Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ICHTIOLOGI
“KLASIFIKASI SUPER CLASS PISCESS MENURUT PARA
AHLI”

DISUSUN OLEH:

DINDA PRAMESWARI 1607025017

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan curahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Ichtiologi yang berjudul “Klasifikasi Super Class Pisces Menurut Para Ahli” dengan
sebaik-baiknya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah mendukung
selesainya makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Ichtiologi atas
bimbingannya sehingga penulis dapat mengetahui lebih dalam lagi klasifikasi dan taksonomi
dari superclass pisces dan tersusunnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan juga kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan dalam penulisan makalah pada bahasan
lainnya.
Penulis juga berharap agar makalah ini memiliki manfaat bagi pembaca dan masyarakat
sekitar, terkhusus mahasiswa/i di lingkungan kampus Universitas Mulawarman dan juga
mahasiswa/i di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, program studi Biologi dan
diharapkan pula makalah ini dapat menjadi acuan dasar dan digunakan sebagai referensi
pembanding.

Samarinda, 26 Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada kehidupan ini, komponen kehidupan terbagi menjadi dua komponen yaitu komponen
biotik dan komponen abiotik, dimana komponen biotik terdiri dari makhluk hidup yang
berjumlah sangat banyak dan beraneka ragam dengan habitat hampir diseluruh permukaan
bumi. Mulai dari daratan, pegunungan, hingga ke laut terdapat beraneka ragam makhluk hidup
(Burhanuddin, 2014).
Dalam proses mengenali dan juga mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak
mudah sehingga dibuatlah suatu sistem pengelompokkan atau biasa disebut sebagai sistem
klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara untuk memilah dan
atau mengelompokkan makhluk hidup dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah yaitu
dimulai dari kingdom/kerajaan, filum (untuk hewan) atau divisi (untuk tumbuhan), kelas, ordo,
famili, genus serta pada tingkatan terbawah yaitu spesies (Burhanuddin, 2014).
Ichtiologi berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti yaitu Ichtys yang artinya ikan dan
juga Logos yang memiliki arti ilmu. Jadi, secara keseluruhan, Ichtiologi memiliki arti yaitu
ilmu yang mempelajari kehidupan ikan secara keseluruhan serta segala macam aspek
kehidupan yang dimilikinya. Ichtiologi termasuk kedalam cabang ilmu biologi dalam dunia
hewan (Zoologi) (Burhanuddin, 2014).
Para Ichtiologys mendefinisikan sendiri arti dari Ichtiologi secara umum adalah hewan
vertebrata berdarah dingin (Poikiloterm) yang hidup pada lingkungan air, bernafas dengan
insang dan melakukan pergerakan serta mempertahankan keseimbangan tubuh dengan
menggunakan sirip. Dalam keluarga hwan vertebrata, ikan menduduki jumlah terbesar yang
pada saat ini terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun diperkirakan ada sekitar
40.000 spesies yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo (Burhanuddin, 2014).
Ikan adalah hewan yang mempunyai suhu tubuh yang dapat berubah sesuai atau mengikuti
lingkungannya (Poikiloterm). Memiliki ciri-ciri yang khas yaitu mempunyai tulang belakang,
insang dan juga sirip sebagai alat geraknya. Ikan memiliki ketergantungan yang tinggi pada air
untuk membantu pergerakannya dan dengan menggunakan sirip, ikan dapat menjaga
keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang
perubahannya terjadi disebabkan oleh arah angin (Burhanuddin, 2014).
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembahasan yang lebih dalam lagi mengenai sistem
klasifikasi dan juga pembagian klasifikasi dari super class pisces ini menurut para ahli agar
dapat diketahui macam-macam perbedaan klasifikasi dan pembagiannya sehingga hasil yang
didapatkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat pada makalah ini adalah sebagai batasan untuk
pembahasan pada bab isi, yaitu mengetahui arti klasifikasi secara menyeluruh dari super class
pisces berdasarkan dari sistem-sistem yang digunakan para ahli sehingga hasil yang didapatkan
dapat digunakan sebagai sumber untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Ikan
Ikan adalah jenis hewan berdarah dingin (Poikhiloterm) memiliki ciri-ciri yaitu adanya
vertebre atau tulang belakang, insang dan juga sirip. Berdasarkan atas jenis perairannya, ikan
dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan air tawar dan ikan air asin. Meskipun komposisi dari
air tawar yang terdapat di danau atau sungai hanya berkisar 0,001% dari jumlah air dibumi,
nyatanya hampir sebanyak 40% jenis ikan ditemukan di perairan air tawar ini. Hampir sebagian
besar ikan ditemukan pada air laut yang merupakan air asin dan sekitar 2%-3% jenis ikan
ditemukan pada perairan tawar.
Ikan yang hidup dilaut memiliki jenis habitat yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan
karena besar dan luasnya laut yang ada di bumi dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda
serta unik pada setiap habitatnya. Ekosistem laut akan didasarkan atas keadaan lingkungannya
yang terbagi menjadi ekosistem laut dangkal dan ekosistem laut dalam. Pada ekosistem
perairan laut dangkal dapat terbagi lagi menjadi beberapa subekosistem yaitu ekosistem
terumbu karang, pantai batu dan pantai lumpur. Kemudian pada ekosistem perairan laut dalam
memiliki ciri spesifik yang tidak terjangkau oleh cahaya matahari.
2.2 Sistematika Ichtiologi, Sejarah, dan Ahli-Ahli Ichtiologi
Istilah Sistematika berasal dari bahasa latin yaitu systema yang dipergunakan untuk sistem
klasifikasi yang disusun oleh para ahl pengetahuan alam pada zaman terdahulu terutama oleh
Linnaeus di tahun 1753 yang dikenal dengan Systema nature. Istilah sistematika memiliki arti
yang mirip dengan Taksonomi. Taksonomi berasal daro bahasa Yunani yaitu Taxis yang
berarti susunan dan Nomos yang berarti hukum.
Pada Prinsipnya, Konsep sistematika dapat dibagi atas dua aliran, yaitu:
1. Sistematika Lama (Old systematics)
Aliran ini ditandai dengan adanya posisi yang memusat dari spesies yang dimensional.
Penentuan spesies hanya diketahui dari satu atau beberapa contoh spesimen saja atau individu
merupakan unit sistematika dasar.
2. Sistematika Baru (New systematics)
Aliran ini memiliki corak yang lain. Definisi spesies yang bersifat morfologis digandi
dengan definisi yang bersifat biologis dengan mengikut sertakan faktor-faktor ekologis, variasi
geografis, genetik dan lain-lain.
Dalam hal morfologi ikan yang ada di Indonesia dideskripsikan dalam buku karya dari Max
Weeber dan de Beaufort (1911-1936), menurut Lagler (1977) sejak abad 18, studi tentang ikan
telah mengalami perkembangan pada cabang-cabang utama, yaitu:
Klasifikasi : Suatu cara untuk mencatat seluruh jenis ikan yang telah ada dan
telah menjadi fosil, kemudian memasukkannya kedalam taxa dan
menentukan hubungan alami diantara mereka.
Anatomi : Mengenai struktur ikan secara makroskopik dan mikroskopik,
embriologik yang mencakup perbandingan antara ikan yang satu
dengan ikan yang lainnya yang ada pada fosil yang masih ada dan
berikatan.
Evolusi : Membahas tentang asal mula ikan, perkembangan ikan secara
modern dan mekanisme genetika oerubahan ciri dan karakter.
Fisiologi dan Biokimia : Mempelajari fungsi dari organ dan system metabolism dan juga
intergrase sistem pada tingkat molekuler dan toleransi spesies
terhadap perubahan lingkungan.
Konservasi : Upaya untuk mengelola sumber daya ikan secara bijaksana
dengan memanfaatkan statistika perikanan, teknologi perikanan
dan pemasaran, hukum, budidaya ikan dan perbaikan lingkungan.
Dengan berjalannya waktu, pada abad ke-20, Ichtiologi menjadi lebih kompleks dan
lengkap dimana didalamnya terdiri dari berbagai macam jenis cabang ilmu yaitu terdapat
ekologi, fisiologi dan tingkah laku yang berkembang secara beriringan dengan bidang yang
konvensional seperti anatomi dan sistematika. Terdapat banyak ahli dalam Ichtiologi
diantaranya seperti C.T. Regan, Leo S. Berg dan Carl L. Hubbs, yang telah memberikan
kontribusi yang besar pada bidang Ichtiologi. Regan memiliki salah satu kajian mengenai
anatomi dan fisiologi dari kelas Teleostei. Berg menggambarkan dan mengorganisir informasi
mengenai ikan di USSR dan daerah-daerah sekitarnya. Hubb melakukan penelitian tentang
ikan yang berada di perairan Amerika Utara dan Amerika Tengah dan menghasilkan sebuah
karya yang diberi judul “Fishes Of The Great Lakes Region” yang merupakan referensi standar
mengenai teknik-teknik taksonomi untuk ikan (Burhanuddin, 2014).
Di Indonesia, pertama kali dilakukan kajian mengenai ikan oleh Pieter Bleeker (1819-
1878), kontribusinya adalah merilis lebih dari 400 arya mengenai ikan yang terdapat di
Indonesia dan mendeskripsikan lebih dari 1.100 jenis ikan baru serta menerbitkan Atlas
Ichtyologique des Indes Orientales Neerlandaises. Lebih dari 12.000 spesimen ikan yang
dikoleksi oleh Bleeker disimpan pada Museum Natural History di Leiden, Belanda. Sistem
Bleeker sendiri umumnya digunakan di Belanda, Belgia, Perancis dan daerah bekas jajahannya
(Burhanuddin, 2014).
Pada awal abad ke-19, kajian Ichtiologi yang paling penting adalah deskripsi fauna ikan
regional. Kajian utama yang pertama untuk Amerika Utara yaitu Memoir of Ichtyology od New
York (1815), meskipun yang lebih terperinci adalah Ichtyologya Ohiensis (1820) oleh naturalis
eksentrik dari Sicilia Contantine Raafinesque (1783-1840).
Sementara itu, di Jerman, Johannes Muller (1801-1858) merevisi gagasan dari Agassiz
mengenai klasifikasi dari ikan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat mengenal
kebanyakan grup-grup utama yang masih kita kenal hingga saat ini. Sistemnya ditingkatkan
oleh ilmuan-ilmuan terkemuka pada era saat itu.
George A. Bloulenger (1858-1937) mengenali bahwa ada kemustahilan untuk dapat
merevisi volume Gunther setelah merevisi volume-volume mengenai ikan perciform. Akan
tetapi, ia mengabdikan banyak awaktunya ke ikan-ikan yang berada didaerah Afrika dan
menghasilkan empat volume Catalogue of the Freshwater Fishes of Africa (1909). Di Brithis
Museum, Blounger bekerja sama dengan A.S. Woodward yang menilai apa saja yang telah
diketahui mengenai fosil-fosil ikan dan menyusun pengetahuan berdasarkan atas kerangka
evolutioner.
Jadi, dapat diketahui bahwa macam-macam sistem klalsifikasi dapat diketahui yaitu:
- Sistem Klasifikasi Boulenger, umumnya dipergunakan di Inggris dan bekas jajahannya.
Selain sistem ini, pada daerah-daerah ini digunakan pula sistem J.R. Norman.
- Sistem Schultz, banyak digunakan pada daerah Jerman dan bekas jajahannya disamping
sistem Bleeker.
- Sistem H. H. Newman disusun dari berbagai gabungan beberapa sistem dan
disederhanakan dengan menggunakan prinsip dikotomi. Sistem ini banyak dianut di
daerah Amerika.
- Sistem Bleeker umumnya digunakan pada negara Belanda, Perancis, Belgia dan
negara-negara bekas jajahannya.
- Sistem Ian S. R. Munro, yang merupakan modifikasi sistem L.S. Berg, dipergunakan
di Sri Langka yang telah mengidentifikasi sebanyak 846 jenis ikan di daerah tersebut.
- Sistem Chote Suvatti, yang telah diperbaiki oleh sistem Smith, terutama di pakai di
daerah Thailand. Sistem ini mencakup 1.059 jenis ikan di daerah tersebut.
- Sistem Bleeker, yang telah diperbaiki oleh Sunier, Weeber dan de Beaufort, merupakan
sistem klasifikasi ikan-ikan yang terdpat di daerah Indo-Australia.
- Sistem-sistem lainnya seperti L. S. Berg, Jordan, Romer dan Nikoski sangat luas
dipakai di seluruh penjuru dunia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pembahasan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pengklasifikasian ikan telah banyak dilakukan oleh parah ahli. Yang mana dapat diketahui
bahwa Sistem Klasifikasi Boulenger, umumnya dipergunakan di Inggris dan bekas jajahannya.
Selain sistem ini, pada daerah-daerah ini digunakan pula sistem J.R. Norman. Sistem Schultz,
banyak digunakan pada daerah Jerman dan bekas jajahannya disamping sistem Bleeker. Sistem
H. H. Newman disusun dari berbagai gabungan beberapa sistem dan disederhanakan dengan
menggunakan prinsip dikotomi. Sistem ini banyak dianut di daerah Amerika. Sistem Bleeker
umumnya digunakan pada negara Belanda, Perancis, Belgia dan negara-negara bekas
jajahannya. Sistem Ian S. R. Munro, yang merupakan modifikasi sistem L.S. Berg,
dipergunakan di Sri Langka yang telah mengidentifikasi sebanyak 846 jenis ikan di daerah
tersebut. Sistem Chote Suvatti, yang telah diperbaiki oleh sistem Smith, terutama di pakai di
daerah Thailand. Sistem ini mencakup 1.059 jenis ikan di daerah tersebut. Sistem Bleeker, yang
telah diperbaiki oleh Sunier, Weeber dan de Beaufort, merupakan sistem klasifikasi ikan-ikan
yang terdpat di daerah Indo-Australia. Sistem-sistem lainnya seperti L. S. Berg, Jordan, Romer
dan Nikoski sangat luas dipakai di seluruh penjuru dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, A. I. 2014. Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya. Yogyakarta :
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai