Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PENGUJIAN SONDIR
2.1 Dasar Teori
Dalam desain struktur tanah fondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan
perhitungan desain fondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah baik
tegangan total maupun tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh
dengan berbagai cara. Dalam melakukan uji penetrasi lapangan ini digunakan metode
pengujian lapangan dengan alat sondir (SNI 03-2827-1992) yang berlaku baik untuk alat
penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik). Peralatan uji
penetrasi ini antara lain terdiri atas peralatan penetrasi konus, bidang geser, bahan baja, pipa
dorong, batang dalam, mesin pembeban hidraulik, dan perlengkapan lainnya.

Gambar 2. 1 Skema Alat Sondir Manual


(Sumber : Budi, Gogot Setyo. 2011. Pondasi Dangkal)

Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji laboratorium geser
dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada benda uji tanah. Tujuannya
adalah untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di
lapangan, dengan alat sondir. Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan
geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf), yang dapat dipergunakan
untuk interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain pondasi.

19
Gambar 2. 2 Jenis Tanah Berdasarkan Pengujian Sondir (Robertson and Campnella, 1983)

Dalam uji sondir di lapangan berguna untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras.
Tes ini dapat dilakukan pada lapisan tanah lempung. Untuk mendapatkan perlawanan
penetrasi konus dan perlawanan geser tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan
tanah terhadap ujung konus (perlawanan dari bawah) dengan satuan gaya persatuan luas,
sedangkan perlawanan geser adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
(perlawanan dari samping) dengan satuan gaya persatuan panjang. (Das, 1985)

Prinsip kerja dari pengujian CPT sebagai berikut:


1. Tabung (bi-conus, A) seperti pada Gambar 2.3 (posisi 1) ditekan ke dalam tanah
melalui stang dalam (inner rod) dan tahanan ujung tabung (konus) dibaca pada dial
konus qc. Pada saat penekanan, gesekan antara tanah dengan dinding tabung (fs)
diabaikan karena dinding tabung konus (torak) berbentuk tirus (tapered) sehingga
diasumsikan tidak ada gesekan.

2. Setelah ujung tabung menekan tanah sedalam a cm (posisi 2) maka tabung kedua (B)
akan ditarik oleh tabung konus sampai sedalam b cm (posisi 3). Gaya yang diperlukan
untuk menekan tabung konus dan tabung kedua diakibatkan oleh hambatan konus qc
dan gesekan antara tanah dengan dinding tabung kedua (fs).

20
Gambar 2. 3 Proses Penekanan Pada Ujung Konus dan Bikonus 

3. Pada akhir penekanan sejauh (a+b) cm, stang luar (outler rod) ditekan sehingga
kembali seperti pada posisi semula (posisi 4).

Hasil pembacaan tahanan konus (qc) dan prosentase rasio antara tahanan gesek dan
tahanan konus pada setiap kedalaman kemudian dipresentasikan dalam grafik.

21
2.2 Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum pada pengujian sondir sebaga berikut :

1. Persiapan peralatan sondir yang akan digunakan, yaitu :


- Alat sondir ringan (2,5 ton)
- Pipa sondir lengkap dengan batang dalam, dengan panjang masing-masing 1m
- Manometer 2 buah dengan kapasitas sondir ringan 0-50 kg/cm² 0-250 kg/cm².
- Konus dan bikonus
- Angker spiral
- Kunci-kunci pipa, alat pembersih, oli, minyak hidrolik
- Engkol
2. Menentukan lokasi yang pemukaanya datar dan menentukan 4 titik angkur dan
mengukur jarak 1,00 m dan 1,00 m sehingga membentuk persegi.
3. Memasang angkur ke dalam tanah pada 4 titik yang telah di tentukan dengan cara
memutarnya menggunakan kunci pemutar.
4. Menggali lubang ditengah – tengah 4 titik angkur tersebut untuk penusukan konus
pertama kali sedalam 5 cm kemudian menempatkan rangkaian alat sondir dengan posisi
penekan hidraulik berada tepat diatas galian tersebut.
5. Memasang 2 balok penjepit diatas dudukan rangkaian pembebanan alat sondir,
selanjutnya memasang 2 balok pengunci untuk angkur dan kunci dengan klem pengunci.
6. Menyeimbangkan kedudukan rangka pembebanan sondir dengan cara menyetel klem
pengunci angkur dan kedataran kedudukan rangka pembebanan diukur dengan
waterpass.
7. Setelah seimbang periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik
menggunakan kunci pinston dan tambahkan oli untuk mencegah terjadinya gelembung
udara dalam sistem hidrauliknya.
8. Menyambung alat konus dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala pipa
dorong, Penggunaan bikonus menusukkan pertama kedalaman 5 cm,
9. Meneegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekanan hidraulik yang
sebelumnya telah dilumasi oli, Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan,
sehingga penekan hidraulik hanya menekan pipa dorong dan
10. Memutar engkol searah jarum jam dan menjaga kecepatan penetrasi penurunan konus
sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar .

22
11. Pada tiap interval 20 cm melakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci
pengatur. Setelah menekan batang dalam mencapai alat sondir perhatikan pembacaan
manometer.
12. Membaca nilai perlawanan konus pada manometer Ini sebagai nilai qc pada bacaan
pertama. Kemudian dilanjutkan pembacaan nilai perlawanan geser biconus yang di-
tunjukkan oleh gerakan manometer yang mendadan dan diperoleh nilai qc+qf bacaan
kedua.
13. Mencatat 2 hasil bacaan tersebut kedalam form yang telah disediakan.
14. Mengulangi langkah 9 - 13 sampai kedalaman 11 m yang dibaca dan dicatat perlawanan
konus pada manometer tiap interval 20 cm.

2.3 Dokumentasi Praktikum


 

  Gambar 2. 4 Menyiapkan 4 Buah Angkur Spiral 


 

23
Penyambung
Pipa Sondir

Batang Dalam
Selimut Bidang
Geser

Ujung Konus

 
Gambar 2. 5 Konus dan Biconus
 

Gambar 2. 6 Menentukan Jarak Titik Angkur


 

24
Gambar 2. 7 4 Buah Titik Angkur Sudah Tertanam
 

Gambar 2. 8 Melumasi Pipa Sondir Oli


 

25
Pengunci Angkur

Balok Pengunci

Balok Penjepit

Gambar 2. 10 Memasang Balok Penjepit dan Balok Pengunci


 

Gambar 2. 9 Menyeimbangkan Kedudukan Rangkaian Alat Sondir Menggunakan Waterpass


 

26
Gambar 2. 11 Memeriksa Kerja Sistem Hidraulik Pada Alat Sondir
 

Gambar 2. 12 Penyambungan Alat Konus dengan Pipa Sondir

27
Gambar 2. 13 Memutar Engkol Searah Jarum Jam Untuk Melakukan Penekanan
Pada Pipa Sondir
 

 
Manometer dengan
 
kapasitas 0-50kg/cm2
 

 
Manometer dengan
  kapasitas 0-250kg/cm2
 

 
Gambar 2. 14 Membaca Perlawanan Konus dan Perlawanan
Geser Pada Manometer

28
Gambar 2. 16 Mencabut Pipa Sondir Setelah
Kedalaman 11m.

Gambar 2. 15 Dinding Pipa Terkena Lumpur Basah


Menandakan Posisi Muka Air Tanah

29
2.4 Hasil dan Analisa Praktikum
Data yang diperoleh saat praktikum mengikuti bacaan manometer 1 dan bacaan
manometer 2. Bacaan 1 adalah nilai qc dan bacaan 2 adalah nilai qc+qf

Tabel 2.1 Data yang diperoleh dari pengujian sondir

Bacaan 1 Bacaan 1 + 2 Jenis


Depth qf fs fd JHP Rf Tanah
qc qc + qf
m kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm kg/cm % Gbr2.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.00 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 -
0.20 0 0 0 0.00 0.00 0.00 0.00 -
0.40 16 21 5 0.34 6.75 6.75 2.11 Lanau
0.60 14 20 6 0.40 8.10 14.85 2.89 Lanau
0.80 14 24 10 0.67 13.50 28.35 4.82 Lempung
1.00 23 30 7 0.47 9.45 37.80 2.05 Lanau
1.20 19 30 11 0.74 14.85 52.65 3.91 Lanau
1.40 14 18 4 0.27 5.40 58.05 1.93 Pasir
1.60 9 16 7 0.47 9.45 67.50 5.25 Lampung
1.80 9 13 4 0.27 5.40 72.90 3.00 Lanau
2.00 9 12 3 0.20 4.05 76.95 2.25 Lanau
2.20 4 7 3 0.20 4.05 81.00 5.06 Lempung
2.40 6 9 3 0.20 4.05 85.05 3.37 Lanau
2.60 5 7 2 0.13 2.70 87.75 2.70 Lanau
2.80 3 5 2 0.13 2.70 90.45 4.50 Lempung
3.00 4 6 2 0.13 2.70 93.15 3.37 Lempung
3.20 5 7 2 0.13 2.70 95.85 2.70 Lanau
3.40 4 6 2 0.13 2.70 98.55 3.37 Lempung
3.60 7 11 4 0.27 5.40 103.95 3.86 Lempung
3.80 3 4.5 1.5 0.10 2.02 105.97 3.37 Lempung
4.00 6 9 3 0.20 4.05 110.02 3.37 Lanau
4.20 3 5 2 0.13 2.70 112.72 4.50 Lempung
4.40 3 3.5 0.5 0.03 0.67 113.40 1.12 Lanau
4.60 2.5 3 0.5 0.03 0.67 114.07 1.35 Lanau
4.80 3 5 2 0.13 2.70 116.77 4.50 Lempung
5.00 3 4 1 0.07 1.35 118.12 2.25 Lanau

30
Jenis
Bacaan 1 Bacaan 1 + Tanah
Depth qf fs fd JHP Rf
qc 2 (qc + qf)

m kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm kg/cm % Gbr2.2


1 2 3 4 5 6 7 8 9
5.20 2 3 1 0.07 1.35 119.47 3.37 Lempung
5.40 2 2.5 0.5 0.03 0.67 120.15 1.69 Lanau
5.60 2 3 1 0.07 1.35 121.50 3.37 Lempung
5.80 2 3 1 0.07 1.35 122.85 3.37 Lempung
6.00 3 4.5 1.5 0.10 2.02 124.87 3.37 Lanau
6.20 3 4.5 1.5 0.10 2.02 126.90 3.37 Lanau
6.40 3 3.5 0.5 0.03 0.67 127.57 1.12 Lanau
6.60 3 4 1 0.07 1.35 128.92 2.25 Lanau
6.80 3 4.5 1.5 0.10 2.02 130.95 3.37 Lempung
7.00 3 4 1 0.07 1.35 132.30 2.25 Lanau
7.20 3 5 2 0.13 2.70 135.00 4.50 Lempung
7.40 3 4 1 0.07 1.35 136.35 2.25 Lanau
7.60 3 4 1 0.07 1.35 137.70 2.25 Lanau
7.80 3 4.5 1.5 0.10 2.02 139.72 3.37 Lanau
8.00 3 4 1 0.07 1.35 141.07 2.25 Lanau
8.20 3 4 1 0.07 1.35 142.42 2.25 Lanau
8.40 3 4 1 0.07 1.35 143.77 2.25 Lanau
8.60 3 4 1 0.07 1.35 145.12 2.25 Lanau
8.80 3 4 1 0.07 1.35 146.47 2.25 Lanau
9.00 3 4 1 0.07 1.35 147.82 2.25 Lanau
9.20 2 3 1 0.07 1.35 149.17 3.37 Lanau
9.40 3 4 1 0.07 1.35 150.52 2.25 Lanau
9.60 3 4 1 0.07 1.35 151.87 2.25 Lanau
9.80 3 4 1 0.07 1.35 153.22 2.25 Lanau
10.00 18 28 10 0.67 13.50 166.72 3.75 Lanau
10.20 50 70 20 1.35 27.00 193.72 2.70 Lanau
10.40 60 80 20 1.35 27.00 220.72 2.25 Pasir
10.60 70 75 5 0.34 6.75 227.47 0.48 Pasir
10.80 70 75 5 0.34 6.75 234.22 0.48 Pasir
11.00 65 70 5 0.34 6.75 240.97 0.52 Pasir
Sumber :Pengujian di Laboratorium (2019)

31
Contoh Perhitungan pada kedalaman 0,4 m

qc = 16 kg / cm 2 (didapat kan dari pengujian dilaboratorium)  

qc + qf = 21 kg / cm 2 (didapat kan dari pengujian dilaboratorium)  

qf = (qc + qf ) − qc
= (21) − 16  
= 5 kg / cm 2

1
xπ x Dc 2
fs = qf x 4
π Ds Ls
1
x3,14 x 9,9907 2
=5x 4  
3,14 x 9,9907 x 148,011
= 0.34 kg / cm 2

fd = fs x 20
= 0,34 x 20  
= 6,75 kg / cm 2

JHP = JHP1 − fd 2
= 0 x 6,75  
= 6,75 kg / cm 2

⎛ fs ⎞
Rf = ⎜⎜ ⎟⎟ x 100
⎝ qc ⎠
⎛ 0,34 ⎞
=⎜ ⎟ x 100  
⎝ 21 ⎠
= 2,109 %

Setelah dilakukan pengujian sondir maka didapatkan grafik hubungan antara nilai
perlawanan konus dengan jumlah hambatan perekat serta grafik hubungan nilai geser lokal
dengan angka perbandingan geser yang bekerja pada alat sondir
 

32
0 10 20 30 40 50 60 70 80
0.00
0.00

1.00
1.00

2.00
2.00

3.00
3.00

4.00
4.00

5.00
5.00

6.00
6.00

7.00
7.00

8.00
8.00

9.00
9.00

10.00
10.00

11.00
11.00
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

:Nilai Perlawanan Konus (kg/cm2)

: Jumlah Hambatan Perekat (kg/cm2)

Sumber :Pengujian di Laboratorium (2019)

33
Grafik hubungan nilai perlawanan konus dengan jumlah hambatan perekat diperoleh
dengan cara menghubungkan nilai perlawanan konus dan jumlah hambatan perekat yang
digambarkan dengan titik-titik dimana berasal dari data pengujian sondir yang telah
dilakukan di laboratorium.
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

11.00
0.00 0.30 0.60 0.90 1.20 1.50
Series1

:Nilai Perlawanan Geser Lokal (kg/cm2)

:Angka Perbandingan Geser (%)

Sumber :Pengujian di Laboratorium (2019)

34
Grafik hubungan nilai perlawanan geser lokal dengan angka perbandingan geser
diperoleh dengan cara menghubungkan nilai perlawanan perlawanan geser lokal dan angka
perbandingan geser yang digambarkan dengan titik-titik dimana berasal dari data pengujian
sondir yang telah dilakukan di laboratorium

1. Dari pengujian sondir yang telah dilakukan didapatkan grafik nilai perlawanan konus dan
angka perbandingan geser yang bervariatif, hal ini karena jenis tanah pada setiap lapisan
berbeda seperti yang telah digambarkan pada gambar 2.2.
2. Angka perlawanan konus yang kecil menunjukkan bahwa tanah tersebut merupakan
tanah yang mudah mengalami penurunan. Sedangkan angka perlawanan konus yang
besar menunjukkan bahwa tanah tersebut merupakan tanah keras.
3. Pada kedalaman tanah 1 m didapatkan nilai perlawanan konus yang besar yaitu 23
kg/cm2. Hal ini dikarenakan pada saat pengujian boring, konus mengenai tanah berbatu
dan tanah itu sendiri merupakan tanah timbunan bekas bangunan.

2.5 KESIMPULAN
1. Dari praktikum sondir yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 1
m didapatkan klasifikasi jenis tanah pasir berlumpur.
2. Setelah dilakukan perbandingan data dari titik sondir dan boring sedikit terdapat
perbedaan yaitu pada titik percobaan boring diperoleh tanah dominan yaitu tanah pasir
pada kedalaman 0 m – 1 m.
3. Pada titik percobaan sondir diperoleh tanah pasir pada kedalaman 1 m, sedangkan pada
kedalaman 1 m – 11 m tanah didominan jenis tanah lempung kelanauan

35

Anda mungkin juga menyukai