Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS BIODIVERSITAS SERANGGA DI HUTAN KOTA MALABAR SEBAGAI

URBAN ECOSYSTEM SERVICES KOTA MALANG PADA MUSIM PANCAROBA

ANALYSIS OF INSECTS BIODIVERSITY IN MALABAR URBAN FOREST AS


URBAN ECOSYSTEM SERVICES OF MALANG IN THE TRANSITIONAL
SEASON

Hanna Kartikasari*), Y.B.Suwasono Heddy dan Karuniawan Puji Wicaksono

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya


Jln. Veteran, Malang 66514, Indonesia
*)
Email: hanna_ch4n@yahoo.co.id

ABSTRAK Kata kunci :Biodiversitas, Ruang Terbuka


Hijau, Hutan Kota, Serangga
Serangga merupakan kelompok organisme
dominan. Keberadaan serangga pada suatu ABSTRACT
tempat dapat menjadi indikator
biodiversitas, kesehatan ekosistem, dan Insects are the dominant organisms group.
degradasi landscape. Peranan serangga The presence of insects in one place can be
dalam ekosistem diantaranya adalah an indicator of biodiversity, healthy
sebagai polinator, dekomposer, predator ecosystem, and landscape degradation.
dan parasitoid. Tujuan penelitian adalah The role of insects in the ecosystem are as
untuk mengetahui kemampuan hutan kota pollinators, decomposers, predators and
Malabar dalam menyediakan habitat untuk parasitoids. The purpose of this research is
biodiversitas serangga kota. Penelitian to know the ability of the Malabar urban
dilaksanakan di hutan kota Malabar, forest to provides habitat for urban insect’s
Malang, pada bulan Mei sampai Juni 2014. biodiversity. The research was conducted in
Metode penelitian yang digunakan ini the Malabar urban forest, Malang from May
adalah metode kuadran yang terdiri dari 4 to June 2014. The research methods was
kuadran. Dalam 1 kuadran terdapat 16 quadrant method which consisted of 4
pitfall, 1 light trap dan 4 yellow-pan trap quadrants. In 1 quadrant there were 16
serta dengan penangkapan menggunakan pitfall, 1 light trap, 4 yellow-pan traps and
sweepnet. Penentuan pemasangan arrested by using sweepnet. Determination
perangkap dilakukan dengan metode of trap placement conducted with diagonal
diagonal. Dari hasil pengambilan sampel method. From the results of sampling and
dan identifikasi serangga yang dilakukan identification of insects which is conducted
pada Hutan Kota Malabar diperoleh 10 ordo at Malabar urban forest obtained 10 ordo
dan 26 famili. Terdapat dominasi pada and 26 families. There are dominance in
masing-masing kuadran yang didominasi each quadrant which is dominated by the
oleh ordo Hymenoptera dan Collembola. Hymenoptera ordo and Collembola ordo.
Dengan suhu dalam hutan yang lebih The temperature in the forests is lower than
rendah dari pada suhu di luar lokasi yang the temperature outside the location, with
lebih tinggi, rata-rata 24,75°C dan average temperature 24.75 ° C and
kelembaban 79,14% membuat serangga humidity 79.14%, makes insect quite
cukup nyaman di dalam lingkungan hutan comfortable in the urban forest environment,
kota, hal ini ditunjukkan dari hasil it is shown from the results of the calculation
perhitungan indeks keanekaragaman dari of the diversity index of each quadrant that
masing-masing kuadran yang mempunyai had moderate index diversity or moderate
indeks keanekaragaman yang environmental conditions.
sedang/kondisi lingkungan sedang.
Keywords: Biodiversity, Green Open Space,
Urban Forest, Insects
624

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 623 – 631

PENDAHULUAN termasuk di dalamnya. Serangga


merupakan kelompok organisme dominan
Keanekaragaman hayati adalah di bagian biosfer yang berupa daratan. Dari
ketersediaan keanekaragaman sumber segi jumlah, keberadaan serangga vital
daya hayati berupa jenis maupun kekayaan untuk menjaga keseimbangan ekosistem
plasma nutfah (keanekaragaman genetik di alam. Keragaman jenis serangga sangat
dalam jenis), keanekaragaman antar jenis banyak. Serangga diyakini terdiri dari
dan keanekaragaman ekosistem. Indonesia berjuta spesies tetapi baru sekitar satu juta
dikenal sebagai salah satu negara yang yang berhasil dideskripsikan. Keberadaan
memiliki kekayaan jenis flora dan fauna serangga pada suatu tempat dapat menjadi
yang sangat tinggi (mega biodiversity) indikator biodiversitas, kesehatan
(Shahabuddin et al., 2005). Secara ekosistem, dan degradasi landscape.
geografis, keanekaragaman hayati di Peranan serangga dalam ekosistem
negara kepulauan Indonesia sangat diantaranya adalah sebagai polinator,
beragam. Keanekaragaman hayati ini dekomposer, predator (pengendali hayati),
mencakup ekosistem, spesies dan genetik parasitoid (pengendali hayati) (Untung,
yang berada di darat, perairan tawar 2006). Keanekaragaman spesies dapat
maupun di pesisir dan laut, padahal luasan digunakan untuk menyatakan struktur
daratan Indonesia hanya 1,5% dari luas komunitas. Ukuran keanekaragaman dan
dunia (Bappenas, 2003). Ekosistem penyebabnya mencakup sebagian besar
merupakan kesatuan dari suatu komunitas pemikiran tentang ekologi. Hal itu terutama
dengan lingkungannya dimana terjadi karena keanekaragaman dapat
hubungan antar vegetasi, hewan dan menghasilkan kestabilan dan dengan
segala macam bentuk materi yang demikian berhubungan dengan sentral
melakukan siklus dalam sistem dan energi ekologi.
yang menjadi sumber kekuatan. Ekosistem
memberikan informasi yang banyak sekali, BAHAN DAN METODE PENELITIAN
yang sangat bermanfaat bagi manusia dan
perlu dipelajari untuk menerapkannya Penelitian tentang analisis
dalam pengelolaan lingkungan. Ekosistem biodiversitas serangga dilaksanakan pada
perkotaan dapat mengalami gangguan bulan Mei hingga Juni 2014. Percobaan
seiring dengan gangguan terhadap dilaksanakan di Hutan Kota Malabar,
lingkungan hidup (Sundari, 2007). Kecamatan Klojen Kabupaten Malang Jawa
Hutan kota (urban forest) merupakan Timur. Penelitian ini merupakan penelitian
salah satu jenis Ruang Terbuka Hijau deskriptif yang dilakukan pada salah satu
(RTH), yang merupakan komunitas kawasan ruang terbuka hijau di Kota
tumbuhan berupa pohon dan asosiasinya Malang, yaitu hutan kota Malabar. Metode
yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri
berbentuk jalur, menyebar atau dari lima tahapan. Kelima tahapan tersebut
bergerombol dengan struktur menyerupai yakni studi pendahuluan, penentuan petak
hutan alam, membentuk habitat yang contoh, pemasangan perangkap, identifikasi
memungkinkan kehidupan bagi satwa dan serangga dan analisis data.
menimbulkan lingkungan sehat, nyaman,
dan estetis. RTH merupakan areal Metode Perangkap Serangga
perlindungan berlangsungnya fungsi Pembagian petak dengan teknik
ekosistem dan penyangga kehidupan. kuadran, sebanyak empat kuadran. Dalam
Hutan kota sebagai unsur RTH merupakan satu kuadran terdapat enam belas pitfall,
subsistem kota, sebuah ekosistem dengan satu light trap dan empat yellow-pan trap.
sistem terbuka (Sesanti, 2011). Penentuan pemasangan perangkap
Dalam keanekaragaman hayati selalu dilakukan dengan metode diagonal dengan
meliputi ekosistem, keragaman jenis serta light trap berpusat di tengah pada masing-
genetik. Dalam keanekaragaman hayati, masing kuadran. Perangkap untuk
keanekaragaman spesies serangga pun serangga diurnal dilakukan dengan yellow-
625

Kartikasari, dkk, Analisis Biodiversitas Serangga.......

pan trap, pitfall, dan sweepnet. Untuk spesies yang diberikan kepada total
mencegah serangga yang telah terjebak jumlah individu dalam komunitas
tidak kabur dan membusuk, maka diberikan
larutan air, deterjen dan formalin ke dalam Indeks Kemerataan
yellow-pan trap. Perangkap ini dipasang Nilai kemerataan jenis menunjukkan
jam 06.00 WIB pagi dan diambil sore jam derajat kemerataan keragaman individu
18.00 WIB. Sedangkan untuk serangga antar jenis. Indeks kemerataan adalah
nocturnal digunakan perangkap light trap. ukuran biodiversitas yang mengkuantifikasi
Perangkap ini dipasang pukul 18.00 sore bagaimana kesetaraan suatu kelompok
dan diambil pada pukul 06.00 esok paginya. dalam angka (Wicaksono et al., 2011 ).
Interval sampling dilakukan 3 hari sekali H'
dengan 7 kali pengambilan sampel E= '
Hmax
serangga. Serangga yang telah tertangkap
dimasukkan kedalam plastik dan diekstraksi Pada rumus diatas, adalah jumlah
dengan air mengalir kemudian dimasukkan yang berasal dari indeks keanekaragaman
ke dalam botol fial film yang telah berisi Shannon, dan nilai H’max adalah nilai
campuran formalin 4% dan alkohol 70%. maksimum dari H’, yaitu :
S
1 1
Analisis H'max ln =lnS
S S
Analisis terhadap nilai keragaman i=1
jenis, nilai kekayaan jenis dan nilai H'
E=
kemerataan jenis dengan menggunakan ln S
perhitungan Frekuensi Mutlak (FM), Keterangan :
Frekuensi Relatif (FR), Kerapatan Mutlak  S adalah jumlah jenis serangga
(KM), Kerapatan Relatif (KR), Indeks
 E adalah Indeks kemerataan jenis
Keanekaragaman Jenis Shannon Wiener
(H’) dan Indeks Kemerataan Jenis (E).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks Shannon Wiener
Jumlah Serangga yang Tertangkap pada
Indeks keanekaragaman merupakan Masing-masing Kuadran
suatu penggambaran secara matematik
Jumlah keseluruhan serangga yang
untuk mempermudah dalam menganalisis
didapatkan pada lokasi pengamatan
informasi mengenai jumlah jenis indvidu
sebanyak 3995 individu yang terdiri atas 10
serta berapa banyak jumlah jenis individu
ordo dan 26 famili. Untuk ordo dari kuadran
yang ada dalam suatu area (Tambunan,
I,III dan IV didapatkan masing-masing 10
2013). Keuntungan dari indeks ini adalah
ordo, sedangkan untuk kuadran II sebanyak
dapat memperhitungkan jumlah spesies dan
9 ordo dengan jumlah famili yang
kemerataan spesies. Indeks tersebut
didapatkan untuk kuadran I sebanyak 23
meningkat seiring dengan penambahan
famili, kuadran II sebanyak 25 famili,
spesies unik atau dengan adanya
kuadran III sebanyak 23 famili dan kuadran
kemerataan spesies yang lebih besar
IV sebanyak 26 famili (gambar 1). Serangga
(Wicaksono et al., 2011).
yang mendominasi dari setiap kuadran
ni adalah adalah dari ordo Hymenoptera dan
H' =-ΣPi ln Pi dimana Pi= N Collembola. Persentase keseluruhan
sampel yang mendominasi didapatkan
Keterangan : sebanyak 63,58% untuk Hymenoptera dan
 Ni adalah jumlah individu jenis ke-i Collembola 22,71% (gambar 2). Rizali
 N adalah jumlah individu seluruh (2002) menyatakan perangkap pitfall
jenis umumnya memerangkap serangga tanah
 Pi adalah kelimpahan relatif dari seperti dari Ordo Hymenoptera dan
masing-masing spesies, dihitung Coleoptera, hal ini sesuai dengan hasil
sebagai proporsi individu dari pengambilan sampel yang menunjukkan
serangga terbanyak yang didapatkan
626

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 623 – 631

adalah dari ordo Hymenoptera. Hal ini Collembola mempunyai jumlah individu
didukung juga oleh penelitian dari Patang yang tertinggi. Kedua ordo ini merupakan
(2011) mengenai berbagai kelompok serangga tanah yang umum ditemukan
serangga tanah yang tertangkap di hutan dengan menggunakan perangkap pitfall.
Kebun Raya UNMUL Samarinda
menyatakan bahwa ordo Hymenoptera dan
Coleoptera
Kuadran I 1,78% Araneae
Orthoptera Collembola 8,24%
0,24% 27,54% Diptera
1,86%
Lepidoptera Hemiptera
1,62% 0,16%

Isoptera
0,24%
Hymenoptera
Homoptera
58,08%
0,24%

Kuadran II Coleoptera
Collembola 1,19% Diptera
Araneae
16,26% 2,96% 2,79%
Hemiptera
Lepidoptera 0,34%
2,71%

Orthoptera
0,51%
Hymenoptera
Homoptera 72,99%
0,25%

Kuadran III Coleoptera


Collembola
27,47% Araneae 3,86%
Diptera
2,58% 2,00%
Orthoptera Hemiptera
0,86% 0,29%

Lepidoptera
3,86% Hymenoptera
Isoptera Homoptera 58,23%
0,14% 0,72%

Araneae Kuadran IV Coleoptera


5,74% 1,91% Diptera
Collembola 3,04%
23,06%
Hemiptera
Orthoptera 0,22%
0,90%

Isoptera
0,45%
Lepidoptera Hymenoptera
Homoptera
3,37% 61,08%
0,22%

Gambar 1 Perbandingan Jumlah Serangga yang Ditemukan pada Masing-Masing Kuadran


627

Kartikasari, dkk, Analisis Biodiversitas Serangga.......

Orthoptera Araneae Coleoptera Diptera


Collembola
0,58% 5,17% 2,01% 2,44%
22,71%
Lepidoptera Hemiptera
2,74% 0,25%

Isoptera
0,20%
Homoptera Hymenoptera
0,33% 63,58%

Gambar 2 Persentase jumlah keseluruhan ordo yang ditemukan

Pada kuadran I, II, III dan IV yang aktif pada malam hari tidak sebanyak
didapatkan kesimpulan bahwa serangga pada siang hari (Borror et al., 1996).
yang mendominasi pada masing-masing Serangga nocturnal yang didapatkan
kuadran adalah Hymenoptera dan dari ordo Hymenoptera famili Formicidae
Collembola, hal ini didukung oleh dan Specidae, Coleoptera famili
pernyataan Boror (1996) yang menyatakan Staphylinidae dan ordo Diptera famili
bahwa Hymenoptera menyusun salah satu Culicidae. Berbeda dengan serangga
dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga diurnal, serangga yang aktif pada malam
dan anggota-anggotanya secara individual hari ini cukup banyak yang tertangkap
dan jenisnya sangat banyak dan terdapat dengan menggunakan pitfall, yellow pan
hampir dimana-mana. trap dan sweepnet. Terutama untuk
Dalam penelitian ini, famili perangkap pitfall ini cukup banyak
Formicidae banyak ditemukan. Jumlah memerangkap serangga tanah dari ordo
serangga yang didapatkan tidak sama di Hymenoptera famili Formicidae. Hal ini
setiap pengambilan sampel, hal ini dapat sesuai pernyataan Rizali (2002) dan Patang
dipengaruhi oleh pergerakan, suhu, (2011) yang mengemukakan bahwa pitfall
kelembaban, intensitas cahaya dan umumnya memerangkap serangga tanah
ketersediaan makanan. seperti dari Ordo Hymenoptera, Collembola
dan Coleoptera.
Serangga yang Ditemukan dengan
Berbagai Perangkap Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis
Dari masing-masing pengambilan Serangga pada masing-masing Kuadran
sampel pada setiap kuadran dengan Hasil perhitungan indeks
menggunakan berbagai perangkap, yaitu keanekaragaman jenis serangga yang
perangkap untuk serangga diurnal dan dilakukanmenunjukkan bahwa bahwa
serangga nocturnal, dapat disimpulkan kuadran III cenderung mempunyai nilai
bahwa serangga terbanyak yang indeks keanekaragaman yang tinggi dari
didapatkan adalah serangga diurnal. setiap pengamatan (gambar 3). Dari
Penangkapan serangga diurnal dilakukan persentase yang didapatkan dari setiap
dengan menggunakan perangkap pitfall, pengamatan, nilai tertinggi adalah pada
yellow pan trap dan sweepnet. Sedangkan kuadran III (gambar 4). Keadaan tajuk pada
untuk serangga nocturnal lebih sedikit kuadran III jika dibandingkan dengan
didapatkan jika dibandingkan dengan kuadran I,II dan IV lebih teduh dengan
serangga diurnal. Jumlah famili serangga kerapatan relatif 25,05%. Meskipun
malam lebih kecil dibandingkan jumlah kerapatannya lebih lebih rendah jika
famili serangga yang aktif pada siang hari, dibandingkan dengan kuadran IV yaitu
hal ini dikarenakan famili untuk serangga 31,32%, namun vegetasi pada kuadran IV
lebih muda dan banyak pohon baru yang
628

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 623 – 631

berusia muda jika dibandingkan dengan Ketersediaan seresah inilah yang


kuadran III. Letak dari kuadran III yang mempengaruhi habitat serangga. Selain
dekat dengan tempat penampungan air dari faktor vegetasi dan seresah, kondisi
menjadi faktor tingginya nilai yang tenang tanpa lalu lalang orang juga
keanekaragaman, karena daerah dekat mempengaruhi habitat serangga pada
sumber air merupakan habitat yang cocok kuadran tersebut.
untuk ordo Collembola. Dari pengamatan yang dilakukan
Kondisi seresah pada kuadran III juga rata-rata suhu dari setiap pengamatan
banyak jika dibandingkan dengan kuadran didapatkan sebesar 24,75°C, sedangkan
yang lainnya. Hal ini dikarenakan para untuk rata-rata suhu di luar lokasi hutan
pekerja dari dinas pertamanan lebih kota yaitu 25,79°C. Untuk data kelembaban
memfokuskan pembersihan dedaunan yang yang didapatkan pada area di dalam hutan
jatuh di area yang sering dilalui orang yang kota didapatkan rata-rata 79,14%,
datang, yaitu kuadran I dan IV. Selain untuk sedangkan untuk area di luar hutan kota
estetika agar hutan kota terlihat bersih, didapatkan kelembaban rata-rata sebesar
pembersihan dilakukan untuk pembuatan 72,14%. Pada suhu optimum kemampuan
pupuk kompos. Seresah pada kuadran II serangga untuk melahirkan keturunan besar
dan III juga dibersihkan, tetapi tidak dan kematian (mortalitas) sebelum batas
semuanya diangkut. Seresah sangat umur akan sedikit (Karim et al., 2013).
penting bagi serangga tanah seperti dari Kondisi hutan kota yang cukup teduh, suhu
ordo Hymenoptera dan Coleoptera. Ruslan dan kelembaban yang sesuai menyebabkan
(2009) menyatakan bahwa serangga serangga cukup nyaman pada kondisi kota
permukaan tanah, sebenarnya memakan yang cenderung panas dan bising. Hal ini
tumbuh-tumbuhan yang hidup , tetapi juga ditunjukkan dari hasil perhitungan nilai
memakan tumbuh-tumbuhan yang sudah indeks keanekaragaman dari masing-
mati. Serangga permukaan tanah berperan masing kuadran yang mempunyai nilai pada
dalam proses dekomposisi. Proses kisaran 1 < H’< 3 yang berarti
dekomposisi dalam tanah tidak akan keanekaragaman sedang/kondisi
mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang lingkungan sedang.
oleh kegiatan serangga permukaan tanah.

1,5 Kuadran I
1 Kuadran II

0,5 Kuadran III


Kuadran IV
0
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke 1 ke 4 ke 7 ke 10 ke 13 ke 16 ke 19

Gambar 3 Nilai H’ pada setiap pengamatan pada masing-masing kuadran


629

Kartikasari, dkk, Analisis Biodiversitas Serangga.......

23%
25%
Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III
23%
29%
Kuadran IV

Gambar 4 Persentase Nilai H’ Rata-Rata pada Setiap Kuadran

0,5
0,4
Kuadran I
0,3
Kuadran II
0,2
Kuadran III
0,1
Kuadran IV
0
Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke
1 4 7 10 13 16 19

Gambar 5 Nilai Evenness Indeks E pada Setiap Pengamatan pada Setiap Kuadran

Nilai Kemerataan Jenis (Evenness Index) setiap pengamatan dari masing-masing


Secara berurutan nilai persentase kuadran menunjukkan nilai yang hampir
dari indeks kemerataan terbesar adalah dari mendekati 0, yang menyatakan adanya
kuadran III, kuadran IV, Kuadran II dan dominasi jumlah serangga pada setiap
kuadran I (gambar 6).Dari hasil perhitungan kuadran. Dari hasil perhitungan didapatkan
kemerataan jenis dari setiap kuadran dapat dominasi ada pada ordo Hymenoptera
disimpulkan bahwa nilai E mendekati 0 khususnya pada famili Formicidae, maka
(gambar 5). Wicaksono et al., 2011 pada Hutan Kota Malabar terjadi dominasi
menyatakan bahwa apabila E mendekati oleh ordo Hymenoptera famili Formicidae.
nol, berarti satu spesies menjadi lebih Nilai E pada setiap pengamatan pun
dominan dalam komunitas sedangkan berbeda-beda. Untung (2006) menyatakan
apabila nilai E sama dengan 1, berarti bahwa populasi setiap organisme pada
seluruh spesies berada pada tingkat setiap ekosistem tidak pernah sama dari
kemerataan yang sama. Perhitungan nilai E waktu kewaktu lainnya, tetapi akan naik
diperoleh dari nilai H’ dibagi dengan ln dari turun. Demikian pula ekosistem yang
total jenis serangga (S), sehingga nilai E terbentuk dari populasi serta lingkungan
berbanding lurus dengan H’. Nilai E dari fisiknya selalu berubah setiap waktu.
630

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 8, Desember 2015, hlm. 623 – 631

25% 22%

Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
31%
22%

Gambar 6 Persentase Nilai E Rata-Rata pada Setiap Kuadran

KESIMPULAN Mada University Press. Terjemahan


dari: An Introduction to the Study of
Dari hasil pengambilan sampel dan Insect.
identifikasi serangga yang dilakukan pada Patang, F. 2011. Berbagai Kelompok
Hutan Kota Malabar diperoleh 10 ordo dan Serangga Tanah yang Tertangkap di
26 famili dengan dominasi serangga pada Hutan Koleksi Kebun Raya UNMUL
masing-masing kuadran didominasi oleh Samarinda dengan Menggunakan 5
ordo Hymenoptera dan Collembola. Untuk Macam Larutan. Journal Mulawarman
nilai indeks keanekaragaman tertinggi ada Scientifien 10 (2):139-142.
pada kuadran 3 dengan nilai yang berkisar Rizali, A., D. Buchori dan H. Triwidodo.
1,27-1,96 dan termasuk pada kriteria 2002. Keanekaragaman Serangga
keanekaragaman sedang pada setiap Pada Lahan Persawahan Tepian
pengamatannya.Suhu dalam hutan yang Hutan Indikator untuk Kesehatan
lebih rendah dari pada suhu di luar lokasi Lingkungan.Jurusan Hama dan
yang lebih tinggi, rata-rata 24,75°C dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
kelembaban 79,14% membuat serangga Pertanisn IPB. Bogor. Jurnal Hayati 9
cukup nyaman di dalam lingkungan hutan (2):41-48.
kota, hal ini ditunjukkan dari hasil Ruslan, H. 2009. Kompossisi Dan
perhitungan indeks keanekaragaman dari Keanekaragaman Serangga
masing-masing kuadran yang mempunyai Permukaan Tanah Pada Habitat
indeks keanekaragaman yang Hutan Homogen dan Heterogen Di
sedang/kondisi lingkungan sedang, dan Pusat Pendidikan Konservasi Alam
banyaknya vegetasi pada hutan kota (PPKA) Bodogol Sukabumi Jawa
Malabar sebanyak 1145 vegetasi juga Barat. Jurnal Vis Vitalis 2 (1):43-53.
menjadi habitat yang nyaman untuk Shahabuddin., P. Hidayat., W.A.
serangga. Noerdjito., S. Manuwoto. 2005.
Penelitian Biodiversitas Serangga di
DAFTAR PUSTAKA Indonesia Kumbang Tinja
(Coleoptera: Scarabaeidae) dan
Badan Pendidikan Nasional. 2003. Peran Ekosistemnya. Jurnal
Strategi dan Rencana Aksi Biodiversitas 6 (2):141-146
Keanekaragaman Hayati Indonesia Sesanti, N. 2011. Optimasi Hutan Sebagai
2003-2020. Jakarta. Bappenas. Penghasil Oksigen Kota
Borror D.J, Charles A.T, and Norman F.J. Malang.Jurusan Perencanaan
1996. Pengenalan Pelajaran Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Serangga. Partosoedjono S, Universitas Brawijaya. Jurnal
penerjemah. Yogyakarta: Gadjah TataKota dan Daerah 3 (1):65-73.
631

Kartikasari, dkk, Analisis Biodiversitas Serangga.......

Sundari, E. S. 2007. Studi Untuk Jurnal Online Agroekoteknologi USU


Menentukan Fungsi Hutan Kota 1 (4):1081-1091.
dalam Masalah Lingkungan Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan
Perkotaan., Jurnal PWK Unisba 7 Hama Terpadu Edisi Kedua.Gadjah
(2):68-83. Mada University Press.Yogyakarta.
Tambunan, G.R., M.U. Tarigan, dan Wicaksono, K.P., A. Suryanto., A.
Lisnawita. 2013. Indeks Nugroho., N. Nakagoshi and N.
Keanekaragaman Jenis Serangga Kurniawan. 2011. Insect As
Pada Pertanaman Kelapa Sawit Biological Indicator From Protected
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun To The Disturb Landscape In Central
Helvetia PT Perkebunan Nusantara II. Java Indonesia. Journal Agrivita 33
(1):75-84.

Anda mungkin juga menyukai