertama mencetuskan
ide, gagasan dan dengan tepat mendasarkan doktrin Trinitas dari ayat Matius 28:19.
Dia menjabarkannya dalam suatu doktrin yang berbunyi: ‘una substantia tres
personae‘, “satu substansi/hakekat tiga pribadi”.
Matius 28:19 berbunyi: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Mengapa Tertullianus memberikan pengajaran tentang trinitas/tritunggal? Hal itu tidak lain
sebagai upaya apologetika (pembelaan iman) yang dilakukannya terhadap banyaknya ajaran-
ajaran yang menyimpang di dalam kekristenan berkaitan dengan hakikat Allah. Ajaran-ajaran
tersebut telah membuat kebingungan di kalangan umat Tuhan (sejak abad 2-3 M), sehingga
Tertullianus berinisiatif untuk menggali kebenaran firman Tuhan yang tertulis dalam Matius
28:19. Mengapa ayat tersebut yang menjadi fokus? Karena dalam ayat itulah, Tuhan Yesus
mengajarkan gereja tentang tritunggal Allah (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
Yakub B. Susabda dalam buku Bergaul dan Mengenal Allah menyebutkan tiga
alasan mengapa pengenalan akan Allah Trinitas ini penting, yaitu:
Pertama, Allah orang Kristen adalah Allah yang hanya mau dikenal dan disembah
sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa, tetapi mengenak keesaanNya
saja tidaklah menyelamatkan. Seluruh rencana keselamatan Allah hanya daat
dipahami dan diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan
diriNya yang progresif, rencana dan cara kerjaNya. Allah ingin kita mempercayai dan
mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan dan
mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan yang diperkenanNya, tetapi ia
menginginkan kita mengenalNya sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh
Kudus dengan keunikanNya masing-masing. Alkitab menegaskan bahwa bahwa Allah
tidak mungkin dapat dikenali diluar dari apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius
16:17; Bandingkan Yohanes 14:6; 15:16).
Kedua, iman kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman Kristen yang
membedakannya dari iman semua agama-agama lain. Tanpa pengenalan akan
Ketrinitasan Allah, perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain
akan menjadi kabur. Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat kesatuan
serta toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas ini
hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan agama-agama lainnya.
Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada Allah Trinitas tidak ada
3
keselamatan (1 Yohanes 4:2-3). Ketiga, pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah
pengenalan rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran
manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak
dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita
menerimanya.
Gereja di dalam sejarahnya telah menentang ajaran-ajaran yang salah dari para penentang
Trinitas. Pada berbagai abad yang telah dilewati beberapa orang telah membentuk konsep-
konsep yang salah dan tidak Alkitabiah tentang Trinitas. Pandangan-pandangan keliru
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam lima pandangan utama, yaitu:
1. Triteisme.
Pandangan ini menolak keesaan Allah dan percaya pada tiga Allah. Dalam sejarah
gereja mula-mula, John Ascunages dan John Philoponus mengajarkan bahwa ata tiga Allah
dan ketiganya berhubungan dalam asosiasi yang bebas. Kesalahan dari pengajaran ini karena
meninggalkan kesatuan di antara trinitas sebagai akibatnya mereka mengajarkan tiga Allah
bukan tiga pribadi diantara para Allah. Pandangan ini sama dengan Hinduisme yang memiliki
dewa tiga serangkai yaitu: Brahma, Wusnu dan Syiwa, tetapi pandangan ini sama sekali
berbeda dari pandangan Kristen Alkitabiah tentang Trinitas. Trinitas Kristen bukan bahwa
Allah itu tiga dalam pengertian yang sama dengan pengertian keesaanNya. Allah bukanlah
tiga pribadi dan pada pengertian yang sama adalah satu pribadi; juga Allah bukanlah tiga
Allah dan satu Allah pada pengertian yang sama. Ajaran Trinitas Kristen mengajarkan bahwa
hanya ada satu Allah yang berdistingsi dalam tiga pribadi; Ia adalah tiga pribadi dalam satu
Allah.
2. Monarkianisme.
4
3. Sabellianisme.
Sabellius dari Ptolemais (200 AD) menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus
adalah tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu Allah. Menurut Pandangan ini,
Trinitas bukan berkaitan dengan natur Allah, tetapi hanya cara Allah dalam menyatakan
diriNya. Pandangan ini mengajarkan bahwa sebagai Bapa, Allah adalah Pencipta dan
Pemberi Hukum; sebagai Anak, Allah adalah Penyelamat; sebagai Roh Kudus, Allah
melahirkan kembali dan menguduskan. Atau dengan cara lainnya, Sebellianisme
mengajarkan bahwa Allah dikenal sebagai Bapa dalam Perjanjian Lama, sebagai Anak dalam
kitab-kitab Injil; dan sebagai Roh Kudus untuk zaman ini. Sabellianisme dalam setiap kasus,
percaya pada satu Pribadi saja yang mewujudkan diri dengan tiga cara. Pandangan ini juga
dikenal sebagai trinitas ekonomi, yaitu: satu Allah yang mewujudkan diriNya dalam jabatan-
jabatan berbeda pada ekonomi (administrasi/dispensasi) yang berbeda. Di Gereja Timur,
Sabellianisme juga dikenal sebagai Monarkianisme yang modalistik. Sabellius ini diikuti oleh
Abelard (1079-1142 AD) yang menyatakan bahwa nama Bapa untuk menyatakan kuasa;
Putra untuk menyatakan hikmat; Roh Kudus untuk menyatakan kebaikan.
4. Arianisme.
Arius, seorang Penetua yang anti trinitarian dari Alexadria mengajarkan Allah yang
kekal yang esa dari Anak yang diperanakkan oleh Bapa, dan karena itu, Anak memiliki
permulaan (diciptakan). Jadi Arius mengsubordinasikan Anak pada Bapa. Ia juga
mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah yang pertama diciptakan oleh Anak, karena segala
sesuatu dijadikan oleh Anak. Arius beranggapan bahwa Allah Bapa adalh satu-satunya yang
sama sekali tidak mempunyai permulaan. Bapa menciptakan Anak dan Roh Kudus dari
ketiadaan sebagai tindakan penciptaan wal. Anak disebut Allah karena Ia datang langsung
dari Allah dan sudah diberi kusa untuk menciptakan. Arius dan ajarannya dinyatakan sesat
pada konsili Nicea tahun 325 AD.
5. Socinianisme.
Socinus, pada abad keenam belas mengajarkan pandangan yang mirip dengan
Arianisme. Socinianisme mengajarkan bahwa adalah keliru untuk mempercayai Pribadi-
Pribadi dari Trinitas memiliki satu hakikat yang esa. Paham ini mengajarkan bahwa hanya
ada satu zat ilahi yang terdiri hanya satu Pribadi. Walau mengikuti Arius, tetapi Socinus
melampaui Arianisme dalam penyangkalannya tentang pra eksistensi Anak dan menganggap
Anak hanya seorang manusia. Socinus mendefinisikan Roh Kudus sebagai kebajikan atau
tenaga (energi) yang mengalir (keluarg) dari Allah kepada Manusia. Charles C. Ryrie,
menyatakan “Pandangan Socianisme ini mempengaruhi Unitarianisme Inggris dan Deisme
Inggris. Kebanyakan penganut Unitarianisme bukan penganut Deisme, tetapi semua penganut
Deisme mempunyai konsep Unitarian tentang Allah. Garis bidat adalah Arianisme ke
Socianisme ke Unitarianisme ke Deisme. Unitarianisme Amerika adalah turunan langsung
dari Unitarianisme Inggris” (Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 78).
5
Pandangan modern yang keliru tentang Trinitas bervariasi. Tetapi tidak ada hal
yang baru lagi. Semua kesalahan yang dilakukan oleh teolog-teolog modern sudah
pernah terjadi sebelumnya.
Secara ringkas kita menggambarkan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi
dan tiga dalam substansi”. Formula ini memang merupakan misteri dan paradoks
tetapi tidak kontradiksi. Suatu kontradiksi akan muncul jika kita mengatakan bahwa
“Allah adalah satu dalam esensi dan tiga dalam esensi; atau Allah adalah tiga
substansi dan satu subtansi pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama”.
Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensiNya atau keberadaanNya, sedangkan
keragamannya diskspresikan dalam tiga substansi atau pribadi. Berikut ini merupakan
ringkasan ajaran tentang Trinitas.
Pertama,
Allah adalah satu dalam esensi. Esensial kesatuan dari Allah didasarkan pada Ulangan
6:4, “dengarlah, hai orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” Kata “esa” adalah
kata Ibrani “echad” yang berarti “gabungan kesatuan; satu kesatuan”. Pernyataan ini
menekankan bukan hanya keunikan dari Allah tetapi juga kesatuan dari Allah (Bandingkan
Yakobus 2:19). Ini berarti bahwa ketiga Pribadi secara esensi tidak terbagi. Kesatuan dari
esensi ini juga menekankan bahwa ketiga Pribadi dari Trinitas tidak berarti bertindak secara
mandiri dan terpisah. Pernyataan ini penting dalam menangkal ajaran sesat Arianisme dan
Socianisme yang menolak kesatuan esensi Anak dan Roh Kudus dengan Bapa.
Kedua,
Allah adalah tiga dalam dalam pribadi. Walau istilah “Pribadi” cenderung
menimbulkan pemahaman keliru tentang kesatuan dalam Trinitas, tetapi kata ini terus
dipertahankan karena tidak ada kata lain yang lebih mendekati kebenaran yang disingkapkan
Alkitab tentang Allah Trinitas ini. Istilah “Pribadi” banyak menolong dalam menjelaskan
Trinitas, karena kata itu menekankan bukan hanya suatu manifestasi tetapi juga pribadi
sebagai persona (individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah tiga dalam kaitan
dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona dalam Keallahan; (2)
setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah; dan (3) setiap Pribadi memiliki
kepenihan Allah. Jadi, Dalam Allah tidak ada tiga pribadi bersama dan terpisah satu sama
lain, tetapi hanya perbedaan pribadi diantara esensi Ilahi. Pernyataan tersebut merupkan suatu
perbedaan yang penting dari Modalisme atau Sabellianisme, yang mengajarkan bahwa satu
Allah hanya memanifestasikan diriNya dalam tiga cara yang berbeda.
6
Ketiga,
Ketiga Pribadi memiliki relasi yang berbeda. Diantara Trinitas ada suatu relasi yang
diekspresikan dalam arti subsistensi. Bapak tidak dilahirkan dan tidak berasal dari Pribadi
manapun; Anak secara kekal berasal dari Bapa (Yohanes 1:18; 3:16,18; 1 Yohanes 4:9).
Istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan relasi diatara Trinitas adalah “generatio”
dan “prosesi”. Istilah “generation” digunakan untuk menjelaskan bahwa dalam relasi Trinitas
Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus secara kekal berasal dari Bapa dan Anak
(Yohanes 14:26; 16:7). Istilah “prosesi” digunakan untuk menjelaskan relasi Trinitarian Bapa
dan Anak mengutus Roh Kudus. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa istilah-istilah ini
digunakan untuk menjelaskan relasi di antara Trinitas dan tidak untuk menunjukkan bahwa
salah satu pribadi lebih rendah dari pribadi-pribadi lainnya.
Keempat,
7
• Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di
dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai
sejahtera menyertai kamu (1 Tesalonika 1:1).
• Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang
dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan
darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu (1
Petrus 1:2).
• Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah
Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan:
“Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (2 Petrus 1:17; bandingkan Matius 3:16-17).
B. Allah Putra
Allah Anak merupakan pribadi kedua dalam Tritunggal. Ia adalah firman (logos) Allah
yang menjadi manusia dan memakai nama Yesus (Ibrani: Yehoshua; Yunani: Iesous;
Inggris: esus) Yohanes 1:1-14. Kasih-Nya yang besar akan dunia ini membuat-Nya
rela datang ke dalam dunia, melakukan karya penyelamatan, merendahkan diri
sampai mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, naik ke
sorga dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Ia
adalah teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang percaya. Firman Allah
telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu
salib. Yesus memberikan hidup-Nya agar semua yang percaya kepada-Nya bisa
menjadi anak Allah (Yohanes 1:12). Tanpa syarat dan aturan yang susah, cukup
dengan percaya akan berita Injil dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat
pribadi (Roma 10:9-10).
Anak adalah Allah:
• Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:1, 14).
• Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-
Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus
dipuji sampai selama-lamanya. Amin! (Roma 9:5).
• Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran (Ibrani 1:8).
• Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kolose
2:9).
• Pengakuan Tomas, “Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes
20:28). Anak (Kepribadian Anak) tidaklah lebih tinggi/rendah daripada Bapa dan Roh
Kudus.
C. Allah Roh Kudus
Roh Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang
tidak terlihat, namun berdiam di dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa
Yesus Kristus adalah Tuhan dan hidup di dalam-Nya (1 Korintus 3:16). Roh Kudus
bukanlah tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari
8
seluruh alam jagad kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama
baru. Roh Kudus tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu
maha kuasa, tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi Roh
Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan demikian Roh Kudus adalah
Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Allah.
Kepribadian Roh Kudus tidak pernah lebih rendah daripada Bapa maupun Anak.
Roh Kudus adalah Allah:
• Berdusta kepada Roh Kudus = berdusta kepada Allah (KPR 5:3-4; bandingkan dgn 1
Kor 6:19-20).
• Roh Kudus digambarkan sebagai memiliki sifat dan melakukan pekerjaan Allah
(Yohanes 16:8-11).
• Roh Kudus dinyatakan sederajat dengan Allah (Matius 28:19; 2 Korintus 13:13; 1
Petrus 1:2).
• Roh Kudus disebut juga sebagai Roh Allah, Roh Kristus (Roma 8:9).
• Roh Kudus terlibat di dalam penciptaan alam semesta (Kej 1:2).
• Buku Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia menjelaskan bahwa Allah itu Esa
adanya, dan Allah yang Esa itu menyatakan dirinya kepada manusia sebagai Bapa,
Anak dan Roh. Ada tiga pribadi, ketiganya adalah Allah yang satu/esa
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penguraian mengenai kemahakuasaan Allah dalam eksistensinya sebagai
Allah Tritnggal yang tertulis dalam makalah ini, saya menyimpulkan bahwa Trinitas
adalah inti kepercayaan orang Kristen. Tanpa adanya Trinitas, manusia tidak akan
mengenal keselamatan dengan baik karena Allah itu Roh oleh sebab itu Ia harus
menjelma menjadi manusia agar manusia dapat Dia sebagai satu-satunya jalan
keselamatan. Adanya Tritunggal karena kepentingan Allah dengan manusia dan
kepentingan manusia dengan Allah. Allah berkepentingan untuk mencari manusia
agar diselamatkan, sedangkan manusia memiliki kepentingan dengan Allah karena
manusia membutuhkan keselamatan dari Allah. Manusia yang terbatas tidak akan
mungkin mengerti tentang kemahakuasaan Allah didalam eksistensinya sebagai Allah
Tritunggal dengan sepenuh-penuhnya oleh sebab itu doktrin Trinitas harus diterima
dengan iman. Kita hanya akan memiliki pengertian yang benar mengenai Trinitas
apabila kita telah mengalami perjumpaan dengan Kristus secara pribadi karena logika
manusia tidak akan mampu untuk mendefinisikan Allah yang maha kuasa jadi,
kesimpulan akhir yang dapat kita katakan mengenai Trinitas ialah bahwa Trinitas itu
ada bukan untuk diperdebatkan melainkan untuk dipercayai.
Demikianlah yang dapat saya jelaskan mengenai kemahakuasaan Allah yang esa didalam
eksistensinya sebagai Allah Tritunggal, berdasarkan ayat alkitab dan beberapa buku
refenrensi lainnya semoga bermanfaat Tuhan Yesus memberkati.
B. Saran
Tritunggal sesungguhnya ialah sebuah misteri Allah, sebab pengenalan akan Allah
Tritunggal bukanlah pengenalan rasional melainkan pengenalan iman yang lahir dari
pengalaman tak terhindarkan dengan kebenaran-kebenaran Alkitab. Namun ini tidak berarti
bahwa manusia tidak bisa mengenal Allah, sebab Ia telah menyatakan diriNya kepada
manusia melalui Alkitab
10
DAFTAR PUSTAKA
Ambrie, Hambran. Gema Nehemia: Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal Yang Esa
Jakarta: Christian Centre Nehemia, 1990.
Berkhof, Louis dan Enklaar, 1994, Sejarah Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Tong, Sthephen, 1993, Allah Tritunggal, Lembaga Reformed Injili Indonesia,
Jakarta
11