Anda di halaman 1dari 80

JENIS JENIS PEMBERIAN POSISI TUBUH

PADA PASIEN
Posted on 11 Februari 2014 by briyudistira

1. Posisi Fowler

Pengertian

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan

1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.


2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan
ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap

Indikasi

1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan

2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Alat dan bahan :

1). Tempat tidur khusus


2). Selimut

Cara kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.

2. Posisi semi fowler

Pengertian

Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan

1. Mobilisasi

2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas

3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

Cara / prosedur

1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)

2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien
lumpuh

3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari
tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3.Posisi sim

Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

Tujuan :

1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang

2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi

3. Memasukkan obat supositoria

4. Mencegah dekubitus

Indikasi :

1. Untuk pasien yang akan di huknah


2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus

Alat dan bahan :

1. Tempat tidur khusus


2. Selimut

Cara kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat
tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat
tidur.

4. Posisi trendelenburg
Definisi :

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Alat dan bahan :

1. Tempat tidur khusus


2. Selimut

Indikasi :

1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut

2) Pasien shock

3) Pasien hipotensi.

Alat dan bahan :

1. Tempat tidur khusus


2. Selimut

Cara kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke
dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas
tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki
kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas
tempat tidur

5. Posisi dorsal recumbent

Definisi :

Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan)
diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada
proses persalinan.

Tujuan :

Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

Indikasi :

1. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia


2. Untuk persalinan

Alat dan bahan :

1. Tempat tidur
2. Selimut

Cara kerja :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan
ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6. Posisi Litotomi
Definisi :

Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.

Indikasi :

1. Untuk ibu hamil


2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi

Alat dan bahan :

1. Tempat tidur khusus


2. Selimut

Cara kerja:

1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke
arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Definisi :

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Tujuan :

Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi :

1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara kerja :

1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
mencmpel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

https://briyudistira.wordpress.com/2014/02/11/jenis-jenis-pemberian-posisi-tubuh-pada-pasien/
Macam­Macam Posisi Pasien

Oke   berjumpa   lagi   bersama   saya   admin  trendilmu.com  pada   kali   ini   kita   akan   membahas

macam­macam posisi pasien.Simak penjelasannya dibawah ini.

Posisi Fowler

Fowler

Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan

1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman

3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru

4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap

Indikasi

1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Posisi Sim’s
Pengertian

posisi sims

Posisi   sim   adalah   posisi   miring   kekanan   atau   miring   kekiri.   Posisi    ini   dilakukan   untuk   memberi

kenyamanan   dan   memberikan   obat   per   anus   (supositoria).   Berat   badan   terletak   pada   tulang   illium,

humerus   dan   klavikula.


Tujuan

1. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi

2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang

3. Memasukkan obat supositoria

4. Mencegah dekubitus

Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal

2. Pasien yang tidak sadarkan diri

3. Pasien paralisis

4. Pasien yang akan dienema

5. Untuk tidur pada wanita hamil.

Posisi Trendelenberg
Pengertian
posisi trendeleberg

Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.

Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Tujuan

1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2. Pasien shock.

3. pasien hipotensi.

Indikasi
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock

3. Pasien hipotensi

Posisi Dorsal Recumben
Pengertian

dorsal recumben

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas

tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.

Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
2. Pasien dengan ketegangan punggung belakang.

Posisi Lithotomi
Pengertian 

lithotomi

Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.

Tujuan

1. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher, pemeriksaan rektum, 
dan sistoscopy
2. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine 
devices (IUD), dan lain­lain.

Indikasi

1. Pada pemeriksaan genekologis

2. Untuk   menegakkan   diagnosa   atau   memberikan   pengobatan   terhadap   penyakit   pada   uretra,

rektum, vagina dan kandung kemih.

Posisi Genu pectrocal
Pengertian 
genu pectoral

Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Tujuan

Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi

1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Posisi orthopeneic
Pengertian

Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti pada meja.

Tujuan

Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan tidak bisa tidur

terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.

Indikasi

Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.
Supinasi
Pengertian

suspinasi

Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran

berdiri yang baik.

Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan

atau dalam proses anestesi tertentu.

Indikasi

1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

Posisi pronasi
Pengertian

Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.

pronasi

Tujuan
1. Memberikan ekstensi  maksimal pada sendi lutut dan pinggang

2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.

Indikasi

1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

Posisi lateral

lateral

Pengertian

Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul

dan bahu.

Tujuan

1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi

3. Meningkankan rasa nyaman

4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.

Indikasi

1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur

3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama

4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

 Baca Penjelasan keperawatan lainnya  disini
Oke begitulah penjelasan macam-macam posisi pasien semoga bermanfaat.

Referensi:

Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh.

Gambar google.com

http://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html

Mekanika Tubuh
dan
Pengaturan Posisi pada Pasien
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Fisika

Disusun oleh:
Nama: Hasnah
Nim : BT 1401052
Kelas : 1B

Akademi Keperawatan Batari Toja Watampone


2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

dan k a r u n i a - N y a . K a re n a h a n y a d e n g a n k a r u n i a - N y a l a h k a m i d a p a t

m e n y e l e s a i k a n makalah Biokimia tentang sel dan Nukleus. Tidak lupa kami ucapkan

terima kasih kepada ibu Asriwati,S.Kep.Ns.,S.Pd.,M.Kes. yang merupakan dosen mata

kuliah Fisika karena dengan bimbingan beliaulah kami dapat menyelesaikan

makalah ini. Tujuan dari makalah ini tidak hanya menjelaskan mengenai

mekanika tubuh dan posisi membaringkan pasien. Dalam penyajian makalah ini,

kami memilih untuk menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan menyajikannya

secara sistematis, tetapi tidak mengurangi maksud dan tujuan disusunnya makalah

ini. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca lebih mudah memahami isi dari

makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari, dalam makalah ini

tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kepada semua pembaca

makalah ini,kami mengharapkan sumbang saran atau kritik yang konstruktif,

demi perbaikan isimakalah ini pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Watampone, november 2014

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Bab I Pendahulan
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian mekanika tubuh................................................................................ 2
B. Pengaturan posisi berbaring pasien................................................................... 3
1. Posisi fowler.......................................................................................................... 3
2. Posisi sim’s............................................................................................................ 4
3. Posisi Trendelenberg............................................................................................ 5
4. Posisi Dorsal Recumbent..................................................................................... 6
5. Posisi Lithotomi.................................................................................................... 6
6. Posisi Genu Pectoral............................................................................................ 7
7. Posisi Orthopeneic................................................................................................ 8
8. Posisi Pronasi........................................................................................................ 9
9. Posisi Supinasi...................................................................................................... 10
10. Posisi Lateral......................................................................................................... 11
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................................... 12
B. Kritik dan Saran............................................................................................ 12
Daftar Pustaka...................................................................................................... 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot

tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Dalam

menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang

pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi

dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang

terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk postur/bentuk tubuh.
Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal,

pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi.

Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf, otot, dan skeletal

harus tetap utuh dan berfungsi baik.


Pada makalah ini, membahas tentang pengertian mekanika tubuh dan macam-macam posisi

berbaring pada pasien.


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mekanika tubuh?
2. Apa saja pengaturan posisi dalam cakupan mekanika tubuh (Body Mekanik)?
C. Tujuan:
1. Mengetahui pengertian mekanika tubuh
2. Mengetahui pengaturan posisi berbaring pasien
3. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mekanika tubuh
Mekanika tubuh adalah penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk

menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.


Menurut A. Aziz Alimul dalam bukunya “Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan”

Mekanika Tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskoletal dan sistem saraf untuk

mempertahankan keseimbangan yang tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara

menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta

aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktifitas.


Tubuh anda seperti mesin yang terorganisasi dengan baik. Setiap bagian dirancang untuk

melakukan pekerjaan tertentu. Mata anda melihat, telinga mendengar dan otot-otot anda mebantu

bergerak. Bebrapa otot membantu memberi bentuk dan susunan pada tubuh anda . otot-otot yang

lain melekat pada tulang sedemikian halnya yang memungkinkan anda untuk menggerakkan atau

mengangkat benda-benda berat. Otot-otot tersebut dapat bekerja dengan baik bila digunakan

dengan benar. Menggunakan otot-otot yang tepat untuk melakukan pekerjaan disebut mekanika

tubuh. Hal ini dijelaskan oleh Barbara Hegner dalam bukunya “Asisten Keperawatan Suatu

Pendekatan Proses Keperawatan”.


Istilah body mekanik atau mekanika tubuh pada umumnya digunakan untuk menggambarkan

efesiensi pergerakan tubuh seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain atau

benda. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :


 Body Aligement (Postur Tubuh): Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya

dengan bagian tubuh yang lain.


 Balance / Keseimbangan: Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line

gravity dan base of support.


 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir): Dimana body mekanik

berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara

berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah

sebagai berikut:

1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem

muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok

atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,

misalnya kelainan pada tulang vertebrata.


B. Pengaturan posisi berbaring pasien.
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas (pengankutan Penderita)

disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :


1. Posisi Fowler
Fowler : 45 – 90o Semi fowler : 15 – 45o
a. Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur

lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°-90°. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan

kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.


b. Tujuan
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
 Meningkatkan rasa nyaman
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi

paru
 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
c. Indikasi
 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
 Pada pasien yang mengalami imobilisasi
2. Posisi Sim’s
a. Pengertian
Adalah posisi dimana tubuh miring ke kiri atau ke kanan / setengah telungkup dimana lengan

bawah ada di belakang tubuh klien sedangkan lengan atas ada di depan tubuh klien.
b. Tujuan
 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
 Memasukkan obat supositoria
 Mencegah decubitus
c. Indikasi
 Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
 Pasien yang tidak sadarkan diri
 Pasien paralisis
 Pasien yang akan dienema
 Untuk tidur pada wanita hamil.
3. Posisi Trendelenberg
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada

bagian kaki.
b. Tujuan
 Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak
c. Indikasi
 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
 Pasien shock
 Pasien hipotensi.
 Pasien pingsan
4. Posisi Dorsal Recumbent
a. Pengertian
Pada posisi ini dimana kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua

lengan berada di samping sisi tubuh, posisi badan terlentang dengan lutut ditekuk dan telapak

kaki menapak di atas tempat tidur, sedangkan kedua belah kaki direnggangkan
b. Tujuan
 Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
 Mempermudah tindakan pemeriksaan dan perawatan pada daerah genetalia
 Mempermudah proses persalinan pada pasien yang akan bersalin.
c. Indikasi
 Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
 Pasien dengan ketegangan punggung belakang.
5. Posisi Lithotomi
a. Pengertian
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua paha dan menariknya keatas

bagian perut. Sedangkan tungkai bawah membentuk sudut 90o terhadap paha.
b. Tujuan
 Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina taucher, pemeriksaan rektum,

dan sistoscopy
 Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat intra uterine

devices (IUD), dan lain-lain.


c. Indikasi
 Pada pemeriksaan genekologis
 Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit pada uretra,

rektum, vagina dan kandung kemih.


6. Posisi Genu pectrocal
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian

alas tempat tidur


b. Tujuan
 Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
 Membntu merubah letak kepala janin pada pasien dengan kehamilan sungsang
c. Indikasi
 Pasien hemorrhoid
 Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina
7. Posisi Orthopeneic
a. Pengertian
pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti pada

meja. Dengan kata lain posisi ini adalah posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di tempat

tidur atau tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang diatas tempat tidur (90o)
b. Tujuan
 Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas
 yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.
 membantu klien yg mengalami inhalasi
c. Indikasi
 Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.

8. Posisi pronasi/tengkurap
a. Pengertian
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah satu

sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala.


b. Tujuan
 Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
 Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
 Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pasca operasi mulut atau

tenggorokan.
c. Indikasi
 Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
 Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
9. Posisi Supinasi
a. Pengertian
posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan

kesejajaran berdiri yang baik.


b. Tujuan
 Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien

pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.


 Klien pasca operasi dengan anestesi spinal,
 Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
c. Indikasi
 Pasien dengan tindakan post anestesi atau pembedahan tertentu
 Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
10. Posisi Lateral
a. Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada

pada pinggul dan bahu.


b. Tujuan
 Mempertahankan body aligement
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
 Meningkankan rasa nyaman
 Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
 mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung ,
 Baik untuk posisi tidur & istirahat,

Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum (tulang kelangkang) dan tumit.

c. Indikasi
 Pasien yang ingin beristirahat
 Pasien yang ingin tidur
 Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
 Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk

mempertahankan keseimbangan yang tepat. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem

muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan

terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
Adapun macam-macam posisi membaringkan pasien meliputi: posisi powler, sim’s,

Trendelenberg, Dorsal Recumbent, Lithotomi, Genu pectrocal, Orthopeneic, pronasi/tengkurap,

Supinasi, dan lateral.


B. Saran
Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika


http://anaa-ziiyah.blogspot.com/2012/04/body-mekanik-dan-posisi.html

http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/body-mekanik-dan-posisi.html

http://hasnahtkj1.blogspot.nl/2014/11/mekanika-tubuh-dan-posisi-membaringkan.html

BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang dapat berdiri dan
bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru mereka mengembang lebih mudah. Mereka
mencerna makanan secara seksama lebih baik. Mereka mampu berdefekasi dengan baik,
fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot mereka lebih sehat. Jika sedang sakit,
mereka sering tidak dapat bergerak atau hanya dapat bergerak sedikit.

Kadang tirah baring atau tidak ada gerakan sama sekali diperlukan untuk mengatasi
masalah kesehatan.Istirahat meningkatkan penyembuhan dan mengurangi nyeri.Tirah
baring jangka panjang atau kurang pergerakan dapat menyebabkan masalah serius.

Untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) tubuh yang tepat, perawat harus


dengan tepat mengangkat klien, menggunakan tekhnik pemerian posisi yang tepat,dan
memindahkan klien dengan aman.Klien dengan gangguan saaf, skelet, atau fungsi sistem
muscular serta peningkatan kelemahan dan keletihan sering memerlukan bantuan dari
perawat untuk pemberian posisi dan pemindahan.Penggunaan mekanika tuuh yang tepat
dan tekhnik pemindahan melindungi perawat atau pemberi asuhan dari cedera pada sistem
musculoskeletal.Perawat beresiko terhadap cedera pada otot lumbal ketika mengangkat.
Angka cedera pada lingkungan kerja telah meningkat pada beberapa Tahun terakhir, dan
lebih setengahnya adalah cedera punggung akibat tekhnik mengangkat dan membungkuk
yang tidak tepat.Cedera pada area lumbal mempengaruhi kemampuan untuk membungkuk
ke depan dan ke belakang serta memiringkan tubuh.Selain itu, kemampuan untuk merotasi
panggul dan punggung bawah menurun karena lebih banyak klien dipulangkan ke rumah
untuk asuhan berkelanjutan,perlu bagi perawat mengajarkan anggota keluarga klien
bagaimana mengangkat dan memindahkan klien dengan aman.

Download makalah DISINI atau klik download link:


http://www.ziddu.com/download/16470961/pemberianposisidanmemindahkan.docx.html
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
Pemberian Posisi Pasien
Pemberian Posisi Pasien merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu,
tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinir, serta aman dalam menggerakkan dan
mempertahankan keseimbnagan selama aktivitas.

Pengaturan Posisi
1. POSISI FOWLER
Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-
60 tanpa fleksi lutut.

2. POSISI SIMS
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien
berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Posisi ini lengan
bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas didepan tubuh klien.

3. POSISI TRENDELENBURG
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki.

4. POSISI DORSAL RECUMBENT


Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di
atas tempat tidur.

5. POSISI LITOTOMI
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut.

6. POSISI GENU PECTORAL


Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur.

7. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)


Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.

8. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di
bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.

9. POSISI LATERAL (SIDE LYING)


Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.

Pengertian membantu klien duduk ditempat tidur:


Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah
untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.
Pengertian Memindahkan Pasien ke kursi roda :
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi.

ANATOMI FISIOLOGI
Sistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.
 Tulang (system skelet)
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya
humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki,
bentuknya seperti kubus.
3. Tulang pipih: iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk
perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Fungsi system skelet
 Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
 Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru
 Tempat melekatnya otot dan tendon
 Sumber mineral seperti garam dan fosfat
 Tempat produksi sel darah merah

 Sendi
Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang
memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi yaitu :
 Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada
persambungan tulang tengkorak.
 Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan
gerakan terbatas.
 Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas

 otot
 Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot
jantung
 Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit
 Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan
 Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus dalam
jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia
 Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat
 Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok
sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot skelet.

FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot
rangka, otot jantung dan otot polos.

Otot rangka Otot jantung Otot polos


Mempunyai stria, Mempunyai stria,Tidak berstria, hanya
berbentuk silindris, dan multinukleus, silindris, danmempunyai satu inti dan
mempunyai banyak inti bercabang-cabang sertajuga tidak dibawah
serta berada dibawah berkontraksi tidak dibawahpengaruh kesadaran
control kesadaran. pengaruh kesadaran.
Tight junction RS Gap junction RS kurangGap junction RS kurang
berkembang sangat pesat berkembang berkembang

B. Tujuan
Tujuan Pemberian posisi pasien:
1. POSISI FOWLER
 Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler.
 Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)

2. POSISI SIMS
Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
 Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang mengalami
paralisis.
 Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
 Untuk tindakan pemberian enema

3. POSISI TRENDELENBURG
 Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

4. POSISI DORSAL RECUMBENT


 Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.

5. POSISI LITOTOMI
 Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat
kontrasepsi.

6. POSISI GENU PECTORAL


 Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

 7. POSISI TERLENTANG (SUPINASI)


 Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
 Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.

8. POSISI OTHOPNEU
 Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang
maksimal
 Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi

9. Posisi Pronasi (telungkup)


 Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
 Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
 Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post

10. POSISI LATERAL (SIDE LYING)


 Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
 Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

Tujuan membantu klien duduk ditempat tidur :


 Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
 Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang tepat
 Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya ( memberikan makan ,minum , personal
hygiene dan sebagainya )

Tujuan Memindahkan pasien ke kursi roda :


 Melatih otot skeletal untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse
 Memberikan kenyamanan
 Mempertahankan kontrol diri pasien
 Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
 Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan
kegiatan ini)
 Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
 Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

C. Manfaat
 Mengurangi Jumlah energy yang digunakan.
 Mempertahankan kseimbangan.
 Mengurangi kecelakaan.
 Memperluas ekspansi paru.
 Meningkatkan sirkulasi renal dan gastrointestinal
D. Indikasi
Indikasi posisi semi telungkup( posisi sims ) : Posisi semi-telungkup (atau posisi Sims)
sering digunakan untuk pasien paralisis karena ini mengurangi tekanan pada bokong dan
panggul. Banyak orang menemu-kan posisi ini nyaman untuk tidur.
Indikasi posisi miring : Posisi miring membantu menghilangkan tekanan pada punggung
dan tumit untuk individu yang tidak dapat turun dari tempat tidur atau yang duduk untuk
waktu lama. Posisi ini baik untuk istirahat atau tidur.
Indikasi posisi telungkup : Posisi telungkup sering digunakan untuk pasien tidak sadar
karena posisi ini membantu drainase. Namun, posisi ini harus digunakan hanya untuk
waktu singkat pada pasien lain karena posisi ini menyebabkan kesulitan bernapas.
Indikasi Posisi telentang : Posisi telentang umumnya digunakan untuk membantu
pemulihan setelah operasi tertentu dan untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada depan,
paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas dan nadi perifer.
Indikasi posisi fowler : mempertahankan kenyamanan
Indikasi posisi lithotomi : pemeriksaan rectal dan vagina
Indikasi posisi dorsal recumbent : merawat dan memeriksa genitalia serta proses
persalinan.
Indikasi posisi Genu Pectoral : memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Indikasi posisi Posisi Trendelenburg : melancarkan peredaran darah ke otak.
Indikasi Posisi knee chest (menungging) : untuk pemeriksaan rectal
Indikasi Posisi berdiri : untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah dan keseimbangan.

Indikasi membantu klien duduk ditempat tidur : memberikan makan ,minum , personal
hygiene dan sebagainya.

Indikasi memindahkan klien ke kursi roda


 Memberikan kenyamanan
 pasien untuk bersosialisasi
 Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan
kegiatan ini)
 Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
 Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.

E. Kontraindikasi
1) Hypermobilitas
Pada hipermobilitas tidak dapat diberikan tehnik mobilisasi karena masalah yang ada pada
hypermobilitas bukanlah gangguan mobilitas sendi melainkan stabilatas.

2) Efusi sendi
Pada sendi yang mengalami efusi tidak boleh dilakukan mobilisasi karena keterbatasan
yang terjadi adalah karena penumpukan cairan dan karena adanya respon otot terhadap
nyeri, bukan karena pemendekan otot ataupun kapsul ligamen.
3) Inflamasi
Pemberian mobilisasi pada fase inflamasi dapat menimbulkan nyeri dan memperberat
kerusakan jaringan.

F. Persiapan Peralatan
Peralatan Pemberian Posisi pasien
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan ( bila diperlukan )
6. Bantal angin
7. Footboard

Persiapan Peralatan membantu klien duduk ditempat tidur


1. Sarung tangan (bila diperlukan)

Persiapan Peralatan Memindahkan Pasien ke kursi roda


1.Sarung tangan
2. Kursi roda
G. Prosedur
Prosedur Pemberian Posisi Klien
A. POSISI FOWLER
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot
kebawah pada saat kepala dianaikkan. sesuai sampai 60
3. Naikkan kepala bed 45 ), fowler tinggi 60kebutuhan. (semi fowler 15-45
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal
akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervikal dari
columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa
bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari
leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang,
lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut,
membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya
kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien tidak
melorot kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas bawah pasien
mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan
trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut
dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan
trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
10. 10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki
kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan
gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah
pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah
kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

B. POSISI SIMS
Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen
4. Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat dan
mencegah fleksi lateral leher.
5. Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6. Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan
sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
7. Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul.
Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan
pergelangan kaki pada kasur.
8. Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan
kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

C. POSISI TRENDELENBURG
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung
tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki pasien
D. POSISI DORSAL RECUMBENT
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka.
3. Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ketempat tidur dan renggangkan
kedua kaki.
4.
Pasang selimut

E. POSISI LITOTOMI
Prosedur kerja
1. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan
tarik kearah perut.
3. Tungkai bawah membentuk susut 90 ‘ terhadap paha
4. Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
5. Pasang selimut
F. POSISI GENU PECTORAL
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel
pada kasur tempat tidur
3. Pasang selimut pada pasien

G. POSISI TELENTANG (SUPINASI)


Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal
akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan
tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak kaki
dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

H. Posisi Orthopneu
Prosedur kerja
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot
kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90 derajat
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi
lulut dan tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien
supaya tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada
pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

I. Posisi Pronasi (telungkup)


Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
3. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang
tepat.
4. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan
tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan
posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
5. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari
mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau
hiperektensi vertebra cervical.
6. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada
wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien
wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan
menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
7. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi,
memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
9. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan
dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

J. POSISI LATERAL (SIDE LYING)


Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu
tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu
serta penekanan pada dada.
7. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah
penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
8. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Membantu klien duduk ditempat tidur


Prosedur kerja
1. Ikuti protocol standar
2. Tempatkan klien pada posisi terlentang
3. Pindahkan semua bantal
4. Tinggikan bagian kepala tempat tidur
5. Anda menghadap ketempat tidur
6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih lebih dekat ketempat tidur
dibanding kaki yang lain
7. Tempatkan tangan yang lebih dekat ke pasien di bawah bahu, yang menyokong kepala
dan tulang belakang
8. Tempatkan tangan yang lain di permukaan tempat tidur
9. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki depan
ke kaki belakang
10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan yang
ditempatkan di tempat tidur
11. Turunkan bagian kepala tempat tidur

12. Catat prosedur; termasuk posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.

Memindahkan klien ke kursi roda


1. Ikuti protocol standar
2. Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat
terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kurisi ini dalam
posisi terkunci
3. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga
4. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang satabil dan anti slip
5. Regangkan kedua kaki anda
6. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan klien
7. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan
pada skapula klien
8. Angkat klien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul andan dan kaki,
pertahankan lutut agak fleksi
9. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut anda
10. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara langsung ke depan
kursi
11. Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
12. Fleksikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
13. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat
14. Stabilkan tungkai dengan limut mandi

15. Ucapkan terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan
penampilannya

H. Evaluasi
 Respon klien/pasien selama perubahan posisi diperhatikan
 Tanda-tanda vital kilen/pasien ( nadi, pernafasan, tekanan darah ) diperiksa
 Sesuai dengan tujuan

I. Dokumentasi

 Respon klien/pasien dicatat


 Kondisi kulit di daerah punggung dicatat dan dilaporkan kepada perawat penanggung
jawab
 Tindakan yang dilakukan dicatat
BAB III
PENUTUP

Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu keadaan keterbatasan kemampuan


pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang.
Intoleransi aktifitas merupakan suatu keadaan ketidakcukupan energi secara
fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas
sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Pengaturan posisi dilakukan ketika pasien mendapatkan asuhan.
Kebanyakan orang mengganti posisi mereka secara konstan dan bergerak meskipun
diatas tempat tidur. Namun, ketika pasien lemah atau nyeri, atau mengalami fraktur, atau
paralisis atau tidak sadar, mereka tidak dapat mengubah posisi seperti orang normal.
Mereka memerlukan bantuan untuk mengubah posisi.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth
edition, Menlo Park, Calofornia.
Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC
Perry, Ame Griffin.2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur dasar. Jakarta: EGC.
http://bangeud.blogspot.nl/2011/01/pemberian-posisi-pasien-membantu-klien.html
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan mobilitas tuibuh.
Abnormalitas postur kongenital atau didapat memengaruhi efisiensi sistem muskulus
skeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan penampilan tubuh. Abnormalitas postur
dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga membatasi rentang
gerak pada beberapa sendi,
Untuk mencegah abnormalitas postur tersebut dapat dilakukan dengan pengaturan
posisi pasien, selain itu persiapan seperti mengkaji kekuatan otot, mobilitas sendi
pasien, adanya paralisis atau paresis, hipotensi ortostastik, toleransi aktivitas, tingkat
kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti instruksi juga
penting dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian pengaturan posisi pasien ?
2. Apa sajakah macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien ?
3. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien ?

1.2 TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendefinisikan pengaturan posisi pasien.
2. Untuk mendiskripsikan macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan
pasien.
3. Untuk mendiskripsikan prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien.

1.3 MANFAAT
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengaturan posisi pasien.
2. Dapat mengetahui macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien.
3. Dapat mengetahui prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGATURAN POSISI PASIEN
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu
aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry,2005)
Tujuan merubah posisi :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
6. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan

2.2 MACAM – MACAM PENGATURAN POSISI PASIEN


Ada Sembilan macam pengaturan posisi pasien yaitu :
A. Posisi Supinasi (Telentang)
B. Posisi Lateral (Side-Lying)
C. Posisi Dorsal Recumbent
D. Posisi Trendelenberg
E. Posisi Sims
F. Posisi Lithotomi
G. Posisi Pronasi (Telungkup)
H. Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)
I. Posisi Fowler
J. Posisi ortopnea

2.3 PROSEDUR PELAKSANAAN TIAP PENGATURAN POSISI PASIEN


A. POSISI SUPINASI (Telentang)
 Pengertian :
Posisi supinasi adalah posisi pasien berbaring terlentang dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.
 Tujuan :
 Untuk pasien pascaoperasi dengan anestesu spinal.
 Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi yang tidak tepat.

 Persiapan Alat :
 Tempat tidur
 Bantal
 Gulungan handuk
 Bantalan kaki
 Handscoen (jika diperkukan)

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan tindakan posisi supinasi
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan, gunakan handscoen (jika perlu).
5. Baringkan klien terlentang mendatar di tengah tempat tidur.
6. Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu klien.
7. Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbar, jika terdapat celah
disana.
8. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.
9. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.
10. Jika klien sadar atau mengalami paralisis ekstrimitas atas,elevasikan tangan dan
lengan bawah dengan menggunakan bantal.
11. Lepaskan sarung tangan.
12. Cuci tangan.
13. Evaluasi respon klien dan dokumentasikan.

B. POSISI LATERAL (Side-Lying)


 Pengertian :
Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh ke samping.
 Tujuan :
 Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik
 Baik untuk posisi tidur dan istirahat
 Persiapan Alat :
 Tempat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Sarung tangan (jika diperlukan)

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi lateral
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Perawat cuci tangan, gunakan sarung tangan jika diperlukan
5. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur
6. Gulungkan hingga posisi miring
7. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien
8. Fleksikan bahu dibawah paha dan posisikan ke depan sehingga tubuhtidak menopang
bahu tersebut
9. Letakkan bantal dibawah lengan atas
10. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstermitas bertumpu sacara
paraler dengan permukaan tempat tidur
11. Lepaskan bantal guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi
12. Lepaskan sarung tangan
13. Cuci tangan
14. Evaluasi respon klien
15. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

C. POSISI DORSAL RECUMBENT


 Pengertian :
Posisi dorsal recumbent adalah posisi terlentang dengan kedua kaki ditekuk
dan tumit atau telapak kaki menempel pada tempat tidur dan kedua kaki
direnggangkan.
 Tujuan :
 Untuk pemeriksaan / tindakan gynekologi
 Untuk memudahkan pemeriksaan palpasi daerah perut
 Untuk memudahkan mengerjakan parasat tertentu, misalnya pemasangan kateter

 Persiapan Alat :
 Tempat tidur
 Bantal

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi dorsal recumbent
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
5. Pasang bantal di bawah kepala pasien
6. Bantu pasien menekuk lutut dan melebarkan kedua kaki
7. Kedua telapak kaki tetap menapak pada tempat tidur
8. Kedua tangan pasien diletakkan kearah kepala
9. Cuci tangan
10. Evaluasi respon klien
11. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

D. POSISI TRENDELENBERG
 Pengertian :
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah dari pada
posisi kaki.
 Tujuan :
 Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien yang mengalami syok
 Pasien dengan pemasangan skintraksi
 Pasien operasi pada kasus tersebut
 Pasien hernia skrotalis

 Persiapan Alat :
 Dua balok penopang kaki tempat tidur
 Bantal
 Tempat tidur khusus

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi dorsal recumbent
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
5. Pasien dalam keadaan terbaring terlentang, pasang bantal diantara kepala dan ujung
tempat tidur
6. Perawat mengangkat bagian kaki tempat tidur, perawat lain memberi balok di bagian
kaki tempat tidur
7. Pada tempat tidur khusus atur posisi pasien dengan meninggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
9. Evaluasi respon klien
10. Dokumentasiakn eluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

E. POSISI SIMS
 Pengertian :
Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke salah satu sisi, baik
kekanan atau kekiri.
 Tujuan :
 Memberi kenyamanan
 Melakukan huknah
 Memberi obat per anus (supositoria)
 Melakukan pemeriksaan daerah anus
 Persiapan Alat :
 Tempat tidur
 Bantal

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi sims
2. Persiapan klien
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan lingkungan
o Tutup gorden / pasang sampiran
o Dekatkan alat-alat
4. Cuci tangan
5. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur
6. Gulingkan pasien hingga posisi miring yang sebagian pada abdomen
7. Tempatkan bantal di bawah kepala pasien
8. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan yang menyokong lengan
setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur
9. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan yang menyokong tungkai
setinggi pinggul
10. Letakkan alat penopang dibawah telapak kai pasien
11. Cuci tangan
12. Evaluasi respon klien
13. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

F. POSISI LITHOTOMI
 Pengertian :
Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.

 Tujuan :
 Pemeriksaan alat genitalia
 Proses persalinan
 Pemasangan alat kontrasepsi

 Persiapan Alat :
 Tempat tidur.
 Bantal.
 Selimut kain penutup.

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi lithotomi.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Pasien dalam keadaan berbaring / terlentang.
6. Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen.
7. Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap paha.
8. Letakkan bagian lutut / kaki pada penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomi.
9. Pasang selimut.
10. Cuci tangan.
11. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
G. POSISI PRONASI (Telungkup)
 Pengertian :
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring di atas abdomen atau
tengkurap dengan kepala menoleh ke samping.

 Tujuan :
 Memberikan eksistensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
 Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
 Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pasca operasi mulut dan
tenggorokan.

 Persiapan Alat :
 Beberapa bantal / registin (sandaran punggung).
 Penyangga kaki
 Tempat tidur

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi pronasi.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Membantu pasien duduk.
6. Menyusun bantal / memasang registin (sandaran) dengan sudut semi fowler 15-45˚.
7. Pada tempat tidur khusus atur posisi dengan meninggikan bagian kepala pasien.
8. Menaikkan pasien.
o Perawat berdiri di sebelah kanan menghadap pasien.
o Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua lengan.
o Tangan kanan perawat membantu di bawah ketiak dan tangan kiri di belakang punggung
pasien.
o Menganjurkan pasien untuk mendorong kepalanya kebelakang.
9. Bila pasien tidak dapat membantu :
o Dua perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
o Masing-masing perawat merentangkan satu tangan di bawah bahu dan satu tangan di
bawah pangkal pah, saling berpegangan.
10. Letakkan bantal kecil di bawah kepala klien.
11. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah pada kurva lumbal bila dada celah.
12. Tempatkan bantal tipis di bawah paha.
13. Tempatkan bantal kecil di bawah pergelangan kaki.
14. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan penyangga kaki / bantalan kaki.
15. Cuci tangan.
16. Evaluasi respon klien dan lakukan rencana tindak lanjut.
17. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.

H. POSISI GENU PEKTORAL (Knee Chest)


 Pengertian :
Posisi genu pectoral adalah posisi dimana pasien menungging dengan kedua
kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur.

 Tujuan :
 Pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid.
 Latihan pada ibu yang hamil sungsang.

 Persiapan Alat :
 Tempat tidur.
 Selimut.
 Sarung tangan.

 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi pectoral.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada matras tempat tidur.
6. Pasang selimut untuk menutupi daerah perineal pasien.
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8. Evaluasi respon klien.
9. Dukomentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.

I. POSISI FOWLER
 Pengertian :
Posisi fowler dalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.

 Tujuan :
 Mempertahankan kenyamanan.
 Memfasilitasi fungsi pernapasan / meningkatkan ekspansi paru-paru.
 Persiapan Alat :
 Penompang bantal
 Prosedur Pelaksanaan :
1. Pastikan kebutuhan klien akan posisi fowler.
2. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
4. Cuci tangan.
5. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60˚.
6. Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.
7. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan dan lengan.
8. Tempatka bantal tipis di punggung bawah
9. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
10. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan kaki.
11. Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
12. Turunkan tempat tidur.
13. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan.
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
15. Evaluasi respon klien.
16. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.

J. POSISI ORTOPNEA
 Pengertian :
Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Fowler tinggi, klien duduk di tempt tidur
atau di tepi tempat tidur degan meja yang menyilang di atas tempat tidur.
 Tujuan :
 Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dengan memberikan ekspansi
dada maximum.
 Membantu klien yang mengalami masalah ekshalasi
 Persiapan Alat :
 Tempat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Bantalan kaki
 Sarung tangan jika diperlukan

 Prosedur Pelaksanaan :
17. Pastikan kebutuhan klien akan posisi ortopnea
18. Persiapan klien.
o Sampaikan salam.
o Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
19. Persiapan lingkungan.
o Tutup gorden / pasang sampiran.
o Dekatkan alat-alat.
20. Cuci tangan.
21. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepaa dinaikan.
22. Tinggikan kepala tempat tidur 90˚.
23. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.
24. Pastikan tidak terdapat tekanan pad area poplitea dan lutut dalam keadaan fleksi
25. Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha.
26. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.
27. Lepaskan saung tangan dan cuci tangan
28. Dokumentasikan tindakan.Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan
bila pasien tidak dapat mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan
dan lengan.
29. Tempatka bantal tipis di punggung bawah
30. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
31. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan kaki.
32. Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
33. Turunkan tempat tidur.
34. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan.
35. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
36. Evaluasi respon klien.
37. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan dan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi yang
baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. (potter dan perry,2005).
2. Macam-macam pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien yaitu :
o Posisi Supinasi (Telentang)
o Posisi Lateral (Side-Lying)
o Posisi Dorsal Recumbent
o Posisi Trendelenberg
o Posisi Sims
o Posisi Lithotomi
o Posisi Pronasi (Telungkup)
o Posisi Genu Pektoral (Knee-Chest)
o Posisi Fowler
o Posisi ortopnea
3. Prosedur pelaksanaan tiap pengaturan posisi pasien berbeda-beda antara pengaturan
posisi pasien yang satu dengan yang lain.

3.2 SARAN
Saran yang dapat disampaikan dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Sebagai seorang perawat dapat memahami dengan benar prosedur pelaksanaan
pengaturan posisi pasien kepada kliennya.
2. Sebagai seorang perawat dapat melakukan prosedur pelaksanaan pengaturan posisi
pasien kepada kliennya dalam praktik keperawatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Surabaya :
Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan09/207314012/bab2.pdf
http://nururhay.blogspot.nl/2014/09/pengaturan-posisi-pasien_98.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanika tubuh dan ambulansi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia.Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang cara kerja kelompok otot tertentu yang
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman. Sehingga perlu
mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan
tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf.Selain itu,
ada kelompok otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain
membentuk postur/bentuk tubuh.
Pada makalah ini, membahas tentang pengertian body mekanik, prinsip-prinsip body
mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik, efek body mekanik yang buruk, dan
pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan body mekanik?
2. Bagaimana prinsip-prinsip body mekanik?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik?
4. Apa efek body mekanik yang buruk?
5. Bagaimana pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan tentang pengertian body mekanik
2. Mendeskripsikan tentang prinsip-prinsip body mekanik
3. Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik
4. Mendeskripsikan tentang akibat body mekanik yang buruk
5. Mendeskripsikan pengaturan posisi,memindah dan menata posisi klien
D. Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapkan dapat mempermudah penyusun dan pembaca guna
memahami materi tentang body mekanik meliputi pengertian body mekanik,prinsip-prinsip body
mekanik, faktor-faktor yang mempengaruhi,akibat body mekanik yang buruk serta pengaturan
posisi memindah dan menata posisi klien.Dan diharapkan penyusunan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Body Mekanik


Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika tubuh
dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligement (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance (Keseimbangan)
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
B. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh berpengaruh terhadap tingkat kesehatan perawat dan klien serta
mencegah kecacatan. Misalnya dalam menjalankan tugasnya perawat menggunakan berbagai
kelompok otot seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan
memindahkan klien, serta menggerakan objek. Aktivitas tersebut mempengaruhi pergerakan
tubuh seorang perawat. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi
tenaga seorang perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu aktivitas perawat.
 Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1. Gravitasi

Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan yaitu memandang gravitasi sebagai
sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh
 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.
 Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat
untuk menopang atau menahan tubuh
2. Keseimbangan
Keseimbangan dapat dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara
pusat gravitasi dan dasar tumpuan.

3. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.

 Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar akan mampu untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Misal, orang
yang berdiri akan lebih mudah stabil daripada orang yang berjalan karena pada posisi berjalan
terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain.
b. Menahan (squating)
Dalam menahn sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerak yang akan dilakukan.
c. Menarik (pulling)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda diantaranya ketinggian, letak
benda, posisi kaki, dan tubuh sewaktu menarik, sodorkan telapak dan tangan dan lengan atas di
bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakan pada permukaan tempat tidur,
pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Merupakan pergerakan gaya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit, paha bagian atas dan kaki
bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh bagian belakang.
e. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

C. Faktor yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi


1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari sehingga dapat mempengaruhi mekanika
tubuh.
2. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.

3. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulansi
yang baik, misalnya seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan
harga diri rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.

4. Situasi dan Kebiasaan


Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat benda-benda
berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.

5. Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas yang dapat menganggu koordinasi antara sistem
muskulusletal dan neurologi sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika
tubuh.

6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang
untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
muskulusletal.

D. Akibat Body Mekanik yang Buruk


Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sbb :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok
atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,
misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

E. Pengaturan Posisi

1. Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Tujuan
 Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
 Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)

Peralatan
 Tempat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Bantalam kecil
 Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja
 Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
 Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot
kebawah ketika kepala dinaikkan.
 Naikkan kepala bed 45˚ sampai 60˚sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45˚, fowler tinggi 60˚)
 Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan
mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
 Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervical dari
columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal.
Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
 Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lembut
dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu
klien supaya tidak melorot kebawah.
 Pastikan bahwa tidak ada pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan pada dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien
tidak melorot kebawah.
 Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstrimitas bawah pasien
mengalami paralis atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan
trochanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut damn
oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan trochanter
mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
 Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
 Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan,bila klien memiliki kelemahan pada
kedua lengan. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang
tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulandarah dalam vena,
menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
 Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala terdorong ke
depan.
 Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
 Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
 Rotasi luar pada pinggul.
 Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.
 Kaki yang tidak tersokong.
 Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.

2. Posisi sims
Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi
kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus.

Tujuan :
 Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
 Mengurangi penekanan pada sacrum dan trochanter besar pada klien yang mengalami paralisis.
 Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perwatan pada area parineal.
 Untuk tindakan pemberian enema.

Peralatan :
 Tempat tidur
 Bantal kecil
 Gulungan handuk
 Sarung tangan (bila diperlukan)

Cara pelaksanaan :
 Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
 Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur.
 Gulungkan klien pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen.
 Letakkan bantal dibawah kepala klien.
 Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi.
 Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai
sikunya. Mencegah rotasi inrternal bahu.
 Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul.
Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan
pergelangan kaki pada kasur.
 Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki
pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
 Dokumentasikan tindakan yang yang telah dilakukan.

Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut :


1. Fleksi lateral pada leher.
2. Rotasi dalam, adduksi, atau kurang soskongan di bahu dan pinggul.
3. Kurang sokongan di kaki.
4. Kurang perlindungan dari titik pertekanan di tulang ilium, humerus klavikula, lutut dan
pergelangan kaki.

3. Posisi trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah daripada bagian
kaki.

Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak

4. Posisi dorsal recumbent


Adalah Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi ( ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur.

Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
Berikut ini bebrapa masalah umum yang terjadi pada posisi terlentang:
1. Bantal di kepala terlalu tebal dapat meningkatkan fleksi pada servikal.
2. Kepala datar pada matras.
3. Bahu tidak disokong dan berotasi dalam.
4. Siku melebar.
5. Ibu jari tidak berlawanan dengan jari-jari lain.
6. Pinggul berotasi luar.
7. Tidak tersokongnya pinggul.
8. Titik penekanan di bagian oksiput kepala, vertebra lumbal, siku dan tumit yang tidak terlindungi.

5. Posisi litotomi
Adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut.

Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi.

6. Posisi genu pectural


kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.

Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
7. Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi menggunakan bantal.

Tujuan :
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.

Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal
akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan
dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

8. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed
atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.

Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada
yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot
kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar,
lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan
tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya
tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada
pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

9. Posisi Pronasi (telungkup)


Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.

Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.

Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmismikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan
diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada
klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut,
mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra
cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita)
dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita,
menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan
tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi,
memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan
dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah
terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada
patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan
dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah
terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas
karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Potensial masalah yang terjadi, antara lain:
1. Hiperekstensi leher.
2. hiperekstensi spinal lumbal.
3. Plantar fleksi pergelangan kaki.
4. Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
10. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.

Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan)

Prosedur kerja :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan
menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah
fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu
tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta
penekanan pada dada.
g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah
penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar
kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang
belakang.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring :
1. Flesi lateral pada leher.
2. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
3. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
4. Kurangnya sokongan kaki.
5. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi

F. Memindahkan Dan Menata Posisi Klien


Teknik Memindahkan. Tenaga medis harus memberi perawatan pada klien imobilisasi yang
harus diubah posisi, dipindahkan di atas tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke
kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan tenaga medis untuk
menggerakkan, mengangkat, atau memindahkan klien dengan aman dan juga melindungi tenaga
medis dari cedera muskuloskeletal. Meskipun tenaga medis menggunakan bebagai teknik
memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada
setiap prossedur memindahkan :
1. Naikan sisi bergerak ada posisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk
mencegah jatuh dari tempat tidur.
2. Tinggikan tempat tidur pada ketingian yang nyaman.
3. Kaji mobilisasi dan kekuatan klien untuk menentukan bantuan klien yang dapat digunakan saat
memindahkan.
4. Tentukan kebutuhan akan bantuan.
5. Jelaskan kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Tenaga medis yang melakukan teknik memindahkan atau menggerakan untuk pertama kalinya
harus meminta pertolongan untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat. Tenaga
medis juga harus mengetahui kekuatan dirinya dan keterbatasanya. Memindahkan klien
imobilisasi sendirian merupakan hal yang sulit dan berbahaya.
Memindahkan Klien. Klien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengankat
dari tempat tidur, menggerakan ke posisi miring atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita
muda dan sehat membutuhkan sedikit bantuan untuk duduk pertama kali di sisi tempat tidur
setelah melahirkan, sedangkan wanita tua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih
perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendiktomi.
Untuk menentukan apakah klien mampu melakukan sendiri dan beberapa banyak orang yang
dibutuhkan untuk membantu mengankat klien diatas tempat tidur tenaga medis perlu mengkaji
klien untuk menentukan apakah penyakit klien .
Ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti penyakit kardiovaskuler). Kemudian,
perawat menentukan apakah klien memahami apa yang diharapkan. Contohnya, klien yang baru
saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi,
sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua tenaga medis untuk menggerakkan klien
diatas tempat tidur. Tenaga medis kemudian menentukan tingkat kenyamanan klien. Tenaga
medis juga mengevaluasi kekuatan pribadi dan pengetahuan prosedur. Pada akhirnya tenaga
medis menentukan apakah klien terlalu berat atau tidak bisa bergerak sehingga tenaga medis
menyelesaikan prosedur sendirian. Pada kasus yang meragukan, tenaga medis harus selalu
meminta bantuan orang lain.
Memindahakan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi. Memindahkan klien dari tempat tidur ke
kursi oleh tenaga medis membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan Pada klien yang tidak
dapat membantu. Tenaga medis menejelaskan prosedur pada klien sebelum pemindahan.
Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat
tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan tenaga medis berputar dengan klien dan memindahkan berat badan klien dengan
cepat.
Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Tenaga medis yang ragu-ragu dengan
kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus
duduk dan menjutaikan kakinya di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat
dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.
Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda, tenaga medis harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerjasama diperoleh
sebanyak mungkin dari klein.
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Brankar. Klien imobilisasi yang dipindahkan dari
tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur ke tempat tidur harus membutuhkan tiga orang
pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang memindahkan mempunyai kesamaan
tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain
memindahkan klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan dibawah
klien. Kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika klien dipindahkan ke brankar. Pada
tekinik ini, tenaga medis perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengang cepat dan mudah dengan menggunkan
kain perangkat.
Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan, contoh,
dnegan melipat lengan diatas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang
tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan seudut kanan
tempat tidur sehinggan pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien
dengan cepat.
Pada semua prosedur, keamanan merupaka proiritas. Keamanan dapat ditingkatkan pada tiga
orang pengangkat apabila bekerja sama. Oleh karena itu salah seorang harus memimpin.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan
keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh
secara efisien yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1. Gravitasi
2. Keseimbangan
3. Berat
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya :
1. Gerakan ( ambulating ).
2. Menahan ( squating ).
3. Menarik ( pulling ).
4. Mengangkat ( lifting ).
5. Memutar ( pivoting ).
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut :
1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam sistem
muskulusletal. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata

DAFTAR PUSTAKA
Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan ( Mobilisasi dan Imobilisasi Bab
37).Jakarta:EGC
www.google.com
http://www.carinfomu.com/2015/01/makalah-body-mekanika-dan-posisi-1-15.html

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam angka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan keperawatan, salah satu tugas
perawat yaitu memenuhi kebutuhan mobilisasi dimana saat itu pasien tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan pepindahan secara mandiri. Oleh karena itu kami akan membahas
bagaimana cara melakukan mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan dari tempat tidur ke kereta dorong (brankart).

1.2 Identifikasi Masalah


Bagaimana cara memindahkan pasien dari :
1. Tempat tidur ke kursi roda, dan
2. Tempat tidur ke kereta dorong (brankart).

1.3 Tujuan Penulisan


 Tujuan umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia I yang diberikan
oleh .................................................
 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui cara membantu pasien dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi roda, dan
2. Untuk mengetahui cara membantu pasien dalam berpindah dari tempat tidur ke kereta dorong
(brankart)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mobilisasi


Pengkajian mobilitas pasien berfokus pada rentang gerak (Orange of motion), cara
berjalan, latihan fisik, toleransi aktivitas, dan kesejajaran tubuh. Bagian ini akan membahas
rentang gerak saja. Rentang gerak adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin pada satu
sendi dalam salah satu dari tiga potongan tubuh, seperti sagital, frontal, dan transversal. Rentang
gerak adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan rentang penuh gerakan sendi.
Bahkan ketika pasien mampu berdiri untuk berjalan dengan jarak pendek atau duduk dikursi,
mereka mungkin perlu lebih banyak melatih beberapa sendi. .
1. Latihan rentang gerak aktif
Latihan disebut rentang gerak aktif jika pasien melakukan sendiri dengan instruksi dan
kemungkinan beberapa bantuan dari perawat dan anggota keluarga. Perawat menunjukkan pasien
bagaimana melakukan latihan pada titik tahanan ringan. Latihan tidak boleh menimbulkan nyeri.
2. Latihan rentang gerak pasif
Kadangkala pasien terlalu sakit untuk melakukan latihan rentang gerak pada kasus ini
perawat melatih seni untuk pasien. Ini disebut latihan rentang gerak pasif.
Beberapa pasien mulai dengan latihan rentang gerak pasif dan meningkat pada latihan
rentang gerak aktif. Latihan rentang gerak pasif, seperti yang aktif, harus dilakukan pada titik
tahanan tetapi bukan pada titik yang menyebabkan nyeri. Kewaspadaan klinis: latihan rentang
gerak pasien tidak boleh dilakukan pada sendi yang mengalami inflamasi.
Ketika mengkaji rentang gerak, perawat mengajukan anamnese (pertanyaan) dan
membuat observasi untuk mengumpulkan data tentang kekakuan sendi, pembengkakan sendi,
nyeri, keterbatasan sendi, dan gerakan yang tidak seimbang. Pasien yang mobilitas sendinya
terbatas karena penyakit, viabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi
bahaya mobilitas.
Teknik ini dapat digunakan oleh perawat untuk memberi perawatan pada klien
imobilisasi. Teknik ini membutuhkan mekanika tubuh yang sesuai sehingga memungkinkan
perawat untuk menggerakan, mengangkat atau memindahkan klien dengan aman dan juga
melindungi perawat dari cedera sistem musculoskeletal. Tujuannya untuk mengurangi resiko
cedera pada klien dan perawat
Hal-hal yang harus dipersiapkan:
a) Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi, ortostatik, toleransi
aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti instruksi
b) Siapkan peralatan dan persediaan yang dibutuhkan
c) Jelaskan prosedur kepada klien
d) Tutup pintu atau gorden
e) Cuci tangan

2.2 Mobilisasi dan Transportasi pada Pasien


a) Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
Sebelum kita membantu pasien untuk berpindah ke kursi roda, yang harus kita lakukan adalah
mengkaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi, ortostatik, toleransi
aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti instruksi.
Diana tujuan dari pengkajian ini adalah agar mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.(Firmansyah, Memindahkan Pasien Ke Kursi, 2009).

 Tujuan
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse,
2. Mempertahankan kenyamanan pasien,
3. Mempertahankan kontrol diri pasien,
4. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.),
5. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,
6. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi dengan kegiatan
ini), dan
7. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring.

 Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda.(Suparyanto, 2010).

 Persiapan:
 Kaji kekuatan otot pasien,
 Mobilitas sendi,
 Toleransi aktivitas,
 Tingkat kesadaran,
 Tingkat kenyamanan,
 Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
 Selalu kunci rem pada kedua roda kursi sebelum anda memindahkan pasien ke kursi roda.
Naikkan sanggaan kaki sehingga pasien dapat duduk di kursi roda. Turunkan sangaan kaki ketika
pasien berada di atas kursi roda.

 Alat dan Bahan :


 Kursi Roda,
 Handscun atau sarung tangan (jika perlu),
 Sabuk pemindah (bila diperlukan),
 Kursi roda (posisi kursi pada sudut 45 terhadap tempat tidur, dikunci, angkat penyokong kaki,
dan kunci kaki tempat tidur),
 Jelaskan prosedur pada pasien, dan
 Tutup pintu atau pasang tirai.

 Cara Kerja :
1. Cuci tangan,
2. Lakukan persiapan yang telah disebutkan di atas,
3. Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi roda dalam posisi 45
terhadap tempat tidur,
4. Pasang sabuk pemindah bila perlu,
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin,
6. Renggangkan kedua kaki Anda,
7. Fleksikan kedua panggul dan lutut Anda, sejajarkan lutut Anda dengan lutut pasien,
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan tempatkan tangan Anda di
skapula pasien,
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul dan tungkai Anda,
dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi,
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut,
11. Tumpukan pada kaki yang jatuh dari kursi,
12. Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk menyokong,
13. Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien ke kursi,
14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk,
15. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
16. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
17. Cuci tangan setelah prosedur yang dilakukan, dan
18. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.

Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke kursi roda
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi
silang perawat ke pasien
2 Kursi roda dalam Agar pasien mudah untuk
posisi 45° terhadap dipindahkan, duduk di kursi roda
tempat tidur
3 Sabuk pemindah (jika perlu) agar pasien tidak terjatuh
saat dipindahkan ke kursi roda
4 Sepatu / Sandal Agar aman dan terlindungi dari
benda-benda yang membahayakan
dan/atau melukai kaki pasien
5 Fleksikan kedua Untuk mensejajarkan posisi agar
panggul dan lutut mempermudah dalam pengangkatan
pemindahan pasien
6 Menggunakan lengan Agar pasien duduk dengan nyaman,
yang memegang kursi pantatnya tidak terhempas
untuk menyokong
7 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien,
mengetahui jika ada cedera atau
perubahan fisik yang mungkin terjadi
saat kita melakukan tindakan
pemindahan pasien
8 Cuci tangan sesudah menghindari terjadinya kontaminasi
prosedur silang pasien ke perawat
9 Mencatat prosedur Pendokumentasian

Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur


 Pengertian
Memindahkan klien dari atas kursi roda ke tempat tidur dengan maksud tertentu
 Tujuan
Mengembalikan klien ke tempat idur setelah menjalani prosedur tertentu atau setelah aktivitas
lain
 Persiapan alat
Sarung tangan (jika perlu)
 Langkah prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur (pastikan juga dalam
posisi terkunci)
3. Ankat kedua tatakan kursi roda dan minta klien untuk meletakkan kaki yang kuat di bawah kursi
roda sedangkan kaki yang lemah di depannya
4. Minta klien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan kuat sambil menghentakkan
tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul tubuh klien dan bantu klien untuk berdiri)
5. Minta klien untuk berpegangan pada tepi tempat tidur
6. Bantu klien duduk di tepi tempat tidur
7. Minta klien untuk beringsut ke bagian tengah tempat tidur hingga klien dapat berbaring
8. . Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
9. Bawa kursi roda menjauh dari tempat tidur klien

b) Membantu Pasien Berpindah dari Tempat Tidur ke Kereta Dorong (Brankart)


 Pengertian
Tindakan pemindahan pasien yang dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Pemindahan
ini dapat dari tempat tidur ke brankart atau tempat tidur ke tempat tidur lain. Pemindahan ini
biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dan atau tidak boleh melakukan pemindahan
sendiri. Hal yang perlu disiapkan sama dengan pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi
roda.(Hidayat & Uliyah, 2004)
 Tujuan
Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan
diagnostik, pindah ruangan, dll.).(Firmansyah, Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke
Brangkar, 2009)
 Waktu Pelaksanaan
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda.(Hidayat & Uliyah, 2004)

 Persiapan :
 Kaji kekuatan otot pasien,
 Mobilitas sendi,
 Toleransi aktivitas,
 Tingkat kesadaran,
 Tingkat kenyamanan, dan
 Kemampuan untuk mengikuti instruksi.

 Alat dan Bahan :


 Brankart atau tempat tidur, dan
 Bantal (bila perlu).

 Cara Kerja
1. Cuci tangan,
2. Lakukan persiapan seperti disebut di atas,
3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri berdampingan
menghadap tempat tidur pasien,
4. Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien (kepala dan bahu,
panggul, paha, dan pergelangan kaki),
5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat ke tempat tidur di
depan, lutut agak fleksi,
6. Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha dan pergelangan kaki
pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh pasien,
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka,
8. Pada hitungan ke-3, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat,
9. Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan menumpu salah satu kaki
untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain, dengan bergerak ke depan (bila perlu),
10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah brankart/tempat tidur lain dengan
memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka pada setinggi tepi brankart/tempat
tidur,
11. Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur pada posisi terpasang,
12. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
13. Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan, dan
15. Catat prosedur dalam catatan keperawatan.

Tabel 1.1 Tindakan dan rasional saat pemindahan pasien ke brankart


No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan Menghindari terjadinya kontaminasi silang
perawat ke pasien
2 Dua atau tiga Dengan tinggi badan kurang lebih sama
perawat yang berdiri berdampingan menghadap
tempat tidur pasien, untuk mempermudah
memindahkan pasien
3 Menggulingkan Untuk mempererat pengangkatan pasien
pasien kearah dada sehingga tidak terjadi resiko yang
membahayakan jiwa pasien, misal :
terjatuh
4 Observasi pasien Memeriksa tingkat respons pasien,
mengetahui jika ada cedera atau perubahan
fisik yang mungkin terjadi saat kita
melakukan tindakan pemindahan pasien

5 Cuci tangan sesudah menghindari terjadinya kontaminasi silang


prosedur pasien ke perawat
6 Mencatat prosedur Pendokumentasian

Memindahkan klien dari brankart ke tempat tidur


 Pengertian
Memindahkan klien dari atas brankart ke tempat tidur dengan maksud tertentu
 Tujuan
1. Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan diatas brankart
2. Memindahkan klien pada tempat perawatan selanjutnya
 Persiapan alat
Sarung tangan (jika perlu)

 Langkah prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
3. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat yang lain di samping
brankart
4. Silangkan tangan klien didepan dada
5. Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat
6. perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik pengalas
7. Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas dzn tubuh klien
hingga mencapai tempat tidur
8. Jauhkan brankart
9. Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Pengkajian keperawatan pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai adanya
kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring ke posisi
duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi.
 Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah mekanika tubuh dan ambulasi antara
lain :
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan akibat spasme musculoskeletal
pada ekstrimitas, nyeri akibat peradangan sendi, atau penggunaan alat bantu dalam waktu lama,
 Risiko cedera berhubungan dengan adanya pasilisis, gaya berjalan tidak stabil, atau penggunaan
tongkat yang tidak benar,
 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.
 Perencanaan keperawatan diantaranya :
 Terapi latihan, mobilitas sendi,
 Pengaturan posisi,
 Berikan penguatan positif selama aktivitas,
 Dukung pasien untuk memandang keterbatasan secara realistis,
 Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas,
 Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri,
 Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas,
 Lakukan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet,
 Berikan pendidikan kesehatan.
 Pelaksanaan/tindakan keperawatan dengan :
 Latihan ambulasi,
 Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien.

3.2 Saran
Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
mekanika tubuh dan ambulasi adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam penggunaan
mekanika tubuh dengan baik.
Daftar Pustaka
Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar
Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM
WHO. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
http://andaners.wordpress.com/2009/06/19/memindahkan-pasien-dari-tempat-tidur-ke-brangkar/
http://tiaralufitasari.blogspot.com/2012/01/teknik-memindahkan-dan-transportasi.html
http://mayamahdarika.blogspot.nl/2015/02/makalah-kdm-kebutuhan-dasar-mobilisasi.html

Anda mungkin juga menyukai