Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU


Jl. Pemuda Kaffa Nomor 9 Telp. (031) 3095088 Fax. (031) 3094108
email :eres_bangkalan@yahoo.co.id
BANGKALAN 69112

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SYARIFAH AMBAMI RATO EBU KABUPATEN BANGKALAN
NOMOR : 445 / /KEP/433.208 /2016
TENTANG
KEBIJAKAN PEMBERIAN PELAYANAN SERAGAM PADA PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
KABUPATEN BANGKALAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYARIFAH AMBAMI RATO EBU


KABUPATEN BANGKALAN
Menimbang : a. Bahwa Pelayanan Medis merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari upaya peningkatan mutu kesehatan
secara konprehensip kepada pasien di rumah sakit;
b. Bahwa Asuhan Pasien yang merupakan upaya pencegahan
paliatif, kuratif dan rehabilitatif termasuk anatesi,tindakan
bedah, pengobatan terapi suportif atau kombinasinya terhadap
suatu rencana tindakan untuk masing-masing pasien
berdasarkan assesmen harus seragam dan dikoordinasi serta
diintegrasikan oleh semua individu yang terkait dalam
pemberian asuhan kepada pasien
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam point a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1438/MENKES/IX/2010 Tanggal 24 September 2010
Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
3. Keputusan Dirjen Yan Med DepKes RI Nomor :
YM.00.03.2.6.7637 tentang Berlakunya Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit
4. Peraturan Bupati Bangkalan Nomor : 43 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
5. Keputusan Bupati Bangkalan Nomor :
821.2/431/433.206/2010 ,Tanggal 21-01-2010. Tentang
Pengangkatan Jabatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Memberlakukan peraturan Direktur Rumah Sakit Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan tentang Kebijakan pemberian pelayanan
seragam pada pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Syarifah
Ambami Rato Ebu Bangkalan
Kedua : Kebijakan Pemberian Asuhan Pasien Yang Seragam Rumah Sakit
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.

Ketiga : Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan yang


seragam di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
dilaksanakan oleh Wadir Pelayanan Rumah Sakit Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan
Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Bangkalan
Pada Tanggal : 1 Mei 2016
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
KABUPATEN BANGKALAN

drg. Hj. YUSRO,M Si


Pembina Utama Muda
NIP.19610226 198911 2 001
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
Nomor : 445 / /KEP/ 433.209 / 2016
Tanggal : 1 Mei 2016
Tentang : Pemberian Pelayanan Seragam pada
Pasien

KEBIJAKAN PEMBERIAN PELAYANAN SERAGAM PADA PASIEN


DI RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN

1. Pelayanan Instalasi
 Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium
dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai
dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam
jam kerja, dan dilanjutkan dengan sistem on call.
 Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
 Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
pedoman/panduan dan standar prosedur opersional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS yang berlaku.
 Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

2. Skrining dan triase


 Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani oleh RS.
 Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
 Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.

3. Identifikasi
 Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
 Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
laboratorium klinis, serta sebelum tindakan / prosedur / operasi
 Mengidentifikasi bagian tubuh pasien yang dioperasi dengan memberikan
marker pada tubuh yang akan dioperasi
4. Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit :
 Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
 Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum
dipindahkan.
 Pada saat di ruangan yang dituju, pasien yang ditransfer diserahterimakan
kepada perawat yang mernerima pasien tersebut dan didokumentasikan di
dalam rekam medik disertai tanda tangan, nama perawat yang menerima,
waktu penerimaan
 Rumah sakit melaksanakan proses untuk memberikan pelayanan asuhan
pasien yang berkelanjutan didalam rumah sakit dan koordinasi antar para
tenaga medis.
 Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas pelayanan
yang diperlukan pasien sedini mungkin

5. Transfer keluar rumah sakit / rujukan


 Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.
 Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan disertai
rujukan dari mana pasien berasal (puskesmas / dokter keluarga)
 Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan
berkelanjutan.
 Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan
serta perbekalan obat-obatan emergensi dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi didampingi perawat yang terlatih dalam keterampilan
PPGD/BLS/ATLS/ACLS
 Proses rujukan menjelaskan situasi dimana rujukan tidak mungkin
dilaksanakan
 Sebelum dirujuk, petugas kesehatan menghubungi/mengkonfirmasi identitas
pasien, diagnosa, kondisi pasien saat dikirim ke RS rujukan yang dituju.
Setelah disetujui oleh RS yang dituju, maka segera menghubungi ambulance
untuk transportasi
 Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima
 Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

6. Penundaan Pelayanan
 Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
 Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
 Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka.
 Pasien baru yang membawa berkas pelayanan penunjang yang baru (hasil
lab dan radiologi pada hari yang sama saat pasien masuk RS) maka
dilakukan penundaan pemeriksaan penunjang
 Pasien yang datang dengan kondisi sadar dan sudah diperiksa DPJP serta
dilakukan rencana asuhan seperti laboratorium/radiologi namun belum
dilakukan tiba-tiba pasien memburuk maka pemeriksaan laboratorium tetap
dikerjakan namun untuk pemeriksaan radiologi ditunda sampai kondisi stabil
dan layak untuk di transfer ke ruang radiologi untuk melakukan foto
 Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan
 Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan
 Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik
mereka.
 Pasien baru yang membawa berkas pelayanan penunjang yang baru (hasil
lab dan radiologi pada hari yang sama saat pasien masuk RS) maka
dilakukan penundaan pemeriksaan penunjang
 Pasien yang datang dengan kondisi sadar dan sudah diperiksa DPJP serta
dilakukan rencana asuhan seperti laboratorium/radiologi namun belum
dilakukan tiba-tiba pasien memburuk maka pemeriksaan laboratorium tetap
dikerjakan namun untuk pemeriksaan radiologi ditunda sampai kondisi stabil
dan layak untuk di transfer ke ruang radiologi untuk melakukan foto

7. Pemulangan pasien
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus
menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan:
o Pemberian obat yang dikonsumsi sampai waktu pasien kontrol :
menginformasikan kepada pasien atau keluarga aturan pakai
o Gizi: menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai
pantangan makanan serta diet makanan yang dilakukan pada pasien
sehubungan dengan penyakit yang diderita pasien tersebut
o Penyertaan surat kontrol pulang yang disertai dengan data pelayanan
penunjang (laboratorium/radiologi yang diduplikasikan) dan kelanjutan
pelayanan medis.
o Pasien yang pulang wajib kontrol sesuai jadwal yang ditentukan ke poli
yang dituju
o Pasien yang menderita penyakit metabolik / kardiovaskuler / neurologi
yang disertai penyakit mata / THT / gigi / perawatan luka maka pasien
diinformasikan untuk kontrol ke poli penyakit dalam, saraf , jantung serta
ke poli minor (THT / gigi / mata) yang berlum teratasi sepenuhnya
d. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di
rumah sakit serta populasi pasien.
e. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.
f. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.
g. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.
h. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan perujuk.
i. Pasien yang diperbolehkan pulang apabila diijinkan pulang oleh DPJP dan
disertai bukti pembiayaan yang lunas di kasir RS

8. Transportasi
 Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan
 Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien
 Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai
(tabung oksigen, monitor, masker, oksimetri dan alat emergensi), perbekalan
(berkas rujukan, laboratorium, radiologi) dan medikamentosa sesuai dengan
kebutuhan pasien yang dibawa.

9. Hak pasien dan keluarga


 Menghormati kebutuhan privasi pasien.
 Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.
 Melindungi dari kekerasan fisik.
 Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
 Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
 Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu
proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih,
dalam bahasa yang dipahami pasien.
 Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah
atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.

10. Penolakan pelayanan dan pengobatan


a. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak
melanjutkan pengobatan.
b. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
c. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan
pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not Resuscitate )
 Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar.
 Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat,
serta persyaratan hukum dan peraturan.
11. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
 Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat
dan kasih sayang pada akhir kehidupannya
 Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan
 Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya
yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen
nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan
budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya dalam keputusan
pelayanan.
 Pasien tahap terminal ditempatkan pada tempat khusus untuk menghormati
privasi pasien dan keluarga dalam bertindak dan supaya tidak mengganggu
kenyamanan pasien lainnya
 Staf RS menawarkan kepada keluarga pasien untuk meminta tim rohaniwan
datang untuk memberikan dukungan rohani kepada pasien dan keluarga dan
didokumentasikan dalam rekam medik
12. Asessmen Pasien
 Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku.
 Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial
dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
 Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
 Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap
atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
 Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
 Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30
hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah
diulangi.
 Untuk asesmen kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan, sejak asesmen dicatat dalam rekam medis pasien pada saat
masuk rawat inap
 Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien
(discharge)
 Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan
untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
 Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.

13. Managemen obat


 Obat emergensi diletakkan pada tempat penyimpanan obat emergensi
dengan diberi label dan segel dibuka jika ada pasien emergensi yang segera
membutuhkan
 Depo obat ada 3 yaitu depo obat rawat jalan, depo obat IGD, dan depo obat
rawat inap yang pengambilannya sesuai dengan dimana pasien berada saat
itu
 Pasien-pasien yang mendapatkan obat sesuai rencana asuhan terapi DPJP
disimpan di dalam box obat dicatat pada form daftar pemberian obat
parenteral dan non parenteral yang dimana setiap obat yang diberikan kepada
pasien diidentifikasi terlebih dahulu dan dicatat dalam form lembar observasi
dan sentralisasi obat di dalam RM
 Petugas farmasi yang bertugas baik di depo obat atau di tiap ruang inap
senantiasa kontrol setiap hari ketersediaan obat setiap pasien dan mengecek
kondisi obat layak atau tidaknya (kadaluarsa)
 Obat-obat sisa pasien yang tidak digunakan disetor kembali ke depo pusat
dengan melampirkan keterangan
 Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
 Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang
jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict access).

14. Managemen Nutrisi


 Pasien di skrining untuk status gizi.
 Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
 Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.
 Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
 Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.
 Petugas gizi setiap hari mengkaji ulang asesmen gizi dan evaluasi
keberhasilan diet pasien
 Setiap petugas gizi di rawat inap / rawat jalan memberikan
penyuluhan/edukasi mengenai pantangan dan diet gizi kepada pasien
sehubungan dengan penyakit yang diderita dan didokumentasikan dalam RM
disertai tanda tangan pasien atau keluarga
15. Managemen Nyeri
 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya dengan numeric-rating scale
dan wong baker faces pain rating scale (intensitas nyeri, lokasi nyeri, lama
nyeri, frekuensi nyeri, penjalaran nyeri, kualitas nyeri)
 Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
 Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai panduan dan protokol manajemen
nyeri yang diklasifikasikan nyeri ringan, sedang, berat dengan pengolahan
farmakologis dan non farmakologis dan didokumentasikan dalam RM oleh
petugas nyeri juga monitoring secara berkala penanganan manajemen nyeri
 Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan
nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama
masing-masing.
16. Surgical Safety Checklist
 Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
 Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur “sebelum insisi / time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur /
tindakan pembedahan.
 Tim dokter yang melakukan tindakan operasi sebelumnya melakukan
pemeriksaan holistik (laboratorium, radiologi, EKG dan rujukan internal bila
ditemukan kelainan)

17. Hand Higyene


 Mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan
dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
 Menerapkan program hand hygiene yang efektif kepada seluruh staf RS baik
medis dan non medis sebelum dan sesudah melakukan tindakan (5 moment)
 Melakukan penyuluhan kepada keluarga pasien dan pasien mengenai cara
cuci tangan yang benar

18. Pencegahan dan pengendalian infeksi


 Pembersihan peralatan disinfeksi dan sterilisasi harus sesuai dengan
standar sterilisasi yang benar
 Penyediaan tempat sampah infeksi dan non infeksi di setiap ruangan
dengan tujuan mencegah terjadinya resiko infeksi dan sehubungan
dengna pengolahan limbah medik
 Dalam pengambilan sampel darah atau pemasukan obat melalui injeksi
menggunakan alat single use

19. Resiko Jatuh


 Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
 Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
 Pasien yang diidentifikasi resiko jatuh diberi label kuning yang ditempel pada
gelang identifikasi pasien

20. Komunikasi Efektif


 Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
 Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
Apabila sudah benar diberi checklist, dicatat dalam RM
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
 Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan (Jam pelayanan, pelayanan yang
tersedia, cara mendapatkan pelayanan Sumber alternatif mengenai asuhan
dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi
kemampuan rumah sakit misalnya rujukan ke RS lain)
 Komunikasi yang bersifat Edukasi (Edukasi tentang obat, Edukasi tentang
penyakit Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari, Edukasi tentang
apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya
pasca dari rumah sakit, Edukasi tentang Gizi)
 Komunikasi dapat dilakukan dengan tatap muka dan menggunakan media
(telepon, handy talky, pesan singkat)

21. Manajemen di instalasi :


 Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
 Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan yang terampil
dan memiliki keterampilan khusus (BLS, ATLS, ACLS, EKG, PPGD dan di
bidang lainnya misal anastesi, dan ICU) dan ditempatkan pada porsi sesuai
 Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
 Setiap bulan wajib membuat laporan.

22. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan,kaliberasi, pembaharuan


alat sesuai dengan kebutuhan modernisasi untuk peningkatan mutu RS sesuai
dengan ketentuan yang berlaku,
23. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

24. Pemberian pelatihan secara berkala kepada seluruh staf RS baik staf fungsional,
administratif tentang penggunaan APAR (Alat Pemadam Kebakaran Ringan) serta
adanya pemberitahuan titik evakuasi kebakaran dengan melihat petunjuk arah pada
dinding ruangan

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
KABUPATEN BANGKALAN

drg. Hj. YUSRO,M Si


Pembina Utama Muda
NIP.19610226 198911 2 001

Anda mungkin juga menyukai