PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
membentuk korteks dari lensa. Serat-serat yang sudah tua akan terdesak
oleh serat lensa yang baru dibentuk ke tengah lensa.
4) Ligamentum suspensorium (Zonulla zinnii)
Secara kasar, ligamentun suspensorium merupakan tempat
tergantungnya lensa, sehingga lensa terfiksasi di dalam mata.
Ligamentum suspensorium menempel pada lensa di bagian anterior dan
posterior kapsul lensa. Ligamentum suspensorium merupakan
panjangan dari corpus silliaris.
2.3 KATARAK
2.3.1 DEFINISI KATARAK
Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin
“Cataracta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, dan proses penuaan.1,3,4
Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina,
sehingga penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek
terlihat kabur. Mereka mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah
5
2.3.2 ETIOLOGI
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur
60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda atau pada usia dewasa.4
Penyebab katarak lainnya meliputi:4
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes melitus
6
2.3.3 PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi
dan sklerosis.3
Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa
yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari
lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik
yang menyebabkan kekeruhan lensa.3,4
Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut
kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah.
Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah
sklerosis nukleus lensa.3,4
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:3,4
1. Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopia
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
7
b) Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. Katarak juvenile
3. Katarak presenilis
4. katarak senil
c) Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
d) Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
e) Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
f) Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini 1/300 –
1/~. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila proses
kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihtkan bentuk sebagai sekantung susu disertai dengan nukleus
yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut katarak morgagni.
13
Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu sesuai
dengan tabel berikut :
Tingkat kekeruhan lensa pada katarak senilis dapat dibagi menjadi lima grade
berdasarkan klasifikasi Buratto5:
Grade 1 ditandai dengan visus yang masih lebih baik dari 6/12, lensa
tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan, dan refleks fundus
juga masih dengan mudah diperoleh.
Grade 2 ditandai oleh nukleus yang mulai sedikit berwarna kekuningan,
visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30 dan refleks fundus juga masih
mudah diperoleh.
Grade 3 ditandai nukleus tampak berwarna kuning disertai dengan
kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan, visus biasanya antara 3/60
sampai 6/30.
Grade 4 ditandai dengan nukleus yang sudah berwarna kuning kecoklatan,
visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, refleks fundus dan keadaan fundus
sudah sulit dinilai, usia penderita biasanya sudah lebih dari 65 tahun.
Grade 5 ditandai dengan nukleus berwarna coklat hingga kehitaman, visus
biasanya kurang dari 1/60
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.3,4
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak
akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai
mobil pada siang hari.3,4
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak
terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.3,4
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:6
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
16
2.3.8 DIAGNOSA
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.7
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui
kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior
dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur
intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis
penglihatannya.7
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran
lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil,
posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan
17
2.3.9 KOMPLIKASI
Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi. Uveitis adalah
inflamasi salah satu struktur traktus uvea.7
2.3.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama untuk penderita katarak adalah dengan melakukan
pembedahan. Tidak ditemukan adanya manfaat dari pemberian suplementasi
nutrisi atau terapi farmakologi dalam mencegah atau memperlambat progresivitas
dari katarak. Namun, terapi definitif katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan apabila terdapat indikasi seperti berikut ini8:
2.3.11 PENCEGAHAN
Pencegahan katarak ditujukan pada faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Dokter harus menggunakan steroid pada dosis terapeutik yang paling kecil dan
dihentikan saat keadaan pasien sudah memungkinkan. Pasien yang menggunakan
steroid jangka panjang (topikal atau sistemik) harus diskrining untuk katarak.
Pasien disarankan untuk berhenti merokok, menghindari paparan sinar ultraviolet
dengan menggunakan kacamata saat berada diluar ruangan, dan menghindari
trauma pada mata dengan cara menggunakan kacamata atau alat pelindung mata
pada pekerja industri. Kemungkinan dari penggunaan antioksidan untuk
memberikan efek proteksi terhadap katarak telah diteliti, tetapi hasilnya tidak
bersifat konklusif. 7,9
2.3.12 PROGNOSIS
Prognosis katarak adalah baik dengan lebih dari 95% pasien mengalami
perbaikan visual setelah dilakukan operasi. Prognosis visual pada pasien anak
yang mengalami katarak dan menjalani operasi tidak sebaik pada pasien dengan
katarak yang berhubungan dengan umur. Prognosis untuk perbaikan kemampuan
visual paling buruk pada katarak kongenital unilateral yang dioperasi dan paling
baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang bersifat progresif lambat.
Prognosis pasien dengan katarak sekunder biasanya baik dengan laser ndYAG. 7,9
BAB III
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama :
Pandangan mata kanan terasa kabur sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Mata kanan silau
21
22
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Laju Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,8oC
Status Oftalmologis
OD OS
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 20/400 20/40
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Orthoforia Orthoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
24
Pemeriksaan Penunjang:
1) Funduskopi
27
Daftar Masalah:
- Penglihatan mata kanan kabur
- Mata kanan silau
- Visus: OD 20/400 ; OS 20/40
Prognosis
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
29
30
keadaan normal. Kornea jernih. Kamera okuli anterior dextra dangkal. Iris mata
kanan dan kiri bulat regular. Reflek pupil pada mata kanan dan kiri normal, lensa
pada mata kiri jernih dan pada mata kanan mengalami kekeruhan dengan shadow
test (+). Pada pemeriksaan kedudukan dan pergerakan bola mata, didapatkan mata
kanan dan mata kiri normal dan kesegala arah. Dengan temuan dari pemeriksaan
fisik, maka mata kiri normal dan mata kanan mengarah kepada diagnosis katarak
imatur karena tajam pengelihatan yang menurun, tampilan lensa yang mulai keruh
namun bagian korteks masih bersih, dan ditemukan bayangan iris yang
dipantulkan oleh bagian lensa yang keruh serta. Sedangkan pada katarak matur
tampilan seluruh lensa putih dan tidak ditemukan iris shadow dan refleks fundus
negatif.3,4,7 Penatalaksanaan utama untuk penderita katarak adalah dengan
melakukan pembedahan. Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya
pembedahan diantaranya indikasi optik, indikasi terapeutik, indikasi diagnostik,
indikasi kosmetik. Pada pasien ini disarankan untuk melakukan ekstraksi katarak
saat sudah stadium matur dan dijelaskan tentang penyakit, penyebab, dan rencana
terapi, dijelaskan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan mata.
BAB V
SIMPULAN
Katarak presenilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia 40-50
tahun dimana dapat terjadi akibat hidrasi pada lensa maupun denaturasi pada
protein lensa. Gejala utama katarak adalah turunnya tajam penglihatan secara
bertahap dan dapat disertai silau saat melihat cahaya. Pada laporan kasus ini,
pasien laki-laki berusia 40 tahun didiagnosa dengan katarak presenilis imatur
dimana mempunyai keluhan uatama turunya tajam penglihatan pada mata kiri
yang perlahan disertai silau saat melihat cahaya. Pemeriksaan fisik didapatkan
visus yang menurun, iris shadow postif, dan reflek fundus positif.
Penatalaksanaan utama yang dapat dilakukan adalah pembedahan, dengan
indikasi tertentu. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan adalah ICCE,
ECCE, SICS, dan fakoemulsifikasi.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2008.
2. Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.
2011.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2011.
4. Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2014. Hal : 210-20.
5. Buratto L. Phacoemulsification. Thorofare, NJ: Slack Inc; 1998. Principles
and Techniques; pp. 3–21.
6. Online Journals of Ophthalmology, G. (2017). Atlas of Ophthalmology.
[online] Atlasofophthalmology.com. Tersedia pada:
http://www.atlasofophthalmology.com [diakses pada 20 Nov. 2017].
7. Vaughan, D.G.Asbury, T. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Penerbit Widya
Medika. Jakarta. 2000. Hal : 175-81.
8. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak juvenil. Inspirasi. 2011., No.XIV.
9. James, B. Chew, C. Bron, A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 2005. Hal : 82.