Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM FARMASETIKA

PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

SEDIAAN KAPSUL

OLEH :
KELOMPOK III (TIGA)
KELAS C 2018
ESSE AWALIA (18 3145 201 107)
DEOLINDO TITARIUW (18 3145 201 082)
DINA ANDRIANI (18 3145 201 097)
NUR HASLINDA (18 3145 201 079)
SELVIANA RUBEN (18 3145 201 088)
ST. SALMAWATI (18 3145 201 089)
YUNITA MARSELA (18 3145 201 093)

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2019
BAB I
TEORI
I.1 Pengertian Kapsul
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, dibuat
dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. (Ditjen POM, 1979)
Kapsul adalah sediaan padat yang terdapat obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga
dari pati atau bahan lain yang sesuai. (Ditjet POM, 1995)
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. (Elmira, 2017)
I.2 Jenis-Jenis Kapsul
1. Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua
yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard capsul) dan kapsul lunak (capsulae
molles, soft capsul). (Tim MGMP Pati, 2015)
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak
Kapsul Keras Kapsul Lunak
Terdiri atas tubuh dan tutup Satu kesatuan
Tersedia dalam bentuk kosong Selalu sudah terisi
Isi biasanya padat, dapat juga cair Isi biasanya cair, dapat juga padat
Cara pakai peroral Cara pakai bias oral, vaginal, rectal,
topical
Bentuk hanya satu macam Bentuknya bermacam-macam

Bentuk kapsul umumnya bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya


tumpul, tetapi beberapa pabrik membuat kapsul dengan bentuk khusus, misal
ujungnya lebih runcing atau rata. Kapsul cangkang keras yang diisi di pabrik
sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk
mengetahui identitas pabrik. Kapsul dapat juga mengandung zat warna yang
diizinkan atau zat warna dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti
titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan
pengawet. Biasanya bahan ini mengandung antara 10-15% air. (Elmira, 2017)
Kapsul cangkang lunak yang dibuat dari gelatin sedikit lebih tebal di
banding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan senyawa poliol,
seperti sorbitol atau gliserin,kapsul lunak dapat mengandung pigmen atau
pewarna. (Elmira, 2017)
Kapsul cangkang lunak tidak dipakai di apotek tetapi diproduksi
secara besar-besaran didalam pabrik dan biasanya diisi dengan cairan. Kapsul
lunak yang bekerja secara long acting umumnya berisi granula dan di sebut
spansule. (Elmira, 2017)
2. Berdasarkan ukuran
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8
macam ukuran yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar
dan 5 ukuran terkecil. (Elmira, 2017)
Ukuran Kapsul untuk Manusia : 000 00 0 1 2 3 4 5
Ukuran Kapsul untuk Hewan : 10 11 12
Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien. Adapula kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk
memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih
besar tanpa peningkatan diameter. Berkaitan hal tersebut, perlu bagi kita
untuk mampu memilih ukuran kapsul yang tepat atau memilih ukuran kapsul
terkecil yang masih dapat menampung bahan obat yang akan dimasukkan. Hal
ini penting dalam rangka mempersiapkan resep dokter di apotek.
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung
pengalaman, biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai gambaran
hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam tabel berikut:
Nomor Asetosal Natrium Bikarbonat NBB
Ukuran (dalam gram) (dalam gram) (dalam gram)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0,6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12

Dalam mempersiapkan resep untuk kapsul, ukuran kapsul hendaknya


dicatat untuk memudahkan bila diperlukan pembuatan ulang, juga
diperhatikan bila seorang pasien mendapatkan dua macam resep kapsul
sekaligus, jangan diberikan dalam warna yang sama untuk menghindari
kesalahan minum obat tersebut. (Fatmawaty dkk, 2015)
I.3 Keuntungan dan Kerugian Kapsul
1. Keuntungan bentuk sediaan kapsul
a. Bentuk menarik dan praktis
b. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang
enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut di dalam perut, sehingga bahan
cepat segera diabsorbsi (diserap) usus.
d. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam
bahan obat dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang
pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti
pada pembuatan pil atau tablet.
2. Kerugian bentuk sediaan kapsul
a. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak
menahan penguapan
b. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis
c. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
d. Tidak untuk Balita
e. Tidak bisa dibagi (misal setengah kapsul)
(Fatmawati dkk, 2015)
I.4 Syarat-Syarat Kapsul
1. Keseragaman Bobot
Menurut FI III, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Kapsul berisi obat kering :
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan semua isi
kapsul, timbang cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-
rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua kapsul yang
penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh kolom A
dan tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi ditetapkan
kolom B.
Perbedaan bobot isi kapsul dalam %
Bobot rata-rata kapsul
A B
120 mg atau lebih 10% 20%
Lebih dari 120 mg 7,5% 15%

b. Kapsul berisi obat cair atau pasta


Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi
semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian,
biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian cangkang
kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap
isi kapsul tidak lebih dari 7.5%.
2. Waktu Hancur
Uji waktu hancur digunakan untuk menguji kapsul keras maupun
kapsul lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-
butiran bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk. Menurut FI IV, untuk
melakukan uji waktu hancur digunakan alat yang dikenal dengan nama
Desintegrator Tester.
Alat terdiri dari:
a. Rangkaian keranjang yang terdiri dari 6 tabung transparan yang panjang
masing-masingnya 77,5 mm + 2,5 mm dengan diameter 21,5 mm dan
tebal dinding lebih kurang 2 mm, kedua ujungnya terbuka. Ujung bawah
tabung dilengkapi dengan suatu kasa baja tahan karat dengan diameter
lubang 0,025 inchi (ukuran 10 mesh nomor 23).
b. Gelas piala berukuran 1000 ml yang berisi media cair. Volume cairan
dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas,
kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan
pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang 2,5 cm dari dasar wadah.
c. Thermostat yang berguna untuk memanaskan dan menjaga suhu media
cair antara 35°-39° C.
d. Alat untuk menaikturunkan keranjang dalam media cair dengan frekuensi
29 kali hingga 32 kali per menit
Caranya:
a. Masukan 1 kapsul pada masing-masing tabung dikeranjang.
b. Masukan kasa berukuran 10 mesh seperti yang diuraikan pada rangkaian
keranjang gunakan air bersuhu 37° + 2° sebagai media kecuali dinyatakan
lain menggunakan cara lain dalam masing-masing monografi.
c. Naik turunkan keranjang didalam media cair lebih kurang 29-32 kali per
menit
d. Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang
kapsul.
e. Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna ulangi pengujian
dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus
hancur sempurna.
Dalam FI IV waktu hancur tidak dinyatakan dengan jelas. Namun
menurut FI III, kecuali dinyatakan lain waktu hancur kapsul adalah tidak lebih
dari 15 menit.
3. Keseragaman Sediaan
Terdiri dari keseragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman
kandungan untuk kapsul lunak.
4. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi. Persyaratan disolusi
tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam
masing-masing monografi.
(Syamsuni, 2006)
I.5 Cara Pengisian dan Penutupan Kapsul
1. Cara Pengisian
Yang dimaksud disini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri
dari dua bagian yaitu bagian dalam atau induk yaitu bagian yang lebih
panjang biasa disebut badan kapsul dan bagian luar atau tutup. Kapsul
demikian juga disebut capsulae operculatae dan kapsul bentuk ini diproduksi
besar-besaran dipabrik dengan mesin otomatis. Umumnya ada lekuk khas
pada bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan yang baik bila
bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan untuk mencegah terbukanya
cangkang kapsul yang telah diisi selama transportasi dan penanganan.
Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat
bukan tangan dan dengan alat mesin:
a. Dengan Tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan tanpa
bantuan alat lain, cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani
resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung
tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena petugas tidak
tahan terhadap obat tersebut, untuk memasukan obat dapat dilakukan
dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta lalu
tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam badan kapsul dan ditutup.
b. Dengan Alat Bukan Mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan
manusia, dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih
seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat
dihasilkan berpuluh-puluh kapsul, alat ini terdiri dari dua bagian yaitu
bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.
Caranya:
1) Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang dari
bagian alat yang tidak bergerak.
2) Serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul atau ditaburkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film.
3) Kapsul ditutup dengan cara merapatkan atau mengerakkan bagian
yang bergerak dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.
c. Dengan Alat Mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul
secara besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut,
perlu digunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka, mengisi
sampai dengan menutup kapsul, dengan cara ini dapat diproduksi kapsul
dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit serta
keseragamannya lebih terjamin.
2. Cara Penutupan Kapsul
Penutupan kapsul berisi serbuk dapat dilakukan dengan cara biasa
yaitu menutupkan bagian tutup kedalam badan tanpa penambahan bahan
perekat. Perutupan juga dapat dilakukan dengan pemanasan langsung
menggunakan energi ultrasonik atau pelekatan menggunakan cairan campuran
air-alkohol.
(Arief, 2007)
I.6 Faktor-Faktor yang Merusak Cangkang Kapsul
Cangkang kapsul dapat rusak jika kapsul tersebut:
1. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan
menyerap air dari kapsulnya sendiri hingga menjadi rapuh dan muda pecah.
Penambahan lactosa atau amylum (bahan inert netral) akan menghambat
proses ini. Contohnya kapsul yang mengandung KI, Nal, NaNO2 dan
sebagainya.
2. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memiliki titik lebur lebih rendah daripada
titik lebur semula, sehingga menyebabkan kapsul rusak atau lembek.
Contohnya kapsul yang mengandung Asetosal dengan Hexamin atau
Champor dengan Menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur
masing-masing dengan bahan inert baru keduanya dicampur.
3. Mengandung minyak menguap, kreosot, dan alkohol.
4. Penyimpanan yang salah di tempat yang lembab cangkang menjadi lunak dan
lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara
yang lembab tersebut. Di tempat yang terlalu kering kapsul akan kehilangan
air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.
Mengingat sifat kapsul tersebut maka sebaiknya kapsul disimpan:
1. Dalam ruang yang tidak terlalu lembab atau dingin kering
2. Dalam botol gelas tertutup rapat dan diberi silika
3. Dalam wadah plastik yang diberi pengering
4. Dalam blister atau strip alumunium foil
(Tim MGMP Pati, 2015)
BAB II
RESEP
Resep Kapsul I
Dr. Herland Anugerah MPh
Jl. Lagaligo No. 28 Tlp (0411) 303707
Makassar
SIP. 2003/ Kanwil/ Nakes/ 01

No. 10.1 Tgl.


R/
Amoxan Caps 250 mg I
Paracetamol I
CTM tab 1⁄2

Luminal tab @30 mg 1 ⁄2

m.f. caps. dtd No. X


S.t. dd. Caps I
Pro : Sahar (28tahun)
Alamat : .......................................

II.1 Uraian Resep (dengan bahasa latin)


Resep Kapsul I
Dr. Herland Anugerah MPh
Jl. Lagaligo No. 28 Tlp (0411) 303707
Makassar
SIP. 2003/ Kanwil/ Nakes/ 01

No. 10.1 Tgl.


Recipe/
Amoxan Caps 250 mg I
Paracetamol I
CTM tab 1⁄
2
Luminal tab @30 mg 1⁄
2

Misce fac capsulae da tales doses Nomero Decem


Signa ter de die capsulae I
Pro : Sahar (28 Tahun)
Alamat : ....................................
II.2 Uraian Resep (dengan bahasa Indonesia)
Resep Kapsul I
Dr. Herland Anugerah MPh
Jl. Lagaligo No. 28 Tlp (0411) 303707
Makassar
SIP. 2003/ Kanwil/ Nakes/ 01

No. 10.1 Tgl.


Ambillah/
Amoxan Caps 250 mg I
Paracetamol I
CTM tab 1⁄
2
Luminal tab @30 mg 1⁄
2
Campur dan buatlah kapsul berikan sesuai takaran
bagi 10
Tandai 3 kali sehari 1 kapsul
Untuk : Sahar (28 Tahun)
Alamat : ....................................

II.3 Kelengkapan Resep


Resep Kapsul I :
1. Nama, Alamat, No Telp dan SIP Dokter : Ada
2. Nomor Penulisan Resep : ada
3. Tanggal penulisan Resep : tidak ada
4. Penulisan R/ : Ada
5. Nama Obat dan Jumlah Obat : Ada
6. Cara Pembuatan Obat : Ada
7. Aturan Pakai : Ada
8. Nama Pasien dan Umur : Ada
9. Alamat Pasien : tidak ada
10. Paraf/ ttd Dokter : tidak ada
II.4 Uraian Bahan
Resep Kapsul I
1. Amoxan (Ditjen POM, 1995 Hal 95)
Nama Paten : AMOXYCILLINUM
Nama Genarik : Amoxicilin, amoxan
Kegunaan : Antibiotikum
Efek Samping : Nyeri perut, mual, muntah, diare, sakit kepala
ringan, dan gatal.
2. CTM (Ditjen POM,1979 Hal 153)
Nama Paten : CHLORPHENIRAMINI MALCAS
Nama Genarik : CTM, pehaclor
Kegunaan : Anti histamine
Efek Samping : Pusing, mulut, hidung dan tenggorokan kering,
sembelit, penglihatan kabur, detak jantung tidak
beraturan, mudah gelisah, dan tremor.
3. Luminal (Ditjen POM, 1979 Hal 481)
Nama Paten : PHENOBABITALIUM
Nama Genarik : Luminal
Kegunaan : Hipnotikum sedativum
Efek Samping : Merasa lelah, ngantuk, pusing, sakit kepala,
sensitif.
4. Paracetamol (FI 1979 Hal 37)
Nama Paten : ACETAMINOPHEN
Nama Genarik : Paracetamol
Kegunaan : Analgetik dan Antipiretik
Efek Samping : Mual, sakit perut bagian atas, gatal – gatal, kuning
padakulit dan mata.
II.5 Perhitungan Bahan
Resep Kapsul I :
1. Amoxan I
Dosis diorder x jumlah diminta
@250 mg = 1 x 10
= 10 tablet
250
@500 mg = x 10
500
= 5 tab
2. Paracetamol
Dosis diorder x jumlah yang diminta
1 x 10 = 10 tablet
3. CTM
Dosis diorder x jumlah yang diminta
1⁄ x 10 = 5 tablet
2

4. Luminal
Dosis diorder x jumlah yang diminta
1⁄ x 10 = 5 tab
2

5 x 30 mg = 150 mg atau = 0,15 g


II.6 Perhitungan Dosis
1. Amoxan
DM = -/4 gram
10
Dp = × 250 mg = 250 mg
10
1xp=-
1h = 3 x 250 mg = 750 mg / 0,75 g (0,75 g < 4 g) ≠ OD
0,75 g
% = × 100%
4g
= 18,75% < 100%
2. Paracetamol
DM = 1/4 g
10
DP = × 500 mg = 250 mg
5
1 x p = 1 x 250 mg = 250 mg = 0,25 g (0,25 g < 1 g) ≠ OD
0,25 g
%= ×100% = 25% < 100%
1g
1h = 3 × 250 mg = 750 mg = 0,75 g ( 0,75 g < 4 g) ≠ OD
0,75 g
%= × 100% = 18,75% < 100%
4g
3. CTM
DM = -/40 mg
10
Dp = × 4 mg = 2 mg
5
1xp=-
1h = 3 x 2 mg = 6 mg (6 mg < 40 mg) ≠ OD
6 mg
% = × 100%
40 mg

= 15% < 100%


4. Luminal
DM = 300/600 mg
10
DP = × 30 mg = 15 mg
5
1 x p = 1 x 15 mg = 15 mg (15 mg < 300 mg) ≠ OD
15 mg
%= ×100% = 5% < 100%
300 mg
1h = 3 × 15 mg = 45 mg ( 45 mg < 600 mg) ≠ OD
45 mg
%= × 100% = 7,5% < 100%
600 mg
II.7 Cara kerja
Resep Kapsul I
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang semua bahan sesuai dengan perhitungan bahan.
3. Dialasi lumpang dengan serbet atau lap kasar.
4. Dimasukkan Sacharum Lactis secukupnya ke dalam lumpang dan gerus
sampai dinding dari lumpang tertutupi.
5. Dimasukkan Paracetamol sebanyak 10 tablet ke dalam lumpang dan digerus
hingga homogen.
6. Dimasukkan CTM sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang dan digerus hingga
homogen.
7. Dimasukkan Amoxan sebanyak 10 tablet ke dalam lumpang dan digerus
hingga homogen.
8. Dimasukkan Luminal sebanyak 0,15 gram ke dalam lumpang dan digerus
hingga homogen.
9. Dimasukkan ke dalam kertas perkamem sesuai dengan jumlah yang diminta
dan bagi sama rata.
10. Dimasukkan obat ke dalam cangkang kapsul yang telah digunakan dan beri
etiket putih sebagai penanda obat dalam.
BAB III
PEMBAHASAN

Kapsul adalah sediaan padat yang terdapat obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati
atau bahan lain yang sesuai.
Berdasarkan resep pembuatan sediaan kapsul menggunakan bahan Amoxan
250 mg 10 tablet, Paracetamol 500 mg 10 tablet, CTM (Chlorpheniramin maleat) 4
mg 5 tablet, Luminal 5 tablet. Namun, bahan Amoxan yang tersedia di laboratorium
500 mg jadi hanya diambil 5 tablet, sedangkan Luminal dalam bentuk serbuk jadi
ditimbang serbuk Luminal sebanyak 0,15 gram. Serta cangkang yang digunakan yaitu
cangkang keras.
Adapun indikasi dan efek samping dari masing-masing bahan-bahan yang
digunakan yaitu, yang pertama Amoxicilin untuk bermacam-macam infeksi yang
disebabkan mikroorganisme yang sensitif terhadap Amoksisilina seperti. Infeksi
saluran pernapasan bagian bawah, bronchitis akut dan kronis pneumonia, infeksi
saluran pernapasan bagian atas, tonsilitas pharyngitis, sinusitis, laryngitis, otitis
media. Cystitis, urethritis, pyelo nephritis, gonorrhea. Infeksi pada kulit dan jaringan
lunak. Efek samping yaitu nyeri perut, mual, muntah, diare, sakit kepala ringan, dan
gatal. Indikasi Paracetamol yaitu meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala
sakit gigi dan menurunkan demam. Efek samping mual, sakit perut bagian atas, gatal
– gatal, kuning padakulit dan mata.
Indikasi CTM (Chlorpheniramin maleat) untuk mengobati pilek, bersin-
bersin, mata berair, gatal pada mata, hidung, tenggorokan atau kulit. Yang disebabkan
oleh reaksi alergi, common cold, atau influenza. Obat ini juga sering digunakan dalam
sediaan obat rhinitis alergi, urtikaria, dan asma. Efek samping yaitu pusing, mulut,
hidung dan tenggorokan kering, sembelit, penglihatan kabur, detak jantung tidak
beraturan, mudah gelisah, dan tremor. Indikasi Luminal yaitu sebagai anti konvulsi,
fenobarbital digunakan dalam penanganan seizure tonic-klonic (grandmal) dan
seizure parsial. Fenobarbital dapat digunakan dalam pengobatan awal baik untuk bayi
maupun anak-anak. Efek samping yaitu merasa lelah, ngantuk, pusing, sakit kepala,
sensitif.
Indikasi sediaan berdasarkan resep yaitu untuk pasien yang mengalami
penyakit komplikasi yaitu hipertensi dan kadar gula darah yang tinggi disertai dengan
batuk berdahak, mual muntah, dan terinfeksi mikroorganisme. Sehingga diberikan
resep yang terdiri dari obat anti histamine (CTM), obat analgesic dan antipiretik
(Paracetamol). Obat barbiturate (Luminal) dan obat antibiotic (Amoxicilin).
Pada proses pengggerusan, terlebih dahulu dimasukkan Sacharum Lactis ke
dalam lumpang lalu digerus untuk menutupi pori-pori lumpang. Setelah itu, bahan
obat yang dimasukkan terlebih dahulu yaitu Paracetamol karena Paracetamol
merupakan golongan obat bebas, lalu gerus bahan sampai halus. Kemudian bahan
berikutnya yaitu CTM karena CTM termasuk golongan obat bebas terbatas, lalu gerus
bahan sampai halus dan homogen. Setelah itu, bahan obat berikutnya yaitu
Amoxicilin karena Amoxicilin termasuk golongan obat keras, lalu gerus sampai
halus. Bahan yang terakhir yaitu Luminal karena bahan ini sudah dalam bentuk
serbuk, kemudian gerus hingga semua bahan homogen.
Proses pengisian kapsul dilakukan dengan tangan. Yakni obat yang sudah
digerus sehingga berbentuk serbuk, kemudian dibagi pada kertas perkamen sesuai
dengan jumlah kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dengan menahan bagian belakang kertas perkamen hingga serbuk habis
dan ditutup dengan rapat.
Kapsul yang telah diisi dibersihkan, lalu dimasukkan kedalam zak plastik dan
beri etiket berwarna putih dan diberi tanda diminum 3 kali sehari 1 kapsul sesudah
makan, karena obat tersebut mengandung Amoxicilin yang termasuk obat antibiotik
sehingga obat tersebut harus dihabiskan.
Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu pada saat pembagian
serbuk ke beberapa kertas perkamen tidak sama banyak sehingga bobot setiap kapsul
tidak sama, hal ini karena pengerjaan dilakukan dengan tangan.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Kapsul adalah sediaan padat yang terdapat obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga
dari pati atau bahan lain yang sesuai. Hal yang harus diperhatikan pada saat
pembuatan sediaan kapsul yaitu golongan dari setiap bahan obat yang akan
digunakan. Serta setelah cangkang diisi, pastikan cangkang tertutup rapat
sehingga sediaan kapsul yang kita buat tidak rusak dan lembek.
IV.2 Saran
Untuk laboratorium, diharapkan agar alat-alat yang ada di dalam
laboratorium diperlengkap kembali agar mempermudah praktikan dalam
praktikum.
Untuk praktikan, diharapkan agar tidak terlalu banyak bermain dalam
laboratorium dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2007. Farmasetik. Yogyakarta: UGM Perss

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Elmira. 2017. Dasar-Dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid. Yogyakarta: Budi
Utama

Fatmawaty, Aisyah dkk. 2015. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Budi Utama

Syamsuni, H.A.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

Tim MGMP Pati. 2015. Ilmu Resep Teori JIlid I. Yogyakarta: Deepublish
LAMPIRAN

LABORATORIUM FARMASETIKA LABORATORIUM FARMASETIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket: Pengambilan bahan obat Amoxicilin, Ket: Pengambilan bahan Luminal sesuai
PCT dan CTM sesuai perhitungan jumlah perhitungan.
tablet.

LABORATORIUM FARMASETIKA LABORATORIUM FARMASETIKA


PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Digerus semua bahan obat sesuai Ket : Proses pembagian serbuk dikertas
resep sampai homogeny perkamen
LABORATORIUM FARMASETIKA LABORATORIUM FARMASETIKA
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Ket : Dimasukan serbuk yang sudah Ket : Hasil setelah sediaan dimasukkan
dibagi kedalam kapsul dalam cangkang dan cangkang ditutup

Anda mungkin juga menyukai