Anda di halaman 1dari 7

GERAKAN MAHASISWA INDONESIA

PEDULI PATANI (GEMPITA)

Kerangka Acuan

Peringatan 15 Tahun Tragedi Tak Bai :

Resolusi Perdamaian di Patani Selatan Thailand

A. Latar Belakang

Sejak tahun 1904, konflik dan kekerasan seolah tak dapat dilepaskan dari

Patani atau yang saat ini terbagi menjadi 4 provinsi di Selatan Thailand, Yakni :

Songkhla, Pattani, Yala dan Narathiwat. Kualitas dan kuantitas konflik secara

dinamis mengalami pasang surut sejak saat itu. Eskalasi kekerasan secara

perlahan tapi pasti terus mengalami peningkatan sejak tahun 2004, hal ini berawal

dengan tragedi penyerangan dan perampasan senjata di kamp tentara di

Rachanakarin Camp, Provinsi Narathiwat, pada 4 Januari 2004. Sejak kejadian itu

sampai sekarang ini, Selatan Thailand tidak pernah sepi dari baku tembak,

pengeboman, pembakaran sekolah, pembunuhan hingga menelan korban

sebanyak 6500 mati terbunuh dan 11.500 orang luka-luka akibat konflik

bersenjata di Selatan Thailand.

Selang berapa bulan kemudian, 28 April 2004, terjadi pula baku tembak

secara serentak dalam wilayah-wilayah Pattani, Yala dan Songkhla. Kejadian ini

berakhir dengan tragedi di Masjid Keresik, di wilayah Pattani, pihak berkuasa

menembak dan menyerang tanpa ampun mereka yang berlindung di dalamnya.

Sebanyak 32 orang terbunuh dalam masjid batu yang didirikan di awal masuknya

Islam ke wilayah Patani. Peristiwa tersebut memberi tamparan keras kepada pihak

pemerintah, beberapa NGO dalam negeri dan asing berpendapat bahawa tindakan
GERAKAN MAHASISWA INDONESIA
PEDULI PATANI (GEMPITA)

penyerangan terhadap masjid tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap Hak

Asasi Manusia (HAM).

Pada 25 Oktober 2004, wilayah Selatan Thailand sekali lagi dikejutkan

dengan tragedi Tak Bai. Peristiwa ini berawal dengan aksi demonstrasi aman di

depan Balai Polisi Tak Bai, Narathiwat yang bertujuan untuk meminta pihak

berkuasa membebaskan 6 sukarelawan keselamatan yang ditangkap beberapa hari

sebelumnya atas tuduhan mencoba melakukan pemberontakan terhadap

pemerintah. Tindakan pihak berkuasa dalam membubarkan para demonstran itu

berakhir dengan kekerasan.

Peristiwa berdarah Tak Bai bermula ketika 6 orang lelaki warga setempat

ditahan dan dituduh memberikan senjata kepada kelompok yang selama ini

memperjuangkan kemerdekaan Patani dari Thailand. Penahanan ini mengundang

protes dari masyarakat setempat dan berlanjut kepada aksi demonstrasi menuntut

pembebasan dari 6 warga yang ditahan. Aksi demonstrasi yang awalnya

berlangsung damai berubah ketika tentara mulai menembakan gas air mata dan

menggunakan water canon untuk membubarkan masa yang berunjuk rasa,

tindakan tersebut berlanjut dengan penembakan yang menyebabkan enam orang

peserta unjuk rasa mati tertembak.

Unjuk rasa berhasil dibubarkan, ratusan orang pengunjuk rasa berhasil

ditangkap untuk kemudian dibawa ke salah satu markas tentara di Provinsi

Pattani. Ratusan orang pengunjuk rasa yang tertangkap ini kemudian dimasukan

kedalam truk dalam keadaan tangan terikat kebelakang dan tubuh tertelungkup
GERAKAN MAHASISWA INDONESIA
PEDULI PATANI (GEMPITA)

dan ditumpuk satu dengan yang lainnya. Ketika truk sampai di markas Tentara

yang dituju sekitar , 78 orang ditemukan meninggal dunia akibat sesak nafas.

Peristiwa tersebut menarik perhatian banyak negara dan seolah menjadi peluit

dimulainya babak baru konflik di Patani.

Dinamika konflik di Selatan Thailand terus berkelanjutan hingga hari

ini,.tindakan represif dan non legal dari Kepolisian dan Militer Thailand tetap

ditujukan kepada masyarakat Melayu Muslim baik di Patani maupun di luar

Patani, baru-baru ini pasca pengeboman di beberapa lokasi ibukota Bangkok, pada

(02/08/2019). Dari hal tersebut semakin memanaskan konflik dan mengancamkan

warga sipil Patani, Setelah pengeboman tersebut, terjadi penangkapan beberapa

warga sipil Patani yang dianggap sebagai perlaku.

Penangkapan sewenang-wenang, polisi dan tentara Thailand seringkali

menangkap seseorang hanya didasarkan pada fakta bahwa orang tersebut

bersekolah di sekolah tertentu atau hanya didasarkan karena sanak saudaranya

pernah terlibat dalam tindak kekerasan pada masa lalu. Akan tetapi, perlakuan

seperti ini hanya dilakukan Pemerintah Thailand kepada masyarakat Selatan

Thailand yang mayoritas Muslim.

Beberpa hari pasca pengeboman Pemerintah Thailand melakukan operasi dan

mengakap warga sipil Patani, Abdullah Esomuso usia 32 tahun, tidak lebih dari 15

jam berada di ruang ICU rumah sakit Wilayah Patani untuk mendapatkan rawatan,

pada (20/07/2019). Semenjak di hospital, Abdullah tidak menyadar diri selama 35

hari, lalu Abdullah meninggal dunia sewaktu mendapatkan rawatan di hospital

Wilayah Hatyai, pada (25/08/2019).


GERAKAN MAHASISWA INDONESIA
PEDULI PATANI (GEMPITA)

Baru-baru ini terjadi penembakan bunuh diri keatas salah seorang peguam di

wilayah Yala, pada (06/10/2019). Peguam tersebut mengambil keputusan untuk

membunuh diri, karena mendapat ancaman dari pemerintah Thailand jika tidak

menjatuhakan hukuman kepada 5 orang warga sipil Patani yang ditangakp tanpa

kesalahan.

Pihak tentera Thailand mengunakan undang-undang darurat militer untuk

menangkap perempuan Patani supaya mengaku akan kesalahan yang terjadi di

Patani selama ini, penangkapan tersebut di lakukan keatas seorang wanita yang

bernama Karimah Kanet usia 20 tahun, pada (11/10/2019).

GEMPITA sebagai organisasi gabungan mahasiswa Indonesia yang peduli

terhadap masyarakat di Patani (Selatan Thailand) hendak menyampaikan rasa

solidaritasnya kepada korban, keluarga korban peristiwa Tak Bai serta masyarakat

Patani yang sejak peristiwa tersebut harus hidup dibawah teror ketakutan. Untuk

memperingati peristiwa tersebut Gempita hendak menyelenggarakan acara

peringatan 15 Tahun Tragedi TakBai : Resolusi Perdamaian Di Patani

Selatan Thailand.

B. Bentuk Acara

Acara peringatan 15 Tahun Peristiwa Tak Bai akan terdiri dari beberapa

kegiatan. Acara akan dimulai dengan memyaksikan pertunjukan Badikir Barat

yang merupakan kesenian dari Patani. Setelah itu acara akan berlanjut dengan

pemutaran film singkat “Takbai - Remember Cikloh Patani” dan dilanjutkan

dengan seminar nasional yang menghadirkan narasumber :

1. Pizaro Ghozali Idrus (Internasional Jurnalis Andolu Agency, Turki)


GERAKAN MAHASISWA INDONESIA
PEDULI PATANI (GEMPITA)

Menjelaskan mengenai Isu HAM di Patani dalam Perspektif Media

2. Usman Hamid (Derektor Amnisty Internasional)

Menjelaskan tentang Perspektif HAM Internasional

3. Rachmat Abril Kholis (Peneliti CIDES Indonesia Bid. Hubungan

Internasional School of Strategis and Global Student, Universitas

Indonesia)

Menjelaskan tentang Peran mahasiswa dan ormas Indonesia dalam

menyesaikan konflik di Patani

4. Badrus Soleh, M.A, PH.D (Dosen Resolusi Konflik Internasional,

Universitas Islam Negeri Syarisf Hidayatullah, Jakarta, indonesia)

Menjelaskan mengenai Resolusi Perdamaian

Acara akan ditutup dengan foto-foto bersama sebagai lambang solidaritas

dan. Selama kegiatan berlangsung, peserta juga dapat melihat pameran foto

mengenai Patani karya Fotografer Patani dan luar Patani. Selain itu, akan ada

booth khusus yang untuk karya-karya tentang Patani.

C. Makud dan Tujuan

1. Memperkenalkan Patani dan konflik yang melingkupinya melalui seni

pertunjukan, karya foto dan kulinernya.

2. Menjelaskan Peristiwa Tak Bai dan pelanggaran ham yang terjadi

kepada peserta kegiatan.

3. Menggalang dukungan solidaritas untuk penyelesaian dan

pengungkapan Peristiwa Tak Bai serta penyelesaian permasalahan

ketidakadilan dan pelanggaran HAM di Patani pada umumnya.


GERAKAN MAHASISWA INDONESIA
PEDULI PATANI (GEMPITA)

D. Tanggal dan Tempat

Hari : Selasa, 05 November 2019

Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

Tempat : Aula Gedung FISIP

E. Peserta Acara

Sasaran peserta dalam acara tersebut terdiri dari mahasiswa-mahasiswa dan

aktivis kemanusian, dan para akademisi.

F. Penyelenggara

Penyelenggara kegiatan ini adalah Gerakan Mahasiswa Indonesia Peduli

Patani (GEMPITA) yang didalamnya merupakan gabungan dari beberapa

organisasi kemahasiswaan, antara lain : KOMPAK, KAMMI, LDK UIN Jakarta,

IMM Ciputat, HMI Ciputat, PMII Ciputat, bekerjasama dengan DEMA FISIP

UIN Jakarta.

G. Susunan Acara

Waktu Agenda PJ

08:00 – 09:00 Registrasi peserta Panitia

09:00 – 09:30 Pembukaan

Sambutan-sambutan

1. Dekan Fisip

2. Gempita

3. Dan Dema Fisip

09:30 – 10:00 Penunujukan badikir barat(kesenian Mahasiswa Patani


GERAKAN MAHASISWA INDONESIA
PEDULI PATANI (GEMPITA)

Patani)

10:00 – 10:30 Pemutaran Film Peristiwa Takbai

10:30 – 12:00 Seminar

1. Pizaro Ghozali Idrus

(Internasional Jurnalis

Andolu Agency, Turki)

2. Usman Hamid (Derektor

Amnisty Internasional)

3. Rachmat Abril Kholis

(Peneliti CIDES Indonesia

Bid. Hubungan

Internasiona)

4. Badrus Soleh, M.A, PH.D

(Dosen Resolusi Konflik

Internasional)

H. Penutup

Demikian kerangka acuan ini kami buat, agar dapat dijadikan bahan acuan

dalam menyelengarakan kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai