RPM - Standar - Pelayanan - Kebidanan 2
RPM - Standar - Pelayanan - Kebidanan 2
NOMOR
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEBIDANAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Pelayanan Kebidanan adalah pedoman yang
diikuti oleh bidan dalam melakukan pelayanan
kebidanan.
2. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Services) adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan berupa
asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan.
4. Asuhan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan pada proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan
sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
-3-
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
6. Pasien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau
masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan
Kebidanan.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
8. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun
bidan secara nasional dan berbadan hukum sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Kebidanan bertujuan
untuk:
a. memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan
Kebidanan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan;
b. memberikan acuan dalam pengembangan pelayanan
Kebidanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
c. memberikan kepastian hukum bagi Bidan; dan
d. melindungi Pasien sebagai penerima pelayanan.
Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kebidanan meliputi
penyelenggaraan pelayanan kebidanan, manajemen
pelayanan kebidanan, dan sumber daya.
(2) Standar Pelayanan Kebidanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus diterapkan dalam pemberian
pelayanan kepada Pasien pada semua kasus.
(3) Penatalaksanaan pada masing-masing kasus disusun
oleh Organisasi Profesi dan disahkan oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan
Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
-4-
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Standar Pelayanan Kebidanan sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota melibatkan organisasi
profesi.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan; dan
b. mengembangkan pelayanan Kebidanan yang
efektif dan efisien.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan; dan/atau
c. pemantauan dan evaluasi.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007
tentang Standar Asuhan Kebidanan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-5-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan pembangunan
kesehatan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
kesetaraan gender, non diskriminatif dan kesesuaian dengan norma-
norma agama, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian pada
penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak dan usia lanjut, serta
keluarga miskin.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
peran dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), serta menyiapkan generasi penerus masa depan
yang berkualitas dengan memberikan pelayanan kebidanan yang
bermutu, berkesinambungan dan paripurna, bagi ibu dan anak
diantaranya meliputi pelayanan kesehatan pada masa sebelum hamil,
masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa
antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan
keluarga berencana yang berfokus pada aspek pencegahan melalui
pendidikan kesehatan dan konseling, promosi persalinan normal,
dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan, serta
melakukan deteksi dini, pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
dan rujukan yang aman.
-7-
B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menstandarisasi pelayanan kebidanan di setiap tatanan fasilitas
pelayanan kesehatan, mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
primer dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat sekunder dan
tersier
Tujuan Khusus
1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
2. Sebagai acuan bagi Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan
di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
3. Sebagai acuan bagi Penanggung jawab fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat primer dan fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tingkat sekunder dan tersier dalam pembinaan pelayanan
kebidanan.
4. Sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam pembinaan pelayanan kebidanan.
5. Sebagai informasi bagi masyarakat dan acuan bagi organisasi
profesi terkait dalam pembinaan pelayanan kebidanan
BAB II
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEBIDANAN
-8-
Pasien datang
Perumusan diagnosa
kebidanan
Perencanaan Perencanaan
Merujuk*:
Stabilisasi
Persiapan rujukan termasuk
komunikasi ke fasyankes rujukan
dan pendokumentasian
Melaksanakan rujukan
Keterangan:
* Merujuk dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
sumber daya manusia yang kompeten, memiliki kewenangan, dan
ketersediaan sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
penatalaksanaan kasus
** Konsultasi atau kolaborasi hanya dapat dilakukan pada kondisi fasilitas
pelayanan kesehatan memiliki sumber daya manusia yang kompeten,
memiliki kewenangan, dan ketersediaan sarana prasarana yang
memadai.
-14-
Alur Pelayanan Kebidanan Pada PUSKESMAS
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
Lab
Dokter/Bidan
Rujuk
neonatal
yankes maternal &
Pasien datang Gawat Darurat sesuai standar
Instalasi/ Unit kasus rujukan
Prosedur tindakan
Tindakan Inap/Nifas
Kamar Rawat
Lab
standar pelayanan
rujukan sesuai
normal kasus Bangsal
Perinatologi
Farmasi Prosedur persalinan
Instalasi
Bersalin
Kamar
Neonatal Maternal
Rujukan/Non Rujukan
Pendaftaran
Alur Pelayanan Kebidanan Pada Rumah Sakit
(PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF)
IGD
Ruang Bedah
3. Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis
dan masalah/kebutuhan yang dirumuksan. Perencanaan yang
dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah
dan kondisi Pasien: tindakan segera, tindakan antisipasi, dan
asuhan secara komprehensif melibatkan Pasien dan/atau
keluarga.
b. Mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosial budaya
Pasien/keluarga.
c. Memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat dan
aman untuk Pasien (patient safety).
d. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada.
4. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan yang sudah ditetapkan
secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman (patient safety).
Pelaksanaan asuhan dapat berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi ataupun rujukan sesuai kewenangan. Implementasi
rencana asuhan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memperhatikan keunikan Pasien sebagai makhluk bio-psiko-
sosial-spiritual-kultural (asuhan kebidanan holistik).
-19-
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari
Pasien dan/atau keluarganya (informed consent), kecuali pada
keadaan gawat darurat.
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan SPO.
d. Melibatkan Pasien dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Menjaga privasi Pasien.
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g. Mengikuti perkembangan kondisi Pasien secara
berkesinambungan.
h. Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada
dan sesuai standar.
i. Melakukan tindakan sesuai standar.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan dilakukan oleh bidan secara sistematis dan
berkesinambungan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang
telah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi
Pasien. Evaluasi dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan standar dan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada Pasien
dan/atau keluarga serta ditindaklanjuti.
C. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan (Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 yang mengacu pada
Midwifery Practice Standart WHO Tahun 2012 dan International
Confederation of Midwives (ICM).
Kala I
-23-
Bidan mengenali tanda awal persalinan, melakukan
deteksi dini komplikasi, memantau kesejahteraan ibu
dan janin dengan partograf, konsisten dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi, memberikan
asuhan kebidanan dengan dukungan penuh,
pertolongan persalinan aman, tindakan
kegawatdaruratan, berkolaborasi dengan profesi terkait
dan/atau merujuk.
D. Kinerja Bidan
Kinerja bidan berkaitan dengan pelayanan dan asuhan kebidanan
kepada pasien yang menggambarkan kemampuan perilaku bidan
dalam menjalankan peran profesionalnya.
Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, bidan harus
memperlihatkan kinerja profesional sesuai dengan yang dipersyaratkan
meliputi:
1. Kualitas Pelayanan Kebidanan
Dalam memberikan pelayanan, bidan harus berorientasi pada
kualitas melalui penerapan standar pelayanan kebidanan,
berlandaskan etika dan kode etik profesi serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, bidan
harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan berkelanjutan
3. Kerjasama
Dalam melaksanakan pelayanan, bidan harus membangun
kerjasama dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan
4. Kolaborasi
Dalam memberikan pelayanan, bidan melakukan kolaborasi
dengan profesi lain sesuai kebutuhan.
5. Pemanfaatan Sumber Daya
-28-
Penanggung jawab pelayanan dapat menetapkan kebutuhan dan
memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien dalam
mendukung pelayanan kebidanan berkualitas.
BAB III
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
A. Organisasi
Pelayanan kebidanan dalam sistem pelayanan kesehatan
merupakan proses pelayanan profesional yang diberikan oleh tenaga
bidan kepada individu, kelompok, dan masyarakat, baik secara
mandiri, tim, kolaborasi (Interprofessional Health Care Provider),
dan/atau rujukan. Pelayanan kebidanan dilaksanakan pada berbagai
jenjang tatanan fasilitas pelayanan sesuai dengan sistem pelayanan
kesehatan yang ada, mulai dari tingkat primer sampai rujukan yang
tersusun dalam suatu mekanisme rujukan timbal balik.
Pengorganisasian pelayanan kebidanan dikelola secara
profesional, diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan berfokus
pada Pasien. Penyelenggaraan pelayanan kebidanan di tingkat primer
pada 1) pelayanan kebidanan di Puskesmas dan jaringannya dikelola
secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, dan Polindes/Poskesdes oleh Bidan Penanggung jawab KIA-
KB, 2) penyelenggaraan pelayanan kebidanan di tingkat rujukan dapat
dikelola oleh penanggung jawab pelayanan kebidanan di Rumah Sakit,
dan 3) praktik mandiri bidan dikelola secara mandiri.
Dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan diperlukan pembinaan
teknis dan manajemen yang terarah serta sistematis, agar kualitas
pelayanan dapat ditingkatkan dan dipertahankan sesuai standar.
Pembinaan pada fasilitas pelayanan kebidanan di tingkat primer
dilakukan oleh bidan koordinator dan bidan penanggung jawab KIA-
KB, dilaksanakan dengan memaksimalkan kegiatan penyeliaan
(supervisi) fasilitatif secara berkesinambungan. Pembinaan pada
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dilakukan oleh bidan
supervisor di rumah sakit/ klinik utama.
Bidan supervisor sekurang-kurangnya berpendidikan bidan
profesi dan memiliki kecakapan manajemen dalam memimpin,
-29-
membina dan mengarahkan anggotanya untuk meningkatkan mutu
pelayanan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Bidan supervisor
bertanggung jawab kepada pimpinan terkait upaya peningkatan mutu
pelayanan dan keselamatan Pasien, serta terlibat aktif dalam
perencanaan pengembangan pelayanan kebidanan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu pelayanan kebidanan dinilai berdasarkan indikator
mutu dan upaya perbaikan mutu dalam rangka menjamin Keselamatan
Pasien (patient safety) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1. Indikator Mutu
Sebagai tolok ukur penilaian mutu ditetapkan beberapa indikator
mutu pelayanan kebidanan, meliputi:
a. Keselamatan Pasien
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Standar 90 %
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Standar 90 %
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Standar 90 %
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Standar 90 %
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Standar 90 %
INDIKATOR MUTU
PELAYANAN KEBIDANAN (6)
Frekuensi 1 tahun
pengumpulan data
Standar 60%
C. Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien merupakan sistem keselamatan pasien pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang membuat asuhan Pasien lebih
aman meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
-37-
berhubungan dengan risiko Pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Insiden adalah kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada Pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian
nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian potensial cedera :
1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), insiden yang mengakibatkan
cedera pada Pasien.
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), insiden yang belum sampai
terpapar ke Pasien
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC), insiden yang sudah terpapar ke
Pasien tetapi tidak timbul cedera
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC), kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera tetapi belum terjadi insiden.
5. Kejadian sentinel, merupakan KTC yang mengakibatkan kematian
atau cedera serius.
Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk peningkatan mutu
pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keselamatan
Pasien dilakukan untuk mendorong perbaikan spesifik terhadap
pelayanan yang diberikan oleh bidan. Keselamatan Pasien meliputi
standar keselamatan Pasien, sasaran keselamatan Pasien, dan tujuh
langkah menuju keselamatan Pasien, yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
keselamatan Pasien.
-38-
BAB IV
SUMBER DAYA
B. Sarana,Prasarana,dan Peralatan
Pengelola pelayanan kebidanan menyediakan fasilitas sarana,
Prasarana, dan peralatan, baik dari segi jumlah, jenis dan spesifikasi
yang menjamin tersedianya fasilitas sarana, prasarana, dan peralatan
yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang
-42-
efektif, efisien, dan bermutu berdasarkan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Sarana
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kebidanan seyogyanya menyediakan sarana memadai dan
memenuhi aspek kemudahan dan keselamatan (safety)
pengguna/masyarakat agar pelayanan kebidanan berjalan secara
aman, dan optimal. Lokasi gedung/bangunan tempat
penyelenggaraan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, terletak
dekat dengan loket pendaftaran, memperhatikan kemudahan akses
untuk mencapai lokasi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap,
dengan petunjuk arah yang mudah terlihat/dipahami.
Bangunan/ruang pelayanan kebidanan rawat jalan harus
didesain memenuhi prinsip-prinsip keselamatan pasien yang
memberikan kemudahan akses bagi difabel/penyandang disabilitas
serta kemudahan akses bagi Pasien dan/atau pasien yang akan
melakukan persalinan.
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus memenuhi sarana yang disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan dan daya dukung institusi terkait, termasuk
sarana mebelair sesuai kebutuhan pelayanan serta diupayakan
pemeliharaannya secara berkala untuk memenuhi aspek
keselamatan.
2. Prasarana
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan harus didukung
pengelolaan administrasi dengan kelengkapan prasarana
administrasi baik manual dan/atau elektronik (komputer) dengan
jumlah dan kualitas yang memadai dan tersedia formulir rekam
medik yang dibutuhkan.
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan harus didukung daya
listrik yang sesuai kebutuhan dan peralatan yang dipergunakan,
sangat dianjurkan dengan menggunakan stabilisator untuk
menjamin kestabilan tegangan dan keamanan peralatan yang
digunakan.
3. Peralatan
-43-
Setiap penyelenggaraan pelayanan kebidanan di fasilitas
pelayanan kesehatan harus didukung peralatan dalam jumlah yang
cukup. Peralatan kesehatan dan peralatan lain yang perlu diuji dan
kalibrasi harus dilakukan uji fungsi dan kalibrasi secara berkala
oleh pihak terkait/yang berwenang.
BAB V
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,