Anda di halaman 1dari 3

A.

Klasifikasi dan jenis lebah madu

Lebah madu sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Keadaan ini
dapat diketahui dengan adanya berbagai nama lebah dalam bahasa daerah,
misalnya nyiruan (Sunda), tawon (Jawa), labah (Minang), loba (Tapanuli), dan
sebagainya (Pusat Pelebahan Apiari Pramuka, 2003).
Secara umum, klasifikasi lebah madu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Apidae
Genus : Apis
Spesies : Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis florae, Apis
koschevnikovi, Apis laboriosa, Apis mellifera
Menurut Halim dan Suharno (2001) lebah madu terdiri dari 5 jenis, yaitu
Apis florae, Apis trigona, Apis cerana javanica/ indica, Apis mellifera, dan Apis
dorsata. Namun tidak semua lebah madu dapat dibudidayakan (Pusat Perlebahan
Apiari Pramuka, 2003).

B. Lebah madu (A. dorsata)


Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan
memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan
lebah betina steril memiliki tugas untuk mencari makan, menyuapi lebah ratu
makan, merawat ratu, dan merawat anakan lebah madu. Lebah pejantan memiliki
peran untuk mengawini lebah ratu dan terjadi hanya sekali seumur hidup, setelah
itu lebah pejantan mati. Sedangkan, lebah ratu memiliki peran bertelur terus-
menerus sampai batas kemampuannya bertelur, setelah melakukan perkawinan
dengan lebah pejantan. Kemampuan lebah ratu bertelur antara 3-5 tahun dan dapat
menghasilkan 500 - 1.000 telur per hari (Tim Karya Tani, 2009)

Apis dorsata merupakan spesies yang hanya berkembang di Asia seperti;


India, Philipina, China dan Indonesia. Madu spesies ini dikenal sebagai madu
alam atau madu hutan. Di Indonesia spesies lebag madu tersebut hanya terdapat di
Pulau Sumatera, Maluku, Irian Jaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur (Aden, 2010).

Apis dorsata Jenis lebah ini berkembang hanya di kawasan sub tropis dan
tropis Asia, seperti Indinesia, Philipina dan pulau-pulau lainnya. Apis dorsata
tidak ditemukan di luar Asia. Sejak zaman dahulu, madu dari lebah ini telah
diperdagangkan sebagai madu hutan yang terkenal di kawasan Asia. Sarang Apis
dorsata dibangun secara tunggal dengan jumlah sisiran sarang hanya selembar.
Sarang tersebut digantung di cabang pohon, tebing batuan atau pada celah-celah
bangunan. Ukuran sarangnya bervariasi dengan ukuran terpanjang atau tertinggi
dapat mencapai 2 meter. Oleh karena keagresifan dan keganasannya, sampai
sekarang Apis dorsata belum berhasil dibudidayakan.

C. Madu

Madu adalah cairan alami umumnya mempunyai rasa manis yang dihasilkan
oleh lebah madu (Apis sp.) dari saribunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain
tanaman (ekstra floral) (SNI 2013). Menurut (Gairola dkk, 2013), madu
merupakan bahan makanan yang kompleks yang diproduksi oleh alam dan dapat
digunakan manusia sebagai agen pemanis tanpa adanya proses pengolahan. Madu
terdiri atas berbagai senyawa antara lain yaitu air, mineral, karbohidrat dalam
bentuk gula, asam organik, vitamin, enzim dan senyawa bioaktif (Hudri 2014).
Madu adalah cairan manis alami yang berasal dari nektar tumbuhan yang
diproduksi oleh lebah madu. Nektar berasal dari bunga mekar, cairan tumbuhan yang
mengalir di daun dan kulit pohon. Setelah nektar dihisap, lebah akan
memfermentasikan dalam perutnya dengan mengubah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa oleh enzim invertase yang berasal dari tenggorokan. Madu disimpan di
dalam sel-sel sarang kemudian madu akan mengalami ekstraksi air, pembentukan
monosakarida, dan pengayaan dengan campuran aromatik. Setelah tiga sampai tujuh
hari, lebah menutup sel dengan malam yang mematangkan madu (Adji, 2007).
D. Mekanisme aktivitas antimikroba pada madu
1. Hiperosmolar
Madu memiliki konsentrasi gula yang tinggi dan kadar air yang rendah
menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga keadaan disekitar
mikroba menjadi hipertonis yang menyebabkan air yang berada di dalam sel
mikroba keluar sehingga terjadi plasmolisis. Tekanan osmotik yang tinggi
berfungsi sebagai suatu medium hiperosmolar yang menyebabkan terjadinya
aktivitas pembersihan luka dan mencegah pertumbuhan mikroba.
2. Higroskopis
Madu juga bersifat higroskopis sehingga memungkinkan terjadinya
dehidrasi mikroba yang mengakibatkan keadaan inaktif bahkan tanpa air
mikroba tidak dapat bereplikasi atau bertahan hidup.
3. Kadar pH rendah
Dimana suatu kondisi lingkungan yang tidak menyokong untuk
pertumbuhan mikroba.
4. Inhibin
Bahan termolabil ini diklaim oleh beberapa peneliti sebagai bahan
antimikroba yang bertanggung jawab menghambat pertumbuhan organisme
baik gram positif maupun gram negatif. Faktor inhibin ini kemudian menjadi
efektif karena hidrogen peroksida.
5. Hidrogen Peroksida
Aktivitas antimikroba dari madu sebagian besar disebabkan oleh adanya
hidrogen peroksida yang dihasilkan secara enzimatik pada madu. Kandungan
hidrogen peroksida ini menghasilkan radikal bebas hidroksil dengan efek
antimikroba.
6. Antimikroba
Dari berbagai kandungan bahan antimikroba dari madu yang telah
diketahui terdapat beberapa jenis madu dengan bahan kandungan tambahan
yang berasal dari tanaman yang dikunjungi lebah (Hendri dkk, 2008; Yani
dkk, 2008).

Anda mungkin juga menyukai