PADA PASIEN
Posted on 11 Februari 2014 by briyudistira
1. Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
Indikasi
Cara kerja :
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat
Tujuan
1. Mobilisasi
Cara / prosedur
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien
lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari
tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )
3.Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
Cara kerja :
4. Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Indikasi :
2) Pasien shock
3) Pasien hipotensi.
Cara kerja :
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan)
diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada
proses persalinan.
Tujuan :
Indikasi :
1. Tempat tidur
2. Selimut
Cara kerja :
6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
Indikasi :
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke
arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Definisi :
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan :
Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
mencmpel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.
https://briyudistira.wordpress.com/2014/02/11/jenis-jenis-pemberian-posisi-tubuh-pada-pasien/
MacamMacam Posisi Pasien
Oke berjumpa lagi bersama saya admin trendilmu.com pada kali ini kita akan membahas
macammacam posisi pasien.Simak penjelasannya dibawah ini.
Posisi Fowler
Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Posisi Sim’s
Pengertian
posisi sims
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium,
1. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
2. Pasien yang tidak sadarkan diri
3. Pasien paralisis
4. Pasien yang akan dienema
5. Untuk tidur pada wanita hamil.
Posisi Trendelenberg
Pengertian
posisi trendeleberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Tujuan
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2. Pasien shock.
3. pasien hipotensi.
Indikasi
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi
Posisi Dorsal Recumben
Pengertian
dorsal recumben
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
2. Pasien dengan ketegangan punggung belakang.
Posisi Lithotomi
Pengertian
lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.
Tujuan
1. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher, pemeriksaan rektum,
dan sistoscopy
2. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine
devices (IUD), dan lainlain.
Indikasi
1. Pada pemeriksaan genekologis
2. Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit pada uretra,
rektum, vagina dan kandung kemih.
Posisi Genu pectrocal
Pengertian
genu pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti pada meja.
Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur
terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.
Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.
Supinasi
Pengertian
suspinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran
berdiri yang baik.
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan
atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
Posisi pronasi
Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
pronasi
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
Posisi lateral
lateral
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul
dan bahu.
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.
Baca Penjelasan keperawatan lainnya disini
Oke begitulah penjelasan macam-macam posisi pasien semoga bermanfaat.
Referensi:
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh.
Gambar google.com
http://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html
Mekanika Tubuh
dan
Pengaturan Posisi pada Pasien
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Fisika
Disusun oleh:
Nama: Hasnah
Nim : BT 1401052
Kelas : 1B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan k a r u n i a - N y a . K a re n a h a n y a d e n g a n k a r u n i a - N y a l a h k a m i d a p a t
m e n y e l e s a i k a n makalah Biokimia tentang sel dan Nukleus. Tidak lupa kami ucapkan
makalah ini. Tujuan dari makalah ini tidak hanya menjelaskan mengenai
mekanika tubuh dan posisi membaringkan pasien. Dalam penyajian makalah ini,
kami memilih untuk menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan menyajikannya
secara sistematis, tetapi tidak mengurangi maksud dan tujuan disusunnya makalah
ini. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca lebih mudah memahami isi dari
makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari, dalam makalah ini
demi perbaikan isimakalah ini pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Bab I Pendahulan
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian mekanika tubuh................................................................................ 2
B. Pengaturan posisi berbaring pasien................................................................... 3
1. Posisi fowler.......................................................................................................... 3
2. Posisi sim’s............................................................................................................ 4
3. Posisi Trendelenberg............................................................................................ 5
4. Posisi Dorsal Recumbent..................................................................................... 6
5. Posisi Lithotomi.................................................................................................... 6
6. Posisi Genu Pectoral............................................................................................ 7
7. Posisi Orthopeneic................................................................................................ 8
8. Posisi Pronasi........................................................................................................ 9
9. Posisi Supinasi...................................................................................................... 10
10. Posisi Lateral......................................................................................................... 11
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................................... 12
B. Kritik dan Saran............................................................................................ 12
Daftar Pustaka...................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot
tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam
menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang
pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi
dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang
terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal,
pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi.
Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mekanika tubuh
Mekanika tubuh adalah penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
Mekanika Tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskoletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta
melakukan pekerjaan tertentu. Mata anda melihat, telinga mendengar dan otot-otot anda mebantu
bergerak. Bebrapa otot membantu memberi bentuk dan susunan pada tubuh anda . otot-otot yang
lain melekat pada tulang sedemikian halnya yang memungkinkan anda untuk menggerakkan atau
mengangkat benda-benda berat. Otot-otot tersebut dapat bekerja dengan baik bila digunakan
dengan benar. Menggunakan otot-otot yang tepat untuk melakukan pekerjaan disebut mekanika
tubuh. Hal ini dijelaskan oleh Barbara Hegner dalam bukunya “Asisten Keperawatan Suatu
efesiensi pergerakan tubuh seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau
benda. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut:
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok
atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,
lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°-90°. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
paru
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
c. Indikasi
Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
Pada pasien yang mengalami imobilisasi
2. Posisi Sim’s
a. Pengertian
Adalah posisi dimana tubuh miring ke kiri atau ke kanan / setengah telungkup dimana lengan
bawah ada di belakang tubuh klien sedangkan lengan atas ada di depan tubuh klien.
b. Tujuan
Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
Memasukkan obat supositoria
Mencegah decubitus
c. Indikasi
Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
Pasien yang tidak sadarkan diri
Pasien paralisis
Pasien yang akan dienema
Untuk tidur pada wanita hamil.
3. Posisi Trendelenberg
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki.
b. Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak
c. Indikasi
Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
Pasien shock
Pasien hipotensi.
Pasien pingsan
4. Posisi Dorsal Recumbent
a. Pengertian
Pada posisi ini dimana kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua
lengan berada di samping sisi tubuh, posisi badan terlentang dengan lutut ditekuk dan telapak
kaki menapak di atas tempat tidur, sedangkan kedua belah kaki direnggangkan
b. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Mempermudah tindakan pemeriksaan dan perawatan pada daerah genetalia
Mempermudah proses persalinan pada pasien yang akan bersalin.
c. Indikasi
Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
Pasien dengan ketegangan punggung belakang.
5. Posisi Lithotomi
a. Pengertian
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua paha dan menariknya keatas
bagian perut. Sedangkan tungkai bawah membentuk sudut 90o terhadap paha.
b. Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina taucher, pemeriksaan rektum,
dan sistoscopy
Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine
meja. Dengan kata lain posisi ini adalah posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di tempat
tidur atau tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang diatas tempat tidur (90o)
b. Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas
yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.
membantu klien yg mengalami inhalasi
c. Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.
8. Posisi pronasi/tengkurap
a. Pengertian
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah satu
tenggorokan.
c. Indikasi
Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
9. Posisi Supinasi
a. Pengertian
posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan
c. Indikasi
Pasien yang ingin beristirahat
Pasien yang ingin tidur
Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk
muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan
terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
Adapun macam-macam posisi membaringkan pasien meliputi: posisi powler, sim’s,
Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA
http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/body-mekanik-dan-posisi.html
http://hasnahtkj1.blogspot.nl/2014/11/mekanika-tubuh-dan-posisi-membaringkan.html
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang dapat berdiri dan
bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru mereka mengembang lebih mudah. Mereka
mencerna makanan secara seksama lebih baik. Mereka mampu berdefekasi dengan baik,
fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot mereka lebih sehat. Jika sedang sakit,
mereka sering tidak dapat bergerak atau hanya dapat bergerak sedikit.
Kadang tirah baring atau tidak ada gerakan sama sekali diperlukan untuk mengatasi
masalah kesehatan.Istirahat meningkatkan penyembuhan dan mengurangi nyeri.Tirah
baring jangka panjang atau kurang pergerakan dapat menyebabkan masalah serius.
Pengaturan Posisi
1. POSISI FOWLER
Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-
60 tanpa fleksi lutut.
2. POSISI SIMS
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien
berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Posisi ini lengan
bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas didepan tubuh klien.
3. POSISI TRENDELENBURG
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki.
5. POSISI LITOTOMI
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut.
8. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di
bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
ANATOMI FISIOLOGI
Sistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.
Tulang (system skelet)
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya
humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki,
bentuknya seperti kubus.
3. Tulang pipih: iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk
perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Fungsi system skelet
Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru
Tempat melekatnya otot dan tendon
Sumber mineral seperti garam dan fosfat
Tempat produksi sel darah merah
Sendi
Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang
memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi yaitu :
Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada
persambungan tulang tengkorak.
Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan
gerakan terbatas.
Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas
otot
Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot
jantung
Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit
Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan
Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus dalam
jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia
Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat
Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok
sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skelet.
FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot
rangka, otot jantung dan otot polos.
B. Tujuan
Tujuan Pemberian posisi pasien:
1. POSISI FOWLER
Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler.
Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
2. POSISI SIMS
Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang mengalami
paralisis.
Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
Untuk tindakan pemberian enema
3. POSISI TRENDELENBURG
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
5. POSISI LITOTOMI
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat
kontrasepsi.
8. POSISI OTHOPNEU
Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang
maksimal
Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
C. Manfaat
Mengurangi Jumlah energy yang digunakan.
Mempertahankan kseimbangan.
Mengurangi kecelakaan.
Memperluas ekspansi paru.
Meningkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal
D. Indikasi
Indikasi posisi semi telungkup( posisi sims ) : Posisi semi-telungkup (atau posisi Sims)
sering digunakan untuk pasien paralisis karena ini mengurangi tekanan pada bokong dan
panggul. Banyak orang menemu-kan posisi ini nyaman untuk tidur.
Indikasi posisi miring : Posisi miring membantu menghilangkan tekanan pada punggung
dan tumit untuk individu yang tidak dapat turun dari tempat tidur atau yang duduk untuk
waktu lama. Posisi ini baik untuk istirahat atau tidur.
Indikasi posisi telungkup : Posisi telungkup sering digunakan untuk pasien tidak sadar
karena posisi ini membantu drainase. Namun, posisi ini harus digunakan hanya untuk
waktu singkat pada pasien lain karena posisi ini menyebabkan kesulitan bernapas.
Indikasi Posisi telentang : Posisi telentang umumnya digunakan untuk membantu
pemulihan setelah operasi tertentu dan untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan,
paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer.
Indikasi posisi fowler : mempertahankan kenyamanan
Indikasi posisi lithotomi : pemeriksaan rectal dan vagina
Indikasi posisi dorsal recumbent : merawat dan memeriksa genitalia serta proses
persalinan.
Indikasi posisi Genu Pectoral : memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Indikasi posisi Posisi Trendelenburg : melancarkan peredaran darah ke otak.
Indikasi Posisi knee chest (menungging) : untuk pemeriksaan rectal
Indikasi Posisi berdiri : untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.
Indikasi membantu klien duduk ditempat tidur : memberikan makan ,minum , personal
hygiene dan sebagainya.
E. Kontraindikasi
1) Hypermobilitas
Pada hipermobilitas tidak dapat diberikan tehnik mobilisasi karena masalah yang ada pada
hypermobilitas bukanlah gangguan mobilitas sendi melainkan stabilatas.
2) Efusi sendi
Pada sendi yang mengalami efusi tidak boleh dilakukan mobilisasi karena keterbatasan
yang terjadi adalah karena penumpukan cairan dan karena adanya respon otot terhadap
nyeri, bukan karena pemendekan otot ataupun kapsul ligamen.
3) Inflamasi
Pemberian mobilisasi pada fase inflamasi dapat menimbulkan nyeri dan memperberat
kerusakan jaringan.
F. Persiapan Peralatan
Peralatan Pemberian Posisi pasien
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan ( bila diperlukan )
6. Bantal angin
7. Footboard
B. POSISI SIMS
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen
4. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat dan
mencegah fleksi lateral leher.
5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan
sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul.
Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan
pergelangan kaki pada kasur.
8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan
kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
C. POSISI TRENDELENBURG
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung
tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki pasien
D. POSISI DORSAL RECUMBENT
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.
3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ketempat tidur dan renggangkan
kedua kaki.
4.
Pasang selimut
E. POSISI LITOTOMI
Prosedur kerja
1. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan
tarik kearah perut.
3. Tungkai bawah membentuk susut 90 ‘ terhadap paha
4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5. Pasang selimut
F. POSISI GENU PECTORAL
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada kasur tempat tidur
3. Pasang selimut pada pasien
H. Posisi Orthopneu
Prosedur kerja
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot
kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90 derajat
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi
lulut dan tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien
supaya tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada
pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
12. Catat prosedur; termasuk posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
15. Ucapkan terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan
penampilannya
H. Evaluasi
Respon klien/pasien selama perubahan posisi diperhatikan
Tanda-tanda vital kilen/pasien ( nadi, pernafasan, tekanan darah ) diperiksa
Sesuai dengan tujuan
I. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth
edition, Menlo Park, Calofornia.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
Perry, Ame Griffin.2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta: EGC.
http://bangeud.blogspot.nl/2011/01/pemberian-posisi-pasien-membantu-klien.html
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas tuibuh.
Abnormalitas postur kongenital atau didapat memengaruhi efisiensi sistem muskulus
skeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh. Abnormalitas postur
dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga membatasi rentang
gerak pada beberapa sendi,
Untuk mencegah abnormalitas postur tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan
posisi pasien, selain itu persiapan seperti mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi
pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi ortostastik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti instruksi juga
penting dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian pengaturan posisi pasien ?
2. Apa sajakah macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien ?
3. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien ?
1.2 TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendefinisikan pengaturan posisi pasien.
2. Untuk mendiskripsikan macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan
pasien.
3. Untuk mendiskripsikan prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien.
1.3 MANFAAT
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengaturan posisi pasien.
2. Dapat mengetahui macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien.
3. Dapat mengetahui prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGATURAN POSISI PASIEN
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu
aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry,2005)
Tujuan merubah posisi :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
6. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan
Persiapan Alat :
Tempat tidur
Bantal
Gulungan handuk
Bantalan kaki
Handscoen (jika diperkukan)
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan tindakan posisi supinasi
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan, gunakan handscoen (jika perlu).
5. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur.
6. Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu klien.
7. Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbar, jika terdapat celah
disana.
8. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.
9. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.
10. Jika klien sadar atau mengalami paralisis ekstrimitas atas,elevasikan tangan dan
lengan bawah dengan menggunakan bantal.
11. Lepaskan sarung tangan.
12. Cuci tangan.
13. Evaluasi respon klien dan dokumentasikan.
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi lateral
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Perawat cuci tangan, gunakan sarung tangan jika diperlukan
5. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur
6. Gulungkan hingga posisi miring
7. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien
8. Fleksikan bahu dibawah paha dan posisikan ke depan sehingga tubuhtidak menopang
bahu tersebut
9. Letakkan bantal dibawah lengan atas
10. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstermitas bertumpu sacara
paraler dengan permukaan tempat tidur
11. Lepaskan bantal guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi
12. Lepaskan sarung tangan
13. Cuci tangan
14. Evaluasi respon klien
15. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya
Persiapan Alat :
Tempat tidur
Bantal
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi dorsal recumbent
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
5. Pasang bantal di bawah kepala pasien
6. Bantu pasien menekuk lutut dan melebarkan kedua kaki
7. Kedua telapak kaki tetap menapak pada tempat tidur
8. Kedua tangan pasien diletakkan kearah kepala
9. Cuci tangan
10. Evaluasi respon klien
11. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya
D. POSISI TRENDELENBERG
Pengertian :
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah dari pada
posisi kaki.
Tujuan :
Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien yang mengalami syok
Pasien dengan pemasangan skintraksi
Pasien operasi pada kasus tersebut
Pasien hernia skrotalis
Persiapan Alat :
Dua balok penopang kaki tempat tidur
Bantal
Tempat tidur khusus
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi dorsal recumbent
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
5. Pasien dalam keadaan terbaring terlentang, pasang bantal diantara kepala dan ujung
tempat tidur
6. Perawat mengangkat bagian kaki tempat tidur, perawat lain memberi balok di bagian
kaki tempat tidur
7. Pada tempat tidur khusus atur posisi pasien dengan meninggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
9. Evaluasi respon klien
10. Dokumentasiakn eluruh hasil tindakan beserta evaluasinya
E. POSISI SIMS
Pengertian :
Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke salah satu sisi, baik
kekanan atau kekiri.
Tujuan :
Memberi kenyamanan
Melakukan huknah
Memberi obat per anus (supositoria)
Melakukan pemeriksaan daerah anus
Persiapan Alat :
Tempat tidur
Bantal
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi sims
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
5. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur
6. Gulingkan pasien hingga posisi miring yang sebagian pada abdomen
7. Tempatkan bantal di bawah kepala pasien
8. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan yang menyokong lengan
setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur
9. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan yang menyokong tungkai
setinggi pinggul
10. Letakkan alat penopang dibawah telapak kai pasien
11. Cuci tangan
12. Evaluasi respon klien
13. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya
F. POSISI LITHOTOMI
Pengertian :
Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
Tujuan :
Pemeriksaan alat genitalia
Proses persalinan
Pemasangan alat kontrasepsi
Persiapan Alat :
Tempat tidur.
Bantal.
Selimut kain penutup.
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi lithotomi.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Pasien dalam keadaan berbaring / terlentang.
6. Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen.
7. Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap paha.
8. Letakkan bagian lutut / kaki pada penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomi.
9. Pasang selimut.
10. Cuci tangan.
11. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
G. POSISI PRONASI (Telungkup)
Pengertian :
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring di atas abdomen atau
tengkurap dengan kepala menoleh ke samping.
Tujuan :
Memberikan eksistensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pasca operasi mulut dan
tenggorokan.
Persiapan Alat :
Beberapa bantal / registin (sandaran punggung).
Penyangga kaki
Tempat tidur
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi pronasi.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Membantu pasien duduk.
6. Menyusun bantal / memasang registin (sandaran) dengan sudut semi fowler 15-45˚.
7. Pada tempat tidur khusus atur posisi dengan meninggikan bagian kepala pasien.
8. Menaikkan pasien.
o Perawat berdiri di sebelah kanan menghadap pasien.
o Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua lengan.
o Tangan kanan perawat membantu di bawah ketiak dan tangan kiri di belakang punggung
pasien.
o Menganjurkan pasien untuk mendorong kepalanya kebelakang.
9. Bila pasien tidak dapat membantu :
o Dua perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
o Masing-masing perawat merentangkan satu tangan di bawah bahu dan satu tangan di
bawah pangkal pah, saling berpegangan.
10. Letakkan bantal kecil di bawah kepala klien.
11. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah pada kurva lumbal bila dada celah.
12. Tempatkan bantal tipis di bawah paha.
13. Tempatkan bantal kecil di bawah pergelangan kaki.
14. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan penyangga kaki / bantalan kaki.
15. Cuci tangan.
16. Evaluasi respon klien dan lakukan rencana tindak lanjut.
17. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
Tujuan :
Pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid.
Latihan pada ibu yang hamil sungsang.
Persiapan Alat :
Tempat tidur.
Selimut.
Sarung tangan.
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi pectoral.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada matras tempat tidur.
6. Pasang selimut untuk menutupi daerah perineal pasien.
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8. Evaluasi respon klien.
9. Dukomentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
I. POSISI FOWLER
Pengertian :
Posisi fowler dalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.
Tujuan :
Mempertahankan kenyamanan.
Memfasilitasi fungsi pernapasan / meningkatkan ekspansi paru-paru.
Persiapan Alat :
Penompang bantal
Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi fowler.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60˚.
6. Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.
7. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan dan lengan.
8. Tempatka bantal tipis di punggung bawah
9. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
10. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan kaki.
11. Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
12. Turunkan tempat tidur.
13. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan.
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
15. Evaluasi respon klien.
16. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
J. POSISI ORTOPNEA
Pengertian :
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Fowler tinggi, klien duduk di tempt tidur
atau di tepi tempat tidur degan meja yang menyilang di atas tempat tidur.
Tujuan :
Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dengan memberikan ekspansi
dada maximum.
Membantu klien yang mengalami masalah ekshalasi
Persiapan Alat :
Tempat tidur
Bantal kecil
Gulungan handuk
Bantalan kaki
Sarung tangan jika diperlukan
Prosedur Pelaksanaan :
17. Pastikan kebutuhan klien akan posisi ortopnea
18. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
19. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
20. Cuci tangan.
21. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepaa dinaikan.
22. Tinggikan kepala tempat tidur 90˚.
23. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.
24. Pastikan tidak terdapat tekanan pad area poplitea dan lutut dalam keadaan fleksi
25. Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha.
26. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.
27. Lepaskan saung tangan dan cuci tangan
28. Dokumentasikan tindakan.Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan
bila pasien tidak dapat mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan
dan lengan.
29. Tempatka bantal tipis di punggung bawah
30. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
31. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan kaki.
32. Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
33. Turunkan tempat tidur.
34. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan.
35. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
36. Evaluasi respon klien.
37. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan dan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang
baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. (potter dan perry,2005).
2. Macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien yaitu :
o Posisi Supinasi (Telentang)
o Posisi Lateral (Side-Lying)
o Posisi Dorsal Recumbent
o Posisi Trendelenberg
o Posisi Sims
o Posisi Lithotomi
o Posisi Pronasi (Telungkup)
o Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)
o Posisi Fowler
o Posisi ortopnea
3. Prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien berbeda-beda antara pengaturan
posisi pasien yang satu dengan yang lain.
3.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Sebagai seorang perawat dapat memahami dengan benar prosedur pelaksanaan
pengaturan posisi pasien kepada kliennya.
2. Sebagai seorang perawat dapat melakukan prosedur pelaksanaan pengaturan posisi
pasien kepada kliennya dalam praktik keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Surabaya :
Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/207314012/bab2.pdf
http://nururhay.blogspot.nl/2014/09/pengaturan-posisi-pasien_98.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika tubuh dan ambulansi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia.Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang cara kerja kelompok otot tertentu yang
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Sehingga perlu
mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan
tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf.Selain itu,
ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain
membentuk postur/bentuk tubuh.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body
mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, efek body mekanik yang buruk, dan
pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan body mekanik?
2. Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
4. Apa efek body mekanik yang buruk?
5. Bagaimana pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik
2. Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik
3. Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
4. Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk
5. Mendeskripsikan pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca guna
memahami materi tentang body mekanik meliputi pengertian body mekanik,prinsip-prinsip body
mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi,akibat body mekanik yang buruk serta pengaturan
posisi memindah dan menata posisi klien.Dan diharapkan penyusunan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.
Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat
untuk menopang atau menahan tubuh
2. Keseimbangan
Keseimbangan dapat dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara
pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
3. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, misalnya seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan
harga diri rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas yang dapat menganggu koordinasi antara sistem
muskulusletal dan neurologi sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika
tubuh.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.
E. Pengaturan Posisi
1. Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Tujuan
Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
Peralatan
Tempat tidur
Bantal kecil
Gulungan handuk
Bantalam kecil
Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot
kebawah ketika kepala dinaikkan.
Naikkan kepala bed 45˚ sampai 60˚sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45˚, fowler tinggi 60˚)
Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan
mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervical dari
columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal.
Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lembut
dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu
klien supaya tidak melorot kebawah.
Pastikan bahwa tidak ada pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan pada dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien
tidak melorot kebawah.
Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstrimitas bawah pasien
mengalami paralis atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan
trochanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut damn
oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan trochanter
mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan,bila klien memiliki kelemahan pada
kedua lengan. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang
tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulandarah dalam vena,
menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke
depan.
Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
Rotasi luar pada pinggul.
Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.
Kaki yang tidak tersokong.
Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.
2. Posisi sims
Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi
kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus.
Tujuan :
Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
Mengurangi penekanan pada sacrum dan trochanter besar pada klien yang mengalami paralisis.
Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perwatan pada area parineal.
Untuk tindakan pemberian enema.
Peralatan :
Tempat tidur
Bantal kecil
Gulungan handuk
Sarung tangan (bila diperlukan)
Cara pelaksanaan :
Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur.
Gulungkan klien pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen.
Letakkan bantal dibawah kepala klien.
Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi.
Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai
sikunya. Mencegah rotasi inrternal bahu.
Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul.
Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan
pergelangan kaki pada kasur.
Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki
pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Dokumentasikan tindakan yang yang telah dilakukan.
3. Posisi trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah daripada bagian
kaki.
Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak
Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
Berikut ini bebrapa masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
1. Bantal di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
2. Kepala datar pada matras.
3. Bahu tidak disokong dan berotasi dalam.
4. Siku melebar.
5. Ibu jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain.
6. Pinggul berotasi luar.
7. Tidak tersokongnya pinggul.
8. Titik penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi.
5. Posisi litotomi
Adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut.
Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi.
Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
7. Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal
akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan
dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
8. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed
atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada
yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot
kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar,
lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan
tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya
tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada
pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmismikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan
diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada
klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut,
mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra
cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita)
dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita,
menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan
tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi,
memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan
dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah
terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada
patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan
dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah
terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas
karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Potensial masalah yang terjadi, antara lain:
1. Hiperekstensi leher.
2. hiperekstensi spinal lumbal.
3. Plantar fleksi pergelangan kaki.
4. Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
10. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan
menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah
fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu
tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta
penekanan pada dada.
g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah
penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar
kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang
belakang.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring :
1. Flesi lateral pada leher.
2. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
3. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
4. Kurangnya sokongan kaki.
5. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh
secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1. Gravitasi
2. Keseimbangan
3. Berat
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
1. Gerakan ( ambulating ).
2. Menahan ( squating ).
3. Menarik ( pulling ).
4. Mengangkat ( lifting ).
5. Memutar ( pivoting ).
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab
37).Jakarta:EGC
www.google.com
http://www.carinfomu.com/2015/01/makalah-body-mekanika-dan-posisi-1-15.html
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse,
2. Mempertahankan kenyamanan pasien,
3. Mempertahankan kontrol diri pasien,
4. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.),
5. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,
6. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi dengan kegiatan
ini), dan
7. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring.
Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda.(Suparyanto, 2010).
Persiapan:
Kaji kekuatan otot pasien,
Mobilitas sendi,
Toleransi aktivitas,
Tingkat kesadaran,
Tingkat kenyamanan,
Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
Selalu kunci rem pada kedua roda kursi sebelum anda memindahkan pasien ke kursi roda.
Naikkan sanggaan kaki sehingga pasien dapat duduk di kursi roda. Turunkan sangaan kaki ketika
pasien berada di atas kursi roda.
Cara Kerja :
1. Cuci tangan,
2. Lakukan persiapan yang telah disebutkan di atas,
3. Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi roda dalam posisi 45
terhadap tempat tidur,
4. Pasang sabuk pemindah bila perlu,
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin,
6. Renggangkan kedua kaki Anda,
7. Fleksikan kedua panggul dan lutut Anda, sejajarkan lutut Anda dengan lutut pasien,
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan tempatkan tangan Anda di
skapula pasien,
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul dan tungkai Anda,
dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi,
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut,
11. Tumpukan pada kaki yang jatuh dari kursi,
12. Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk menyokong,
13. Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien ke kursi,
14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk,
15. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
16. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
17. Cuci tangan setelah prosedur yang dilakukan, dan
18. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke kursi roda
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi
silang perawat ke pasien
2 Kursi roda dalam Agar pasien mudah untuk
posisi 45° terhadap dipindahkan, duduk di kursi roda
tempat tidur
3 Sabuk pemindah (jika perlu) agar pasien tidak terjatuh
saat dipindahkan ke kursi roda
4 Sepatu / Sandal Agar aman dan terlindungi dari
benda-benda yang membahayakan
dan/atau melukai kaki pasien
5 Fleksikan kedua Untuk mensejajarkan posisi agar
panggul dan lutut mempermudah dalam pengangkatan
pemindahan pasien
6 Menggunakan lengan Agar pasien duduk dengan nyaman,
yang memegang kursi pantatnya tidak terhempas
untuk menyokong
7 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien,
mengetahui jika ada cedera atau
perubahan fisik yang mungkin terjadi
saat kita melakukan tindakan
pemindahan pasien
8 Cuci tangan sesudah menghindari terjadinya kontaminasi
prosedur silang pasien ke perawat
9 Mencatat prosedur Pendokumentasian
Persiapan :
Kaji kekuatan otot pasien,
Mobilitas sendi,
Toleransi aktivitas,
Tingkat kesadaran,
Tingkat kenyamanan, dan
Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
Cara Kerja
1. Cuci tangan,
2. Lakukan persiapan seperti disebut di atas,
3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri berdampingan
menghadap tempat tidur pasien,
4. Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien (kepala dan bahu,
panggul, paha, dan pergelangan kaki),
5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat ke tempat tidur di
depan, lutut agak fleksi,
6. Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha dan pergelangan kaki
pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh pasien,
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka,
8. Pada hitungan ke-3, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat,
9. Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan menumpu salah satu kaki
untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain, dengan bergerak ke depan (bila perlu),
10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah brankart/tempat tidur lain dengan
memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka pada setinggi tepi brankart/tempat
tidur,
11. Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur pada posisi terpasang,
12. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
13. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan, dan
15. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.
Langkah prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
3. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat yang lain di samping
brankart
4. Silangkan tangan klien didepan dada
5. Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat
6. perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik pengalas
7. Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas dzn tubuh klien
hingga mencapai tempat tidur
8. Jauhkan brankart
9. Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai adanya
kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi
duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi.
Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi antara
lain :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme musculoskeletal
pada ekstrimitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama,
Risiko cedera berhubungan dengan adanya pasilisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan
tongkat yang tidak benar,
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
Perencanaan keperawatan diantaranya :
Terapi latihan, mobilitas sendi,
Pengaturan posisi,
Berikan penguatan positif selama aktivitas,
Dukung pasien untuk memandang keterbatasan secara realistis,
Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas,
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri,
Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas,
Lakukan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet,
Berikan pendidikan kesehatan.
Pelaksanaan/tindakan keperawatan dengan :
Latihan ambulasi,
Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien.
3.2 Saran
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
mekanika tubuh dan ambulasi adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan
mekanika tubuh dengan baik.
Daftar Pustaka
Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM
WHO. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
http://andaners.wordpress.com/2009/06/19/memindahkan-pasien-dari-tempat-tidur-ke-brangkar/
http://tiaralufitasari.blogspot.com/2012/01/teknik-memindahkan-dan-transportasi.html
http://mayamahdarika.blogspot.nl/2015/02/makalah-kdm-kebutuhan-dasar-mobilisasi.html