PENDAHULUAN
1
Konjuntivitis hiperakut yang disebabkan Neisseria gonorrhoeae
ditandai oleh eksudat purulen yang banyak. penyakit ini menyebar dari
genital ke mata baik dari diri sendiri, orang lain ataupun melalui jalan lahir.
Gonokok merupakan kuman yang sangat pathogen, virulen dan bersifat
invasif sehingga reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. Pada
konjungtivitis gonore dapat dijumpa nyeri pada mata serta nyeri pada
perabaan, kemosis konjungtiva dan berwarna merah terang, palpebra
bengkak dan tegang sehingga sulit untuk dibuka, pseudomembran pada
konjungtiva tarsal, sekret berair dan purulen, pembesaran kelenjar limfe pre-
aurikular. Penyulit yang dapat dijumpai pada penyakit ini yaitu ulkus hingga
perforasi kornea (4).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva
menyatu sepanjang 3 mm) (11).
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak dan mudah
bergerak (plika semilunaris) terletak di kantus internus dan merupakan
selaput pembentuk kelopak mata dalam pada beberapa hewan kelas
rendah. Struktur epidermoid kecil semacam daging (curuncula) menempel
secara superficial ke bagian dalam plica semilunaris dan merupakan zona
transisi yang mengandung baik elemen kulit maupun membrane
mukosa(11).
2.2 Histologi
Lapisan epitel konjuntiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel
epitel silindris bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva
di dekat limbus, diatas caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan
pada tepi kelopak mata terdiri atas sel-sel epitel skuamosa bertingkat. Sel-
sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mucus. Mucus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke
4
tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara
merata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel
superficial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen (11).
Stroma konjuntiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid
(superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid
mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung
struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid
tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa konjungtivits inklusi pada neonates bersifat papilar
bukan folikular dan mengapa kemudian menjadi folikular. Lapisan fibrosa
tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal
ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan
fibrosa tersusun longgar pada bola mata (11).
Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar Krause dan wolfring), yang
struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma.
Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas, sisanya ada di
forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di tepi atas tarsus atas (11).
5
2.3 Fisiologi Mata
Sel goblet pada epitel konjungtiva memproduksi musin yang
membentuk lapisan air mata bersama akuos dan lipid yang penting untuk
stabilitas lapisan air mata bersama dan transparansi kornea sebagai
prasyarat untuk penglihatan yang baik dan lubrikasi permukaan bola mata.
Pada defisiensi nutrisi, respons konjungtiva meningkatkan sekresi mucus.
Konjungtiva mempunyai potensi yang sangat besar untuk melawan infeksi
karena(2) :
1. Merupakan lapisan yang kaya vaskuler,
2. Memiliki berbagai tipe sel yang berperan dalam reaksi pertahanan
terhadap peradangan,
3. Memiliki banyak sel imunokompeten yang menghasilkan
imunoglobulin,
4. Memiliki aktivitas mikrovili dan enzimatis untuk menetralisasi
organisme termasuk virus.
6
2.4 Definisi Konjuntivitis Gonore
Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan
hebat yang disertai dengan secret purulent. Gonokok merupakan kuman
yang sangat pathogen, virulen dan bersifat invasive sehingga reaksi
radang terhadap kuman ini sangat berat (4).
Konjungtivitis merupakan inflamasi pada jaringan konjungtiva
yang dapat terjadi secara akut maupun kronis, akibat invasi
mikroorganisme dan atau reaksi imunologi (4)..
Konjungtivitis hiperakut (purulen) yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae dapat menimbulkan komplikasi mata berat bila tidak
diobati sejak dini. Konjuntivitis hiperakut yang disebabkan Neisseria
gonorrhoeae ditandai oleh eksudat purulen yang banyak (11).
Konjungtivitis gonore termasuk dalam konjungtivitis akut purulen,
infeksi gonokokal merupakan penyebaran langsung dari genital ke mata
(4)
.
2.5 Etiologi
Konjungtivitis Gonore kebanyakan mengenai orang dewasa
terutama laki-laki organisme utama yang menyebabkan penyakit ini adalah
Neisseria Gonorrhoeae. Konjungtivitis Gonore menular melalui genital ke
mata (8,9)..
2.6 Patologi
Kelainan yang tampak pada konjungtivitis bakteri adalah:
a) Vascular respone. Hal ini dicirikan dengan adanya kongesti dan
peningkatan permeabilitas dari pembuluh darah konjungtiva yang
berhubungan dengan adanya proliferasi dari kapiler
b) Cellular response. Terdapat bentukan eksudat dari PMN dan sel-
sel inflamasi lain kedalam substantia propia dari konjungtiva
c) Conjuctival tissue response. Konjungtiva menjadi edema terdapat
degenerasi epitel superfisial) menjadi mudah lepas dan deskuamasi.
7
Selain itu terdapat proliferasi lapisan basal dari konjungtiva dan
peningkatan mucin yang dihasilkan oleh sel-sel sekresi goblet
d) Conjunctival discharge. Hal ini terdiri dari air mata, mucus, sel-sel
inflamasi, deskuamasi epitel fibrin dan bakteri. Jika inflamasinya
sangat parah, diaphedesis dari sel darah merah dapat terjadi dan
discharge dapat diwarnai oleh darah (7).
2.7 Klasifikasi
Ada 2 bentukkan manifestasi :
a) Konjungtivitis purulen dewasa
b) Ophthalmia neonatorum
Penularan vertikal dari ibu merupakan rute penularan ke bayi.
Kedua orang tua bagaimanapun harus diskrining untuk infeksi (8)..
8
mengalami abrasi. Perlekatan terhadap epitel mukosa diikuti dengan
penetrasi ke dalam dan multiplikasi sebelum melewati sel epitel mukosa.
Setelah invasi infeksi terjadi Pada lapisan sub epitel. Hal tersebut diatas
dimungkinkan oleh karena N. Gonorhea memiliki kapsul antiphagocytic
seperti permukaan dengan muatan negative, dan hanya fimbriated
(piliated) sel (yang dikenal sebagai jenis koloni T1 dan T2) yang virulen.
Sifat antiphagocytic disebabkan oleh protein membrane luar
(sebelumnya Protein I,II,III), Por (Protein Porin) mencegah fusi
phagolysosome atau fagositosis dan dengan demikian mempertahankan
kelangsungan hidup intraseluler. Opa (protein opacity) memediasi
penempelan kuat ke sel epitel dan invasi selanjutnya ke dalam sel, dan
RMP (reduction-modifiable protein) melindungi antigen permukaan dari
antibody bakterisidal (10).
9
3. Stadium penyembuhan
Selama stadium ini, nyeri mulai berkurang dan
pembengkakkan pada palpebral mulai menurun. Konjungtiva masih
dapat dijumpai merah, menebal dan lunak. Discharge berkurang
secara perlahan hingga mengilang pada akhir perjalanan penyakit (8).
Pada orang dewasa penyakit imi berlangsung selama 6
minggu. Konjungtivitis gonore biasanya berhubungan juga dengan
(4,8)
urethritis .
Pada oftalmia neonatorum yang merupakan konjungtivitis
purulen hiperakut yang terjadi pada bayi dibawah 1 bulan,
disebabkan penularan dijalan lahir dari sekret vagina. Penyakit ini
dapat disebabkam oleh beberapa mikroorganisme salah satunya N.
Gonorrrhoea. Masa inkubasi sekitar 2-5 hari. Dapat memburuk
dengan cepat. Ditandai dengan dengan secret yang sangat
purulen/kuning kental, konjungtiva hiperemik dan kemotik,
palpebra sangat bengkak sehingga sulit dibuka, bola mata nyeri dan
nyeri pada perabaan, dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva
(4,7,8)
.
10
2.10 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui gejala klinis dan pemeriksaan
bakteriologis.
Anamnesis :
Palpebra sangat bengkak dan tegang sehingga kelopak sulit dibuka
Bola mata nyeri
Konjungtiva hiperemis
Sekret yang sangat purulent
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi
Injeksi konjungtiva dan kemosis / konjungtiva bengkak dan
menonjol
Sekret yang sangat purulent
Pseudomembran (+)
Palpasi
Pembengkakan kelenjar limfe pre-aurikular
Bola mata nyeri pada perabaan
Pemeriksaan penunjang
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan
bakteriologi. Diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva, yang diulaskan
ke gelas objek dan diperiksa menggunakan mikroskop.
1) Laboratorium
Pemeriksaan sediaan langsung
Dilakukan dengan pewarnaan dengan metilen blue atau giemsa
tampak diplokokus di dalam sel leukosit “kidney shaped”.
Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraseluler atau
ekstraseluler dengan sifat gram negatif.
Kultur
Dilakukan pada agar darah dan media coklat atau Thayer-
Martin medium, sekaligus untuk pemeriksaan sensitivitas.
11
Pada bayi didapatkan gonokok (+) , maka kedua orangtua juga
harus diperiksa (4,7)..
2.12 Penatalaksanaan
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih ( direbus)
atau dengan garam fisiologik setiap 1/4 jam.
Berikan terapi sistemik
Terapi sistemik segera sangat penting. Karena makin banyaknya
resisten penisilin dan tetrasiklin maka kurang adekuat untuk menjadi
terapi first line lagi. Obat lain yang dapat diberikan :
a. Norfloxacin 4 × 1,2 gram oral selama 5 hari
b. Cefoxitim 4 × 1 gram dan cefotaxime 4 × 500 mg IV selama
5 hari
c. Ceftriaxone 4 × 1 gram IM selama 5 hari
d. Spectinomycin 2 gram IM selama 3 hari (6,8).
Berikan terapi topical
a. Ofloxacin eye drop
b. Ciprofloxacin eye drop
c. Tobramicin eye drop
d. Bacitracin dan eritromicin salep
Diberikan setiap 2 jam pada 2-3 hari pertama dan 5 kali
perhari untuk 7 hari berikutnya. Penambahan atropin topikal 1%
jika mengenai kornea (8).
12
Pada oftalmia konjungtivitis, terapi di bagi atas :
1. Terapi profilaksis
Evaluasi antenatal
Pemeriksaan menyeluruh pada ibu dan dilakukan pengobatan jika
dicurigai adanya infeksi genital
Evaluasi natal
Merupakan evaluasi yang paling penting, karena infeksi konjungtivitis
gonore terjadi saat proses melahirkan
a) Proses persalinan harus dilakukan dalam keadaan yang steril
atau aseptic.
b) Kelopak mata bayi baru lahir yang dalam kondisi tertutup
harus selalu dibersihkan dengan steril dan dalam kondisi
kering.
Evaluasi postnatal
a) Berikan salep mata tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5 % atau
solutio silver nitrate 1% (crede’s method) pada kedua mata
bayi segera setelah persalinan
b) Berikan injeksi ceftriaxon 50 mg/kg IM atau IV (maksimal
125 mg ) pada bayi lahir dari ibu penderita gonorrhoea yang
tidak di terapi.
2. Terapi kuratif
Sebelum dilakukan terapi harus dikonfirmasi infeksi yang terjadi
dengan pemeriksaan sitologi dan kultur swab dengan uji
sensitivitas. Jika hasilnya didapatkan adanya infeksi gonococcal
maka dilakukan :
a) Terapi topical
Irigasi dengan menggunakan larutan salin hingga bersih
dari sekret
Berikan salep mata bacitracin 4 kali sehari, karena pada
banyak kasus terjadi resistensi terhadap topikal dengan
menggunakan Penicillin.
13
Jika infeksi mengenai bagian kornea maka diberikan salep
mata atropin sulfate.
b) Terapi sistemik
Diterapi selama 7 hari :
Ceftrixone 75-100 mg/kg/hari IV atau IM 4 kali/hari
Cefotaxime 100-150 mg/kg/hari IV atau IM, setiap 12 jam
Ciprofloxacin 10-20 mg/kg/hari atau norfloxacin 10
mg/kg/hari
Jika dari hasil uji sensitivitas didapatkan sensitive terhadap Penicillin
maka dapat diberikan crystalline benzyl penicillin G 50000 unit
untuk neonatus aterm dan dengan berat normal. Untuk neonatus preterm
atau BBLR diberikan 20000 unit secara IM 2 kali/hari selama 3 hari (8)..
2.13 Pencegahan
Konjungtivitis gonore dewasa dapat ditularkan dari genital ke
mata. Menjaga kebersihan dan tidak melakukan seks bebas dapat
mencegah penyakit ini.
Pada bayi penyakit ini dapat dicegah dengan skrining pada ibu
hamil, proses persalinan yang steril dan aseptik, membersihkan mata bayi
14
segera setelah dilahirkan dan memberikan salep antibiotik seperti salep
kloramfenikol (4).
2.14 Komplikasi
Ulkus kornea. Ulkus kornea marginal terutama dibagian atas.
Tukak ini mudah perforasi akibat adanya daya lisis kuman
gonokok ini. Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak
kornea sehingga sering terjadi perforasi kornea. Pada orang dewasa
tukak yang terjadi sering terletak dimarginal dan sering berbentuk
cincin.
Endoftalmitis dan panoftalmitis. Akibat dari perforasi kornea yang
dapat menyababkan kebutaan total.
Dakrioadenitis
Sepsis
Delayed complication. Terjadi akibat sikatriks berupa symblefaron,
trikiasis, entropion dan xerosis konjungtiva (4,8)..
2.15 Prognosis
Bila pengobagan diberikan secepatnya dengan dosis yang cukup,
gonore akan sembuh tanpa komplikasi. Bila pengobatan diberikan
terlambat atau kurang intensif maka kesembuhan mungkin dapat disertai
dengan sikatriks kornea dan penurunan taham penglihatan yang menetap
atau bahkan menjadi kebutaan
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17