Anda di halaman 1dari 29

Gastroenteritis dehidrasi

dengan
Ringan Sedang

Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi


persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSU Dr. Pirngadi Medan

DISUSUN OLEH :

Cindi Neriza Dwi Putri (0910070100173)


Tiwi Handayani (0910070100117)

PEMBIMBING :

dr. Romer Danial, Sp.A

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga Laporan Kasus yang berjudul “Gastroenteritis Dengan
Dehidrasi Ringan-Sedang” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan


klinik senior di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU. Dr. Pirngadi Medan. Terima
kasih saya ucapkan kepada dr. H. Romer Danial, Sp. A atas bimbingan dan
arahannya sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari banyak kekurangan dan keterbatasan penyajian dalam


laporan kasus ini dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman saya. Maka
dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
sekaligus guna menyempurnakan laporan kasus ini kedepannya.

Medan, Februari 2014

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

Daftar Tabel ................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang………………………………………….....…...... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ........................................................................................... 2

2.2 Epidemiologi .................................................................................. 3

2.3 Etiologi ........................................................................................... 4

2.4 Patofisiologi ................................................................................... 4

2.5 Diagnosis ........................................................................................ 5

2.7 Penatalaksanaan ............................................................................. 8

2.8 Komplikasi ..................................................................................... 10

2.9 Prognosa ......................................................................................... 11

2.9 Pencegahan .................................................................................... 11

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................... 12

Daftar Pustaka .............................................................................................. 13

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Gejala Khas Diare Oleh Berbagai Penyebab ....................................................


6

Table 2. Derajat Dehidrasi Pada Penderita Diare ...........................................................


7

Tabel 3. Antibiotik ..........................................................................................................


10

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen


termasuk bakteri, virus, dan parasit. Mekanisme tergantung pada organisme
dan hospes, dan meliputi infeksi tidak bergejala, diare cair, diare berdarah, dan
diare kronis. Dugaaan diagnosis penyebab dapat dibuat dari pedoman
epidemiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, dan informasi mekanisme
patofisiologis enteropatogen. Dua tipe dasar diare infeksi akut adalah radang
dan non radang. Enteropatogen menimbulkan diare non radang melalui
produksi enterotoksin dengan beberapa bakteri, penghancuran sel (permukaan)
vilus oleh virus, dan perlekatan serta / atau translokasi. Diare radang biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
menghasilkan sitotoksin. Beberapa enteropatogen memiliki lebih dari salah
satu sifat virulensi.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengenali patogen diare sering tidak


diperlukan karena kebanyakan episode sembuh sendiri. Semua penderita
dengan diare memerlukan terapi cairan dan elektrolit, sedikit memerlukan
terapi cairan dan elektrolit, sedikit memerlukan dukungan non spesifik lain,
dan beberapa mendapat manfaat dari terapi antimikroba. (Nelson. 2012)

5
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

1. Diare atau Gastroenteritis adalah buang air besar ( BAB ) yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja
yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan FKUI/RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar (BAB) sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur 1 bulan dan anak bila frekuensi buang
air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tanpa darah atau lendir dalam tinja.
(FK UI. 1985)

2. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gr atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1. 2009)

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.


Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2005
diare akut adalah pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 15 hari. Diare persisten adalah diare yang berlangsung
15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut. (Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1. 2009)

2.2. Epidemiologi

6
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-
nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit
Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 - 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 angka kejadian penyakit
Diare adalah 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
masih sering terjadi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan
dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang. Tahun 2009 terjadi
KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian
100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang. (Buletin Departemen
Kesehatan RI. 2011)

Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah tinja-


mulut, dengan makanan dan air yang merupakan penghantar untuk
kebanyakan kejadian. Enteropatogen yang infeksius pada pemasukan
(inokulum) yang sedikit (Shigella, virus enterik, Giardia Lamblia,
Cryptosporidium, dan mungkin Eschericia coli) dapat ditularkan dengan
kontak dari orang ke orang. Faktor-faktor yang menambah kerentanan
terhadap infeksi dengan enteropatogen adalah umur muda, defisiensi imun,
campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah endemik, kekurangan ASI,
pemajanan terhadap keadaan sanitasi jelek, makan makanan atau air yang
terkontaminasi, tingkat pendidikan ibu, dan pengunjung pusat perawatan
harian. (Nelson. 2012)

2.3. Etiologi

7
Penyebab diare dapat di bagi dalam beberapa faktor :

1. Faktor infeksi
 Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella, dsb.
 Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus,
rotavirus, dsb.
 Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
 Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
 Jamur (Kandida Albica)
2. Faktor malabsorbsi
3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis. (FK UI. 1985)

2.4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran elektrolit dalam rongga usus untuk mengeluarkan
sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan tertentu ( misal: oleh toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperpristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
menyerap makanan sehingga timbul diare.

Patogenesa Diare Akut

8
1. Masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang biak.
2. Oleh mikroorganisme dikeluarkan toxin
3. Akibat toxin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Patogenesa diare kronik

Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah


infeksi bakteri, parasit, malnutrisi dan lain lain.

Patofisiologi diare dan dehidrasi

Cairan yang hilang karena diare mengandung cairan tubuh dan


elektrolit (Natrium, Klorida, Kalium, dan Bikarbonat). Muntah dan
demam yang menyertai akan mempertinggi kehilangan itu tetapi dapat
menggantikan cairan yang hilang itu. Pada penderita diare yang penting
menjaga keseimbangan positif yang artinya keadaan masukan seluruh
cairan lebih besar dari pada keluaran seluruh cairan dalam jangka waktu
tertentu. (FK UI. 1985)

2.6. Diagnosis

Diagnosis pada pasien gastroenteritis ditegakkan berdasarkan gejala


klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Langkah-langkah dalam mendiagnosis adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
a. Gejala Sistemik: demam, letragi, nyeri abdomen
b. Riwayat pemberian makan anak anak sangat penting dalam
melakukan tatalaksana anak dengan diare. Tanyakan juga hal-hal
berikut:
 Diare
- Frekuensi BAB anak
- Lamanya diare (beberapa hari)
- Apakah ada darah dalam tinja

9
- Apakah ada muntah
 Laporan setempat mengenai kejadian luar biasa Kolera
 Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi)
Tabel 1. Gejala Khas Diare Oleh Berbagai Penyebab:

Gejala Klinik Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Cholera

Masa tunas 6 - 72 48 - 72
12 - 17 jam 24- 48 jam 6 - 72 jam 6 - 72 jam
jam jam
Panas ++ ++ ++ - ++ -
Mual &
Sering jarang sering - - sering
muntah
Tenesmus, Tenesmus, Tenesmus,
Nyeri perut Tenesmus + kram
kram kolik kram
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya
5 - 7 hari > 7 hari 3 - 7 hari 2- 3 hari variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja :
- Volume sedang sedikit sedikit banyak sedikit banyak
- Frekuensi 5-10 > 10 terus
sering sering sering
kali/hari kali/hari menerus
- Konsistensi cair Lembek lembek cair lembek cair
- kadang-
- Sering - + -
Lendir/darah kadang
- Bau amis
- +/- busuk + -
(khas)
- Warna seperti
kuning - merah - (-) merah- air
kehijauan
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
(World Gastroenterology Organisation, 2012)

2. Pemeriksaan fisik
a. Cari tanda-tanda dehidrasi

10
Table 2. Derajat Dehidrasi Pada Penderita Diare

Penilaian Tanpa Dehidrasi Ringan- Dehidrasi


Dehidrasi Sedang B
e
r
a
t
Compos Gelisah, lekas Lesu, tidak
Kesadaran mentis marah, rewel sadar

Rasa haus Mau minum Sangat haus ingin Tidak mau


banyak minum minum

Nadi 120 x/’ Cepat Cepat sekali

Pernafasan Normal Agak cepat Cepat dan


dalam

UUB Normal Cekung Sangat cekung

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Normal Tidak ada Tidak ada

Mulut/ lidah Basah Kering Sangat kering

Turgor Kembali Lambat Sangat lambat


cepat

% kehilangan 2-4 % 5-10 % > 10 %


BB
(WHO. 2008)

b. Darah dalam tinja


c. Tanda invaginasi (tinja berlendir dan darah)
d. Tanda gizi buruk
e. Perut kembung
3. Pemeriksaan laboratorium, seperti :
a. Feces rutin
b. Darah rutin
c. Urin rutin
4. Pemeriksaan penunjang lainnya : kultur tinja.

11
Disamping itu perlu pula menentukan derajat dehidrasi ( ringan, sedang, berat)
dan menentukan penyakit penyerta komplikasi diare. (WHO. 2008)

2.7. Penatalaksanaan

Penanganan diare mengikuti manajemen utama diare yang disosialisasikan


oleh Departemen Kesehatan (DepKes), yaitu “Lima Langkah Tuntaskan Diare”
(LINTAS DIARE) yang mencakup:

(1) Rehidrasi.

(2) Pemberian zink selama 10 hari.

(3) Melanjutkan pemberian ASI dan makanan.

(4) Pemberian antibiotik selektif sesuai indikasi.

(5) Konseling ibu.

12
(Buletin Departemen Kesehatan RI. 2011)

13
Tabel 3. Antibiotik

(World Gastroenterology Organisation, 2012)

2.8. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat


terjadiberbagai macam komplikasi seperti:

1. Dehidrasi

2. Renjatan hipovolemik.

3. Ketidakseimbangan elektrolit.

14
4. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa usus halus.

5. Kejang dapat terjadi pada demam tinggi

6. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita


juga mengalami kelaparan. (FK UI. 1985)

2.9. Prognosa

Prognosa baik

2.10. Pencegahan

Penderita yang rawat inap harus ditempatkan pada tindakan


pencegahan enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
penderita, jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung
tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya
harus dididik mengenai cara memperoleh enteropatogen dan cara-cara
penularan. Penderita yang mendatangi pusat perawatan harian harus
dipisahkan dari pusat atau dirawat pada daerah tersendiri sampai diare
telah mengurang. (Nelson.2012)

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diare atau Gastroenteritis adalah buang air besar ( BAB ) yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Pada neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar
(BAB) sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur 1 bulan dan
anak bila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan tanpa darah
atau lendir dalam tinja.

Gejala klinik pasien dengan diare mula-mula anak/bayi cengeng gelisah,


suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. Sering buang air
besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
elistitas kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan
respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas,
kesadaran. Tes diagnostik sangat diperlukan untuk pengkajian penyakit diare.

Prinsip penangan diare adalah: Rehidrasi, Pemberian zink selama 10 hari,


Melanjutkan pemberian ASI dan makanan, Pemberian antibiotik selektif
sesuai indikasi, dan Konseling ibu.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin B. K. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 2, Jakarta: EGC. 2010

2. Departemen Kesehatan. Buletin Diare. Jakarta: Bakti Husada. 2011

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak Jilid 2. Jakarta: Infomedika Jakarta. 1985

4. Sudoyo W. S, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus K. S. Setiadi S. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009

5. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines. Acute diarrhea in


adults and children: a global perspective. 2012
6. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Rumah Sakit. Jakarta: IDAI.
2008

17
LAPORAN KASUS
Status Pasien

I. Anamnese Pribadi

Nama : Amanda

Umur : 9 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Protestan

Suku : Batak

Alamat : Jl. Maju Jaya GG. Sentosa No. 10 Kwala Bekala Medan

Tanggal Masuk : 25 Februari 2014

BB Masuk : 8 kg

PB Masuk : 72 cm

II. Anamneses Orang tua

IDENTITAS AYAH IBU

Nama Koko Sumena

Umur 38 tahun 32 tahun

Agama Protestan Protestan

Suku Batak Batak

Perkawinan 1 1

RPT - -

Jl. Maju Jaya GG. Sentosa No. 10 Kwala Bekala


Alamat
Medan

18
Pendidikan Terakhir SMA SMA

Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

III.Riwayat Kelahiran

Pasien dilahirkan cukup bulan (38 minggu), persalinan normal di


Klinik Bidan dan dibantu oleh Bidan pada tanggal 25 Mei 2013. Bayi
langsung menangis setelah dilahirkan. Berat badan bayi saat dilahirkan 3000
gr dan panjang badan tidak diukur. Saat persalinan tidak terdapat komplikasi
yang dapat membahayakan ibu maupun bayi.

IV. Perkembangan Fisik

Saat lahir : Menangis dengan kuat dan bergerak aktif

Umur 2 bulan : Sudah bisa melihat disekitar

Umur 3 bulan : Sudah bisa menelungkup, mengangkat kepala,


tertawa

Umur 4 bulan : Sudah bisa duduk dibantu

Umur 7 bulan- sekarang : Sudah bisa duduk sendiri dan berjalan dengan
Bantuan

V. Anamneses Makanan

Umur 0 – 6 bulan : ASI eksklusif

Umur 6 bulan - sekarang : ASI, Susu Formula, dan Bubur Saring (3x sehari)

VI. Riwayat Imunisasi

(+) BCG, Scar +

(+) DPT 1 kali

19
(+) Hep B , tidak ingat berapa kali dan usia

(+) Polio, tidak ingat berapa kali dan usia

(-) Campak

Ibu mengaku bahwa pasien sudah imunisasi lengkap sesuai umur pasien tetapi
tidak dapat mengingat jumlah dan umur pasien saat imunisasi.

VII. Penyakit yang pernah diderita :-

VIII. Keterangan mengenai saudara : Pasien merupakan anak tunggal.

IX. Anamneses Penyakit : Alloanamnesis dari ibu kandung

Keluhan Utama : Mencret

Telaah :

1. Pasien berumur 9 bulan masuk RS tanggal 25 februari 2014.


dengan keluhan utama mencret. Mencret dialami pasien sejak 1
hari sebelum masuk RS. Frekuensi 7x dengan konsistensi air
lebih banyak dari ampas, lendir (+), dan darah (-). Volume ± 100
cc tiap kali mencret.

2. Muntah dialami pasien beberapa jam setelah masuk RS, dengan


frekuensi 5x,volume ± 20 cc tiap muntah, isi muntah apa yang
dimakan dan diminum.

3. Riwayat tubuh kaku separti kejang diakui keluarga 2x saat


dirumah dan berlangsung ± 1 menit, terjadi beberapa bulan yang
lalu. Jarak antara kaku I dan kaku II adalah 4 hari.

4. Demam dialami os 1 hari sebelum masuk RS, dengan sifat


demam naik turun. Demam turun dengan obat penurun panas.

20
RPT : (-)

RPO : Paracetamol

X. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
KU/KP/KG : Baik/Baik/Gizi Lebih
Sensorium : Apatis Anemia : (+)
Temperatur : 38,50C
Dyspnoe : (-)
Heart Rate : 148 x/menit
Sianosis : (-)
Respiratory Rate : 43 x/menit
Oedem : (-)
Tinggi Badan masuk : 72 cm
Ikterus : (-)
Berat Badan masuk : 8,4 kg

2. Status Lokalis

a. Kepala : UUB cekung


Mata : Rc +/+, pupil isokor,
conjungtiva palpebra inferior
pucat +/+
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa bibir kering
b. Leher : Pembesaran KGB (-)
c. Thorax

21
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru, Ronki (-)
Heart rate = 148 x/i, reguler
Respiratory rate = 43 x/i, reguler
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), Normal

e. Ekstremitas
Atas : Puls 148 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat,
CRT< 3”,
Bawah : akral hangat, CRT< 3”
f. Genitalia : Perempuan, tidak terdapat kelainan
g. Anus : Normal, tidak ada kelainan

XI. Status Neurologi


a. Syaraf otak : N1-12 normal
b. Syaraf motorik
Pertumbuhan otot : Normal
Kekuatan otot : Normal
Neuro muscular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Sensibiltas : Normal

XII. Pemeriksaan Khusus

TANGGAL HASIL

Mantouxtest - -

Radiologi - -

Pungsi Lumbal - -

Glukosa adrandom:
74mg/dl
25 Februari 2014
Kimia Darah Na: 143 mmol/dl
K: 4,1 mmol/dl
Cl: 116 mmol/dl
EKG - -

22
Pungsi sumsum tulang - -

Mikrobiologi - -

CT Scan - -

Biopsy - -

EEG - -

Sceening perdarahan - -

XIII. Pemeriksaan Laboratorium

Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan

Feces : 26 Februari 2014 (10.40)


Warna: kuning
Konsistensi: lembek
Lendir (-)
Darah (-)
Amuba (-)
Kista (-)
Telur (-)
Telur Ascariasis (-)
Telur Oxyuris (-)
Telur Trichiuris (-)

Darah : 25/2/14 (19.44)

WBC: 6000 uL

RBC: 4,23x106/uL

HGB: 9,7 gr/dl

HCT: 30,3 %

23
MCV: 71,6 fL

MCH: 22,9 pg

MCHC: 32,0 dL

PLT: 241000uL

Ringkasan

1. Anamnesa

Diare (+)

Muntah (+)

Mual (+)

Riwayat Kejang (+)

2. Pemeriksaan Fisik
Sensorium : Apatis
Temperatur : 37,80C
Heart Rate : 148 x/menit,reguler
Respiratory Rate : 43 x/menit,reguler
Tinggi Badan masuk : 72 cm
Berat Badan masuk : 8,4 kg

Status Lokalis
a. Kepala :UUB cekung
Mata : Rc +/+, pupil isokor,
conjungtiva palpebra inferior
pucat +/+
Mulut : Mukosa bibir kering

3. Laboratorium
18/1/2014
HGB: 9,7 gr/dl
HCT: 30,3 %
MCV: 71,6 fL
MCH: 22,9 pg

24
Kriteria Dehidrasi Ringan-Sedang Pada Pasien:

Penilaian Dehidrasi Ringan-


Sedang

Gelisah, lekas
Kesadaran marah, rewel

Rasa haus Sangat haus ingin


banyak minum

Nadi 148 x/menit

Pernafasan 43 x/menit

UUB Cekung

Mulut Kering

Turgor < 3’

% kehilangan BB 5-10 %

Diagnose Kerja : GE akut dehidrasi ringan sedang

Differensial Diagnosis :

1. Gastroenteritis Kronis dengan Dehidrasi


2. Gastroenteritis persisten
Therapy :
a. IVFD D5% + NaCl 0,225% 70 cc/kgBB =
600 gtt/4 jam makro = 150 gtt/menit mikro
b. Zinc 1 x 20mg
c. Lacto B 2 x 1 sachet

25
d. Paracetamol 4 x 100 mg pulv. (kalau
demam)
e. Diet bubur saring 800 kkal + 16 gr protein
Usul : Cek pH, elektrolit, KGD post rehidrasi

Prognosa : Pada kasus ini prognosa baik

26
TANGGAL/ 26 Februari 27 Februari 28 Februari 01 Maret 02 Maret
HARI/ 2014 2014 2014 2014 2014
RAWATAN
Keluhan Demam (+), Demam(+), Demam(-),
Mencret (+), Mencret (+), Mencret (+),
Muntah (+), Mual (-), Mual (-),
Mual (+), Muntah (-), Muntah (-),
Kejang (+) Kejang (-) Kejang (-)
KU/KP/KG Sedang/sedang/Gizi Lebih Baik/sedang/Gizi Lebih
Sensorium Compos mentis
Frek.nadi 142 x/i 130 x/i 138 x/i 130 x/i 127 x/i
Frek.nafas 44 x/i 35 x/i 40 x/i 33 x/i 32 x/i
0 0 0 0
Temperature 38,2 C 37,8 C 38 C 37,8 C 37,3 0C
BB 8,4kg 8,4 kg 8,4 Kg 8,4 kg 8,4 kg
STATUS LOKALISATA
Mata Rc +/+, pupil
isokor, Rc +/+, pupil isokor, konjungtiva palpebra inferior pucat -/-
konjungtiva
palpebra
inferior pucat
+
/+
Telinga Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal
Mulut Dalam Batas Normal
Leher Pembesaran KGB (-)
THORAX
Inspeksi Simetris Fusiformis, retraksi (-)
Palpasi SF Ka=Ki
Perkusi Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi SP = SP = SP = SP = SP =
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
HR : 142 x/i HR : 130 x/i HR : 138 x/i HR : 130 x/i HR : 127 x/i
reguler, reguler, reguler, reguler, reguler,
desah (-) desah (-) desah (-) desah (-) desah (-)
RR : 50 x/i, RR : 35 x/i, RR : 40 x/i, RR : 33 x/i, RR : 32 x/i,
reguler, reguler, reguler, reguler, reguler,
ronkhi (-) ronkhi (-) ronkhi (-) ronkhi (-) ronkhi (-)
ABDOMEN
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L tidak teraba Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Ekstr. Atas pulse 142 x/i, pulse 130 pulse 138 x/i, pulse 130 pulse 127 x/i,
reguler, T/V x/i, reguler, reguler, T/V x/i, reguler, T/V

27
T
cukup, akral /V cukup, cukup, akral reguler, T/V cukup, akral
hangat, CRT akral hangat, CRT cukup, hangat, CRT
< 3” hangat, < 3” akral < 3”
CRT < 3” hangat,
CRT < 3”
Ekstr. Bawah Akral hangat, CRT <3”
Genitalia Perempuan, tidak ada kelainan
Pem.Darah (19.44)
Lengkap WBC:6000 uL
RBC:4,23x106/
uL
HGB:9,7 gr/dl
HCT:30,3 %
MCV:71,6 fL
MCH:22,9 pg
MCHC:32,0
dL
PLT:241000uL
Kimia Darah (19.44)
Glukosa adran-
dom: 74mg/dl
Na: 143
mmol/dl
K: 4,1 mmol/dl
Cl: 116 mmol/dl
Laboratori- (10.40)
um Feses Warna:
kuning
Konsistensi
: lembek
Lendir (-)
Darah (-)
Amuba (-)
Kista (-)
Telur (-)
Telur
Ascariasis
(-)
Telur
Oxyuris (-)
Telur
Trichiuris
(-)
Diagnosa Gastroenteritis dengan Dehidrasi Ringan-Sedang + KDS
TERAPY
IVFD D5%
NaCl 0,225%
35cc/kgBB=7

28
40 gtt/i micro
Metronidazol
90 mg 3 x 1
pulv.
B complex ½
tab 3x1 pulv.
Zinc 1 x 20mg
Paracetamol 4
x 100mg pulv.
Stesolid supp.
5 mg
Phenobarbital
2 x 40mg
Diet bubur
saring 800kkal
+ 16 gr
protein

29

Anda mungkin juga menyukai