TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kultur
Kultur mikrobiologi adalah suatu metoda memperbanyak mikroba pada
media kultur dengan pembiakan di laboratorium yang terkendali. Microbial
cultures atau kultur mikrobiologi digunakan untuk menentukan jenis dari
organisme tersebut, keberlimpahannya, atau keduanya. Ini adalah metode
diagnostik utama dari mikrobiologi dan digunakan sebagai alat untuk menentukan
penyebab dari penyakit infeksi dengan membiarkannya berkembangbiak di
medium tertentu. Sebagai contoh, kultur tenggorokan mengambil contoh dengan
menyapu bagian ujung dalam tenggorokan dengan cotton bud yang panjang dan
membiakkannya pada cawan petri dengan agar, sehingga dapat diketahui mikroba
yang berbahaya, misalnya Streptococcus pyogenes, yang menyebabkan penyakit
strep throat. Selanjutnya, terma kultur lebih umum digunakan secara tak resmi
untuk "pengembangbiakan secara selektif (selectively growing)" mikroba tertentu
di laboratorium.
Kultur mikrobiologi adalah metode dasar yang banyak digunakan sebagai
alat riset pada biologi molekular. Seringkali berguna untuk mengisolasi kultur
murni dari mikroba. Kultur murni (atau axenic) adalah populasi dari sel-sel atau
organisme multisel yang tumbuh tanpa kehadiran yang lainnya. Kultur murni
dapat dimulai dari satu sel atau satu organisme, jadi akan terjadi genetic clones
dari yang lainnya.
Untuk kegunaan kultur mikrobiologi digunakan agar yang berasal dari
rumput laut. Yang lebih murah adalah guar gum, dan bisa digunakan untuk
mengisolasi dan memelihara thermophiles. Kultur bakteri dapat ditumbuhkan
pada cawan petri berbagai ukuran yang terisi lapisan agar. Setelah agar dikenai
bakteri (inokulasi), maka cawan petri diinkubasi pada temperatur yang optimum
untuk pengembiakan bakteri tertentu (biasanya 37 derajat Celsius untuk kultur
dari manusia atau hewan, atau lebih rendah untuk kultur lingkungan).
Cara lain dari kultur bakteri adalah kultur cair (liquid culture), dimana
bakteri yang dinginkan direndam dalam cairan kaldu (liquid broth), yang
merupakan media bernutrisi. Hal ini ideal untuk persiapan antimicrobial assay.
Peneliti akan menginokulasi cairan kaldu dengan bakteri dan membiarkannya
berkembang semalaman (mungkin diperlukan penggoyang/shaker agar bakeri
tumbuh seragam). Kemudian dilakukanlah tes dengan berbagai macam obat atau
protein (antimicrobial peptides) untuk melihat keampuhan dari tiap-tiap obat.
Sebagai pilihan, ahli mikrobiologi dapat menggunakan kultur cair statis dimana
tidak diperlukan penggoyang, tetapi perlu pemberian oksigen yang cukup untuk
mikroba tertentu.
A. Klasifikasi
Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang
tumbuhdalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup
A. Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan
beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas
memproduksizona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan
pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-
hemolisis).Streptococcus bersifat katalase-negatif.
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan: Bacteria
Filum: Fermicutes
Kelas: Bacillis
Ordo: Lactobacillaces
Famili: Streptococcaceae
Genus: Streptococcus
Spesies: Streptococcus pyogenes
B. Morfologi
Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5 ± 1 µm. dalam bentuk
rantaiyang khas, agak memanjang pada arah sumbuh rantai. Streptococcus
pathogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat.Streptococcus
menyebabkan infeksi pada manusia adalah gram negative. Pada perbenihan yang
baru kuman positif gram, tetapi bila perbenihan telah berumur beberapa hari
dapat berubah menjadi negative gram. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa
strain yang hidupnya saprofitik.
C. Sifat Biologi
Umumnya streptococcus bersifat anaerop fakultatif. Hanya beberapa jenis
yang bersifat anaerop obligatif. Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang
subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh
baik pada pH 7,4 -7,6, pada suhu optimum 370C.Streptococcus pyogenes mudah
tumbuh dalam semua enriched media.
Untuk isolasi primer hanya di pakai media yang mengandung darah lengkap
serum atau transudat. Dalam lempeng agar darah yang di inkubasi pada 370C
setelah 18- 24 jam akan streptococcus membentuk koloni kecil ke abu-abuan,
bentuknya bulat, pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak
sebagai setitik cairan.Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid
dan glossy.Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di
bagi dalam :
1) Hemolisis tipe alfa,( streptococcus viridians ) membentuk warna kehijau-hijauan
dan hemolisis sebagian pada koloninya.
2) Hemolisis tipe beta, ( streptococcus hemolyticus )membentuk zona bening
disekeliling koloninya
3) Hemolisis tipe gamma,( streptococcus anhemolyticus ) tidak
memnyebabkanhemolisis.
D. Struktur antigen
1. Karbohidrat C. zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai
sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A
sampai T.sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu
amino segar.
2. Protein M. Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman
streptococcusgryp A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh
kumandengan koloni tipemukoid streptococcus.
3. Substansi Tantigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan
enzim proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.
4. Protein R antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan
rusak secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan.
5. Nucleoproteinekstrasi streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu
campuranyang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian
dari badan sel kuman.
6. Bakteriofaga. Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat
melisiskantipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
7. Metabolit bakteri
8. Toksin eritogenik toksin ini ntahan selama jam pada suhu 600C, tetapi dalam air
mendidihakan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi
rash pada febris scarlatina.
9. Hemolisisin vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel
darahmerah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi
secaralengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta
hemolisis.Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap
dengandisertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis.
Gammahemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non
hemolitik.
10. NAdase Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
11. Streptokinase Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi
plasmin,yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein
lainnya streptococcus.
12. StreptodornaseEnzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh
streptococcus grupA, C dan G.
13. HialuronidaseEnzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen
penting dari bahan dasar jaringan ikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A
yang dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini
tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan
G.
14. Proteinase Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5.
Dalamsuasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara
langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
15. Amylase. Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam
perbenihanditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
16. steraseenzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap
substrat yang berupa beta naptil asetat.
17. Koloni bentuk L. Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat
pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
AlergiAda beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan
bahwaalergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya,
mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.
E. Sumber penularan
Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting manusia
mulai dari infeksi kulit ringan dangkal sampai penyakit sistemik yang mengancam
hidup. Infeksi biasanya dimulai di tenggorokan atau kulit. Contoh ringan infeksi
Streptococcus pyogenes yaitu sakit tekak ( “strep throat”) lokal dan infeksi kulit
(impetigo). Erysipelas dan cellulitis yang dicirikan dengan penyebaran lateral
Streptococcus pyogenes di kedalaman lapisan kulit.
Infeksi disebabkan oleh beberapa jenis Streptococcus pyogenes yang dapat
dikaitkan dengan rilis (jenis baru) toksin/racun bakteri. Infeksi tenggorokan
berhubungan dengan rilis ini dan mengakibatkan juga penyakit demam berdarah.
Infeksi toxigenic Streptococcus pyogenes lainnya dapat mengakibatkan
streptococcal toxic shock syndrome, yang dapat mengancam hidup.
F. Patogenitas
Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam
factor,antara lain sifat biologic kuman, cara host memberikan respons dan port
dentrekuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi
dalam beberapa katagori,sebagai berikut:
Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A, yaitu:
§ Erysipelas
§ Pepsis puerpuralis
§ SepsisPenyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus
grupA.
§ Radang tenggoroka.
§ ImpentigoEndokartitis bakterialis.
§ Endokartitis bakterialis akuta
§ Endokartitis bakterialis subakuta Infeksi lainnya. Berbagai macam streptococcus
terutama enterococcus, merupakan penyebab infeksi traktus urinalius.
Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukandalam traktus genitalis wanita,
dalam mulut dan dalam intestinum.Kuman inidapat menimbulkan lesi supuratif.
Infeksi yang demikian dapat terjadidalamluka, endometritis postpartum, sehabis
terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang
kronis.
Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A
§ Glomerulus nefritis akut.
§ Jantung rheuma.
G. Epidemiologi
1. Sejumlah kuman streptococcus misalnya, streptococcus viridians dan
enterococcus, merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia.
2. Kuman-kuman ini hanya akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-
tempat di mana mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung.Untuk
mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada sewaktu melakukan
tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkan
terjadinya bakteremia temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat
diperlukanuntuk mencegah atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi
streptococcus beta hemolytikus grup A pada penderita yang diketahui mempunyai
kelainan katup jantung. Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari
penderita atau carrier. Penularannya terjadi secara droplet dari traktus
respiratorius atau dari kulit.
3. Cara control terpenting adalah
- Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratorius
ataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.
- Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan
antibiotika dalam dosis profilaksis.
- Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan cara
mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara,
sinar ultraviolet, dan pemakaian aerosol.
H. Penyakit yang ditimbulkan
Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk
Sindrom post-infectious “non-pyogenic” (tidak terkait dengan multiplikasi bakteri
lokal dan pembentukan nanah). Komplikasi yang difasilitasi oleh kondisi
autoimmun ini tergolong jarang terjadi. Contoh dari komplikasi ini yaitu demam
reumatik akut dan post streptococcal glomerulonephritis. Kedua kondisi ini
muncul beberapa minggu setelah infeksi awal streptococcal. Demam reumatik
ditandai dengan peradangan pada sendi dan / atau jantung lalu berlanjut dengan
sakit tekak. Glomerulonephritis akut dan peradangan glomerulus pada ginjal dapat
mengikuti sakit tekak atau infeksi kulit.
I. Diagnosa laboratorium
1. Bahan pemeriksaan laboratorium. Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh
dengan cara swabbing dari hidung atau tenggorokan atau langsung dari darah,
pus, sputum, likuor, serebrospinalis,eksudat dan urin.
2. Pemeriksaan lansung. Pemeriksaan langsung dari sputum seringkali hanya
menemukan kokus tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk
rantai. Jika pada pemeriksaan lansung terlihat adanya treptococcus tetapi tidak
tumbuh dalam suatu perbenihan, harus dipikirkan kemungkinan kumannya
bersifat anaerob. Pemeriksaan lensung dari usap tenggorokan kurang begitu
bernilai, karena normal selalu ditemukan adanya streptococcus viridians di tempat
ini.
3. Perbenihan. Bahan perbenihan ditanam pada lempeng agar darah, jika diduga
kumannya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada
lempeng agar darah streptococcus hemoliticus grup A akan tumbuh dalam
beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah atau kuman
streptococcus tumbuhnya dapat sangat lambat, jika diduga ada endokarditis
perbenihan dibiarkan diinkubasi1-2 minggu baru di buang.
J. Pengobatan
Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infksi stertococcus
secararadikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnya
memberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang
anaero jauh blebih resisten terhadap penisilin dari pada aerob. sreptococcus
umumnya rentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.