Anda di halaman 1dari 8

1

ANALISA NUMERIK RAFT PILE SEBAGAI PONDASI ABUTMEN JEMBATAN PADA DEPOSIT TANAH
LUNAK DALAM (STUDI KASUS JEMBATAN MAMUJU-KALUKU)
Lawalenna Samang1 , Ardy Arsyad1 , A. M. Ilhamsyah2

PENDAHULUAN masalah yang disebabkan oleh daya dukung rendah dan


Perkembangan jembatan sudah dimulai penurunan yang besar. Namun, ini mengakibatkan
bersamaan dengan perkembangan umat manusia yang biaya yang besar karena banyak tanah yang keras di
selalu berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan dan Indonesia ditemukan di kedalaman 40 m atau lebih.
berkomunikasi dengan sesama. Jembatan pada awalnya Selama ini solusi yang ada menggunakan pondasi tiang
dibuat dengan menggunakan kayu, kemudian diberikan pancang mengambang.
tali yang membawa manusia pindah dari satu tempat ke Banyak daerah di Indonesia, misalnya di
tempat lainnya, jembatan hanya mampu membawa Provinsi Sulawesi Barat yang memiliki lapisan tanah
manusia dan barang yang relatif ringan saja. Namun, lunak dengan kedalaman tanah keras jauh dari
karena keterbatasan ini manusia kemudian permukaan tanah. Tanah keras di daerah tersebut baru
mengembangkan jembatan yang membawa lebih ditemui pada kedalaman sekitar 40-50 m dari
banyak lagi, hingga kini jembatan yang digunakan permukaan tanah. Kondisi seperti ini menyebabkan
adalah sudah memakai struktur baja dan beton. Dengan pilihan penggunaan tiang pancang bearing end tidak
kata lain bahwa kemajuan umat manusia sudah ekonomis karena akan menghabiskan biaya yang
berkaitan erat dengan kemajuan perkembangan sangat besar untuk pengadaan tiangnya. Sebagai
jembatan. Jembatan dalam hal ini sebagai aspek yang alternatif lainnya dibutuhkan jenis pondasi lain salah
berkaitan dengan transportasi merupakan hal yang satunya yaitu pondasi rakit bertiang (pile raft). Pondasi
sangat penting dari banyak kegiatan. rakit bertiang (pile raft) adalah pondasi yang
Jembatan adalah suatu konstruksi yang menggabungkan 2 macam bentuk pondasi yaitu
berfungsi untuk melewatkan lalu lintas yang terputus pondasi rakit (raft foundation) dan pondasi tiang
pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa: pancang dalam hal ini friction pile. Pondasi rakit ini
sungai ,lintasan air, lembah, jalan ,jalan kereta api yang memiliki 3 elemen penahan yaitu : Raft, tanah, dan
menyilang dibawahnya. Jembatan memiliki dua friction pile sehingga lebih ekonomis dari pondasi
struktur yaitu struktur atas ( Super Structures) yaitu konvensional (bearing end) serta mengalami sedikit
Trotoar, slab kendaraan, gelagar , balok diafragma, penurunan.
Ikatan Pemaku dan Tumpuan serta struktur bawah (Sub .
Structures) terdiri dari abutment, oprit dan pilar
jembatan (Pier). Bangunan bawah pada umumnya TINJAUAN PUSTAKA
terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya Tanah lunak merupakan tanah yang banyak
untuk menerima beban-beban yang diberikan bengunan memberikan masalah bagi struktur yang berada di
atas dan kemudian menyalurkan kepondasi, beban atasnya baik gedung maupun konstruksi perkerasan
tersebut selanjutnya disalurkan ke tanah oleh pondasi. jalan. Tanah lunak ini dibagi dalam dua tipe yaitu pasir
Untuk Menghubungkan antara jalan dan jembatan lepas ,lempung lunak, dan gambut. Tanah lunak
dibutuhkan struktur bawah yaitu abutment. Abutment memiliki sifat berupa daya dukung relatif rendah, nilai
adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kuat geser undrainedrendah, permeabilitas rendah, sifat
kedua ujung pilar – pilar jembatan, berfungsi sebagai kembang susut yang besar, dan pemampatan relatif
pemikul seluruh beban hidup dan mati pada jembatan. besar yang berlangsung relatif lama. Sehingga apabila
Tanah lunak merupakan jenis tanah yang keberadaan tanah lunak ini tidak dikenali dan
mendominasi sebagian besar wilayah di Indonesia. diselidikisecara berhati-hati dapat menyebabkan
Jenis tanah ini memiliki perilaku yang khas sehingga masalahketidakstabilan dan penurunan jangka panjang
sebagian besar konstruksi yang berdiri pada tanah ini yang dapat merusak struktur bangunan yang berada di
akan menemui beberapa kendala seperti penurunan atasnya.
tanah yang tinggi besar dan laju konsolidasi yang
tinggi. Banyak bangunan di Indonesia yang dibangun Analisis Penurunan Tanah ( Settlement )
di atas tanah lunak menggunakan pancang ke tanah Penurunan (settlement) struktur yang terletak
keras (bearing end) sebagai landasan untuk mengatasi pada tanahberbutir halus yang jenuh dapat dibagi

1
Dosen,Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
2
Mahasiswa,Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar90245, INDONESIA
2

menjadi 3 komponen, yaitu:penurunan-segera - Keadaan tanah dimana bangunan tersebut


(immediate settlement), penurunan konsolidasiprimer, akan didirikan.
dan penurunan konsolidasi sekunder. Penurunan total - Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan
adalahjumlah dari ketiga komponen penurunan atas.
tersebut, atau bila dinyatakandalam persamaan,
Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam
S = Si + Sc + Ss (1) tanah, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal
dengan, digunakan bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan
S = penurunan total berada di posisi yang dangkal dari atas permukaan
Si = penurunan segera bumi. Bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan
Sc= penurunan konsolidasi primer berada pada posisi yang dalam maka digunakan
Ss= penurunan konsolidasi sekunder. pondasi dalam atau pondasi tiang. Dari beberapa
macam tipe pondasi yang dapat dipergunakan salah
Analisis dan Pemodelan PenurunanTanah dengan satu diantaranya adalah pondasi tiang pancang.
Metode Elemen Hingga(FEM) PLAXIS Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu
Analisis penurunan tanah dapat dilakukan dengan bangunan apabila tanah dasar dibawah bangunan
Metode Elemen Hingga (FEM). Metode elemen hingga tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing
yang digunakan pada analisis dengan FEM adalah cara capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan
pendekatan solusi analisis struktur secara numerik dan bebannya, atau apabila tanah keras yang
dimana struktur kontinum dengan derajat kebebasan mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul
tak hingga disederhanakan ke dalam elemen-elemen berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam.
kecil diskrit yang memiliki geometri yang lebih Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk
sederhana dengan derajat kebebasan berhingga. memindahkan atau mentransferkan beban-beban dari
Elemen-elemen diferensial ini memiliki asumsi fungsi konstruksi diatasnya (Super Structure) kelapisan tanah
perpindahan yang dikontrol pada tiap nodal. Pada yang lebih dalam.
nodal tersebut diberlakukan syarat keseimbangan dan Kebanyakan tiang pancang dipancangkan ke
kompatibilitas. Pada titik lain,diasumsikan perpindahan dalam tanah, akan tetapi ada beberapa tipe yang dicor
dipengaruhi oleh nilai nodal. Perpindahan diperoleh setempat dengan dibuatkan lubang terlebih dahulu
dengan menerapkan prinsip energi yang disusun dari dengan mengebor tanah, sebagaimana kalau mengebor
matriks kekakuan untuk tiap elemen dan kemudian untuk penyelidikan tanah.
diturunkan persamaan keseimbangannya untuk setiap Pada umumnya tiang pancang dipancangkan
nodal dari elemen diskrit sesuai dengan kontribusi tegak lurus ke dalam tanah, tetapi apabila diperlukan
elemennya. untuk menahan gaya-gaya horizontal maka tiang
PLAXIS adalah program komputer berdasarkan pancang akan dipancangkan miring (Batter Pile).
metode elemen hingga dua dimensi yang digunakan Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh
secara khusus untuk melakukan analisis deformasi dan tiang pancang tergantung daripada alat tiang pancang
stabilitas untuk berbagai aplikasi dalama bidang yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
geoteknik. Program ini menerapakan metode perencanaannya.
antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga
pengguna dapat dengan cepat membuat model Menurut cara pemindahan beban tiang pancang dibagi
geometri dan jaring elemen berdasarkan penampang 2 yakni:
melintang dari kondisi yang ingin dianalisis. Point Bearing Pile (End Bearing Pile)
Tiang pancang dengan tahanan ujung, tiang ini
Metode Perencanaan pondasi tiang pancang meneruskan beban melalui tahanan ujung ke lapisan
Dalam perencanaan pondasi untuk suatu tanah keras.
konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe Friction Pile
pondasi. Friction Pile pada tanah dengan butir-butir tanah kasar
Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas: (Coarce Grained) dan sangat mudah dilalui air, tiang
- Fungsi bagunan atas (Super Structure) yang ini meneruskan beban ke tanah melalui geseran kulit
akan dpikul oleh pondasi tersebut. (Skin Friction). Pada proses pemancangan tiang-tiang
- Besarnya beban dan beratnya bangunan atas. ini dalam suatu grup (kelompok) tiang yang dimana
satu dengan lainnya saling berdekatan akan

[Type text] [Type text] [Type text]


3

menyebabkan berkurangnya pori-pori tanah dan bangunan sangat berat atau tegangan ijin tanah yang
memadatkan tanah diantara tiang-tiang tersebut dan kecil. Pada desain pondasi untuk bangunan besar di
tanah disekeliling kelompok tiang tersebut disebut tanah compressible yang dalam, bisa ditemui bahwa
“Compaction Pile”. .Begitu pula sebaliknya Friction pondasi raft akan memberikan faktor keamanan yang
Pile pada tanah dengan butir-butir sangat halus (very memadai dalam menghadapi masalah kegagalan
fine grained) dan sangat susah dilalui air, tiang ini juga bearing-capacity ultimate, namun pemampatan yang
meneruskan beban ke tanah melalui geseran kulit (Skin terjadi akan berlebihan. Ketika tanah bagian atas
Friction). Akan tetapi kelompok tiang tersebut tidak menunjukkan nilai compressibility yang sangat tinggi
memadat, maka tiang pancang tersebut dikategorikan dan shear strength yang rendah, maka permukaan
“Floating Pile” pondasi raft akan mengalami penurunan yang besar,
bahkan lebih besar dari penurunan yang diijinkan
Pondasi tiang pancang dengan menggunakan Raft untuk pondasi itu. Untuk menanggulangi permasalahan
Pile itu perlu kiranya ditambah beberapa friction pile pada
Sebagian besar bangunan sipil didukung oleh pondasi raft tersebut.
tanah. Bangunan sipil terbagi atas dua bagian yaitu:
bangunan di atas tanah (upper structure) dan bangunan
di bawah tanah (sub structure) yang mengantarai
bangunan atas dan tanah pendukung, (Wesley, 1977).
Apabila tanah pendukung yang dijumpai adalah tanah
bermasalah, misalnya tanah lunak, maka pemilihan
jenis pondasi akan lebih sulit. Permasalahan utama bila
suatu bangunan di atas tanah lunak adalah daya dukung
dan penurunan, (Bowles, 1979). Pondasi rakit adalah
plat beton besar yang digunakan untuk mengantarai
permukaan (interface) dari satu atau lebih kolom di Gambar 1. Prinsip kerja dari pile raft
dalam beberapa garis atau jalur dengan tanah. Pondasi (Mossallamy 2008)
rakit adalah salah satu jenis dari pondasi dangkal. Friction pile digunakan untuk membantu
Pondasi rakit biasa digunakan apabila penurunan meningkatkan angka kepadatan tanah untuk membantu
merupakan suatu masalah misalnya pada tanah lunak. kerja pondasi raft dan mengurangi differential dan total
Penurunan ini akan dikontrol dengan cara efek apung settlement. Friction pile terbukti efisien ketika shear
yaitu berat bangunan diatur supaya kurang lebih sama strength meningkat seiring dengan kedalaman dan
dengan berat tanah yang digali, (Bowles, 1979). berkurangnya compressibility tanah. Friction pile ini
menghasilkan 2 aksi penting dalam soil mass :
Pondasi rakit bertiang (pile raft) ini pertama, friction piles berguna untuk membatasi
merupakan solusi ekonomi yang praktis untuk perubahan bentuk dari tanah, mengurangi
bangunan karena baik bearing capacity dari raft dan compressibility dan kedua, friction pile meneruskan
bearing capacity dari tiang pancang, keduanya sama- tegangan ke lapisan tanah yang lebih dalam dengan
sama bekerja (lihat Gambar 2.5). Pondasi pile raft compressibility yang lebih kecil. Kedua aksi ini
berperan sebagai konstruksi gabungan yang terdiri dari diartikan bahwa friction pile mengurangi penurunan
3 element penahan yaitu friction pile, raft, dan tanah. walaupun ketika pondasi menerima beban yang tinggi
Jika dibandingkan dengan pondasi konvensional (tiang dan otomatis daya dukung dari pondasi juga akan
pancang end bearing), desain dari pondasi pile raft ini bertambah bila beban disalurkan ke dalam tanah yang
membentuk dimensi baru struktur interaksi dari memiliki shear strength tinggi yang berada di bawah
partikel tanah dikarenakan desain filosofi yang baru tiang.
menggunakan tiang yang dimaksimalkan sampai batas Beberapa penelitian tentang sistem pile raft ini
bearing capacity berdasarkan interaksi tanah dan telah dilakukan, diantaranya adalah Poulos (1980).
tiangnya. Pondasi pile raft ini mengarah ke pondasi Penelitian beliau menggunakan sebuah metode yang
yang ekonomis dengan sedikit penurunan, apabila disederhanakan untuk mendapatkan kurva beban-
tanah itu mempunyai soil modulus yang bertambah settlement terhadap kegagalan pada pondasi tiang
sebanding dengan kedalaman. (Katzenbach, 1993). pancang atau sistem pile raft. Metodenya serupa
Pondasi raft adalah kombinasi dari pondasi footing dengan prinsip yang digunakan untuk tiang pancang
yang mencakup seluruh area dibawah struktur dan diameter besar dan dengan mengasumsikan bahwa
menyokong semua dinding dan kolom walupun beban untuk pembebanan dibawah kondisi undrained, kondisi

[Type text] [Type text] [Type text]


4

elastis dapat mempengaruhi beban dimana tiang Butterfield dan Banerjee 1971, Poulos dan Davis 1980
pancang akan mengalami kegagalan bila tidak dan Randolph 1993). Tetapi beberapa aspek penting
dipasangi cap (penutup tiang pancang). Selanjutnya, yang berkenaan dengan kekakuan raft, perilaku non
diasumsikan bahwa setiap penambahan beban linier yang disumbangkan tiang, dan keruntuhan yang
ditanggung oleh raft atau cap, dan bahwa penambahan terjadi disepanjang tiang yang berada di bawah beban
settlement dari sistem diberikan oleh settlement dari kerja tidak cukup diperhatikan pada analisa ini. Untuk
raft saja. Oleh karena itu, merujuk pada Gambar 2, alasan ini, maka diperlukan perbaikkan model numerik
kurva beban-settlement dalam kondisi undrained dari pada finite element 3D digunakan dalam
sistem pile raft terdiri atas dua bagian linear, yaitu : memperkirakan semua efek yang telah disebut di atas
- Garis 0A, dari beban nol hingga beban (El-Mossallamy 1996).
ultimate PA dari tiang pancang sendiri,
sedangkan settlement dikalkulasi dari DATA METODOLOGI PENELITIAN
persamaan settlement pada metode Poulos.
- Garis AB dari beban PA hingga beban Lokasi Penelitian
ultimate PB dari keseluruhan sistem (tiang Secara geografis Jembatan Nasional Mamuju-
pancang dan raft ), settlement dikalkulasi dari Kaluku terletak di poros Kabupaten Mamuju Provinsi
persamaan untuk settlement pada prilaku raft Sulawesi Barat berjarak 443 Km dari Makassar
sendiri tanpa tiang pancang. Sulawesi Selatan.

Pengumpulan data
Data perencanaan meliputi data hasil pengukuran
N-SPT dan data penyelidikan sifat fisis dan teknis
tanah di laboratorium dari konsultan geoteknik yang
telah ditunjuk. Selain itu terdapat pula data
perencanaan geometrik penampang melintang jalan
yang diperoleh dari konsultan perencana.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah menggunakan
Gambar 2. Pendekatan yang disederhanakan program berbasis Metode Elemen Hingga Plaxis 3D
dari grafik perhitungan beban dan settlement V.1.6 yaitu :
(Poulos, 1980) 1. Menentukan Paramater input length, force, time
serta volume dimensi dan jarak Grid.
Dimana bagian pertama diketahui settlement 2. Akan masuk ke gambar kerja pertama tentukan
sistem pile raft, dilkalkulasikan pada sebuah dasar (Workplane) untuk Mengatur kedalaman (sumbu-y)
elastis untuk vs = 0,5 dan bagian kedua diketahui pula 3. panjang struktur yang direncanakan
settlement dari perilaku dari raft itu sendiri. Bagian 4. Kemudian klik Materials untuk memasukkan
kedua akan berlaku jika Pw > PA, hal ini akibat paramater tanah, struktur dan pile
kegagalan beban tiang pancang terjadi secara 5. Menentukan kedalaman tanah dengan mengkilk
berlebihan. (Borehole), drag tipe tanah sesuai kedalaman dan
Beban ultimate PB dari sistem sebagai lapisannya
penjumlahan kapasitas tiang pancang dan raft di atas, 6. Mendesain struktur dengan memilih Wall pada
hanya berlaku ketika sejumlah tiang pancang sumbu y = 0 m Pile dan Floor pada sumbu
ditambhkan pada cap atau raft (yakni unit pile cap y =-1 m secara berurutan. Kemudian drag material
berjarak cukup lebar untuk berperilaku secara tunggal. Wall dan Floor ke gambar rencana .
Jika jarak tiang pancang lebih mendekati terjadinya 7. Buat Geometrik Line kemudian masukkan
kegagalan blok daripada kegagalan unit individu, maka Point Load pada sumbu-y = -1 m. buat
beban ultimate dari grup harus diperhitungkan pada menjadi 15 titik .
basis ini. Jarak ideal antar pile adalah minimal 5 kali 8. Lihat Model yang direncanakan dengan klik
diamater pile tersebut. Generate 2D dan 3D
Prosedur perhitungan untuk perilaku model 9. Untuk memulai Plaxis Calculation Input
dari beberapa permasalahan 3D yang kompleks telah perhitungan klik Phase
dikembangkan sejak awal tahun 1970 (contohnya

[Type text] [Type text] [Type text]


5

10. Menentukan besarnya tekanan awal Initial Phase :


KO-Prosedure
11. Masukkan item tanah , Pile, plat dan beban
kemudian Cek Parameter Stage Construction dan
Consolidation
12. Menentukan titik acuan untuk analisa Select Point
curve
13. Memulai proses analisa Deformation Dengan
mengklik Calculate
14. Maka didapatkan hasil dari perhitungan
simulasi penurunan tanah
Lokasi Titik Perencanaan
Titik perencanaan terdapat pada titik BM1 yang
diperlihatkan pada Gambar 3. dan detail profil
memanjangnya terdapat pada Gambar 4. Dengan
mengambil contoh panjang pile adalah 25 meter,
sehingga dapat dijadikan acuan untuk dimodelkan pada
Plaxis 3D v.16

Lokasi Perencanaan Raft Pile

Gambar 3. Lokasi Perencanaan Raft Pile

Gambar 4. Detail Perencanaan Raft Pile

[Type text] [Type text] [Type text]


6

Tabel.1 Parameter input material tanah

Lanau Campur Pasir Halus


Lempung Berpasir Pasir Halus Sangat
PROPERTIES Symbol Pasir Gravel Berpasir Kelanauan agak UNIT
agak padat Padat
Padat
Depth - 0 – 12 12 – 22 22 – 30 30 – 38 38 – 50 M
Thickness - 12 10 8 8 12 M
N-SPT 4 11 28 14 18 -

Material Model Model Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb -


Type of Material Type UnDrained UnDrained Drained Drained Drained -
Behaviour

Dry weight ϒunsat 15 17,2 17,2 17,2 19,7 kN/m3


Saturated weight ϒsat 16,5 18,7 18,7 18,7 21,2 kN/m3
Permeability x-dir Kx 0,01 0,001 1 0,01 0,01 m/day
Permeability y-dir Ky 0,01 0,001 1 0,01 0,01 m/day
Permeability z-dir Kz 0,01 0,001 1 0,01 0,01 m/day
Young’s modulus Eref 3000 8320 22400 6000 16500 kN/m2
Poisson’s ratio ν 0,3 0,2 0,1 0,3 0,3 -
Cohesion Cref 0,55 2,3 2,3 2,6 1,5 kN/m3
Friction angle Φ’ 29 32,6 32,6 37,3 39,5

[Type text] [Type text] [Type text]


7

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan Permodelan Tanah dan Pondasi
Rencana penampang melintang jalan dengan atau
tanpa perkuatan yang akan dibuat dalam program
plaxis ditunjukkan pada gambar 5 sampai 7 sebagai
berikut:
Gambar 9. Simulasi Raft dengan 9 tiang

Gambar 5. Tampilan 3D simulasi Raft tanpa tiang


Gambar 10. Simulasi Raft dengan 10 tiang

Gambar 11. Simulasi Raft dengan 11 tiang

Gambar 6. Tampilan 3D simulasi Raft dengan tiang

Gambar 12. Simulasi Raft dengan diameter 0,7 m

Gambar 7. Tampilan 2D simulasi Raft dengan tiang

Simulasi penurunan dalam PLAXIS


Setelah proses penggambaran geometri penampang
tanah dan pondasi dan input parameter material tanah
serta perkuatannya telah dilakukan dalam Plaxis, Gambar 12. Simulasi Raft dengan diameter 0,8 m
barulah tahap kalkulasi dilakukan. Proses simulasi
dilakukan untuk masing-masing perkuatan dengan
berbagai variasinya untuk memperoleh jenis perkuatan KESIMPULAN DAN SARAN
yang efektif. Hasil simulasi penurunan pada Plaxis
ditunjukkan sebagai berikut Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil simulasi total penurunan tanah
yang paling kecil dengan menggunakan Plaxis 3D
V 1.6 pondasi Raft tanpa tiang tidak dapat dijadikan
pondasi karena terjadi collapse / runtuh karena
beban yang besar.
Gambar 8. Simulasi Raft dengan 8 tiang 2. Untuk pondasi Raft Pile diperoleh penurunan total
badan jalan pada Jembatan Mamuju – Kaluku
dengan berbagai variasi adalah :

[Type text] [Type text] [Type text]


8

(a) Variasi Jumlah tiang : Penurunan seketika Bowles, Joseph E. (1996), Foundation Analysis and
sebesar 3,098 cm, penurunan konsolidasi Design, Fifth Edition, Mc Graw Hill.
sebesar 0,556 cm , dan waktu konsolidasi Dewi Amalia (2010), Kajian Persyaratan agar Pondasi
sebesar 36 hari. Raft Pile mampu mendukung beban bersama-
(b) Variasi Diameter tiang : Penurunan seketika sama, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
sebesar 2, 918 cm, penurunan konsolidasi Surabaya
sebesar 0,413 cm , dan waktu konsolidasi
sebesar 24 hari.
3. Efektifitas pile bertujuan untuk mendapatkan
pondasi raft pile seekonomis mungkin dengan
mengambil total penurunan dengan batas toleransi
maksimal, masing-masing dengan kedalaman 23
meter (terdapat pada pile variasi jumlah tiang 11
tiang dan variasi diameter 0,8 m), kedalaman 24
meter (variasi jumlah 9 dan 10 tiang dan variasi
diameter 0,7 m) dan kedalaman 25 meter (variasi
jumlah 8 tiang).

Saran
Beberapa saran dari peneliti untuk penelitian yang
berkaitan dengan Raft Pile berikutnya, antara lain :
1. Diperlukan program analisa Numerik yang terkini,
untuk mengatasi kekurangan pada program Plaxis
3D 1.6.
2. Kajian terhadap pondasi Raft Pile masih kurang
walaupun sudah ada beberapa jurnal dan
disempurnakan oleh Paoulos (1980) namun belum
ada masuk pada standar nasional.
3. Diperlukan perencanaan anggaran biaya agar
penggunaan jenis pondasi ini lebih efisien.
4.

DAFTAR PUSTAKA
Das, Braja M. (1995), Mekanika Tanah (Prinsip-
prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I, Erlangga,
Jakarta.
Hardiyatmo, C. H. (2010), Mekanika Tanah 1, Gadjah
Mada University Press, Jakarta.
Hardiyatmo, C. H. (2010), Mekanika Tanah 2, Gadjah
Mada University Press, Jakarta.
Terzaghi, K dan R.B. Peck. (1987), Mekanika Tanah
dalam Praktek Rekayasa I, Alih bahasa Bagus,
W., dan K. Benny. Erlangga, Jakarta.
Wesley, L. D. (1977), Mekanika Tanah, Badan
Penerbit Percetakan Umum, Jakarta.
Sarjono (2000), Pondasi Tiang Pancang untuk
universitas dan Umum Jilid I, Sinar Wijaya,
Surabaya
H. G. Paoulos dan E. H. Davis. (1980), Pile
Foundation Analysis and Design, John Wiley &
Sons, Inc.

[Type text] [Type text] [Type text]

Anda mungkin juga menyukai