Anda di halaman 1dari 23

Angka Pengganda, Akselerator, COR dan ICOR

Penulis

KELOMPOK 6

NAMA : Mega Shavira P (1813031019)

Nadya Nabila P (1813031055)

Salma Aulia L ( 1863031001)

Mata kuliah : Makro Ekonomi


Dosen pengampu : Dr. Erlina Rufaidah, M.Si.
Rahmawati, M.Pd.

PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya terutama nikmat sehat dan kesempatan yang tak terhingga sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah ini, sholawat serta salam semoga tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Baginda Muhammad SAW yang telah
menjadikan suri tauladan bagi umat diseluruh alam.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Makro Ekonomi”
program studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Lampung. Selanjutnya, penulis
mengucapkan terimah kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen sekaligus
pembimbing mata kuliah Makro Ekonomi.
Penulis pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna pembuatan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Substansi Materi .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Pembelajaran. .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Angka Pengganda dalam Penentuan Pendapatan Nasional ................. 3
2.2 Konsep Akselerator ........................................................................... 10
2.3 Pengertian dan Pendekatan pada COR ............................................. 11
2.4 Pengertian dan Pendekatan pada ICOR ............................................. 14

BAB III PENUTUPAN


3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Substansi Materi

Berdasarkan analisis pendapatan nasional, terdapat efek pengganda yang


timbul dan mempengaruhi besarnya perubahan pendapatan nasional sebagai
akibat dari pengaruh perubahan pada variabel dalam ekonomi makro. Timbulnya
efek pengganda tersebut antara lain dipengaruhi oleh variabel investasi, konsumsi,
penggeluaran pemerintah, transfer pemerintah, pajak dan impor. Sebagai
perumpamaannya, dengan adanya kecendurungan mengkonsumsi dari
masyarakat, maka akan mempengaruhi perubahan pada tingkat pendapatan
nasional, begitupula yang terjadi apabila terdapat peningkatan terhadap investasi
dalam suatu negara,peningkatan investasi tersebut akan mempengaruhi perubahan
nilai pendapatan nasional.Jika semakin tinggi tingkat konsumsi dan investasi dari
masyarakat, maka akan semakin besar pula angka penggandanya, serta makin
besar pengaruhnya terhadap perekonomian negara. Efek pengganda ini pula erat
kaitannya dengan akselerasi. Akselerasi akan mempengaruhi pendapatan nasional
menjadi lebih berlipat ganda, karena akselerasi dapat mempercepat terjadinya
peningkatan pada pendapatan nasional.

Seperti yang telah dibahas di atas salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan pendapatan nasionalialah variabel investasi. Maka
agar target pada peningkatan pendapatan nasional dapat tercapai secara realistis,
diperlukan suatu pendekatan yang berkaitan dengan investasi. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan ialah melalui pendekatan nilai COR (Capital
Output Ratio) dan ICOR (Incremental Capital Output Ratio), karena dengan
mengetahui besarnya angka ICOR yang dibutuhkan, maka suatu daerah tidak akan
menemui kesulitan lagi untuk menentukan berapa besarnya investasi yang
diperlukan agar dapat mengejar target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
Semakin kecil nilai ICOR semakin besar produktifitas dan efisiensi dari investasi
yang ditanamkan. Maka dalam makalah ini akan dibahas pula pendekatan pada
investasi untuk mengetahui bagaimana investasi mempengaruhi perkembangan
perekonomian sehingga menimbulkan peningkatan pada pendapatan nasional.

1.2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari angka pengganda.


2. Untuk mengetahui perumusan angka pengganda dalam proses,investasi,
konsumsi, penggeluaran pemerintah, transfer pemerintah, pajak dan impor.
3. Untuk mengetahui konsep akselerator.
4. Untuk mengetahui pengertian dan pendekatan investasi melalui COR dan
ICOR.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Angka Pengganda dalam Penentuan Pendapatan Nasional

Angka pengganda (multiplier) merupakan suatu bilangan yang


menunjukkan hubungan saling berkaitan dan mempengaruhi antara pendapatan
nasional dengan variabel-variabel makro..Variabel makroyang dimaksud ialah
investasi, konsumsi, penggeluaran pemerintah, transfer pemerintah, pajak dan
impor. Variabel-variabel tersebut apabila mengalami perubahan maka akan
mempengaruhi perubahan padapendapatan nasional. Pendapatan nasional
mengalami perubahan, karena adanya angka pengganda yang terjadi di dalam
proses investasi, konsumsi, penggeluaran pemerintah, transfer pemerintah, pajak
dan impor.

Sejalan dengan pengertian diatas, Prasetyo (2009:60) menyatakan bahwa


besarnya pendapatan nasional suatu negara akan terus berubah hingga mampu
mencapai keseimbangan yang baru. Adanya perubahan-perubahan yang terus
terjadi pada pendapatan nasional dipengaruhi oleh variabel akibat yang akan terus
berubah untuk menyesuaikan keseimbangan yang baru. Analisis hubungan
perubahan pada pendapatan nasional dalam konsep ini diakibatkan oleh
perubahan pada investasi, konsumsi, penggeluaran pemerintah, transfer
pemerintah, pajak dan impor yang dapat diterangkan melalui angka pengganda
(multiplier).

Adapun penjabaran mengenai angka pengganda investasi, konsumsi,


penggeluaran pemerintah, transfer pemerintah, pajak, anggaran berimbang dan
impor akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Angka Pengganda Investasi


Angka pengganda investasi merupakan besarnya perubahan pada nilai
investasi yang dapat mempengaruhi perubahan keseimbangan pendapatan
nasional. Dengan adanya perubahan pada nilai investasi maka pendapatan
nasional akan mengalami perubahan, serta perubahan tersebut dapat menimbulkan
dampak terhadap pertumbuhan perekonomian.
Seperti yang telah dijabarkan diatas, Keynes dalam Murni (2009:59) juga
menyatakan bahwa Multiplier Investment terjadi setiap adanya pertambahan atau
kenaikan investasi maka akan menimbulkan kenaikan pendapatan nasional secara
berlipat ganda. Pengeluaran investasi dipandang sebagai pengeluaran yang
berdaya tinggi dalam memengaruhi produk nasional.
Formula penurunan angka pengganda investasi secara aljabar matematika
dapat dilihat sebagai berikut :
“Jika investasi (I) per tahun naik sebesar ∆I, maka pendapatan nasional (Y)
per tahun juga akan naik sebesar ∆Y, sehingga I + ∆I = Y + ∆Y.”

Berikut penjabaran dari rumus angka pengganda investasi :


 Sebelum adanya perubahan angka pengganda investasi :

a−bTx+bTr+I+G
YEq =
1−b

 Setelah adanya perubahan kenaikan investasi, maka terjadi :

a − bTx + bTr + (I + ∆I) + G


Y + ∆Y =
1−b

a − bTx + bTr + I + G ∆I
Y + ∆Y = + 1−b
1−b

∆𝐼 ∆Y 1
∆Y = 1−𝑏 atau menjadi ∆I =1 − b

Sehingga, diperoleh rumus angka pengganda investasi adalah :

∆Y 1
kI = ∆I = 1 − b
contoh soal :

Bila A membelanjakan uang untuk investasi pada tahun ke-2 sebesar ∆I (8M)
kepada B, maka nilai itu adalah merupakan pendapatan bagi B, kemudian B
membelanjakan uang tersebut dengan MPCnya sendiri yang tentu saja sebesar c∆I
kepad si C, (bahwa ∆I adalah merupakan pendapatan si B). Si C akan
membelanjakan uang dari si B kepada si D sebesar c∆I. Oleh karena uang yang
didapat si C adalah lebih kecil dari si B, dan uang yang didapat si D lebih kecil
dari si C, maka runtutan tersebut dapat kita tulis dala persamaan matemais sebagai
berikut :

2. Angka Pengganda Konsumsi

Angka pengganda konsumsi merupakan besarnya perubahan pada nilai


konsumsi yang dapat mempengaruhi perubahan keseimbangan pendapatan
nasional. Dengan adanya perubahan pada nilai konsumsi maka pendapatan
nasional akan mengalami perubahan, serta perubahan tersebut dapat menimbulkan
dampak terhadap pertumbuhan perekonomian.

Menurut Prasetyo (2009:61), angka pengganda konsumsi pada prinsipnya


sama dengan angka pengganda investasi. Pada fungsi konsumsi C = a + bYD, di
mana “a”adalah parameter besarnya konsumsi ketika tingkat disposible income
sebesar nol, maka perubahan nilai ‘a’ yang mengakibatkan berubahnya tingkat
pendapatan nasional tersebut yang kita sebut sebagai angka pengganda konsumsi.
Misal jika fungsi tersebut berubah sebesar ∆a dari “a” sehingga menjadi sebesar
(a+∆a), maka perubahan tersebut akan mengakibatkan perubahan pendapatan
nasional sebesar ∆Y, menjadi Y+∆Y. Hal ini berarti :

 Sebelum adaperubahan:

a−bTx+bTr+I+G
YEq =
1−b

 Setelah adanya perubahan fungsi konsumsi sebesar ∆a, maka terjadi :


(a + ∆a) − bTx + bTr + I + G
Y + ∆Y =
1−b

a − bTx + bTr + I + G ∆a
Y + ∆Y = + 1−b
1−b

∆𝑎 ∆Y 1
∆Y = 1−𝑏 atau menjadi ∆a =1 − b

Sehingga diperoleh rumus angka pengganda konsumsi adalah :

∆Y 1
kc = =
∆a 1−b

Contoh soal :

3. Angka Pengganda Pengeluaran Pemerintah

Angka pengganda pengeluaran pemerintah merupakan besarnya perubahan


pada banyaknya pengeluaran pemerintah yang dapat mempengaruhi perubahan
keseimbangan pendapatan nasional. Dengan adanya perubahan pada pengeluaran
pemerintah maka pendapatan nasional akan mengalami perubahan, serta
perubahan tersebut dapat menimbulkan dampak terhadap pertumbuhan
perekonomian.

Seperti pengertian diatas, Prasetyo (2009:62) juga menyatakan bahwa, angka


pengganda pengeluaran pemerintah (government expenditure multiplier)
merupakan nilai perbandingan antara jumlah keseimbangan pendapatan nasional
sebagai akibat dari adanya perubahan jumlah pengeluaran pemerintah yang
mengakibatkan perubahan pendapatan nasional tersebut.

Maka angka pengganda pengeluaran pemerintah dapat diturunkan sebagai


berikut : “Jika kenaikan pengeluaran pemerintah (G) sebesar ∆G akan berdampak
menaikkan besarnya Y sebesar ∆Y.”
 Sebelum ada perubahan jumlah pengeluaran pemerintah :

a−bTx+bTr+I+G
YEq =
1−b

 Setelah adanya perubahan pengeluaran pemerintah sebesar ∆G, maka terjadi :

a − bTx + bTr + I + (G + ∆G)


Y + ∆Y =
1−b

a − bTx + bTr + I + G ∆G
Y + ∆Y = +
1−b 1−b

∆𝐺 ∆Y 1
∆Y = atau menjadi =
1−𝑏 ∆G 1−b

Sehingga diperoleh rumus angka pengganda pengeluaran pemerintah adalah :

∆Y 1
kG = =
∆G 1−b

Contoh soal :

Apabila fungsi konsumsi menyatakan C = 300 + 0,80Y, dan pemerintah


menaikkan harga bensin dan solar sehingga pengeluaran pemerintah untuk subsidi
berkurang sebesar Rp.70 triliun, maka pendapatan nasionalnya ?

MPS = 1 – MPC

MPS = 1 – 0,80 = 0,2

1
Jika C = 300 + 0,80Y dan AG = Rp70 triliun, maka ∆Y = x ∆G
𝑀𝑃𝑆

4. Angka Pengganda Transfer Pemerintah

Angka pengganda transfer pemerintah merupakan besarnya perubahan


pada nilaitransfer pemerintah yang dapat mempengaruhi perubahan keseimbangan
pendapatan nasional. Dengan adanya perubahan pada nilai transfer pemerintah
maka pendapatan nasional akan mengalami perubahan, serta perubahan tersebut
dapat menimbulkan dampak terhadap pertumbuhan perekonomian.

Prasetyo (2009:62), menyatakan angka pengganda transfer pemerintah


adalah nilai perbandingan antara berubahnya jumlah keseimbangan pendapatan
nasional yang disebabkan oleh adanya perubahan transfer pemerintah.

“Jika, jumlah transfer pemerintah berubah sebesar Tr+∆Tr, maka akan


berakibat pada perubahan pendapatan nasional Y menjadi Y+∆Y.”

 Sebelum ada perubahan jumlah transfer pemerintah :

a−bTx+bTr+I+G
YEq =
1−b

 Setelah adanya perubahan transfer pemerintah sebesar ∆Tr, maka terjadi :

a − bTx + b(Tr + ∆Tr) + I + G


Y + ∆Y =
1−b

a − bTx + bTr + I + G b∆Tr


Y + ∆Y = +
1−b 1−b

𝑏∆𝑇𝑟 ∆Y b
∆Y = atau menjadi =
1−𝑏 ∆Tr 1−b

Sehingga diperoleh rumus angka pengganda untuk transfer pemerintah adalah :

∆Y b
kTr = =
∆Tr 1 − b

5. Angka Pengganda Pajak

Angka pengganda pajak merupakan besarnya perubahan pada nilai pajak


yang dapat mempengaruhi perubahan keseimbangan pendapatan nasional.
Namun, perhitungan pada angka pengganda pajak agak sedikit berbeda dengan
angka pengganda lainnya. Hal ini disebabkan karena apabila nilai pajak
dinaikkan, maka akan mengakibatkan penurunan pada pendapatan masyarakat
(disposibble income), dan sebagai akibatnya akan terjadi penurunan pula pada
pendapatan nasional. Oleh sebab itu, rumus pada perhitungan angka pengganda
pajak nilainya menjadi negatif, , berbeda dengan angka pengganda lainnya.

Sejalan dengan pengertian diatas, Prasetyo (2009:63) menyatakan bahwa,


angka pengganda pajak merupakan perubahan tambahan besarnya pajak yang
ditarik oleh pemerintah mengakibatkan besarnya perubahan keseimbangan
pendapatan nasional. Angka pengganda pajak sedikit berbeda dengan angka
pengganda yang lain, karena angka pengganda pajak bernilai negatif. Artinya, jika
pajak diperbesar, maka tingkat pendapatan nasional (disposible income) akan
menurun dan menurunnya (disposible income) ini akan menurunkan besarnya
tingkat pendapatan nasional.

 Sebelum ada perubahan jumlah pajak pemerintah :

a−bTx+bTr+I+G
YEq =
1−b

 Setelah adanya perubahankenaikan pajak ∆Tx, maka terjadi :

a − b(Tx + ∆Tx) + bTr + I + G


Y + ∆Y =
1−b

a − bTx + bTr + I + G −b∆Tx


Y + ∆Y = +
1−b 1−b

−𝑏∆𝑇𝑥 ∆Y −b
∆Y = atau menjadi =
1−𝑏 ∆Tx 1−b

Sehingga diperoleh rumus angka pengganda untuk adalah :

6. Angka Pengganda Impor ∆Y −b


kTx = =
∆Tx 1−b
Angka pengganda impor merupakan perubahan pendapatan nasional yang
terjadi akibat dipengaruhi oleh besarnya impor yang terjadi dalam suatu negara.
Suatu negara dalam melaksanakan impor akan sangat tergantung pada pendapatan
nasionalnya. Artinya, semakin besarpendapatan nasional, semakin besarpula
kemampuan negara tersebut mengimpor barang dan jasa dari luar negri.

Prasetyo (2009:64)menjelaskan bahwa angka pengganda impor dan ekspor


merupakan angka pengganda pada perekonomian terbuka.. Besaran nilai pada
nilai ekspor dan impor merupakan suatu konstanta, maka besaran perubahan
ekspor sama dengan besarnya perubahan impor atau dapat ditulis: (∆X=∆M=0).

Secara matematis rumus angka pengganda impor dapat ditulis :

 Sebelum ada perubahan tingkat impor :

1
YEq = [ao – bTX0 + bTr + I + G + X – M0]
1−b+bt+m

 Setelah adanya perubahan impor proposional sebesar ∆M, maka terjadi :

a0 − bTx− bTr + I + G+X−M ∆M


Y + ∆Y = +
1−bt+m 1−b +bt+m

∆Y 1
=
∆M 1−b +bt+m

Sehingga diperoleh rumus angka pengganda impor adalah :

1
kM =
1−b +bt+m

2.2 Konsep Akselerator

Akselerator dalam kajian makro ekonomi merupakan alat pemercepat


pertumbuhan pendapatan nasional. Berdasarkan konsep akselerator terdapat
keterkaitan yang sangat erat antara pendapatan nasional dengan investasi.
Investasi berkecondongan untuk mencapai tingkat yang lebih besar apabila
pendapatan nasional semakin besar jumlahnya. Sebaliknya, investasi akan
menjadi bertambah rendah apabila pendapatan nasional rendah dan tidak
berkembang.

Pada haikatnya prinsip akselerator akan menerangkan bagaimana besarnya


tambahan tingkat konsumsi pada masyarakat akan mendorong peningkatan
investasi masyarakat. Tingkat akselerasi adalah tingkat perubahan konsumsi yang
diakibatkan perubahan investasi. Semakin tinggi tingkat akselerasi konsumsi
maka semakin cepat pula perekonomian berjalan karena pembukaan kapasitas
produksi baru akan semakin cepat.

∆𝐶 𝑀𝑃𝐶 𝑋 ∆𝑌 𝑀𝑃𝐶
Ac = = =
∆𝐼 𝑀𝑃𝐼 𝑋 ∆𝐼 𝑀𝑃𝐼

Perhatikan bahwa semakin besar MPC dan semakin kecil MPI maka akan
semakin besar tingkat akselerasi konsumsinya, tentu hal ini tidak diinginkan
karena yang paling bagus bila perubahan konsumsi tetap lebih besar dari
perubahan investasi,karena menandakan bahwa investasi efesien.

Contoh soal :

Bila diketahui fungsi konsumsi C = 50 + 0,8Y dan fungsi investasi I = 60 + 0,1.


Tentukan berapa besarnya tingkat percepatan konsumsinya. Bila berikutnya
pendapatan nasional keseimbangan bertambah 20% berapakah angka
akselerasinya ?

Jawab :

∆𝐶 𝑀𝑃𝐶 𝑋 ∆𝑌 𝑀𝑃𝐶
Ac = = 𝑀𝑃𝐼 𝑋 ∆𝐼 =
∆𝐼 𝑀𝑃𝐼

110
Ῡ= = 1100
0,1

C = 930,MPC = 0,8

I = 170, MPI = 0,1


∆𝐶 𝑀𝑃𝐶 0,8
Ac = = = 0,1 = 8
∆𝐼 𝑀𝑃𝐼

Ῡ2 = (1100 × 0,2) + 1100 = 220 + 1100 = 1320

1
∆𝑌 = 220 → 𝐾𝑒𝑐 = 220 = 0,2 ∆𝐶

220
∆𝐶 = = 44
5

1
∆𝑌 = 220 → 𝐾𝑒𝑙 = 220 = 0,1 ∆𝐼

220
∆𝐼 = = 22
10

44
AC (tahap berikutnya) = 22 = 2

Perhatikan , pada awal (sewaktu pendapatan nasional keseimbangan sebesar


1100) akselerasi konsumsi sebesar 8,artinya setiap perubahan konsumsi sebesar 8
hanya membutuhkan 1 tambahan investasi. Akan tetapi ketika pendapatan
nasional menjadi sebesar 1320 (pendapatan nasional keseimbangan naik 20%) ,
tingkat akselerasi hanya sebesar 2, artinya setiap perubahan konsumsi sebesar 2
membutuhkan 1 tambahan investasi. Yang artinya konsumsi pada tahap
berikutnya semakin cepat dari pembukaan kapasitas produksi yang baru.

2.3 Pengertian dan Pendekatan pada COR (Capital Output Ratio)

Capital Ouput Ratio (COR) merupakan suatu angka perbandingan yang


menunjukkan berapa besar jumlah satuan modal yang dibutuhkan untuk dapat
menghasilkan satu unit output.

Sejalan dengan pengertian di atas, menurut Todaro dalam Suryani


(2006:96) menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional berhubungan
dengan COR (Capital Output Ratio). Sehingga COR dapat diartikan untuk
mengukur berapa tambahan output yang dapat dicapai karena penambahan kapital
sebesar satu unit. Artinya, COR merupakan banyaknya kebutuhan investasi yang
diperlukan untuk mendapatkan 1 unit output.
Menurut Harrod-Domar pada jurnal Suryani (2006:96) Mekanisme
perekonomian dengan pengertian investasi yang lebih banyak, yang diarahkan
pada usaha mempercepat pertumbuhan lebih banyak diterangkan oleh Sir Roy
Harrord dan Evsey Domar yang lebih dikenal dengan model pertumbuhan
HarrordDomar, dimana mereka berdua adalah seorang ekonom Amerika dan
Inggris. Teori Harrord-Domar ini yang memberikan arti penting investasi dalam
pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki invetasi.
Pertama investasi menciptakan pendapatan, dan kedua investasi memperbesar
kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok kapital.

Pernyataan serupa dikemukakan oleh Todaro pada jurnal Suryani


(2006:96), bahwa investasi (akumulasi modal) bertujuan memperbesar output dan
pendapatan di masa datang. Melalui investasi pada barang modal produktif
(termasuk investasi dalam sumber daya manusia) dan investasi di bidang
infrastruktur sosial dan ekonomi untuk menunjang aktivitas perekonomian secara
terpadu, peningkatan output dapat dicapai dan pendapatan masyarakat akan
meningkat.

Menurut teori Neo-Klasik yang dikemukakan oleh Solow (Suryani


2006:97), pertumbuhan ekonomi tergantung kepada akumulasi modal,
pertumbuhan tenaga kerja dan tingkat kemajuan teknologi. Dalam jangka pendek,
diasumsikan kapital, sumber daya alam dan teknologi konstan. Sedang dalam
jangka panjang semua variabel tidak konstan. Pandangan ini didasarkan pada
anggapan yang mendasari analisis Klasik, yaitu perekonomian akan tetap
mengalami tingkat penggunaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan
modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain,
sampai di mana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan
penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.

Menurut Froyen pada jurnal Suryani (2006:97), di lain pihak berdasarkan


model pertumbuhan endogenous (Endogenous Growth Models) tingkat output
selain tergantung pada tingkat input kapital dan tenaga kerja, tetapi juga
tergantung pada tingkat teknologi. Teknologi dalam fungsi produksi dianggap
sebagai salah satu input endogenous. Hubungan antara ouput dan teknologi
berbeda dari input-input yang lain. Hal ini karena perkembangan teknologi
mempengaruhi output secara keseluruhan dan berubah menurut waktu.

Konsep rasio modal output (COR) menunjukkan hubungan antara nilai


investasi modal dan nilai output. Ia menunjukkan jumlah modal yang diperlukan
untuk memproduksi suatu unit output. Menurut Mankiw pada jurnal Suryani
(2006:97), rasio modal output (capital output ratio = COR) bisa berubah. Dengan
kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah
modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-
beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang
digunakan, maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit. Sebaliknya jika
modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang
digunakan. Adanya sifat perekonomian yang fleksibilitas ini memberikan
kebebasan yang tidak berbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga
kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Selain itu
pertumbuhan output per tenaga kerja tergantung pada kemajuan teknologi.

Pengertian diatas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

K
COR = Qm

Keterangan :

K = Jumlah nilai dari stok kapital nasional

Qm = Besarnya kapasitas produksi nasional

Alat-alat kapital setiap tahun mengalami penyusutan. Dengan adanya


penyusutan ini, maka kapasitas produksi nasional akan menurun, kecuali jika
penyusutan ini diimbangi dengan investasi baru yang jumlahnya lebih besar
daripada penyusutannya.. Besarnya penyusutan agregratif mempunyai hubungan
tertentu dengan stok kapital nasional, maka penurun kapasitas produksi nasional
dapat kita hubungkan dengan COR. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat
disusun persamaan-persamaan sebagai berikut :
Untuk menghitung kapasitas produksi nasional :

K
Qm = COR

Contoh soal :

pada awal tahun 2007 mempunyai sejumlah alat kapital yang dapat menghasilkan
output nasional dengan tingkat harga konstan sebesar Rp800 milyar setahun.
Hitunglah stok kapitalnya pada awal tahun 2007 !

Jawaban :

𝐾
Stok kapital pada awal tahun 2007 : Qm =
𝐶𝑂𝑅

𝐾
Atau Rp800 = Jadi, K = 4 x Rp800 = Rp.3.200milyar
4

2.4 Pengertian dan Pendekatan pada ICOR (Incremental Capital Output


Ratio)

ICOR merupakan suatu bilangan yang menyatakan besarnya perubahan


antara peningkatan stok kapital dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan
output.

Menurut Jhingan dalam jurnal Suparto (2017:48), Rasio Modal-Output


Incremental (ICOR) menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan output (∆Y)
yang dihasilkan dari kenaikan tertentu pada persediaan modal (∆K).

sehingga jika dituliskan secara matematims, ICOR dapat digambarkan


sebagai :

∆K ∆K
ICOR = ∆Qm atau dapat ditulis ; ICOR =∆Y

Keterangan :

∆K = Besarnya tambahan kapital yang dibutuhkan


∆Qm = Besarnya tambahan kapasitas produksi nasional

Dalam literatur tanda Qm sering diganti dengan Y, sehingga dapat ditulis dengan
∆I
ICOR = ∆Y

Untuk menghitung perubahan kapasitas produksi nasional :


∆𝐾 ∆K ∆𝐼
ICOR = ∆𝑄𝑚 maka ∆Qm = ICOR atau dapat ditulis sebagai, ∆Y = ∆𝐼𝐶𝑂𝑅

Contoh soal :

Produk Domestik Bruto suatu negara pada tahun 2013 sebesar 1 triliun yang
merupakan kumulatif dari kontribusi sektor pertanian sebesar 400 milyar, industri
sebesar 400 milyar, dan 200 milyar dari sektor jasa. Sementara, pada tahun 2014
negara tersebut merencanakan investasi sebesar 200 milyar dengan rincian : untuk
sektor pertanian sebesar 75 milyar, industri sebesar 75 milyar, dan sektor jasa
sebesar 50 milyar.
ICOR masing-masing sektor sebagai berikut : sektor pertanian 3, sektor industri 5,
dan sektor jasa 5.
hitunglah pertumbuhan ekonominya !

Jawaban :

Pertanian Industri Jasa Total


Nilai Output 400 400 200 1000
ICOR 3 5 5
Investasi 75 75 50 200

Nilai ICOR diperoleh dari pembagian unit modal yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit output. Dinyatakan sebagai :

∆K
ICOR =
∆Y
Besarnya tambahan output masing-masing sektor adalah :

𝐼𝑝 75
Sektor pertanian : ∆Yp = + = 25
𝐼𝐶𝑂𝑅 𝑃 3

𝐼𝑖 75
Sektor industri : ∆Yi = + = 15
𝐼𝐶𝑂𝑅 𝑖 5

𝐼𝑗 50
Sektor jasa : ∆Yj = + = 10
𝐼𝐶𝑂𝑅 𝑗 5

Nilai pertambahan output perekonomian adalah penjumlahan pertambahan nilai


sektoral yaitu : 25 + 15 + 10 = 50

2.6Analisis Angka Pengganda pada Pendapatan Nasional dalam


Perekonomian Indonesia

Asian Games 2018 Sumbang 0,05 Persen ke Pertumbuhan Ekonomi RI

Artikel ini telah tayang di Kompas.com


Penulis : Ridwan Aji Pitoko
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah meyakini bahwa Asian Games


2018 akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro
mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan meningkat
sekitar 0,05 persen dari pertumbuhan baseline. "Berlangsungnya Asian Games
2018 telah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,05 persen
dari PDB Indonesia. Kalau enggak ada Asian Games katakanlah pertumbuhan
tahun ini 5,15 persen tetapi dengan adanya itu pertumbuhan jadi 5,2 persen,"
jelas Bambang di Gedung Bappenas, Jakarta, Selasa (16/10/2018). Pada saat
bersamaan terdapat penciptaan nilai tambah sebesar Rp 8,2 triliun, sedangkan
total nilai tambah keuntungan ekonomi riil yang tercipta selama periode 2015-
2019 adalah Rp 22,3 triliun. "Dengan demikian, efek pengganda terhadap
output perekonomian dalam periode 2015-2019 adalah senilai Rp 42,4 triliun,"
sambung Bambang. Bambang pun menambahkan, Asian Games 2018 telah
memberikan dampak ekonomi langsung kepada negara sebesar Rp 40,6 triliun
sejak pertama kali ditunjuk guna menjadi tuan rumah pada 2015 hingga
berakhir Asian Games awal Oktober lalu. "Selama tiga tahun periode tersebut
dampak ekonomi langsung adalah Rp 40,6 triliun dengan rincian Rp 29,1
triliun dari investasi konstruksi sejak 2015 hingga 2018. Sebesar Rp 7,8 triliun
dari operasional penyelenggaraan dan Rp 3,7 triliun dari pengeluaran
wisatawan asing dan wisatawan domestik," jelas dia.

Analisis :
Dari berita di atas dapat disimpulkan bahwa Asian Games 2018
memberikan efek pada peningkatan pendapatan negara. Asian Games
2018berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,05 persen dari
PDB Indonesia. Dengan adanya peningkatan pendapatan negara maka telah
terjadi efek pengganda di dalam perekonomian Indonesia, sebagai akibat dari
penyelenggaraan Asian Games dan Indonesia menjadi tuan rumahnya.
Penyelenggaraan Asian Games tersebut menambah pemasukan perekonomian
Indonesia. Efek pengganda terhadap output perekonomian yang terjadi dalam
periode 2015-2019 adalah senilai Rp 42,4 triliun.
Asian Games 2018 telah memberikan dampak ekonomi langsung kepada
negara sebesar Rp 40,6 triliun sejak pertama kali ditunjuk guna menjadi tuan
rumah pada 2015 hingga berakhir Asian Games awal Oktober. Selama tiga
tahun periode tersebut dampak ekonomi langsung adalah Rp 40,6 triliun
dengan rincian Rp 29,1 triliun dari investasi konstruksi sejak 2015 hingga
2018. Sebesar Rp 7,8 triliun dari operasional penyelenggaraan dan Rp 3,7
triliun dari pengeluaran wisatawan asing dan wisatawan domestik
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Angka pengganda adalah hasil kali pertambahan tiap variabel makro yang
membentuk pendapatan nasional. Angka pengganda menunjukkan hubungan yang
saling mempengaruhi antara variabel tertentu dengan variabel pendapatan
nasional. Jika angka pengganda tersebut mempunyai angka yang tinggi,maka
perubahan yang terjadi pada variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat
pendapatan nasional dan sebaliknya.Variabel yang mempengaruhi pada angka
pengganda tersebut adalah investasi, konsumsi, penggeluaran pemerintah, transfer
pemerintah, pajak dan impor.

Selain angka pengganda yang berdampak pada investasi, ternyata


akselerator pun ikut berdampak pada investasi. Prinsip akselerator secara
sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional yang akan menyebabkan
terjadinya perubahan dalam jumlah investasi. Perubahan jumlah investasi akan
berdampak pada pendapatan nasional. Jika jumlah investasi bertambah maka
pendapatan nasional pun bertambah, sehingga akan menjadi lebih baik jika ada
perpaduan antara angka pengganda dan akselerator.

Untuk meningkatkan investasi tersebut perlu adanya pendekatan dalam


bidang investasi salah satu nya melalui nilai COR dan ICOR. COR merupakan
konsep rasio modal output yang menunjukkan hubungan antara nilai investasi
modal dan nilai output, rasio modal output menunjukkan jumlah modal yang
diperlukan untuk memproduksi suatu unit output. Sedangkan Incremental Capital
Ouput Rasio(ICOR) menunjukkan perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
hubungan antara jumlah kenaikan output yang dihasilkan dari kenaikan tertentu
pada persediaan modal.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, P.Eko. 2009. “Fundamental Makro Ekonomi”. Yogyakarta: Beta Offset.

Murni, Asfia. 2009. “Ekonomika Makro”. Bandung: PT Refika Aditama.

Elly Suryani. 2006. “Analisis Total Faktor Produktivitas dan Pertumbuhan


EkonomiSumatera Selatan”.
(https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jep/article/view/4822) ONLINE.
Vol.4. No.2. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2019.

LM, L Suparto. 2017. “Analisis Invesment Capital Output Ratio (ICOR) dalam
Rangka Proyeksi Kebutuhan Investasi di Kabupaten Majalengka Tahun
2017-2019”.
(https://jurnal.unma.ac.id/index.php/mk/article/view/505) ONLINE. Vol.4. No.1.
Diakses pada tanggal 08 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai