Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KECAMATAN SERANG DAN CIPOCOK JAYA
TAHUN 2012-2032
WALIKOTA SERANG,
5. Undang-Undang …………
2
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Serang.
2. Walikota adalah Walikota Serang.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah DPRD Kota Serang.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur .............
3
36. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah ruang
yang direncanakan untuk kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan
dan aktivitas bersama di open space (udara terbuka) yang juga
merupakan zona yang ditujukan untuk mempertahankan/ melindungi
lahan untuk rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan dan untuk
dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya.
37. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah
ruang yang direncanakan untuk kebutuhan akan tempat-tempat
pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka yang berupa taman
dengan perkerasan.
38. RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri
dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi
sungai dan kelestariannya.
39. RTH sempadan jaringan transportasi nasional adalah kawasan atau
jalur hijau di sepanjang jaringan transportasi nasional.
40. RTH sempadan jaringan energi nasional adalah garis batas luar
pengaman untuk mendirikan bangunan dan/atau pagar yang ditarik
pada jarak tertentu sejajar dengan as jaringan tenaga listrik atau pipa
gas.
41. Zona pertanian lahan basah adalah kawasan yang fungsi utamanya
untuk kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi
topografi tanah yang sesuai.
42. Zona pertanian lahan kering adalah kawasan yang dimanfaatkan bagi
kegiatan pertanian lahah kering, didukung oleh kondisi topografi
tanah yang sesuai.
43. Zona perkebunan adalah kawasan tanaman tahunan yang merupakan
kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
perkebunan.
44. Zona industri ringan adalah kawasan yang dikembangkan untuk
aktivitas industri non limbah, penyimpanan, pergudangan dan
disribusi.
45. Zona Pemerintahan adalah kawasan yang dikembangkan secara
khusus untuk mewadahi aktivitas Pemerintahan.
46. Zona stasiun kereta api adalah tempat kereta api berangkat dan
berhenti untuk melayani naik dan turunnya penumpang dan/atau
bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi kereta api.
47. Zona pergudangan tertutup adalah zona pergudangan tertutup adalah
kawasan yang dikembangkan untuk penggunaan yang terkait dengan
penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar dalam jangka waktu
lama dan pendek, termasuk juga penyimpanan oleh perorangan dalam
kompartemen penyimpanan terpisah;
48. Zona pergudangan terbuka adalah kawasan yang dikembangkan
untuk penggunaan yang berhubungan dengan penyimpanan
peralatan besar atau produk-produk atau bahan-bahan dalam jumlah
besar di ruang terbuka;
49. Zona pergudangan tertutup adalah kawasan yang dikembangkan
untuk penggunaan yang berhubungan dengan penyimpanan
peralatan besar atau produk-produk atau bahan-bahan dalam jumlah
besar di ruang tertutup;
50. Koefisien …………….
6
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 3
Kedudukan RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya yang
merupakan rencana rinci penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Serang 2010 – 2030.
Bagian Ketiga
Fungsi
Pasal 4
Fungsi RDTR dan peraturan zonasi terdiri dari:
a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kota berdasarkan RTRW;
b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
e. acuan dalam penyusunan RTBL.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 5
Tujuan penataan ruang RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya adalah mewujudkan Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya sebagai pusat pelayanan Kota Serang yang berbasis fungsi
primer pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa dan fungsi sekunder
perumahan, pertanian lahan kering serta pariwisata buatan, yang
produktif dan berkelanjutan serta pengembangan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 6
Kebijakan penataan ruang RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya, terdiri atas:
a. mengembangkan pusat pelayanan agar lebih efektif dan kompetitif
dengan mengembangkan fungsinya secara berhierarki dan dilengkapi
dengan prasarana dan sarana penunjangnya;
b. peningkatkan akses ke kawasan permukiman secara merata;
c. peningkatan ……………….
9
f. mengembangkan …………..
10
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Rencana pola ruang Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
dengan luas 5.742,15 (lima ribu koma tujuh ratus empat puluh dua
koma lima belas) hektar terdiri atas:
a. rencana kawasan lindung seluas 275,56 (dua ratus tujuh puluh
lima koma lima puluh enam) hektar atau 4,80 % (empat koma
delapan puluh) persen; dan
b. rencana kawasan budidaya seluas 5.466,59 (lima ribu empat
ratus enam puluh enam koma lima puluh sembilan) hektar atau
95,20 % (sembilan puluh lima koma dua puluh) persen.
(2) Rencana pola ruang Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:5.000 dan tabel luas pola ruang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 9
Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),
huruf a, terdiri atas:
a. kawasan perlindungan setempat;
b. kawasan ruang terbuka hijau;
c. kawasan cagar budaya; dan
d. kawasan rawan bencana.
Pasal 10
Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a, yaitu zona sempadan sungai seluas 100,66 (seratus koma enam
puluh enam) hektar.
Pasal 11
Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b, terdiri atas:
a. zona jalur hijau seluas 26,05 (dua puluh enam koma nol lima) hektar;
b. zona taman seluas 13,68 (tiga belas koma enam puluh delapan) hektar;
c. zona pemakaman seluas 46,82 (empat puluh enam koma delapan dua)
hektar;
d. zona sempadan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) seluas
69,24 (enam puluh sembilan koma dua puluh empat) hektar; dan
e. zona …………..
11
e. zona sempadan pipa gas seluas 15,99 (lima belas koma sembilan puluh
sembilan) hektar.
Pasal 12
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c,
zona cagar budaya seluas 3,11 (tiga koma sebelas) hektar.
Pasal 13
Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d,
zona rawan banjir seluas 64,57 (enam puluh empat koma lima puluh
tujuh) hektar.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 14
Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b, terdiri atas:
a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan kantor pemerintahan;
d. kawasan industri;
e. kawasan ruang terbuka non hijau;
f. kawasan pertanian;
g. kawasan sarana pelayanan umum; dan
h. kawasan pertahanan dan keamanan;
Pasal 15
Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a,
terdiri atas:
a. zona perumahan kepadatan tinggi seluas 1.379,8 (seribu tiga ratus
tujuh puluh sembilan koma delapan) hektar;
b. zona perumahan kepadatan sedang seluas 2.241,71 (dua ribu dua
ratus empat puluh satu koma tujuh puluh satu) hektar; dan
c. zona perumahan kepadatan rendah seluas 1.209,16 (seribu dua ratus
sembilan koma enam belas) hektar.
Pasal 16
Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf b, zona perdagangan dan jasa seluas 386,81 (tiga ratus delapan
puluh enam koma delapan satu) hektar.
Pasal 17
Kawasan kantor pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c, zona kantor pemerintah seluas 35,54 (tiga puluh lima koma lima
puluh empat) hektar.
Pasal 18
Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d, zona
industri rumah tangga seluas 32,06 (tiga puluh dua koma nol enam)
hektar.
Pasal 19
Kawasan ruang terbuka non hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf e, yaitu zona ruang terbuka non hijau seluas 0,86 (nol koma
delapan puluh enam) hektar.
Pasal 20 …………….
12
Pasal 20
Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf f, zona
pertanian seluas 95,27 (sembilan puluh lima koma dua puluh tujuh)
hektar.
Pasal 21
Kawasan sarana pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf g, terdiri atas:
a. zona sarana pendidikan seluas 42,21 (empat puluh dua koma dua
puluh satu) hektar;
b. zona sarana kesehatan seluas 9,42 (Sembilan koma empat puluh dua)
hektar;
c. zona sarana ibadah seluas 3,28 (tiga koma dua puluh delapan) hektar;
d. zona sarana olahraga seluas 9,40 (Sembilan koma empat puluh)
hektar; dan
e. zona transportasi seluas 6.66 (enam koma enam puluh enam) hektar.
Pasal 22
Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf h, zona militer seluas 12,92 (dua belas koma sembilan puluh
dua) hektar.
BAB V
RENCANA JARINGAN PRASARANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 23
Rencana jaringan prasarana Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok
Jaya terdiri atas:
a. rencana pengembangan jaringan pergerakan;
b. rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan;
c. rencana pengembangan jaringan telekomunikasi;
d. rencana pengembangan jaringan air minum;
e. rencana pengembangan jaringan drainase;
f. rencana pengembangan jaringan air limbah; dan
g. rencana pengembangan prasarana khusus dan tambahan.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Pasal 24
(1) Rencana pengembangan jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf a, terdiri atas:
a. rencana sistem jaringan jalan;
b. rencana pengaturan lalulintas;
c. rencana prasarana pendukung transportasi;
d. rencana rute angkutan; dan
e. rencana penanganan titik kemacetan
(2) Rencana pengembangan jaringan pergerakan Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 25 ………………
13
Pasal 25
Rencana sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf a, terdiri atas:
a. rencana pembangunan jalan baru yaitu poros dari Pintu Tol Serang
Timur menuju Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
Kecamatan Curug;
b. rencana jalan arteri sekunder yaitu Jalan. Jenderal Ahmad Yani,
Jalan. Mayor Syafei dan Jalan. Raya Serang-Pandeglang;
c. rencana jalan kolektor sekunder Jalan. Raya Cipetir, Jalan. Raya
Palima, Jalan. Syekh Mohammad Nawawi Al Bantani, Jalan. Kolonel
Haji TB Suwandi, Jalan. Warung Jaud dan Jalan. Banten; dan
d. rencana jalan lokal yaitu jaringan jalan penghubung antar lingkungan
di dalam Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya, dengan pengaturan
garis sempadan adalah daerah milik jalan (Right of Way) 11 (sebelas)
meter dengan GSP 5,5 (lima koma lima) meter dari as jalan dan GSB 4
(empat) meter dari GSP.
Pasal 26
(1) Rencana pengaturan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 huruf b yaitu penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan
dan/atau perintah bagi pemakai jalan;
(2) Rencana pengaturan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 27
(1) Rencana prasarana pendukung transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 huruf c, penetapan dan peletakan halte, penetapan
rambu-rambu lalulintas jalan, penerangan jalan dan sistem
perparkiran;
(2) Rencana prasarana pendukung transportasi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
Pasal 28
(1) Rencana rute angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
d, penataan arus menerus dan penataan arus internal.
(2) Rencana rute angkutan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 29
(1) Rencana penanganan titik kemacetan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf e, pelebaran jalan, penataan bahu jalan, pembangunan
jembatan layang dan pembukaan akses baru.
(2) Rencana penanganan titik kemacetan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 30
(1) Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf b, terdiri atas:
a. kebutuhan listrik untuk perumahan besar tahun 2032 sekitar
16.951.000 Volt Amper;
b. kebutuhan listrik untuk perumahan sedang tahun 2032 sekitar
30.048.200 Volt Amper;
c. kebutuhan listrik untuk perumahan kecil tahun 2032 sekitar
41.602.500 Volt Amper;
d. kebutuhan listrik untuk kegiatan sosial ekonomi tahun 2032 sekitar
35.440.680 Volt Amper; dan
e. kebutuhan …………….
14
e. sistem ………………
15
BAB VII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 39
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang Indikasi program bertujuan untuk
mengatur implementasi pemanfaatan ruang di Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya sebagaimana rencana struktur ruang dan
rencana peruntukan ruang.
(2) Indikasi program memuat tentang:
a. jenis program pembangunan;
b. kegiatan pembangunan;
c. jadwal pelaksanaan pembangunan;
d. sumber dana pembangunan; dan
e. pihak pelaksana pembangunan.
(3) Jenis program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. pengaturan distribusi penduduk;
b. pengembangan pusat-pusat kegiatan;
c. pembangunan prasarana wilayah;
d. pembangunan utilitas.
(4) Indikasi program pemanfaatan ruang Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya disajikan pada Lampiran XI yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VIII
RENCANA PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 40
(1) Peraturan Zonasi Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
memuat ketentuan mengenai:
a. peta zonasi (zoning map); dan
b. aturan zonasi (zoning text).
(2) Peta zonasi (zoning map) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. nama blok; dan
b. nama peruntukan zona.
(3) Aturan zonasi (zoning text) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. aturan teknis zonasi;
b. aturan pelaksanaan;
c. aturan dampak pemanfaatan ruang;
d. peran serta masyarakat.
Bagian Kedua
Peta Zonasi
Pasal 41
(1) Nama blok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a,
dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik pemanfaatan ruang/lahan yang sama;
b. batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atas batas
kapling;
c. administrasi wilayah;
d. orientasi bangunan; dan
e. lapis bangunan.
(2) Batas blok yang digunakan merupakan batas administrasi wilayah;
(3) Pembagian dan penamaan blok yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a.
BWP 1 Kecamatan Serang
Serang
b.
BWP 2 Kecamatan Serang
Cipare
c.
BWP 3 Kecamatan Serang
Sumurpecung
d.
BWP 4 Kecamatan Serang
Cimuncang
e.
BWP 5 Kecamatan Serang
Kotabaru
f.
BWP 6 Kecamatan Serang
Lontarbaru
g.
BWP 7 Kecamatan Serang
Kagungan
h. BWP 8 Lopang Kecamatan Serang
18
i.
BWP 9 Kecamatan Serang
Unyur
j.
BWP 10 Kecamatan Serang
Kaligandu
k.
BWP 11 Kecamatan Serang
Terondol
l.
BWP 12 Kecamatan Serang
Sukawana
m.
BWP 13 Kecamatan Cipocok Jaya
Gelam
n. BWP 14 ………….
n.
BWP 14 Kecamatan Cipocok Jaya
Dalung
o.
BWP 15 Kecamatan Cipocok Jaya
Tembong
p.
BWP 16 Kecamatan Cipocok Jaya
Karundang
q.
BWP 17 Kecamatan Cipocok Jaya
Cipocok Jaya
r.
BWP 18 Kecamatan Cipocok Jaya
Banjarsari
s.
BWP 19 Kecamatan Cipocok Jaya
Banjaragung
t.
BWP 20 Kecamatan Cipocok Jaya
Panancangan
Pasal 42
(1) Penamaan zona sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (2) huruf
b, terdiri dari:
a. kode zona kawasan lindung; dan
b. kode zona kawasan budidaya
(2) Kode zona kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditetapkan sebagai berikut:
a. kode PS-2 : zona sempadan sungai;
b. kode RTH : zona ruang terbuka hijau;
c. kode RTH-1.7 : zona jalur hijau;
d. kode RTH-1.8 : zona Pemakaman;
e. kode PS-4 : zona sempadan SUTET;
f. Kode SC : cagar budaya; dan
g. Kode RB : rawan banjir.
(3) Kode zona kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, ditetapkan sebagai berikut:
a. kode R-1 : zona perumahan kepadatan tinggi;
b. kode R-2 : zona perumahan kepadatan sedang;
c. kode R-3 : zona perumahan kepadatan rendah;
d. kode KP : zona komersil dan perdagangan;
e. kode KJ : zona komersil jasa;
f. kode KT : zona kantor pemerintah;
19
Paragraf 1
Aturan Teknis Zonasi
Pasal 44
Aturan teknis zonasi terdiri dari:
a. aturan kegiatan pemanfaatan ruang;
b. aturan intensitas dan tata masa bangunan;
c. aturan prasarana minimum; dan
d. aturan lainya.
Paragraf 2 …………..
Paragraf 2
Aturan Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Pasal 45
Aturan kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 huruf a, mengatur diizinkan atau tidak diizinkannya setiap jenis
kegiatan pemanfaatan ruang dalam suatu peruntukan zona tertentu.
Pasal 46
Jenis – jenis kegiatan pemanfaatan ruang di Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a,
meliputi:
a. kegiatan perumahan terdiri dari:
1. rumah tunggal;
2. rumah susun rendah;
3. rumah susun sedang; dan
4. rumah deret/kopel.
b. kegiatan perdagangan dan jasa terdiri dari penjual barang-barang
berikut:
1. bahan material bangunan;
2. perlengkapan bangunan;
3. pembuatan pager/tralis;
4. peralatan elektronik besar;
5. peralatan elektronik gadget;
6. kelontong dan kebutuhan sehari-hari;
7. peralatan rumah tangga non elektronik;
8. kebutuhan pokok, pakaian dan asesoris;
9. furnitur;
10. farmasi dan bahan kimia;
11. hewan peliharaan dan kebutuhannya;
12. peralatan dan pasokan pertanian, penjualan tanaman;
20
8. balai …………….
8. balai pengobatan;
9. ruang pertemuan dan pertunjukan;
10. lapangan golf dan (driving range);
11. lapangan olahraga;
12. kolam renang dan gedung olah raga,
13. kebun binatang; dan
14. wahana rekreasi.
g. kegiatan pertahanan, keamanan dan pemerintahan terdiri dari:
1. kantor kecamatan;
2. kantor kelurahan;
3. kantor pos;
4. kantor polisi sektor/polisi sektor kota; dan
5. komando rayon militer.
h. kegiatan pertanian terdiri dari sawah, ladang, kebun, perikanan,
tambak, kolam, tempat pelelangan ikan, perternakan, kandang hewan,
lapangan pengembalaan, pengolahan hasil pertanian dan pergudangan
hasil panen.
Pasal 47
(1) Aturan kegiatan pemanfaatan ruang terdiri dari 4 kategori izin, yaitu:
a. kegiatan pemanfaatan ruang dizinkan, karena sifatnya sesuai
dengan peruntukan lahan yang direncanakan;
b. kegiatan pemanfaatan ruang diizinkan secara terbatas melalui
pembatasan pengoperasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. kegiatan pemanfaatan ruang diizinkan dengan persyaratan berupa
dokumen AMDAL dan UKL-UPL untuk mengurangi gangguan
lingkungan;
d. kegiatan pemanfaatan ruang tidak diizinkan.
22
Paragraf 3
Aturan Intensitas Dan Tata Masa Bangunan
Pasal 48
(1) Aturan Intensitas pemanfaatan ruang dan tata masa bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b, mengatur tentang luas
perpetakan minimum, lebar petak, persyaratan jarak bebas, ketinggian
maksimum, koefisien dasar hijau, dan analisa terhadap dampak.
(2) Aturan intensitas pemanfaatan ruang dan tata masa bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdapat pada Lampiran XXXIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 4
Aturan Prasarana Minimum
Pasal 49
Aturan prasarana minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf c, mengatur tentang:
a. prasarana jalan;
b. prasarana drainase;
c. prasarana ……………
c. prasarana air kotor dan limbah cair B3;
d. prasarana telekomunikasi; dan
e. prasarana kelistrikan.
Pasal 50
Prasarana jalan sebagaimana dimaksud dalam 49 huruf a, terdiri dari:
a. penyediaan area putaran untuk kendaraan besar;
b. penyediaan area parkir di dalam kavling;
c. penyediaan jalur lambat;
d. penyediaan area untuk pemberhentian sementara angkutan umum;
dan
e. penyediaan jalur pejalan kaki (pedestrian).
Pasal 51
Prasarana drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b,
terdiri dari:
a. penggunaan saluran terbuka;
b. penggunaan saluran tertutup ram; dan
c. penggunaan saluran tertutup.
Pasal 52
Prasarana air kotor dan limbah cair B3 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 huruf c, terdiri dari:
a. penyediaan tangki septik individual;
b. penggunaan septik tank komunal;
c. penggunaan saluran air kotor; dan
d. prasarana air limbah B3 merupakan penampungan limbah B3 untuk
dikirim ke perusahaan pengolah limbah industri B3.
Pasal 53
Prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf
d, mengatur tentang:
a. menara transmisi bersama; dan
23
Pasal 61
Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan penggunaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b, diberikan pada bangunan yang
penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan zonasi namun
memiliki izin kegiatan diberi kelonggaran sampai habisnya masa izin
kegiatan tersebut dan tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan syarat
terdiri dari:
a. jenis penggunaan/kegiatan yang dilakukan tidak menggagu fungsi
zona;
b. tidak melakukan perubahan menjadi penggunaan/kegiatan lain; dan
c. menelantarkan kegiatan.
Pasal 63 ……………….
Pasal 62
Kelonggaran/keluwesan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c, ditetapkan sebagai
berikut:
a. kegiatan pembangunan fisik yang dilakukan dalam suatu kavling
terbebas dari ketentuan teknis peraturan zonasi seperti ketentuan KDB,
KLB, ketinggian bangunan, dan sempadan baangunan; dan
b. pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik bangunan tunggal tidak boleh
lebih dari 2 (dua) tahun, sedangkan untuk bangunan jamak tidak boleh
lebih dari 3 (tiga) tahun.
Pasal 63
Kelonggaran/keluwesan terhadap penggunaan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf d, ditetapkan sebagai berikut:
a. penggunaan lahan yang sifatnya sementara seperti pameran, pasar
seni /pasar malam, pertunjukan dibebaskan dari ketentuan teknis
peraturan Zonasi seperti ketentuan KDB, KLB, ketinggian bangunan,
dan sempadan bangunan; dan
b.penggunaan lahan yang sifatnya sementara hanya boleh dilakukan
kurang dari 1 (satu) bulan.
Pasal 64
Aturan perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 huruf b terdiri dari:
a. ketentuan perubahan pemanfaatan ruang;
b.perubahan pemanfaatan ruang yang diizinkan;
c. bentuk izin perubahan pemanfaatan ruang; dan
d.jangka waktu izin perubahan pemanfaatan ruang.
Pasal 65
Ketentuan perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 huruf a terdiri dari:
26
Pasal 66
Perubahan pemanfaatan ruang yang diizinkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 huruf b, diberikan pada kondisi sebagai berikut:
a. terdapat kesalahan peta dan/atau informasi dalam rencana tata ruang
kota;
b. pemanfaatan …………
b.pemanfaatan ruang yang baru bisa mencerminkan pertumbuhan
ekonomi kota;
c. pemanfaatan ruang yang baru bertujuan untuk antisipasi pertumbuhan
kegiatan ekonomi perkotaan yang cepat;
d.pemanfaatan ruang yang baru tidak mengurangi kualitas lingkungan;
e. pemanfaatan ruang yang baru tidak mengganggu ketertiban dan
keamanan;
f. pemanfaatan ruang yang baru tidak menimbulkan dampak yang
mempengaruhi derajat kesehatan;
g. pemanfaatan ruang yang baru memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemakmuran masyarakat dan tidak merugikan
masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah;
h.pemanfaatan ruang yang baru tidak merugikan pemanfaatan ruang di
sekitarnya; dan
i. tetap sesuai dengan azas perubahannya yaitu keterbukaan, persamaan,
keadilan, perlindungan hukum dan mengutamakan kepentingan
masyarakat golongan sosial ekonomi lemah.
Pasal 67
Bentuk izin perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 huruf c, terdiri dari:
a. izin perubahan pemanfaatan ruang bersyarat yaitu izin perubahan
pemanfaatan ruang yang disertai dengan persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pelaku kegiatan; dan
b.izin perubahan pemanfaatan ruang tanpa syarat yaitu izin perubahan
pemanfaatan ruang yang tidak disertai dengan persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi oleh pelaku kegiatan.
Pasal 68
Jangka waktu perubahan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 huruf d, ditetapkan sebagai berikut:
27
Bagian keempat
Aturan Dampak Pemanfaatan Ruang
Pasal 69
(1) Aturan dampak pemanfaatan ruang merupakan aturan tentang
dampak lingkungan.
(2) Aturan dampak lingkungan sebagaimana pada ayat (1), terdiri atas:
a. ketentuan AMDAL;
b. UKL-UPL.
Pasal 70
Ketentuan AMDAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf
a, meliputi:
a. AMDAL wajib dilakukan oleh setiap pembangunan dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan;
b. pembangunan dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL terdiri atas:
1. kegiatan yang mengakibatkan pengubahan bentuk lahan dan
bentang alam;
2. kegiatan yang mengeksploitasi sumber daya alam, baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
3. kegiatan …………….
3. kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
4. kegiatan yang proses dan hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
5. kegiatan yang proses dan hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
6. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
7. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
8. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
9. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
c. jenis rencana usaha dan/atau kegiatan, dilengkapi dengan AMDAL.
d. dokumen AMDAL merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan
lingkungan hidup.
Pasal 71
Ketentuan UKL-UPL sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2)
huruf b, meliputi:
a. jenis pembangunan/kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL ditetapkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. jenis pembangunan/kegiatan tidak termasuk dalam kategori
berdampak penting;
2. kegiatan usaha mikro dan kecil.
b. usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, di atas wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
28
Pasal 72
(1) Setiap pembangunan dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan yang dilengkapi dengan
AMDAL atau UKL-UPL.
(2) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
Bagian kelima
Ketentuan Penerapan Peraturan Zonasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 73
Ketentuan penerapan peraturan zonasi terdiri atas:
a. aturan insentif dan disinsentif.
b.aturan perizinan.
c. sanksi.
d.hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat.
Paragraf 2
Aturan Insentif dan Disinsentif
Pasal 74
(1) Aturan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
huruf a, terdiri dari:
a. dasar pertimbangan aturan insentif dan disinsentif;
b. kriteria …………..
b. kriteria aturan insentif;
c. kriteria aturan disinsentif;
d. bentuk aturan insentif; dan
e. bentuk disinsentif.
a. kemudahan izin;
b. penghargaan;
c. keringanan pajak;
d. kompensasi;
e. imbalan;
f. pola Pengelolaan;
g. subsidi prasarana;
h. bonus/insentif; dan
i. pengalihan hak membangun.
(6) Bentuk aturan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e, terdiri dari:
a. perpanjang prosedur;
b. perketat/tambah syarat;
c. pajak tinggi;
d. retribusi tinggi;
e. denda; dan
f. pembatasan prasarana.
(7) Aturan lebih lanjut mengenai insentif dan disinsentif diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Paragraph 3 ……………
Paragraf 3
Aturan Perizinan
Pasal 75
(1) Aturan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf b,
merupakan upaya untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
memiliki peluang menimbulkan gangguan.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 76
(1) Aturan perizinan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 Ayat (1), merupakan acuan bagi penertiban pemanfaatan
ruang pada tingkat operasional, yang diberikan pada pemanfatan
ruang, seperti izin prinsip, izin lokasi, Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), Izin gangguan (HO), dan Izin Tempat Usaha yang dijabarkan
secara rinci ke dalam RTBL dan rencana yang lebih rinci lainnya.
(2) Perizinan pemanfaatan ruang dapat diberikan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. perizinan diberikan terhadap kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
rencana pola ruang dan merujuk pada arahan peraturan zonasi;
b. proses perizinan untuk setiap kegiatan merujuk pada peraturan
perundang-undangan.
(3) Pemberi izin pemanfaatan ruang diberikan oleh Dinas yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 4
Sanksi
30
Pasal 77
(1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf c, diberikan
terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang struktur
ruang dan pola ruang wilayah;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung,
kawasan budaya, sistem nasional dan provinsi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RDTR pusat pelayanan;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RDTR pusat pelayanan;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratkan izin
pemanfatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR pusat
pelayanan;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai
mililk umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin
yang diberikan oleh Walikota.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dikenakan sanksi pidana dan sanksi administratif.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
berupa:
a. peringatan …………..
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(4) Mekanisme pemanggilan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi
administratif dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 5
Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat
Pasal 78
Dalam kegiatan pemanfaatan ruang di Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya, masyarakat berhak:
a. berperan serta dalam proses penyusunan peraturan zonasi Kecamatan
Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya;
b.mengetahui secara terbuka RDTR Kecamatan Serang Dan Kecamatan
Cipocok Jaya;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang;
d.memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
tata ruang;
31
Pasal 81
(1) Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah
meliputi:
a. pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah;
b. pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan
termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah
dan termasuk pelaksanaan tata ruang Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya;
c. pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam
penyusunan strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah
Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya;
d. pengajuan usulan keberatan dan perubahan rencana terhadap
rancangan RTRW.
e. kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan/atau bantuan
tenaga ahli; dan
f. terjaminnya usulan masyarakat dalam rencana tata ruang.
(2) Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang meliputi:
a. pemantauan terhadap pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan,
dan ruang udara serta ruang bawah tanah berdasarkan peraturan
perundang-undangan,agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
32
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 84
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini, dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 85
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam pasal 79 huruf b, tidak
sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat berwenang, di
ancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah);
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku
dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak
dengan hormat dari jabatannya.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan
pelaksanaan dan perizinan yang berkaitan dengan penataan ruang yang
telah ada tetap belaku sepanjang tidak bertentangan.
Pasal 88
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, semua pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang untuk menyesuaikan.
(2) Pemanfaatan tata ruang sebelumnya, diberi masa batas waktu paling
lama 3 (tiga) tahun untuk menyesuaikan.
Pasal 89
(1) RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya memiliki
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak diundangkan.
(2) RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Ditetapkan di Serang
pada tanggal
WALIKOTA SERANG,
SEKRETARIS DAERAH
KOTA SERANG,
35
SULHI
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KECAMATAN SERANG DAN CIPOCOK JAYA
TAHUN 2012-2032
I. UMUM
Bahwa perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor
pembangunan cenderung menimbulkan berbagai masalah
pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh adanya
peningkatan intensitas ruang, yang banyak menyebabkan
ketidak seimbangan struktur dan fungsional ruang kota sekaligus
ketidak teraturan ruang kota.
Dalam implementasinya, pemanfaatan ruang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, sehingga apabila
nyata-nyata dirasakan terjadi.
Penyimpangan atau pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), maka Pemerintah Kota
Serang perlu untuk menyempurnakannya, baik dalam format evaluasi
maupun revisi supaya Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
36
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26 ……………
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Huruf a
Off site yaitu pengelolaan sampah yang dilakukan oleh sumber pada
lokasi tertentu dan mempunyai jarak yang cukup jauh.
Huruf b
38
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47 …………….
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
39
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74 ……………..
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
40
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas
NOMOR