Anda di halaman 1dari 18

CEKUNGAN SENGKANG

A. PENDAHULUAN
Geologi Regional
Cekungan Sengkang yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan
(Gambar 1) terbentukoleh suatu sistem sesar berarah utara barat laut -
selatan tenggara di Zona Sesar Walanae, yang diikutioleh pembentukan
cekungan busur muka dan pengendapan sin-orogenik pada Neogen Akhir.
Sesar utamaini memisahkan bagian barat dan timur Sulawesi Selatan, dan
berpengaruh terhadap pengendapan selamaMiosen Akhir sampai Kuarter.

Gambar 1. Detail lokasi Cekungan Sengkang dalam kotak hitam

Secara topografi cekungan Sengkang merupakan daerah yang rendah


dan dekat dengan permukaan laut, juga dekat dengan Danau Tempe yang
menutupi beberapa bagian di barat cekungan.
Cekungan Sengkang (Gambar 2) pada sisi utara dibatasi oleh
Pegunungan Latimojong yang disusun oleh endapan flysch berumur
Cretaceous. Sebelah selatan dibatasi Pegunungan Bone membentuk batas
bagian selatan dari cekungan Sengkang timur dimana sediment berumur
Neogen tersingkap. Sebelah barat Pegunungan Camba. Sedangkan
disebelah timur yaitu Pantai Bone (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Geologi Sulawesi Selatan (modified from Sukamto, 1975,


van Leuwen, 1981; Bergman et al., 1996; van den Bergh, 1999)

Gambar 3. Penampang Sulawesi Selatan (R. De Boer).


Stratigrafi
Stratrigrafi Cekungan Sengkang Timur
1. Formasi Bone
Merupakan sedimen Neogen tertua terdapat terdiri dari perlapisan
batugamping dan mudstone dengan ketebalan 220m. Interval ini
diperkirakan berumur Miosen Awal.
Batugampingnya berwarna putih sampai abu-abu cerah,
batugamping bioklastik wackestone, dan batugamping packstone
foraminifera planktonik berbutir halus, berselingan dengan mudstone
abu-abu cerah. Formasi ini berumur sama dengan bagian atas Formasi
Tonasa (Gambar 5) yang mana terlihat sebagai sekuen batugamping yang
terhampar luas dan terlihat sampai bagian baratdaya Sengkang.
2. Formasi Camba
Formasi Camba secara tidak selaras terlapiskan diatas Formasi
Bone. UmurFormasi Camba adalahMiosenTengahsampaiMiosenAkhir.

Gambar 4. Kolom stratigrafi Cekungan Sengkang Timur (Sukamto,


1982)
PadaformasiCamba di Cekungan Sengkang timur terdapat sekuen
grey calcareous mudstone perselingan dengan batupasir lithic bersortasi
buruk. Formasi Camba semakin ke timur semakin marine. Pada bagian
yang tebal yang terlihat adalah sekuen calcareous mudstone yang
dominan memiliki perselingan bioclastic limestone yang tebal.
3. Formasi Tacipi
Formasi Tacipi (Miosen akhir) diendapkan secara tidak selaras di
atas Formasi Camba dan ditemui di seluruh Cekungan Sengkang Timur.
Formasi ini dibagi dalam 2 unit.
Unit B tersingkap secara luas di bagian selatan cekungan. Secara
litologi, dasar dari Unit B dikenali dari melimpahnya fragmen
batugamping dalam mudstone karbonatan. Lapisan tipis konglomerat
berfragmen vulkanik berbutir menyudut menandai dasar Formasi Tacipi
dan diatasnya ditutupi mudstone karbonatan yang kaya coral dan
endapan debris bioklastik.. Pada area ini Unit B memiliki lapisan lebih
tebal (rata-rata 200m) dan terdiri dari lapisan wackestone bioklastik
berbutir halus berwarna putih, dengan perselingan mudstone karbonatan.
Unit B memiliki porositas yang rendah dan merupakan reservoir yang
kurang berkualitas.
Bagian atas interval Unit C secara umum terdiri dari packstone
bioklastik homogen. Reefal bioklastik secara luas termodifikasikan oleh
proses diagenesis tetapi memperlihatkan komposisi utamanya yaitu coral
dan calcareous algae. Sedimen tertua diperkirakan berumur Miosen
Tengahdan pengendapan limestoneterakhir terjadi pada Pliosen Awal.
4. Formasi Walanae
Formasi Walanae secara formal dibagi ke Batugamping Tacipi,
AnggotaBurecing,AnggotaSamaoling, dan Anggota Beru Fluvial
Clastic(van den Berg, 1999). Disebut juga dengan “Celebes Molasse”
(Van Bemmelen, 1949). Terletak sepanjang Cekungan Sengkang timur
sampai barat, dan tersingkap sepanjang Zona Sesar Walanae.Formasi ini
di dominasi oleh mudstone abu-abu dengan perselingan siltstone, lithic
sandstone dan sedikit sisipan limestone dan tuff. Pada Cekungan
Sengkang Timur, formasi ini memiliki ketebalan 1800 m dan pada
wilayah Cekungan Sengkang Barat memiliki ketebalan 3500 m.
Urutan lingkungan pengendapan Formasi Walanae dari bawah ke
atas yaitu marine, marginal marine, terrestrial, dan supra tidal pada
permukaannya. Formasi Walanae berumur Pliosen.

Gambar 5. Kolom Stratigrafi Sulawesi Selatan (Dimodifikasi oleh


Sukamto, 1982; Wilson and Moss, 1999; dan Guntoro, 1999).
B. EVOLUSI TEKTONIK
Cekungan Sengkang timur
Cekungan sebelah timur ini terbentuk sepanjang Miosen Awal hingga
Miosen Akhir dengan sedimentasi bersumbu utara – selatan. Sampai ketebalan
1800 m dari sedimen berumur Miosen, hadir ketidakselarasan yang disebabkan
oleh reefs limestone berumur Miosen Akhir.Pertumbuhan reefs mengindikasikan
kedalaman lingkungan air yang relatif stabil.Stabilitas relatif yang berkelanjutan
selama Pliosen diindikasikan oleh hadirnya banyak clastic sequence yang lebih
tipis. Cekungan Sengkang merupakan onshore basins yang paling utama di
Sulawesi, dikembangkan disepanjang timur lengan barat, sebagai suatu perluasan
laut (coastal extension) dari cekungan offshore Bone.
Cekungan Sengkang Barat dan Zona Sesar Walanae
Pergeseran utama yang membagi bagian timur dan barat dari cekungan
Sengkang secara regional merupakan zona sesar ekstensif Walanae. Lengan
baratdaya Sulawesi terpisah baratlaut-tenggara oleh zona sesar tersebut dengan
jarak hampir 200 km. Sesar itu bergerak relatif utara-selatan sepanjang batas
sebelah barat dari Pegunungan Bone.
Sistem patahan utara-barat laut utama yang berarah utara, Zona Sesar
Walanae, terpisah bagian timur dan barat Sulawesi Selatan dan Sulawesi
mempengaruhi pengendapan selama Miosen Akhir ke Kuarter.
Fakta regional menyebutkan bahwa Zona Sesar Walanae merupakan sinistral
strike-slip fault, bagian dari sistem yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh
lengan baratdaya Sulawesi (Sukamto, 1975).
Pengendapan di Cekungan Sengkang bagian timur dimulai pada Miosen
Awal. Mudstones dan Limestones berumur Miosen Akhir diendapkan diatas
basement vulkanik berumur Eosen. Selama Miosen Tengah dengan tektonik yang
aktif, pengendapan disela oleh dua periode dari deformasi dan erosi. Pengendapan
karbonat mulai terbentuk pada Miosen Akhir dan limestones platform menyebar
luas sepanjang cekungan Sengkang bagian timur. Pada area dimana pertumbuhan
reefs harus menjaga langkah dengan kenaikan relatif permukaan laut. Pertumbuhan
reefs berhenti pada akhir Miosen. Subsequent memperbaharui sedimentasi klastik
menutupi permukaan limestone dengan teratur. Regresi Pliosen akhir memuncak
pada Holosen bersama erosi.
C. SEJARAH GEOLOGI
1. Pra-Miosen
Langi Volcanic berumur Eosen menjadi basement dari cekungan ini.
Bagian permukaan menunjukkan periode deformasi dan erosi, kemungkinan
pada awal Miosen.
Pada bagian selatan Cekungan Sengkang timur, kelurusan berarah utara-
selatan dapat ditunjukkan pada peta penampang Pra-Miosen. Pada bagian
selatan, basement ini naik ke atas dan tersingkap sebagai Langi Volcanic.
2. Miosen Awal
Formasi ini memiliki batas tidak selaras pada bagian atas dan bawahnya.
Ini menunjukkan sisa-sisa erosi pada endapan sedimen Pra-Miosen.
Pengendapan yang lebih luas dari limestoneFormasi Tonasa terjadi kearah
baratdaya selama Miosen Awal.
3. Miosen Tengah
Dasar dari Formasi Camba yang tidak selaras menunjukkan sedimentasi
yang terhenti pada Post-Miosen awal. Lingkungan pengendapan Formasi
Camba merupakan laut dalam dengan trend utara-selatan. Periode pengangkatan
dan erosi yang terjadi pada daerah barat membentuk kelurusan laut dalam yang
sempit berarah utara-selatan. Pada bagian barat, bagian atas lapisan Miosen
Tengah ditimpa oleh karbonat Miosen Akhir, menunjukkan periode lain dari
erosi.
4. Miosen Akhir
Pertumbuhan reefs dari Formasi Tacipi memiliki kelurusan utara-selatan
kecuali pada bagian utara cekungan ini.
Pertumbuhan reef menunjukkan kenaikan muka air laut. Pada singkapan
di selatan, lapisan Miosen Akhir menimpa Langi Volcanicmenunjukkan
transgresi yang meluas sepanjang Miosen Akhir. Dua fase pertumbuhan reef
dapat dikenali yaitu fase buildup platform yang rendah pada bagian selatan
cekungan dan fase buildup pinnacle di bagian utara. Semakin tebalnya
limestone pada bagian utara cekungan menunjukkan bahwa supply materi
berasal dari utara.
Batas dari pertumbuhan reef dalam cekungan memiliki waktu yang
berbeda-beda, disebabkan oleh peningkatan supply material sedimen. Supply
material pada Pliosen memiliki perubahan dari karbonat ke endapan klastika
halus. Hal ini disebabkan oleh kenaikan kedalaman laut dan supply material dari
aktivitas vulkanik yang baru dari barat.
5. Pliosen
Pada singkapan di selatan, Formasi Walanae menjemari dengan reef
limestonedari Formasi Tacipi. Pada bagian selatan dan tengah dari cekungan ini,
Formasi Walanae mengisi buildup dari formasi Tacipi. Data foraminifera
menunjukkan pengendapan ini terjadi pada laut dalam.
Bagian atas Formasi Walanae menunjukkan sikuen regresif. Material
kasarnya berasal dari arah barat laut. Data singkapan menunjukkan periode
pengangkatan pada Pliosen akhir, pada bagian utara dan selatan cekungan. Ini
menghasilkan sumbu pengendapan barat-timur dengan supply sedimen terbesar
berasal dari timur dan tenggara dan menggambarkan perubahan besar dari
kelurusan struktural dan pengendapan yang biasanya utara-selatan. Dua sesar
naik berarah barat-timur menyebabkan perubahan sikuen. Sesar ini mungkin
merupakan orde kedua dari gerakan sesar Walanae pada Pliosen Akhir
Gambar 6. Geologi sejarah dan tektonik Cekungan Sengkang
D. PETROLEUM SYSTEM
1. Batuan Induk
Merupakan lapisan sedimen yang kaya akan masa organik yang
berasal dari material biologi. Batuan inilah yang berfungsi sebagai
sumber dan gas sebelum akhirnya termigrasikan.
Batuan induk di cekungan Sengkang berada di bagian barat
(subcekungan Sengkang barat). Kurangnya pematangan di subcekungan
Sengkang timur, menunjukkan bahwa hanya sedimen yang cukup
dalamlah yang nantinya akan menghasilkan hidrokarbon, seperti yang
terdapat di subcekungan Sengkang Barat.
Di subcekungan Sengkang bagian barat, total ketebalan
sedimenlebih dari 6000 meter. Jika saja paleogradient subcekungan
Sengkang timur sama halnya dengan subcekungan Sengkang barat,
bagian dasar dari sedimennya akan mencapai kondisi mature yang
nantinya akan menghasilkan gas. Unit C diharapkan menjadi alur utama
migrasi gas menuju subcekungan Sengkang Timur.
Batuan induk di cekungan ini termasuk kedalam Unit A (Formasi
Camba). Unit A terdiri atas mudstones dengan perselingan sandstone dan
sejumlah karbonat. Pengendapannya berlangsung pada awal Miosen
Tengah, dalam lingkungan yang tertutup.
Total Organic Carbon (TOC) melebihi 80% pada batubaranya yang
mencapai 380 kg/tonne. Tipe kerogennya yaitu tipe II dan III. Gas yang
ditemui disini umumnya berupa methane (93-97%) dengan sedikit
hidrokarbon berat, karbon dioksida dan nitrogen. Dari hasil analisis,
gasnya terdiri dari lebih dari 99 % C1 dengan hanya sedikit C2. Data
karbon isotop stabil mencirikan bahwa methan yang terdapat di cekungan
ini tidak berasal dari biogenic.
Data geokimia untuk area ini sangat terbatas. Analisis dari 4 sampel
singkapan di Unit A dan Unit D mencirikan kandungan organic carbon
yang baik. Meskipun tingkat pematangan dari sample singkapan tersebut
dalam kisaran immaturity, vitrinite reflectances yang telah diukur di Sallo
Bulo-lS, Lamata-lS dan Peniki-1 mencirikan immaturity hingga early
maturity. Pada sumur yang dalam geothermal gradiennya yaitu
1.4°F/100 ft. Sedangkan gradien geothermal rata-rata saat ini di
Cekungan Sengkang adalah rendah yaitu hanya 1.05°F/100 ft.
2. Karakteristik Reservoir
Merupakan tubuh batuan yang poros dan permeabel dibawah
permukaan sebagai tempat terakumulasinya minyak dan gas (Tver &
Berry, 1980).
Pembagian stratigrafi informal Cekungan Sengkang dikeluarkan
oleh BP/Gulf dan dirancang terutama untuk korelasi antar bagian sumur.
Rangkuman lithostratigrafi (Gambar 4). Karakteristik reservoir ditiap
unit di jelaskan di bawah ini, dimulai dari unit yang paling tua.
Unit A
Unit ini umumnya terdiri atas mudstones dengan perselingan
sandstone dan sejumlah karbonat. Bagian unit A ini telah di bor di
Kampung Baru-1 (616 meter) dan di Sallo Bulo-1S (1530 meter).
Sedimennya kemungkinan diendapkan pada awal Miosen tengah, dalam
lingkungan yang tertutup. Sandstone yang ditemui mempunyai matriks
argilik dan batugamping yang tipis. Batuan tersebut memiliki
karakteristik reservoir, porositas, dan permeabilitas yang buruk.
Unit B
Unit B ini merupakan lapisan yang tipis, tebalnya hanya mencapai
95 meter. Terdiri dari paparan batugamping yang terkadang berselang-
seling dengan marls. Unit ini merupakan transisi antara dominasi
mudstone Unit A dan batugamping dari Unit C. Sekuen litologi ini
muncul di tiap sumur sampai Unit C.
Keberadaan gas dalam jumlah yang sedikit dijumpai pada
batugamping Unit B di Kampung Baru North-1, namun batugamping
tersebut agak keras/padat dan tidak begitu potensial sebagai reservoir.
Unit C
Merupakan anggota dari Formasi Tacipi. Terdapat pada kedalaman
1100m, dan memiliki ketebalan sekitar 450 meter dengan kisaran 0-
700m, dan densitas batuan 2.55 gr/cm, Hanya batugamping Unit C yang
dikenal sangat berprospek di Cekungan Sengkang. Batugamping tersebut
muncul sebagai sejumlah fasies di keseluruhan wilayah Sengkang. Luas
lingkungan reefal berkisar dari 0.1 hingga 7.0 km2 dan ketebalannya 30
hingga 200 meter. Reef tersebut jaraknya saling berdekatan satu sama
lain, biasanya kurang dari 5 km dalam area 400 km2.
Gambar 7. Peta lokasi bor di Cekungan Sengkang Timur
Karakteristik reservoir batugamping Unit C di tiap sumur adalah
sebagai berikut:
- Lamata-1
Batugampingnya memiliki algae dan komponen coral dan
berasosiasi dengan fasies yang berasal dari reefal debris. Teksturnya
boundstone di bagian lingkungan reefal hingga grainstone di bagian
depan reef. Asossiasi biologinya terdiri dari Foraminifera dan Molluska.
Proses sementasi menutupi porositas, tapi karakteristik porositas dan
permeabilitasnya selalu sedang sampai bagus, porositasnya berkisar dari
15% hingga 25% dan permeabilitasnya berkisar dari 1 hingga 5 md.
- Sallo Bulo 1-S
Unit C terdiri dari argillaceous limestone. Teksturnya packstone
dengan Foraminifera planktonik dan sedikit biological debris.
Porositasnya rendah, dan permeabilitasnya yang kecil. Di sumur ini,
Unit C memiliki fasies cekungan dengan beberapa shelf facies sebelah
luarnya.
- Peniki-1
Memiliki ketebalan 315 meter, pada dasarnya disusun oleh
biological limestone dengan debris coral algae yang melimpah dan juga
Foraminifera. Unit ini berkapur dan kadang-kadang mengandung
sedikit argillaceous. Porositasnya baik (20-30 %), tapi permeabilitasnya
sedang seiring dengan teksturnya yang berkapur. Unit ini diendapkan di
lingkungan inner shelf di dekat lingkungan reef.
- Walanga-1
Tebalnya 423 meter dan terdiri dari coral dan batugamping alga.
Teksturnya berkisar dari boundstone hingga wackestone. Biologies
debris utamanya adalah dari Algae, corals, Foraminifera, dan Molluscs.
Teksturnya biasanya berkapur (chalky). Porositasnya baik, tapi
sementasi yang parsial juga dapat terbentuk. Porositas rata-ratanya yaitu
31 % dengan kisaran 15-39%, permeabilitas rata-ratanya yaitu 161 md
dengan kisaran 0.1-3200 me. Disini, Unit C mencirikan lingkungan
pengendapan reefal.
- Kampung Baru-1
Batugamping dengan ketebalan 68 meter dan terutama terdiri
dari reefal limestone dan bioclastic packstone. Komponen fauna
utamanya yaitu: Algae, Molluscs, Foraminifera dan echinoids.
Porositasnya berkisar dari 23 sampai 41 % sedangkan permeabilitasnya
berkisar dari 17 sampai 1400 md. Sumur ini berada pada lingkungan
reef.
- Bonge-1
Sumur ini hanya mencapai bagian atas dari Unit C yang mana
terdiri dari coral dan algal limestone, dengan tekstur packstone.
Porositas baik; moldic, vuggy dan intergranular, tapi kehadiran
sementasi mengurangi tingkat porositasnya.

- Kampung Baru North-1


Unit C tidak muncul di sumur ini, karena posisinya dekat dengan
lingkungan shelf. Merupakan fasies yang tidak prospektif meliputi tipe
deep-water limestone dan porous tapi merupakan gundukan reef yang
impermeable yang memotong bagian yang lebih ke utara dari Cekungan
Sengkang.
Lingkungan pengendapan Unit C:
1) Daerah Inner shelf
Dari batas selatan area reef utara sampai ke daerah yang tersingkap
di bagian selatannya terutama terdiri dari inner shelf facies. Litologinya
antara lain wackestone-packstone, dengan biological debris Algae, coral,
Molluscs, Foraminifera besar dan debris. Fasiesnya chalky (berkapur).
Di daerah tersebut, karakteristik petrophysic reservoir adalah
sedang hingga buruk.
2) Lingkungan reef dengan assosiasi fasies
Fasies ini disusun oleh algal reef, reef-front, inter-reef and back-
reef. Teksturnya grainstones di reef-front facies dan packstones di inter-
reef dan back-reef facies.
Porositas berkisar dari 20 - 40 % dan permeabilitas melebihi 100
md pada reef facies yang bertekstur grainstones. Pada fasies yang
bertekstur packstones porositasnya adalah sama, tapi permeabilitasnya
rata-rata 10 md.
Lingkungan reefal merupakan perluasan ke arah timur Pantai Bone,
dan ke arah barat subcekungan onshore Sengkang Barat.
3) Basinal facies
Terutama bertempat di bagian utara antara singkapan sebelah utara
(Gunung Latimojong) dan lingkungan reef. Merupakan endapan Miosen
akhir fasies laut dalam, terutama yang terdiri dari marls dengan
foraminifera planktonic. Tidak ada batuan reservoir yang diperkirakan
ada di lingkungan ini.

Unit D
Sebagian besar terdiri dari argillaceous sandstone dengan
perselingan mudstone di subcekungan Sengkang Timur. Unit ini melapisi
langsung batugamping Unit C. Porositas dan permeabilitasnya umumnya
buruk dan tidak ada karakteristik reservoir.
Subcekungan Sengkang Barat di isi oleh endapan Miosen yang
sangat tebal dan juga Pliosen hingga sedimen yang lebih muda, yang
mana berhubungan dengan Unit D dari subcekungan Sengkang Timur.
Reservoir potential pada subcekungan ini benar-benar tidak diketahui,
tidak ada sumur yang di bor di daerah ini. Pasir reservoir tidak mungkin
terbentuk selama pengendapan di subcekungan Sengkang barat.
3. Migrasi Hidrokarbon
Setelah tergenerasikan dari batuan induk, hidrokarbon mengalami
migrasi primer dari batuan induk ke reservoir dan migrasi primer dari
reservoir kedalam sistem pemerangkapan.
Hidrokarbon dari batuan induk di subcekungan Sengkang Barat
bermigrasi ke arah timur melewati Zone Sesar Walanae. Bukti yang
mendukung migrasi lateral ini adalah komposisi gas yang menuju
subcekungan Sengkang Timur sedikit berbeda dengan gas kering yang
ditemukan di timur, ini mungkin terjadi karena adanya rekahan selama
bermigrasi. Adanya dry holes di subcekungan Sengkang Timur yang
mengindikasikan kekurangmatangan dari batuan induknya.
Migrasi diperkirakan terjadi selama Pliosen Akhir.
4. Seal Rocks
Merupakan batuan yang memiliki pori yang sangat kecil dan antar
pori tidak saling berhubungan sehingga menghambat migrasi minyak dan
gas (Downey, 1994), atau berfungsi menghambat terjadinya migrasi
sekunder (Allen and Allen, 1990).
Formasi yang menjadi seal rock di Cekungan Sengkang adalah
claystone Formasi Walanae yang sangat tebal, dan berada pada bagian
paling atas cekungan. Formasi yang membujur dari timur hingga barat
cekungan ini di dominasi oleh mudstone dengan perselingan siltstone,
lithic sandstone dan sedikit sisipan limestone dan tuff.
5. Perangkap Hidrokarbon (trap)
Jenis mekanisme pemerangkapan hydrocarbon yang utama, yang
berperan pada batugamping Tacipi ini adalah perangkap stratigrafi
disekitar pinnacle reefs, dimana hydrocarbon yang bermigrasi dari batuan
induk terkumpul dan terjebak. Struktur recentyang berada di lapangan
Kampung Baru juga mempengaruhi pemerangkapan. Keanekaragaman
perangkap struktur seperti fault block anticlines, dan faulted monoclines,
menjadi penciri dari formasi Walanae.
E. EXPLORATION PLAY CONCEPTS
Konsep eksplorasi atau dalam geologi minyak dan gas sering disebut
sebagai Exploration Play Concept, merupakan kondisi stratigrafi dan
struktur geologi tertentu yang berhubungan dengan akumulasi migas
(multiple traps) (Magoon dan Dow, 1994). Konsep eksplorasi menyatakan
bahwa minyak dan gas terperangkap dalam suatu wilayah. Dimana
terperangkapnya minyak dan gas tersebut berada dalam suatu trapping
mechanism yang berupa suatu keteraturan geometri batuan yang
menyebabkan akumulasi minyak dan gas dalam jumlah yang signifikan
(North, 1985; Biddle & Wielchowsky, 1994). Eksplorasi minyak dan gas di
industri terutama mengarahkan kegiatannya pada pencarian dan pengenalan
sistem pemerangkapan. Minyak dan gas tersebut berasal dari batuan induk
dan terakumulasi dalam reservoir rock sebelum akhirnya terperangkap
dalam suatu trap.
Batuan induk Cekungan Sengkang berada di bagian barat
(subcekungan Sengkang Barat). Di subcekungan Sengkang bagian barat,
total ketebalan sediment lebih dari 6000 meter. Batuan induk di cekungan
ini termasuk kedalam Unit A yaitu Formasi Camba, yang terdiri atas
mudstones dengan perselingan sandstone dan sejumlah karbonat.
Pengendapannya berlangsung pada awal Miosen Tengah, dalam lingkungan
yang tertutup. Hidrokarbon dari batuan induk ini bermigrasi kearah timur
melewati Zona Sesar Walanae.
Exploration play concept di Cekungan Sengkang di titik beratkan
pada reefal buildup limestone Unit C yang dikenal sangat berprospek
sebagai reservoir utama di Cekungan Sengkang yang adalah merupakan
Formasi Tacipi. Batugamping yang didominasi coral dan alga tersebut
muncul sebagai sejumlah fasies di keseluruhan wilayah Sengkang. Disinilah
tempat hydrocarbon banyak terakumulasi dan terperangkap secara stratigrafi
oleh seal rock Formasi Walanae (Unit D) yang melapisi di atasnya. Total
ketebalan sedimen (overburden) yang melapisi batuan induk di perkirakan
mencapai sekitar 6600 meter, untuk subcekungan Sengkang Barat, dan
menipis pada subcekungan Sengkang Timur.
F. POTENSI PETROLEUM
Sekuen yang berada di bawah karbonat tidak memenuhi syarat untuk
di eksplorasi. Meskipun Kampung Baru-1 menembus argillaceous
sandstones, sebaran fasies dari unit ini belum diketahui. Di bawah
batugamping Unit C diperkirakan ada perangkap stratigrafi, namun karena
Unit C bersifat porous sehingga perangkap (trap) tersebut tidak akan
mampu menahan hilangnya hidrokarbon. Trap akan prospektif jika fasies
batugamping tersebut kedap (non-porous) dan non-permeable.
Tak diragukan lagi bahwa reservoir yang paling baik di cekungan
Sengkang adalah karbonat. Potensi reservoir karbonat dari batugamping
Unit C tersebut telah di buktikan pada dengan penemuan gas pada tahun
1975 di sumur Walanga-1.
Kemudian diikuti oleh gas yang sama di sumur Kampung Baru,
Bonge, Sampi-sampi dan Tironge. Gas tersebut juga didapat dari
pengeboran Sallo Bulo-1S. Coralgal reef limestone merupakan reservoir
yang paling baik untuk akumulasi gas di daerah ini. Sejumlah reefal yang
berprospek lainnya tersebar secara luas di seluruh subcekungan Sengkang
timur. Data singkapan di Gunung Latimojong (bagian paling utara cekungan
Sengkang) juga mendukung kemungkinan lain dari gundukan reef di
subsurface area tersebut. Oleh karena itu usaha explorasi tambahan harus
dipusatkan pada:
a. Reef yang ditampilkan oleh seismik di bagian selatan subcekungan
Sengkang Timur.
b. Reef build-ups yang mana telah terdeteksi oleh seismik di offshore
Pantai Bone dan sisi barat subcekungan Sengkang Barat. Data yang
cocok di dua area ini sangat terbatas, Oleh karena itu harus diadakan
survei seismik detail.
c. Reef-mound di bagian paling utara cekungan. Meskipun karakteristik
reservoir pada singkapan tidak menguntungkan, kondisi
subsurfacenya diharapkan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Kusnama, 2010. Stratigraphy and Tectonics of the Sengkang Basin,
South Sulawesi. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Maret 2010: 1-11.
Geological Survey Institute, Geological Agency, Bandung.
Petroleum Geology Of Indonesia Basins. Principles, methods, and application.
Volume VI-IX. Pertamina BPPKA. 1996.
Petroleum Potensial Of Eastern Indonesia. Pertamina-Beicip. 1982.

Anda mungkin juga menyukai