Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ BIMBINGAN
KARIER TEORI HOLLAND”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah BK Karier di Universitas Nusantara
PGRI Kediri.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, terlebih
khususnya kepada :
1. Ibu, Laelatul Arofah M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah BK Karier.
2. Rekan-rekan semua di prodi Bimbingan Konseling.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan karir adalah sebuah hal yang paling penting untuk mengarahkan siswa-
siswa sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya. Pemilihan karir yang tepat pada
siswa, akan memberikan kepuasan dan akan meraih hasil yang maksimal.
Kekeliruan pada pemilihan karir, akan berdampak secara luas pada kehidupan
seseorang selanjutnya. Kemungkinan akan menurunkan prestasi bahkan frustasi dan
gangguan psikologis, karena ketidakmampuan beradaptasi, hasil yang diperoleh tidak
maksimal.
Salah satu tempat yang paling tepat dalam pengarahan dan pencerahan pemilihan
minat dan bakat (bimbingan karir) adalah pada saat usia remaja, sekitar usia sekolah
menengah atas. Bahkan dirasakan, pemilihan karir pada usia ini adalah sebuah kewajiban
untuk membantu siswa-siswa menentukan karirnya kedepan. Usia ini, merupakan pangkal
dari masalah seseorang yang akan dijalaninya pada usia perkembangan selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengarahkan dan membantu siswa memberikan bimbingan
ini adalah dengan menggunakan tes psikologi. Tes psikologi untuk bimbingan karir,
biasanya tidak hanya satu alat tes, tetapi beberapa tes yang akan di compare, untuk
menentukan dan mengarahkan langkah apa yang seharusnya diambil oleh siswa dengan
karirnya kedepan. Diharapkan dengan bimbingan karir ini, siswa lebih terfokus pada
sesuatu yang memang diminatinya, berbakat dibidangnya dan mempunyai kemampuan
tentangnya.
3
Melihat begitu pentingnya bimbingan karir ini, sehingga diharapkan setiap anak
(siswa) terutama pada usia sekolah menengah harus mendapatkannya. Bantuan yang
diberikan akan membatu mereka menjalani hidup mereka penuh dengan penerimaan,
sesuai dengan minat dan bakatnya, dan diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal,
karena karir yang dipilihnya merupakan potensi yang dimilikinya. Sehingga tidak ada lagi
kata-kata, “bakat yang terpendam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Bimbingan Konseling Karier ?
2. Bagaimana Teori Bimbingan Karir Menurut Holland ?
3. Bagaimana Aplikasi Bimbingan Karir Menurut Teori Holland Di Sekolah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Bimbingan Konseling Karier
2. Untuk Mengetahui Teori Bimbingan Karir Menurut Holland
3. Untuk Mengetahui Aplikasi Dari Bimbingan Karir Menurut Teori Holland Di Sekolah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. Teori Holland
Menurut Holland (dalam Ketut Sukardi 1994:50), pilihan karir ialah suatu ekspresi
atau suatu perluasan kepribadian dalam dunia kerja yang diikuti oleh identifikasi
berikutnya dengan stereotipe pekerjaan yang spesifik. Perbandingan antara diri (self)
dengan persepsi terhadap suatu pekerjaan dan penerimaan atau penolakan adalah penentu
utama dalam pilihan karir. Keseuaian antara tinjauan diri (self) seseorang dengan
penetapan pemilihan pekerjaan ialah berhubungan dengan model gaya pribadi.
6
Pada tahun 1973 teori Holland direvisi bahwa tipe-tipe kepribadian dan okupasi
lingkungan itu realistik, investigatif, artistik, sosial, pengusaha, dan konvensional. Dan
holland juga mengakui bahwa pandanganya berakar dalam psikologi diferensial, teutama
penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan tradisi psikologi kepribadian yang
mempelajari tipe-tipe kepribadian. Dari dua sumber tersebut Holland mengasumsikan
bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang
berlainan sebenarnya adalah orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah
hidup yang berbeda.
1. Tipe realistic
7
dan mengabaikan kompetensi sosial dan pendidikan. Mengggap diri baik dalam
kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam ketrampilan sosial.
2. Tipe insvestigatif
Contoh-contoh uanag memilih kebutuhan tipe ini adalah ahli kimia, fisika.
3. Tipe artistik
Tipe Artistik yaitu lebih menyukai aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak
tersistematisasi untuk menciptakan produk artistik, seperti lukisan, darama karangan.
Tidak menyukai aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi dalam upaya
artistik dikembangkan secara rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri
sebagai ekspresif, murni, independen dan memiliki kemapuan artistik. Ciri khusus
adalah emosional, imaginatif, dan murni.
4. Tipe sosial
Tipe Sosial yaitu lebih menyukai aktivitas yang melibatkan orang lain dengan
penekanan pada membatu, mengajar, atau menyediakn bantuan. Tidak menyukai
aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan objek-objek dan materi-materi.
Kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal yang bersifat manual&teknik
diabaikan. Menganggap diri konponen dalam membantu dan mengajar orang lain serta
menilai tinggi aktivitas hubungan sosial. Ciri khusus kerja sama, bersahabat, persuasif,
dan bijaksana.
5. Tipe enterprising
8
Memandang diri sebagai agresif, popular, percaya diri, dan memiliki kemampuan
memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomi dinilai tinggi. Ciri khusus ambisi,
dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.
6. Tipe konvensional
Holland (Manrihu, 1992 : 77-78) juga menambah tiga asumsi tentang orang-orang
dan lingkungan-lingkungan, asumsi-asumsi ini adalah :
1. Konsistensi,
pada diri seseorang atau lingkungan, beberapa pasangan tipe lebih dekat
hubungannya daripada yang lainnya. Misalnya, tipe-tipe realistik dan investigatif lebih
banyak persamaannya daripada tipe-tipe konvensional dan artistik. Konsistensi adalah
tingkat hubungan antara tipe-tipe kepribadian atau antara model-model lingkungan. Taraf-
taraf konsistensi atau keterhubungan diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional.
Misalnya, orang yang paling menyerupai tipe realistik dan paling menyerupai berikutnya
dengan tipe investigatif (orang yang realistik-investigatif) seharusnya lebih dapat
diramalkan daripada orang yang realistik-sosial.
2. Diferensiasi,
beberapa orang atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas daripada yang lainnya.
Misalnya, seseorang mungkin sangat menyerupai suatu tipe dan menunjukkan sedikit
kesamaan dengan tipe- tipe lainnya, atau suatu lingkungan mungkin sebagian besar
didomi¬nasi oleh suatu tipe tunggal. Sebaliknya, orang yang menyerupai banyak tipe atau
9
suatu lingkungan yang bercirikan kira-kira sama dengan keenam tipe tersebut tidak
terdiferensiasi atau kurang terdefinisikan.
Taraf di mana seseorang atau suatu lingkungan terdefinisikan dengan baik adalah
taraf diferensiasinya.
3. Kongruensi,
Kepribadian seseorang karena pengaruh lingkungan dan bawaan dari diri sendiri
atau keturunan, Holland menjelaskan pandanganya menjadi 3 ide yaitu :
a. Semua orang dapat digolongkan menurut patokan samapai berapa jauh mereka
mendekati salah satu diantara tipe kepribadian, semakin mirip seseorang
dengan salah satu enam tipe kepribadian tersebut maka semakin tampak ciri-
ciri dan corak teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil interaksi antara
faktor internal dan eksternal.
Berdasarkan interaksi manusia dapat menemukan hal-hal yang baru dan
menyenangkan, kemudian melahirkan sesuatu minat yang kuat dan
menumbuhkan katrampilan tertentu. Bila tipe kepribadian sanagat mirip
dianatara enam tipe kepribadian maka dapat diambil profil total melalaui testing
psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan aspirasi okupasi.
b. Berbagai lingkungan yang didalamnya orang hidup dan bekerja, dapat
digolongkan menurut patokan samapi berapa jauh suatu lingkungan mendekati
10
salah satu model lingkungan yaitu: lingkungan realistik (realistik), lingkungan
penelitian/pengusutan (investigative), lingkungan kesenian (artistic),
lingkungan pengusaha (enterprising), lingkungan pelayanan sosial (sosial),
lingkungan bersuasana kegiatan rutin (konvensional).
Semakin mirip lingkungan teretentu denagn model lingkungan maka
semakin tampak didalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk
lingkungan yang bersangkutan. Orang yang menempati suatu lingkungan
tertentu dengan tipe keribadian tertentu dan berkumpul untuk hidup bekerja
sama mereka menciptakan susana yang menarik untuk menggabungkan diri
dengan tipe yang sama, metode untuk mengetahui tipe kepribadian dapat
menghitung jumlah orang yang dari berbagai tipe dan dari jumlah tersebut
ditransformasikan menjadi presentase, semakin tinggi presentase maka semakin
khas kepribadian tersebut menciptakan suasana
c. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan kecocokan, sehingga seseorang dapat
mengembnagkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas.
1. Kelebihan
Teori hollad dinilai sebagai teori komperhensif oleh para ahli psikologis karena
meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan
sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian yang menyangkut
model lingkungan dan tipe krpbadian.
2. Kekurangan
Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang
melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses
perkembangan itu serta akumulasi rentang umur (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Mengenai
tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu
(occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat
pendidikan sekolah tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain
11
yang mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang (Winkel & Hastuti,
2005: 639).
Pandangan holland sangat relevan bagi bimbingan karir pada jenjang pendidikan
awal dan pendidikan tinggi. Penekanan yang diberiakn pada tingkat pemahan diri
sehubungan dengan beberapa kualitas bimbingan yang dimiliki konselor untuk informasi
yang akurat mengenai lingkungan okupasi, menyandarkan lembaga bimbingan akan
tugasnya membantu individu menal dirinya dan lingkungan hal ini sangat diperlukan untuk
memilih okupasi yang matang. Selanjutntya Holland juga mengembangkan alat untuk
individu dalam pemilihan karir yaitu the occupations finder dan the self-directed search,
yang manyakan kagiatan/aktivitas yang diminati, dan dievalusi diri dalam bebrapa
ketrampilan, harus dicocokan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandasan pada
teori yang sama, dengan demikian individu dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan
okupasi untuk pertimbangan lebih lanjut.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Individu dapat menetukan karir secara gemilang apabila tipe kepribadian yang khas
diterima didalam suatu lingkungan kerja, selanjutnya minat yang dimiliki individu yang
besar dan sosial yang mendukung utuk bekerja.
Teori Holland berusaha menjelaskan soal pilihan pekerjaan dari sudut lingkungan
kerja, pribadi dan perkembangannya, dan interaksi pribadi dengan lingkungannya. Holland
berusaha memadukan pandangan-pandangan lain seperti pada Teori Ginzeberg dan pada
teori Roe.
13
DAFTAR PUSTAKA
Winkel, W.S & Sri Hastuti . 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta: PT.
Grasindo
Prof. Dr. Munandir .1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Departemen Pendidikan dan
Kebudayan Direktorat Jendral Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Jakarta
Ketut, Dewa. 1994. Penggunaan Tes Dalam Konseling Kari: Teori Konsep&interpretasi Tes.
Usaha Nasional: Surabaya-Indonesia.
14