Anda di halaman 1dari 6

TEORI PERALATAN TERAPI

“ELEKTRO STIMULATOR”

Disusun Oleh :

HANIF MUSTHOFA AKHYAR


(P23138117023)

DOSEN PENGAJAR :
AGUS KOMARUDIN, ST., M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAKARTA II
2019
A. Pengertian
Terapi elektrik atau disebut elektroterapi merupakan metode terapi
suatu penyakit atau gangguan kesehatan dengan menggunakan sinyal
elektrik sebagai sarana pengobatan. Salah satu alat terapi yang termasuk
elektroterapi yaitu elektrostimulator. Elektrostimulator ini digunakan pada
penderita stroke yang digunakan pada aktivitas kontraksi otot yang
fungsional dan melibatkan fungsi system saraf pusat sehingga memiliki
unsur reedukasi.

Elektrostimulator merupakan suatu alat elektronik yang


menghasilkan tegangan listrik dengan intensitas dan frekuensi tertentu.
Dalam pemakaianya elektrostimulator berfungsi sebagai sumber
rangsangan listrik yang diharapkan mampu meningkatkan atau menciptakan
keseimbangan biopotensial. ES banyak jenisnya, salah satunya adalah
Functional Electrical Stimulation (FES).

FES adalah ES yag berfungsi untuk memberikan stimulasi pada


jaringan tubuh untuk dapat melakukan fungsi/kerja tertentu. Selama
mengidap penyakit stroke, pasien mengalami ketidakmampuan
menggerakkan organ motorik seperti tangan dan kaki. Hal ini diakibatkan
oleh terputusnya jaringan saraf antara jaringan syaraf neural dan jaringan
otot motorik. Jika hal ii berlangsung dalam kurun waktu yang lama otot-otot
organ motorik akan mengalami penurunan daya kontraksi otot, dilanjutkan
dengan hilangnya kemampuan kontraksi otot dan yang paling parah adalah
terjadinya degenerasi otot.

Hal inilah yang menyebabkan pasien pasca stroke mengalami


kesulitan pemulihan sehingga harus dilatih menggerakkan organ motorik
dengan fisioterapi. Jadi pokok permasalahan ini adalah tidak bekerjanya itiit
dalam waktu yang lama menyebabkan otot kehilangan kemampuan
kontraksi sehingga tidak mempunyai daya untuk melakukan pergerakan.
Pada kondisi seperti ini maka pasien diperlukan melakukan terapi. Salah
satu alat yang digunakan yaitu Elektrostimulator
Efektivitas terapi menggunakan elektrostimulator bergantung pada
bentuk gelombang, besarnya intensitas (tegangan dan arus), frekuensi dan
waktu rangsangan. Penentuan bentuk gelombang disesuaikan dengan jenis
terapinya. Variabel intensitas dan frekuensi merupakan variabel penentu
efektivitas terapi. Disini, penentuan intensitas selain berpengaruh terhadap
efektivitas terapi juga harus mempertimbangkan ambang batas energi listrik
yang diperkenankan, agar tidak terjadi efek ionisasi dan fibrilasi jantung.

B. Prinsip Kerja Terapi Stimulasi Listrik


Terapi stimulasi listrik akan mempengaruhi muatan listrik di
permukaan kulit, saraf atau otot sehingga dapat menimbulkan efek terapi
tertentu sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan.

C. Indikasi Terapi Stimulasi Listrik

1. Penguatan otot.
2. Re-edukasi otot, mencegah kelemahan otot atau atrofi otot.
3. Pemendekan otot atau spasme otot.
4. Menghilangkan nyeri.
5. Kelemahan otot karena gangguan saraf.
6. Menghilangkan bengkak atau edema.
7. Menyembuhkan peradangan karena suatu trauma atau sehabis operasi.
8. Menyembuhkan luka dan perbaikan jaringan.
9. Membantu memasukkan obat-obat topikal sehingga obat-obat tersebut
akan masuk lebih dalam mencapai target terapi dan efektif. Terapi
stimulasi listrik jenis ini disebut Iontophoresis.

D. Kontraindikasi Terapi Stimulasi Listrik

1. Kontraindikasi pemberian terapi stimulasi listrik berhubungan dengan


penempatan elektroda pada daerah yang akan diterapi.

Kontraindikasi absolut atau mutlak tidak diperbolehkan:

a. Alat pacu jantung (cardiac pacemaker).


b. Kelainan irama jantung/artimia.
c. Menaruh elektroda stimulasi listrik pada daerah sinus karotis di
daerah depan leher bagian luar karena dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah tiba-tiba dan menyebabkan pingsan.
d. Pada daerah kelainan kelainan pembuluh darah arteri maupun vena
seperti tromboflebitis atau thrombosis.
e. Pada kehamilan terutama dengan menempatkan elektroda pada
daerah perut atau punggung bawah.
2. Kontraindikasi relatif, atau masih diperbolehkan tetapi dengan
pengawasan ketat dari dokter dan terapis:

a. Kelainan jantung.
b. Gangguan mental atau kesadaran dan gangguan sensibilitas (baal).
c. Tumor ganas.
d. Iritasi kulit atau luka terbuka.
e. Pemberian iontophoresis setelah pemberian modalitas terapi lain
seperti terapi panas, dingin atau ultrasound.

E. Efek Samping Terapi Stimulasi Listrik


1. Luka bakar.
2. Iritasi kulit dan inflamasi kulit pada penderita yang memiliki alergi
kulit.
3. Bertambah nyeri atau pegal yang akan segera hilang setelah beberapa
hari.

F. Prosedur terapi stimulasi listrik:


1. Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman.
2. Dokter atau terapis akan memeriksa kembali daerah yang akan diberikan
terapi dan melakukan wawancara ulang mengenai kelainan yang
diderita dan kemungkinan kontraindikasi untuk pemberian terapi dan
riwayat alergi terhadap zat-zat tertentu yang dioleskan. Dokter maupun
terapis akan menjelaskan sekali lagi tujuan terapi stimulasi listrik sesuai
kondisi dan keadaan seseorang, yang berbeda pada masing-masing
individu.
3. Dokter atau terapis akan membersihkan daerah yang akan diterapi dari
minyak ataupun kotoran yang menempel di kulit termasuk dari lotion
atau obat-obat gosok yang dipakai sebelumnya dengan menggunakan
kapas alkohol atau kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang
sensitif dan kering sekali sebaiknya diberitahukan kepada dokter atau
terapis, sehingga tidak akan digunakan kapas alkohol yang kadang dapat
menyebabkan iritasi kulit.
4. Dokter atau terapis akan memposisikan bagian yang akan diterapi
senyaman mungkin.
5. Dokter atau terapis akan menempatkan elektroda yang berupa pad
dengan lapisan gel di atasnya atau elektroda dengan bahan tertentu yang
akan diikat pada daerah yang akan diterapi.
6. Dokter atau terapis akan melakukan pengaturan dosis alat stimulasi
listrik dan memulai terapi dengan menaikkan intensitas alat secara
perlahan-lahan sampai penderita merasakan adanya aliran listrik atau
kontraksi otot sesuai dengan tujuan terapi yang diinginkan dokter atau
terapis. Setiap 5 menit sekali dokter atau terapis akan menanyakan
apakah masih terasa, kemudian akan menaikkan secara perlahan-lahan
intensitasnya sampai mencapai dosis yang diinginkan.
7. Bila terasa nyeri, panas, perih dan pegal berlebihan saat terapi
berlangsung segera beritahu dokter atau terapis Anda.
8. Setelah selesai terapi, dokter atau terapis akan melepas elektroda dan
membersihkan sisa gel yang menempel pada pad yang masih tersisa
pada daerah yang diterapi.
9. Dokter atau terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan
wawancara mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi.

G. Blok Diagram Alat Elektrostimulator

H. Prinsip kerja blok diagram


Tegangan dari PLN yang berupa arus AC masuk ke trafo step down
untuk diturunkan tegangannya menjadi lebih rendah kemudian masuk ke
power supply dimana power supply berfungsi menyearahkan tegangan
menjadi DC untuk mensupply ke komponen yang lain. Power supply
memberi tegangan ke electrode dan pulse generator. Pulse generator
berfungsi untuk membangkitkan pulsa yang kemudian masuk
mikrokontroller.
Di mikrokontroller data diproses yang kemudian di tampilkan pada
seven segment berupa besarnya tegangan yang digunakan. Dari
mikrokontroller mengatur relay saklar kemudian ke electrode dan electrode
dipasangkan pada pasien.

Pulse Generator adalah salah satu sirkuit elektronik atau sebuah


peralatan tes elektronik yang digunakan untuk menghasilkan pulsa persegi
panjang.

Pembangkit detak atau Pulse Generator pada prinsipnya hanyalah


sebuah pembangkit detak (oscilator), dengan tambahan pengatur lebar pulsa
dan pengatur frekuensi. Untuk membangun sebuah pembangkit detak
(oscilator) tidak sulit. Satu IC gerbang ditambah kapasitor dan resistor
jadilah oscilator.

Ide dari pulse generator adalah satu pembangkit detak frekuensi


tinggi, pembagi frekuensi dan Pengatur lebar detak. Frekuensi detak
100Khz dibagi 10 untuk mendapatkan keluaran alternatif dan dapat dibagi
menurut keperluan. Keluaran yang terpakai di masukan pada blok pelambat
(delay) dan keluaran nya akan menjadi masukan bagi rangkaian pengatur
lebar detak (Pulse Width Generator), untuk mengatur-atur bentuk
gelombang agar didapat frekuensi dan bentuk gelombang yang diperlukan .

I. Pemeliharaan
1. Matikan catu daya, lepaskan elektroda dari pad
2. Cuci pad perlahan dengan menggunakan air mengalir
3. Cukup keringkan pad dan biarkan permukaan perekatnya kering
4. Tempelkan pad dengan lembut ke elektroda untuk penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai