Anda di halaman 1dari 40

1

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG


NOMOR TAHUN 2012

TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KECAMATAN SERANG DAN CIPOCOK JAYA
TAHUN 2012-2032

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SERANG,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (2), Peraturan Daerah


Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030, untuk
penetapan terhadap rencana struktur ruang wilayah
pusat pelayanan kota, perlu dibuat Rencana Detail Tata
Ruang perkecamatan, sebagai dasar bagi penyusunan
peraturan zonasi, untuk mewujudkan program utama
struktur ruang pusat pelayanan Kota Serang yang
dimulai sejak tahun 2012 sampai dengan Tahun 2015;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, menetapkan Peraturan Daerah
tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya Tahun
2012-2032;

Mengingat 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


: Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 98,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4748);

5. Undang-Undang …………
2

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembar negara
Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembar Negara Nomor
4828);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21);
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2011 tentang Penoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten Kota
10. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030
(Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2011 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Nomor 44);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SERANG
dan
WALIKOTA SERANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH KOTA SERANG TENTANG


RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN
ZONASI KECAMATAN SERANG DAN CIPOCOK JAYA
TAHUN 2012-2032.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Serang.
2. Walikota adalah Walikota Serang.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah DPRD Kota Serang.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur .............
3

7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem


jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki
hubungan fungsional.
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW
adalah rencana struktur tata ruang wilayah yang mengatur
struktur dan pola ruang wilayah.
11. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana rinci tata ruang yang mengatur struktur dan pola ruang
wilayah kecamatan.
12. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
14. Pemanfaatan ruang Kota adalah upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional dalam hal
ini Kota Serang.
17. Blok perencanaan adalah satuan wilayah perencanaan terkecil dalam
lingkup RDTR.
18. Batas blok perencanaan di Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocokjaya adalah batas administratif.
19. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budi daya.
20. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
21. Kawasan lindung setempat adalah kawasan perlindungan setempat
yang dikembangkan sebagai kawasan konservasi yang meliputi
pelestarian, perlindungan dan pemanfaatan plasma nutfah,
keanekaragaman hayati serta penyangga lingkungan perkotaan.
22. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai pengaruh
secara signifikan baik secara alamiah atau binaan terhadap fungsi
penampungan dan peresapan air hujan ke dalam tanah, sehingga
dapat membantu mengendalikan aliran air permukaan dan mencegah
banjir.
23. Kawasan …………..
4

23. Kawasan rawan bencana adalah kawasan dimana terdapat kondisi


atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan
untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
24. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
25. Kawasan pariwista adalah kawasan yang memiliki objek dengan daya
tarik wisata dan/atau kawasan yang mendukung upaya pelestarian
budaya, keindahan alam dan lingkungan.
26. Kawasan Pertanian adalah Kawasan yang dimaksudkan untuk
mendukung ketahanan pangan nasional juga dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan lapangan
kerja.
27. Kawasan Industri adalah lingkungan binaan kota yang berfungsi
mewadahi kegiatan-kegiatan industri dan pergudangan, terutama
industri berskala menengah dan besar, baik yang dikelola oleh swasta
ataupun pemerintah, yang ditetapkan berdasarkan RTRW.
28. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
29. Kawasan permukiman perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
30. Kawasan fasilitas pelayanan adalah kawasan yang disediakan untuk
penempatan berbagai macam fasilitas umum kota seperti fasilitas
pendidikan, kesehatan, peribadatan dan olah raga.
31. Kawasan fasilitas lingkungan adalah fasilitas penunjang yang
berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya, agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
32. Kawasan khusus adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional
provinsi atau kota, mempunyai nilai strategis atau dikembangkan
untuk menampung kegiatan yang sifatnya khusus dan penataan
ruangnya diprioritaskan.
33. Kawasan perumahan adalah wilayah dengan fungsi utama sebagai
permukiman yang meliputi bangunan, halaman dan jalan ke luar
masuk yang diperlukan untuk tempat tinggal.
34. Kawasan komersial adalah kawasan yang dikembangkan untuk
menampung berbagai kegiatan perdagangan dan jasa, baik aktivitas
perkantoran maupun pertokoan, yang didukung oleh berbagai sarana
kota sesuai dengan kedudukan kawasan yang bersangkutan dalam
struktur kota.
35. Kawasan campuran adalah kawasan permukiman yang dikembangkan
untuk mewadahi kegiatan campuran hunian dengan kegiatan non-
hunian, seperti kegiatan komersial dan industri.

36. Ruang …………….


5

36. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah ruang
yang direncanakan untuk kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan
dan aktivitas bersama di open space (udara terbuka) yang juga
merupakan zona yang ditujukan untuk mempertahankan/ melindungi
lahan untuk rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan dan untuk
dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya.
37. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah
ruang yang direncanakan untuk kebutuhan akan tempat-tempat
pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka yang berupa taman
dengan perkerasan.
38. RTH sempadan sungai adalah jalur hijau yang terletak di bagian kiri
dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi
sungai dan kelestariannya.
39. RTH sempadan jaringan transportasi nasional adalah kawasan atau
jalur hijau di sepanjang jaringan transportasi nasional.
40. RTH sempadan jaringan energi nasional adalah garis batas luar
pengaman untuk mendirikan bangunan dan/atau pagar yang ditarik
pada jarak tertentu sejajar dengan as jaringan tenaga listrik atau pipa
gas.
41. Zona pertanian lahan basah adalah kawasan yang fungsi utamanya
untuk kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi
topografi tanah yang sesuai.
42. Zona pertanian lahan kering adalah kawasan yang dimanfaatkan bagi
kegiatan pertanian lahah kering, didukung oleh kondisi topografi
tanah yang sesuai.
43. Zona perkebunan adalah kawasan tanaman tahunan yang merupakan
kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan
perkebunan.
44. Zona industri ringan adalah kawasan yang dikembangkan untuk
aktivitas industri non limbah, penyimpanan, pergudangan dan
disribusi.
45. Zona Pemerintahan adalah kawasan yang dikembangkan secara
khusus untuk mewadahi aktivitas Pemerintahan.
46. Zona stasiun kereta api adalah tempat kereta api berangkat dan
berhenti untuk melayani naik dan turunnya penumpang dan/atau
bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan operasi kereta api.
47. Zona pergudangan tertutup adalah zona pergudangan tertutup adalah
kawasan yang dikembangkan untuk penggunaan yang terkait dengan
penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar dalam jangka waktu
lama dan pendek, termasuk juga penyimpanan oleh perorangan dalam
kompartemen penyimpanan terpisah;
48. Zona pergudangan terbuka adalah kawasan yang dikembangkan
untuk penggunaan yang berhubungan dengan penyimpanan
peralatan besar atau produk-produk atau bahan-bahan dalam jumlah
besar di ruang terbuka;
49. Zona pergudangan tertutup adalah kawasan yang dikembangkan
untuk penggunaan yang berhubungan dengan penyimpanan
peralatan besar atau produk-produk atau bahan-bahan dalam jumlah
besar di ruang tertutup;
50. Koefisien …………….
6

50. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah


angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah
perencanaan.
51. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah
besaran ruang yang dihitung dari angka perbandingan jumlah luas
lantai dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan/persil yang
dikuasai sesuai rencana kota.
52. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
dan luas tanah perpetakan/persil yang dikuasai sesuai rencana kota.
53. Koefisien Tapak Basement yang selanjutnya disingkat KTB adalah
angka prosentase luas tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi
dinding terluar bangunan di bawah permukaan tanah terhadap luas
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai.
54. Koefisien Wilayah Terbangun yang selanjutnya disingkat KWT adalah
angka prosentase luas kawasan atau blok peruntukan yang terbangun
terhadap luas kawasan atau luas blok peruntukan seluruhnya di
dalam suatu kawasan atau blok peruntukan yang direncanakan.
55. Garis sempadan adalah garis batas luar pengaman untuk mendirikan
bangunan dan/atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar
dengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran,
kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel kereta
api, jaringan tenaga listrik, pipa gas.
56. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis
Sempadan Jalan yang ditetapkan dalam rencana kota.
57. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adalah garis
rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana kota.
58. Garis Sempadan Pagar yang selanjutnya disingkat GSP adalah garis
tempat berdirinya pagar pada batas persil yang dikuasai.
59. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan
kawasan permukiman daerah dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
yang meliputi jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran
air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik dan telekomunikasi.
60. Sarana adalah kelengkapan kawasan permukiman daerah yang
berupa fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga,
pemerintahan dan pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan
kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka, serta pemakaman
umum.
61. Fasilitas Lingkungan yang selanjutnya disebut Sarana Lingkungan
adalah sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
62. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
63. Intensitas bangunan adalah perbandingan jumlah luas/seluruh lantai
terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana ruang
Kota.
64. intensitas …………….
7

64. Intensitas pemanfaatan lahan adalah perbandingan jumlah luas


seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah
perencanaan yang sesuai dengan rencana ruang Kota.
65. Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang
ditentukan berdasarkan pengaturan KLB, KDB dan ketinggian
bangunan tiap kawasan bagian wilayah kota sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota.
66. Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahun adalah
petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi program,
prakiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana dan
waktu pelaksanaan, dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang
yang sesuai dengan rencana tata ruang.
67. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah
bagian dari kota dan/atau kawasan strategis kota yang akan atau
perlu disusun rencana rincinya.
68. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat Sub BWP
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri
dari beberapa blok.
69. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengembalian keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
70. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
71. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat
limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3.
72. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat
RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk mengarahkan jalanya pembangunan sejak
dini, mengendalikan pertumbuhan dan perubahan fisik suatu
lingkungan/kawasan, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif,
tepat guna dan spesifik setempat.
73. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL
adalah tempat pengelolaan limbah industri secara masal pada suatu
tempat yang dihubungkan oleh jaringan distribusi khusus.
BAB II
LINGKUP WILAYAH, KEDUDUKAN DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Lingkup Wilayah
Pasal 2
(1) Lingkup Wilayah Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
merupakan daerah dengan batas berdasarkan aspek administratif
dengan dan fungsi mencakup seluruh wilayah daratan seluas 5.742,l5
(lima ribu koma tujuh ratus empat puluh dua koma lima belas) hektar.

(2) Batas ……………….


8

(2) Batas wilayah daerah terdiri atas:


a. sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Kasemen;
b. sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug dan
Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang;
c. sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Walantaka;
d. sebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Taktakan.
(3) Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tercantum pada Peta dalam Lampiran I,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 3
Kedudukan RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya yang
merupakan rencana rinci penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Serang 2010 – 2030.
Bagian Ketiga
Fungsi
Pasal 4
Fungsi RDTR dan peraturan zonasi terdiri dari:
a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kota berdasarkan RTRW;
b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
e. acuan dalam penyusunan RTBL.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 5
Tujuan penataan ruang RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya adalah mewujudkan Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya sebagai pusat pelayanan Kota Serang yang berbasis fungsi
primer pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa dan fungsi sekunder
perumahan, pertanian lahan kering serta pariwisata buatan, yang
produktif dan berkelanjutan serta pengembangan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai.
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 6
Kebijakan penataan ruang RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya, terdiri atas:
a. mengembangkan pusat pelayanan agar lebih efektif dan kompetitif
dengan mengembangkan fungsinya secara berhierarki dan dilengkapi
dengan prasarana dan sarana penunjangnya;
b. peningkatkan akses ke kawasan permukiman secara merata;
c. peningkatan ……………….
9

c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan


infrastruktur yang terpadu dan merata di seluruh kawasan.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 7
(1) Strategi untuk mengembangkan pusat pelayanan agar lebih efektif
dan kompetitif dengan mengembangkan fungsinya seara berhierarki
dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjangnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas:
a. mengembangkan Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya sebagai
pusat pelayanan dengan fungsi utama pemerintahan,
perdagangan dan jasa;
b. membatasi perkembangan kegiatan permukiman di kawasan
sempadan sungai, sempadan rel, sempadan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), sempadan tol, Sempadan jalan.
c. mengembangkan potensi wisata dan kebudayaan Banten;
d. mengembangkan permukiman dan perumahan berwawasan
lingkungan di wilayah utara, timur dan selatan.
(2) Strategi untuk meningkatkan akses ke kawasan permukiman secara
merata dan berhierarki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
b, terdiri atas:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana antar kelurahan dan
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan (environmentally sustainable
transportation);
b. meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi
kegiatan antar kawasan;
c. meningkatkan pelayanan transportasi yang mendukung tumbuh
dan berkembangnya kawasan;
d. mengembangkan sistem transportasi masal;
(3) Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan
jaringan prasarana dan infrastruktur yang terpadu dan merata di
seluruh kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c,
terdiri atas:
a. mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi jalan
dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan
kawasan;
b. mengembangkan jaringan prasarana telekomunikasi yang
diutamakan pada kawasan komersial, industri, fasilitas umum,
dan permukiman;
c. meningkatkan pelayanan jaringan prasarana energi secara
optimal dan efisien;
d. mengembangkan pengelolaan jaringan prasarana sumberdaya air
sebagai upaya penyediaan sumber air baku dan pengendalian
banjir;
e. meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem pengelolaan air
minum;

f. mengembangkan …………..
10

f. mengembangkan sistem pengelolaan air limbah domestik dan non


domestik;
g. mengembangkan tempat pembuangan sampah terpadu dan
meningkatkan pelayanan dan optimalisasi sistem persampahan;
h. mengembangkan sistem drainase;
i. mengembangkan jalur pedestrian sepanjang jalur utama kota,
kawasan komersial dan fasilitas umum.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Rencana pola ruang Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
dengan luas 5.742,15 (lima ribu koma tujuh ratus empat puluh dua
koma lima belas) hektar terdiri atas:
a. rencana kawasan lindung seluas 275,56 (dua ratus tujuh puluh
lima koma lima puluh enam) hektar atau 4,80 % (empat koma
delapan puluh) persen; dan
b. rencana kawasan budidaya seluas 5.466,59 (lima ribu empat
ratus enam puluh enam koma lima puluh sembilan) hektar atau
95,20 % (sembilan puluh lima koma dua puluh) persen.
(2) Rencana pola ruang Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:5.000 dan tabel luas pola ruang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 9
Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),
huruf a, terdiri atas:
a. kawasan perlindungan setempat;
b. kawasan ruang terbuka hijau;
c. kawasan cagar budaya; dan
d. kawasan rawan bencana.
Pasal 10
Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf a, yaitu zona sempadan sungai seluas 100,66 (seratus koma enam
puluh enam) hektar.

Pasal 11
Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
huruf b, terdiri atas:
a. zona jalur hijau seluas 26,05 (dua puluh enam koma nol lima) hektar;
b. zona taman seluas 13,68 (tiga belas koma enam puluh delapan) hektar;
c. zona pemakaman seluas 46,82 (empat puluh enam koma delapan dua)
hektar;
d. zona sempadan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) seluas
69,24 (enam puluh sembilan koma dua puluh empat) hektar; dan

e. zona …………..
11

e. zona sempadan pipa gas seluas 15,99 (lima belas koma sembilan puluh
sembilan) hektar.
Pasal 12
Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c,
zona cagar budaya seluas 3,11 (tiga koma sebelas) hektar.

Pasal 13
Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d,
zona rawan banjir seluas 64,57 (enam puluh empat koma lima puluh
tujuh) hektar.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 14
Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b, terdiri atas:
a. kawasan perumahan;
b. kawasan perdagangan dan jasa;
c. kawasan kantor pemerintahan;
d. kawasan industri;
e. kawasan ruang terbuka non hijau;
f. kawasan pertanian;
g. kawasan sarana pelayanan umum; dan
h. kawasan pertahanan dan keamanan;

Pasal 15
Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a,
terdiri atas:
a. zona perumahan kepadatan tinggi seluas 1.379,8 (seribu tiga ratus
tujuh puluh sembilan koma delapan) hektar;
b. zona perumahan kepadatan sedang seluas 2.241,71 (dua ribu dua
ratus empat puluh satu koma tujuh puluh satu) hektar; dan
c. zona perumahan kepadatan rendah seluas 1.209,16 (seribu dua ratus
sembilan koma enam belas) hektar.

Pasal 16
Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf b, zona perdagangan dan jasa seluas 386,81 (tiga ratus delapan
puluh enam koma delapan satu) hektar.

Pasal 17
Kawasan kantor pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf c, zona kantor pemerintah seluas 35,54 (tiga puluh lima koma lima
puluh empat) hektar.

Pasal 18
Kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d, zona
industri rumah tangga seluas 32,06 (tiga puluh dua koma nol enam)
hektar.

Pasal 19
Kawasan ruang terbuka non hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf e, yaitu zona ruang terbuka non hijau seluas 0,86 (nol koma
delapan puluh enam) hektar.

Pasal 20 …………….
12

Pasal 20
Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf f, zona
pertanian seluas 95,27 (sembilan puluh lima koma dua puluh tujuh)
hektar.
Pasal 21
Kawasan sarana pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf g, terdiri atas:
a. zona sarana pendidikan seluas 42,21 (empat puluh dua koma dua
puluh satu) hektar;
b. zona sarana kesehatan seluas 9,42 (Sembilan koma empat puluh dua)
hektar;
c. zona sarana ibadah seluas 3,28 (tiga koma dua puluh delapan) hektar;
d. zona sarana olahraga seluas 9,40 (Sembilan koma empat puluh)
hektar; dan
e. zona transportasi seluas 6.66 (enam koma enam puluh enam) hektar.
Pasal 22
Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf h, zona militer seluas 12,92 (dua belas koma sembilan puluh
dua) hektar.
BAB V
RENCANA JARINGAN PRASARANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 23
Rencana jaringan prasarana Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok
Jaya terdiri atas:
a. rencana pengembangan jaringan pergerakan;
b. rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan;
c. rencana pengembangan jaringan telekomunikasi;
d. rencana pengembangan jaringan air minum;
e. rencana pengembangan jaringan drainase;
f. rencana pengembangan jaringan air limbah; dan
g. rencana pengembangan prasarana khusus dan tambahan.

Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Pasal 24
(1) Rencana pengembangan jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf a, terdiri atas:
a. rencana sistem jaringan jalan;
b. rencana pengaturan lalulintas;
c. rencana prasarana pendukung transportasi;
d. rencana rute angkutan; dan
e. rencana penanganan titik kemacetan
(2) Rencana pengembangan jaringan pergerakan Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 25 ………………
13

Pasal 25
Rencana sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf a, terdiri atas:
a. rencana pembangunan jalan baru yaitu poros dari Pintu Tol Serang
Timur menuju Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
Kecamatan Curug;
b. rencana jalan arteri sekunder yaitu Jalan. Jenderal Ahmad Yani,
Jalan. Mayor Syafei dan Jalan. Raya Serang-Pandeglang;
c. rencana jalan kolektor sekunder Jalan. Raya Cipetir, Jalan. Raya
Palima, Jalan. Syekh Mohammad Nawawi Al Bantani, Jalan. Kolonel
Haji TB Suwandi, Jalan. Warung Jaud dan Jalan. Banten; dan
d. rencana jalan lokal yaitu jaringan jalan penghubung antar lingkungan
di dalam Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya, dengan pengaturan
garis sempadan adalah daerah milik jalan (Right of Way) 11 (sebelas)
meter dengan GSP 5,5 (lima koma lima) meter dari as jalan dan GSB 4
(empat) meter dari GSP.
Pasal 26
(1) Rencana pengaturan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 huruf b yaitu penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan
dan/atau perintah bagi pemakai jalan;
(2) Rencana pengaturan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 27
(1) Rencana prasarana pendukung transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 huruf c, penetapan dan peletakan halte, penetapan
rambu-rambu lalulintas jalan, penerangan jalan dan sistem
perparkiran;
(2) Rencana prasarana pendukung transportasi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
Pasal 28
(1) Rencana rute angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
d, penataan arus menerus dan penataan arus internal.
(2) Rencana rute angkutan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 29
(1) Rencana penanganan titik kemacetan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf e, pelebaran jalan, penataan bahu jalan, pembangunan
jembatan layang dan pembukaan akses baru.
(2) Rencana penanganan titik kemacetan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 30
(1) Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf b, terdiri atas:
a. kebutuhan listrik untuk perumahan besar tahun 2032 sekitar
16.951.000 Volt Amper;
b. kebutuhan listrik untuk perumahan sedang tahun 2032 sekitar
30.048.200 Volt Amper;
c. kebutuhan listrik untuk perumahan kecil tahun 2032 sekitar
41.602.500 Volt Amper;
d. kebutuhan listrik untuk kegiatan sosial ekonomi tahun 2032 sekitar
35.440.680 Volt Amper; dan
e. kebutuhan …………….
14

e. kebutuhan listrik untuk penerangan jalan tahun 2032 sekitar


13.290.255 Volt Amper;
(2) Rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan Kecamatan Serang
dan Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Pasal 31
(1) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf c, terdiri atas:
a. rencana sambungan telepon melalui kabel yang ditempatkan di
daerah manfaat jalan; dan
b. rencana sambungan telepon non kabel.
(2) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi Kecamatan Serang
dan Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Pasal 32
(1) Rencana pengembangan jaringan air minum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf d, terdiri atas:
a. pembangunan sistem baru untuk melayani daerah yang belum
terlayani;
b. rencana peningkatan kapasitas produksi air bersih; dan
c. rencana perbaikan, pemeliharaan dan rehabilitasi terhadap
kapasitas sistem transmisi dan distribusi;
(2) Rencana pengembangan jaringan air minum Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Pasal 33
(1) Rencana pengembangan jaringan drainase sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf e, terdiri atas:
a. jaringan drainase yang akan direncanakan mengikuti pola jaringan
jalan dan pola aliran air yang ada dengan mernperhatikan
kemiringan lahan kawasan;
b. rehabilitasi untuk memperbaiki sistem drainase yang sudah ada
sehingga dapat memenuhi kapasitas desain pada tingkat pelayanan
tertentu;
c. peningkatan dimensi saluran;
d. sistem drainase atau sistem penyaluran air hujan suatu sistem
penyaluran yang dibuat agar air hujan dapat mengalir langsung ke
badan air penerima tanpa menimbulkan permasalahan semacam
genangan atau banjir;

e. sistem ………………
15

e. sistem penyaluran air hujan di wilayah perencanaan dibuat secara


terpisah dengan saluran air limbah namun tercampur dengan
saluran air bekas cucian dari dapur dan kamar mandi;
f. sistem saluran yang direncanakan adalah sistem saluran terbuka;
dan
g. sistem saluran tertutup khusus dikembangkan pada daerah
perdagangan, jasa dan perumahan kepadatan tinggi.
(2) Rencana pengembangan jaringan drainase Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Pasal 34
(1) Rencana pengembangan jaringan air limbah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf f, terdiri atas:
a. rencana pengelolaan air limbah domestik yaitu pembangunan
tangki septik komunal, pengembangan sistem off sites sanitation,
revitalisasi dan pemanfaatan IPAL dan Instalasi Pengelolaan Limbah
Terpadu, pembangunan saluran penampung buangan rumah
tangga (sewerage system) dan pembangunan IPAL domestik,
penambahan Mandi Cuci Kakus (MCK) umun di daerah yang minim
sarana sanitasi dan di daerah yang padat dan kumuh, serta
peningkatan kesadaran masyarakat untuk mau membangun dan
menggunakan Mandi Cuci Kakus (MCK) pribadi maupun umum
untuk mengurangi beban limbah domestik di badan air penerima;
dan
b. rencana pengelolaan limbah industri yaitu pembangunan IPAL
terpadu di zona-zona industri, pembangunan dan optimalisasi IPAL
industri, pembangunan IPAL industri kecil terpadu, penerapan
manajemen produksi bersih pada industri, peningkatan kesadaran
pelaku industri dalam peningkatan pengelolaan air limbah,
penerapan program manager pengendali polusi (MPP) atau
environmental pollution control manager (EPCM) di industri, serta
penerapan secara ketat effluent standard dan stream standard
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Rencana pengembangan jaringan air limbah Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 35
(1) Rencana pengembangan prasarana khusus dan tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf g, yaitu rencana
pengelolaan persampahan;
(2) Rencana pengelolaan persampahan terdiri atas:
a. pengelolaan sampah secara off site melalui pengumpulan sampah,
pengumpulan sampah, pemindahan sampah dan pengangkutan
sampah;
b. pemisahan sampah organik dan anorganik;
c. penambahan kapasitas sarana pengumpulan sampah; dan
d. penerapan …………….
16

d. Penerapan teknologi instalasi pengolahan sampah terpadu.


(3) Rencana pengelolaan persampahan Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VI
RENCANA PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
Rencana penetapan sub BWP yang diprioritaskan merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.
Bagian Kedua
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Pasal 37
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu
kawasan perdagangan pusat kota yang terdapat di Kelurahan Kota Baru,
Kelurahan Cimuncang.
Pasal 38
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi baru
kawasan perdagangan pusat kota yang terdapat di Kelurahan Cipare,
Kelurahan Kagungan, Kelurahan Sumur Pecung, Kelurahan Banjar Sari,
Kelurahan Banjar Agung dan Kelurahan Penancangan.

BAB VII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 39
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang Indikasi program bertujuan untuk
mengatur implementasi pemanfaatan ruang di Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya sebagaimana rencana struktur ruang dan
rencana peruntukan ruang.
(2) Indikasi program memuat tentang:
a. jenis program pembangunan;
b. kegiatan pembangunan;
c. jadwal pelaksanaan pembangunan;
d. sumber dana pembangunan; dan
e. pihak pelaksana pembangunan.
(3) Jenis program pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, meliputi:
a. pengaturan distribusi penduduk;
b. pengembangan pusat-pusat kegiatan;
c. pembangunan prasarana wilayah;
d. pembangunan utilitas.
(4) Indikasi program pemanfaatan ruang Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya disajikan pada Lampiran XI yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VIII …………….


17

BAB VIII
RENCANA PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 40
(1) Peraturan Zonasi Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya
memuat ketentuan mengenai:
a. peta zonasi (zoning map); dan
b. aturan zonasi (zoning text).
(2) Peta zonasi (zoning map) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. nama blok; dan
b. nama peruntukan zona.
(3) Aturan zonasi (zoning text) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, meliputi:
a. aturan teknis zonasi;
b. aturan pelaksanaan;
c. aturan dampak pemanfaatan ruang;
d. peran serta masyarakat.

Bagian Kedua
Peta Zonasi
Pasal 41
(1) Nama blok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a,
dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik pemanfaatan ruang/lahan yang sama;
b. batasan fisik seperti jalan, gang, sungai, brandgang atas batas
kapling;
c. administrasi wilayah;
d. orientasi bangunan; dan
e. lapis bangunan.
(2) Batas blok yang digunakan merupakan batas administrasi wilayah;
(3) Pembagian dan penamaan blok yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
a.
BWP 1 Kecamatan Serang
Serang
b.
BWP 2 Kecamatan Serang
Cipare
c.
BWP 3 Kecamatan Serang
Sumurpecung
d.
BWP 4 Kecamatan Serang
Cimuncang
e.
BWP 5 Kecamatan Serang
Kotabaru
f.
BWP 6 Kecamatan Serang
Lontarbaru
g.
BWP 7 Kecamatan Serang
Kagungan
h. BWP 8 Lopang Kecamatan Serang
18

i.
BWP 9 Kecamatan Serang
Unyur
j.
BWP 10 Kecamatan Serang
Kaligandu
k.
BWP 11 Kecamatan Serang
Terondol
l.
BWP 12 Kecamatan Serang
Sukawana
m.
BWP 13 Kecamatan Cipocok Jaya
Gelam
n. BWP 14 ………….
n.
BWP 14 Kecamatan Cipocok Jaya
Dalung
o.
BWP 15 Kecamatan Cipocok Jaya
Tembong
p.
BWP 16 Kecamatan Cipocok Jaya
Karundang
q.
BWP 17 Kecamatan Cipocok Jaya
Cipocok Jaya
r.
BWP 18 Kecamatan Cipocok Jaya
Banjarsari
s.
BWP 19 Kecamatan Cipocok Jaya
Banjaragung
t.
BWP 20 Kecamatan Cipocok Jaya
Panancangan

Pasal 42
(1) Penamaan zona sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 ayat (2) huruf
b, terdiri dari:
a. kode zona kawasan lindung; dan
b. kode zona kawasan budidaya
(2) Kode zona kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditetapkan sebagai berikut:
a. kode PS-2 : zona sempadan sungai;
b. kode RTH : zona ruang terbuka hijau;
c. kode RTH-1.7 : zona jalur hijau;
d. kode RTH-1.8 : zona Pemakaman;
e. kode PS-4 : zona sempadan SUTET;
f. Kode SC : cagar budaya; dan
g. Kode RB : rawan banjir.
(3) Kode zona kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, ditetapkan sebagai berikut:
a. kode R-1 : zona perumahan kepadatan tinggi;
b. kode R-2 : zona perumahan kepadatan sedang;
c. kode R-3 : zona perumahan kepadatan rendah;
d. kode KP : zona komersil dan perdagangan;
e. kode KJ : zona komersil jasa;
f. kode KT : zona kantor pemerintah;
19

g. kode I : zona industry;


h. kode RTNH : zona ruang terbuka non hijau;
i. kode PL : zona pertanian; dan
j. kode SPU : sarana pelayanan umum.
Pasal 43
Peta zonasi Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya disajikan
pada Lampiran XII sampai dengan Lampiran XXXI yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1
Aturan Teknis Zonasi
Pasal 44
Aturan teknis zonasi terdiri dari:
a. aturan kegiatan pemanfaatan ruang;
b. aturan intensitas dan tata masa bangunan;
c. aturan prasarana minimum; dan
d. aturan lainya.

Paragraf 2 …………..

Paragraf 2
Aturan Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Pasal 45
Aturan kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 huruf a, mengatur diizinkan atau tidak diizinkannya setiap jenis
kegiatan pemanfaatan ruang dalam suatu peruntukan zona tertentu.
Pasal 46
Jenis – jenis kegiatan pemanfaatan ruang di Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a,
meliputi:
a. kegiatan perumahan terdiri dari:
1. rumah tunggal;
2. rumah susun rendah;
3. rumah susun sedang; dan
4. rumah deret/kopel.
b. kegiatan perdagangan dan jasa terdiri dari penjual barang-barang
berikut:
1. bahan material bangunan;
2. perlengkapan bangunan;
3. pembuatan pager/tralis;
4. peralatan elektronik besar;
5. peralatan elektronik gadget;
6. kelontong dan kebutuhan sehari-hari;
7. peralatan rumah tangga non elektronik;
8. kebutuhan pokok, pakaian dan asesoris;
9. furnitur;
10. farmasi dan bahan kimia;
11. hewan peliharaan dan kebutuhannya;
12. peralatan dan pasokan pertanian, penjualan tanaman;
20

13. kebutuhan perkantoran;


14. alat musik/alat olahraga/alat pancing;
15. pasar;
16. stasiun pengisian bahan bakar umum;
17. agen/distributor bahan bakar;
18. onderdil kendaraan;
19. tempat pajangan (showroom);
20. fasilitas pengumpul besar;
21. fasilitas pengumpul kecil;
22. perkantoran swasta;
23. jasa pegadaian;
24. jasa keuangan dan perbankan;
25. jasa transportasi;
26. jasa bidang pendidikan;
27. studio seni dan budaya;
28. jasa kesehatan/kecantikan;
29. jasa usaha makanan dan minuman;
30. jasa ……………
30. jasa elektronik;
31. jasa pemakaman dan penitipan jenasah;
32. jasa perawatan dan perbaikan;
33. jasa pencucian kendaraan;
34. jasa penginapan;
35. studio;
36. penitipan hewan;
37. klinik hewan;
38. fasilitas penitipan anak;
39. fasilitas rekreasi privat;
40. kegiatan rekreasi keluarga;
41. rumah toko (ruko);
42. rumah kantor (rukan);
43. kondotel (kondominium hotel);
c. kegiatan ruang terbuka terdiri:
1. taman bermain;
2. taman kota;
3. taman skala kecamatan;
4. taman skala kelurahan;
5. taman skala rukun warga;
6. taman skala rukun tetangga;
7. taman rekreasi;
8. tempat pemakaman umum; dan
9. jalur hijau.
d. kegiatan industri terdiri dari:
1. industri ringan polutif yang terdiri dari rumah potong hewan,
pengolahan ban bekas, pengomposan bahan-bahan organik,
pengolahan hasil daur ulang;
21

2. industri ringan non polutif yang terdiri dari pengolahan buangan


komersil, pabrik dan pergudangan.
e. kegiatan transportasi terdiri dari:
1. pangkalan kendaraan komersil;
2. lapangan parkir dan gedung parkir;
3. terminal;
4. stasiun.
f. kegiatan pelayanan terdiri dari:
1. pendidikan anak usia dini;
2. taman kanak-kanak;
3. sekolah dasar;
4. sekolah lanjutan (sekolah menengah pertama, madrasyah
tsanawiyah, pesantren, sekolah menengah umum, madrasyah
aliyah, sekolah menengah kejuruan);
5. sekolah terusan;
6. rumah sakit (bersalin/ibu dan anak);
7. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS);

8. balai …………….
8. balai pengobatan;
9. ruang pertemuan dan pertunjukan;
10. lapangan golf dan (driving range);
11. lapangan olahraga;
12. kolam renang dan gedung olah raga,
13. kebun binatang; dan
14. wahana rekreasi.
g. kegiatan pertahanan, keamanan dan pemerintahan terdiri dari:
1. kantor kecamatan;
2. kantor kelurahan;
3. kantor pos;
4. kantor polisi sektor/polisi sektor kota; dan
5. komando rayon militer.
h. kegiatan pertanian terdiri dari sawah, ladang, kebun, perikanan,
tambak, kolam, tempat pelelangan ikan, perternakan, kandang hewan,
lapangan pengembalaan, pengolahan hasil pertanian dan pergudangan
hasil panen.
Pasal 47
(1) Aturan kegiatan pemanfaatan ruang terdiri dari 4 kategori izin, yaitu:
a. kegiatan pemanfaatan ruang dizinkan, karena sifatnya sesuai
dengan peruntukan lahan yang direncanakan;
b. kegiatan pemanfaatan ruang diizinkan secara terbatas melalui
pembatasan pengoperasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. kegiatan pemanfaatan ruang diizinkan dengan persyaratan berupa
dokumen AMDAL dan UKL-UPL untuk mengurangi gangguan
lingkungan;
d. kegiatan pemanfaatan ruang tidak diizinkan.
22

(2) Aturan kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), terdapat pada Lampiran XXXII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 3
Aturan Intensitas Dan Tata Masa Bangunan
Pasal 48
(1) Aturan Intensitas pemanfaatan ruang dan tata masa bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b, mengatur tentang luas
perpetakan minimum, lebar petak, persyaratan jarak bebas, ketinggian
maksimum, koefisien dasar hijau, dan analisa terhadap dampak.
(2) Aturan intensitas pemanfaatan ruang dan tata masa bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdapat pada Lampiran XXXIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 4
Aturan Prasarana Minimum
Pasal 49
Aturan prasarana minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
huruf c, mengatur tentang:
a. prasarana jalan;
b. prasarana drainase;
c. prasarana ……………
c. prasarana air kotor dan limbah cair B3;
d. prasarana telekomunikasi; dan
e. prasarana kelistrikan.
Pasal 50
Prasarana jalan sebagaimana dimaksud dalam 49 huruf a, terdiri dari:
a. penyediaan area putaran untuk kendaraan besar;
b. penyediaan area parkir di dalam kavling;
c. penyediaan jalur lambat;
d. penyediaan area untuk pemberhentian sementara angkutan umum;
dan
e. penyediaan jalur pejalan kaki (pedestrian).
Pasal 51
Prasarana drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b,
terdiri dari:
a. penggunaan saluran terbuka;
b. penggunaan saluran tertutup ram; dan
c. penggunaan saluran tertutup.
Pasal 52
Prasarana air kotor dan limbah cair B3 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 49 huruf c, terdiri dari:
a. penyediaan tangki septik individual;
b. penggunaan septik tank komunal;
c. penggunaan saluran air kotor; dan
d. prasarana air limbah B3 merupakan penampungan limbah B3 untuk
dikirim ke perusahaan pengolah limbah industri B3.
Pasal 53
Prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf
d, mengatur tentang:
a. menara transmisi bersama; dan
23

b. menara tansmisi individual.


Pasal 54
Prasarana kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf e,
mengatur tentang:
a. penyediaan lampu penerangan jalan;
b. penyediaan lampu penerangan fasilitas umum; dan
c. penyediaan generator listrik.
Pasal 55
Aturan prasarana minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
disajikan pada Lampiran XXXIV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 5
Aturan Lainnya
Pasal 56
(1) Aturan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf d, terdiri
dari:
a. aturan tambahan; dan
b. aturan khusus.
(2) Aturan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
merupakan kelengkapan fasilitas dalam menunjang aktivitas hunian
pada lingkungan rumah susun.
(3) kelengkapan ……………
(3) Kelengkapan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), teridri dari:
a. bangunan hunian menempati lahan paling banyak 50 % (lima
puluh) persen;
b. bangunan fasilitas menempati lahan banyak 10 % (sepuluh) persen;
c. bangunan fasilitas ruang terbuka menempati paling sedikit 20 %
(dua puluh) persen; dan
d. bangunan prasarana lingkungan menempati lahan minimum 20 %
(dua puluh) persen.
(4) Aturan khusus sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ketentuan
yang mengatur pemanfaatan zona yang memiliki fungsi khusus dan
diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya.
(5) Komponen aturan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
meliputi:
a. zona cagar budaya atau adat;
b. zona rawan bencana;
c. zona Pertahanan Keamanan (HANKAM);
d. zona gardu induk listrik;
e. zona sumber air baku;
f. zona base transceiver station.
Bagian Ketiga
Aturan Pelaksanaan
Pasal 57
Aturan pelaksanaan terdiri dari:
a. aturan variansi;
b. aturan perubahan pemanfaatan ruang;
Pasal 58
Aturan variansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf a, terdiri
dari:
a. kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan ukuran;
24

b. kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan penggunaan;


c. kelonggaran/keluwesan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan;
dan
d. kelonggalaran/keluwesan terhadap penggunaan sementara.
Pasal 59
(1) Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan ukuran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 58 ayat huruf a, diberikan untuk
membebaskan pelaku pemanfaatan ruang dari aturan standar
peraturan zonasi.
(2) Kelonggaran/keluwesan yang dimaksud pada ayat (1), diberlakukan
pada suatu kawasan sebagai upaya untuk menghilangkan kesulitan
akibat keterbatasan kondisi fisik lahan.
Pasal 60
(1) Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan ukuran sebagaimana di
maksud dalam Pasal 58 ayat huruf a, terdiri dari:
a. kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan besaran kavling;
b. kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan KDB;
c. kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan tinggi bangunan; dan
d. kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan sempadan bangunan.
(2) kelonggaran ……………
(2) Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan besaran kavling
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diberikan pada
keterbatasan sebagai berikut:
a. batasan kepemilikan lahan tidak memungkinkan untuk diperluas
terkait dengan kavling yang berbatasan;
b. kelonggaran paling banyak 20 (dua puluh) persen dari luas kavling
yang ditetapkan, sehingga kavling paling sedikit yang diperbolehkan
dalam kawasan yang bersangkutan seluas 80 (delapan puluh)
persen dari luas kavling yang ditetapkan; dan
c. jumlah kavling yang tidak memenuhi ketentuan besaran kavling
dalam suatu zona sebanyak 20 (dua puluh) persen dari jumlah
seluruh kavling.
(3) Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan KDB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terhadap bangunan yang memiliki
KDB bangunan di atas batas paling banyak yang ditetapkan oleh
Peraturan Zonasi diberi kelonggaran sampai habisnya masa izin
bangunan tersebut.
(4) Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan tinggi bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, ditetapkan sebagai
berikut:
a. diberikan kepada pabrik terkait dengan desain
peralatan/permesinan;
b. diberlakukan kepada kawasan komersial perdagangan skala
regional yang terdapat di BWP 2, BWP 3, BWP 4, BWP 5, BWP 7;
c. kelonggaran paling banyak yang diberikan adalah 150 (seratus lima
puluh) persen dari ketinggian bangunan yang ditetapkan;
d. bangunan yang memiliki ketinggian di atas batas maksimum yang
ditetapkan oleh Peraturan Zonasi namun memiliki izin bangunan,
kelonggaran/keluwesan diberikan sampai habisnya masa izin
bangunan tersebut; dan
25

e. jumlah paling banyak kavling yang tidak memenuhi ketentuan


tinggi bangunan dalam suatu zona adalah 20 (dua puluh) persen
dari jumlah bangunan.
(5) Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan sempadan bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terhadap bangunan yang
memiliki sempadan bangunan lebih kecil dari ketetapan peraturan
zonasi namun memiliki izin bangunan diberi kelonggaran sampai
habisnya masa izin bangunan tersebut.

Pasal 61
Kelonggaran/keluwesan terhadap ketentuan penggunaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf b, diberikan pada bangunan yang
penggunaannya tidak sesuai dengan ketentuan peraturan zonasi namun
memiliki izin kegiatan diberi kelonggaran sampai habisnya masa izin
kegiatan tersebut dan tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan syarat
terdiri dari:
a. jenis penggunaan/kegiatan yang dilakukan tidak menggagu fungsi
zona;
b. tidak melakukan perubahan menjadi penggunaan/kegiatan lain; dan
c. menelantarkan kegiatan.

Pasal 63 ……………….

Pasal 62
Kelonggaran/keluwesan terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf c, ditetapkan sebagai
berikut:
a. kegiatan pembangunan fisik yang dilakukan dalam suatu kavling
terbebas dari ketentuan teknis peraturan zonasi seperti ketentuan KDB,
KLB, ketinggian bangunan, dan sempadan baangunan; dan
b. pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik bangunan tunggal tidak boleh
lebih dari 2 (dua) tahun, sedangkan untuk bangunan jamak tidak boleh
lebih dari 3 (tiga) tahun.

Pasal 63
Kelonggaran/keluwesan terhadap penggunaan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 huruf d, ditetapkan sebagai berikut:
a. penggunaan lahan yang sifatnya sementara seperti pameran, pasar
seni /pasar malam, pertunjukan dibebaskan dari ketentuan teknis
peraturan Zonasi seperti ketentuan KDB, KLB, ketinggian bangunan,
dan sempadan bangunan; dan
b.penggunaan lahan yang sifatnya sementara hanya boleh dilakukan
kurang dari 1 (satu) bulan.

Pasal 64
Aturan perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 57 huruf b terdiri dari:
a. ketentuan perubahan pemanfaatan ruang;
b.perubahan pemanfaatan ruang yang diizinkan;
c. bentuk izin perubahan pemanfaatan ruang; dan
d.jangka waktu izin perubahan pemanfaatan ruang.

Pasal 65
Ketentuan perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 huruf a terdiri dari:
26

a. perubahan di kawasan lindung tidak boleh mengganggu fungsi


lindung.
b. perubahan di kawasan budidaya ditetapkan sebagai berikut:
1. perubahan pemanfaatan ruang menjadi pemanfaatan dengan
tingkat gangguan yang lebih rendah dari penggunaan sebelumnya
dapat diperkenankan tanpa persyaratan ketat;
2. perubahan pemanfaatan ruang menjadi pemanfaatan dengan
tingkat gangguan yang lebih berat dari penggunaan sebelumnya
tidak dianjurkan;
3. perubahan pemanfaatan ruang menjadi pemanfaatan dengan
tingkat gangguan yang lebih berat hanya dapat diizinkan jika
manfaatnya lebih besar dari bebannya, mendapat persetujuan dari
pihak yang terkena dampak, serta membayar denda dan biaya
dampak yang ditentukan; dan
4. Perubahan pemanfaatan ruang dari lahan budidaya pertanian lahan
basah ke lahan bukan pertanian tidak diizinkan.

Pasal 66
Perubahan pemanfaatan ruang yang diizinkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 huruf b, diberikan pada kondisi sebagai berikut:
a. terdapat kesalahan peta dan/atau informasi dalam rencana tata ruang
kota;

b. pemanfaatan …………
b.pemanfaatan ruang yang baru bisa mencerminkan pertumbuhan
ekonomi kota;
c. pemanfaatan ruang yang baru bertujuan untuk antisipasi pertumbuhan
kegiatan ekonomi perkotaan yang cepat;
d.pemanfaatan ruang yang baru tidak mengurangi kualitas lingkungan;
e. pemanfaatan ruang yang baru tidak mengganggu ketertiban dan
keamanan;
f. pemanfaatan ruang yang baru tidak menimbulkan dampak yang
mempengaruhi derajat kesehatan;
g. pemanfaatan ruang yang baru memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemakmuran masyarakat dan tidak merugikan
masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah;
h.pemanfaatan ruang yang baru tidak merugikan pemanfaatan ruang di
sekitarnya; dan
i. tetap sesuai dengan azas perubahannya yaitu keterbukaan, persamaan,
keadilan, perlindungan hukum dan mengutamakan kepentingan
masyarakat golongan sosial ekonomi lemah.

Pasal 67
Bentuk izin perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 64 huruf c, terdiri dari:
a. izin perubahan pemanfaatan ruang bersyarat yaitu izin perubahan
pemanfaatan ruang yang disertai dengan persyaratan-persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pelaku kegiatan; dan
b.izin perubahan pemanfaatan ruang tanpa syarat yaitu izin perubahan
pemanfaatan ruang yang tidak disertai dengan persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi oleh pelaku kegiatan.

Pasal 68
Jangka waktu perubahan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 huruf d, ditetapkan sebagai berikut:
27

a. izin perubahan sementara diberikan pada perubahan kecil karena


adanya perkembangan kota paling lama 5 (lima) tahun; dan
b. izin perubahan tetap diberikan karena adanya perubahan muatan
Peraturan Zonasi Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya.

Bagian keempat
Aturan Dampak Pemanfaatan Ruang
Pasal 69
(1) Aturan dampak pemanfaatan ruang merupakan aturan tentang
dampak lingkungan.
(2) Aturan dampak lingkungan sebagaimana pada ayat (1), terdiri atas:
a. ketentuan AMDAL;
b. UKL-UPL.
Pasal 70
Ketentuan AMDAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf
a, meliputi:
a. AMDAL wajib dilakukan oleh setiap pembangunan dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan;
b. pembangunan dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL terdiri atas:
1. kegiatan yang mengakibatkan pengubahan bentuk lahan dan
bentang alam;
2. kegiatan yang mengeksploitasi sumber daya alam, baik yang
terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
3. kegiatan …………….
3. kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
4. kegiatan yang proses dan hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
5. kegiatan yang proses dan hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
6. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
7. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
8. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
9. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
c. jenis rencana usaha dan/atau kegiatan, dilengkapi dengan AMDAL.
d. dokumen AMDAL merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan
lingkungan hidup.
Pasal 71
Ketentuan UKL-UPL sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2)
huruf b, meliputi:
a. jenis pembangunan/kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL ditetapkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. jenis pembangunan/kegiatan tidak termasuk dalam kategori
berdampak penting;
2. kegiatan usaha mikro dan kecil.
b. usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, di atas wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
28

Pasal 72
(1) Setiap pembangunan dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan yang dilengkapi dengan
AMDAL atau UKL-UPL.
(2) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
Bagian kelima
Ketentuan Penerapan Peraturan Zonasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 73
Ketentuan penerapan peraturan zonasi terdiri atas:
a. aturan insentif dan disinsentif.
b.aturan perizinan.
c. sanksi.
d.hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat.
Paragraf 2
Aturan Insentif dan Disinsentif
Pasal 74
(1) Aturan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
huruf a, terdiri dari:
a. dasar pertimbangan aturan insentif dan disinsentif;
b. kriteria …………..
b. kriteria aturan insentif;
c. kriteria aturan disinsentif;
d. bentuk aturan insentif; dan
e. bentuk disinsentif.

(2) Dasar pertimbangan dalam aturan insentif dan disinsentif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari:
a. pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak
yang merugikan bagi pembangunan kota;
b. tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warga negara,
dimana masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
dan mempertahankan hidupnya; dan
c. tetap memperhatikan partisipasi masyarakat didalam proses
pemanfaatan ruang untuk pembangunan oleh masyarakat.
(3) Kriteria dalam penetapan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri dari:
a. mendorong pembangunan yang sejalan dengan rencana tata ruang;
b. mendorong pembangunan yang memberikan manfaat yang besar
kepada masyarakat; dan
c. mendorong partisipasi masyarakat dan pengembang dalam
pelaksanaan pembangunan.
(4) Kriteria dalam penetapan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, terdiri dari:
a. menghambat/membatasi pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang; dan
b. menimbulkan dampak negatif yang cukup besar bagi masyarakat di
sekitarnya.
(5) Bentuk aturan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
terdiri dari:
29

a. kemudahan izin;
b. penghargaan;
c. keringanan pajak;
d. kompensasi;
e. imbalan;
f. pola Pengelolaan;
g. subsidi prasarana;
h. bonus/insentif; dan
i. pengalihan hak membangun.
(6) Bentuk aturan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e, terdiri dari:
a. perpanjang prosedur;
b. perketat/tambah syarat;
c. pajak tinggi;
d. retribusi tinggi;
e. denda; dan
f. pembatasan prasarana.
(7) Aturan lebih lanjut mengenai insentif dan disinsentif diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.

Paragraph 3 ……………
Paragraf 3
Aturan Perizinan
Pasal 75
(1) Aturan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf b,
merupakan upaya untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
memiliki peluang menimbulkan gangguan.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 76
(1) Aturan perizinan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 Ayat (1), merupakan acuan bagi penertiban pemanfaatan
ruang pada tingkat operasional, yang diberikan pada pemanfatan
ruang, seperti izin prinsip, izin lokasi, Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), Izin gangguan (HO), dan Izin Tempat Usaha yang dijabarkan
secara rinci ke dalam RTBL dan rencana yang lebih rinci lainnya.
(2) Perizinan pemanfaatan ruang dapat diberikan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. perizinan diberikan terhadap kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
rencana pola ruang dan merujuk pada arahan peraturan zonasi;
b. proses perizinan untuk setiap kegiatan merujuk pada peraturan
perundang-undangan.
(3) Pemberi izin pemanfaatan ruang diberikan oleh Dinas yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 4
Sanksi
30

Pasal 77
(1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 huruf c, diberikan
terhadap:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang struktur
ruang dan pola ruang wilayah;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung,
kawasan budaya, sistem nasional dan provinsi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RDTR pusat pelayanan;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RDTR pusat pelayanan;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratkan izin
pemanfatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR pusat
pelayanan;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai
mililk umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin
yang diberikan oleh Walikota.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dikenakan sanksi pidana dan sanksi administratif.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
berupa:
a. peringatan …………..
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(4) Mekanisme pemanggilan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi
administratif dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 5
Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat
Pasal 78
Dalam kegiatan pemanfaatan ruang di Kecamatan Serang dan Kecamatan
Cipocok Jaya, masyarakat berhak:
a. berperan serta dalam proses penyusunan peraturan zonasi Kecamatan
Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya;
b.mengetahui secara terbuka RDTR Kecamatan Serang Dan Kecamatan
Cipocok Jaya;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai
akibat dari penataan ruang;
d.memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
tata ruang;
31

e. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap


pembangunan yang tidak sesuai dengan RDTR Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya;
f. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat yang
berwenang;
g. mengajukan gugatan ganti rugi kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
rencana tata ruang menimbulkan kerugian; dan
h.memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan
status tanah dan ruang udara yang semula dimiliki oleh masyarakat
sebagai akibat pelaksanaan RDTR Kecamatan Serang Dan Kecamatan
Cipocok Jaya, diselenggarakan dengan cara musyawarah untuk
mufakat.
Pasal 79
Masyarakat dalam kegiatan penataan ruang wilayah:
a. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
b. wajib menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Pasal 80
(1) Bentuk pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang
dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan ketentuan, kaidah,
baku mutu dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan.

(2) peraturan …………..


(2) Peraturan dan kaidah pemanfaatan ruang yang dipraktekkan
masyarakat secara turun temurun atau adat istiadat setempat dapat
diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup, estetika lingkungan, lokasi, struktur
ruang dan pola ruang.

Pasal 81
(1) Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah
meliputi:
a. pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah;
b. pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan
termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah
dan termasuk pelaksanaan tata ruang Kecamatan Serang dan
Kecamatan Cipocok Jaya;
c. pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam
penyusunan strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah
Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya;
d. pengajuan usulan keberatan dan perubahan rencana terhadap
rancangan RTRW.
e. kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan/atau bantuan
tenaga ahli; dan
f. terjaminnya usulan masyarakat dalam rencana tata ruang.
(2) Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang meliputi:
a. pemantauan terhadap pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan,
dan ruang udara serta ruang bawah tanah berdasarkan peraturan
perundang-undangan,agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
32

b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan


pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah;
c. memanfaatkan ruang sesuai dengan RDTR Kecamatan Serang Dan
Kecamatan Cipocok Jaya yang telah ditetapkan;
d. bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan dan/atau
kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian
fungsi lingkungan hidup.
(3) Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
meliputi:
a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala kecamatan Serang
dan Kecamatan Cipocok Jaya, termasuk pemberian informasi atau
laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud
dan/atau sumberdaya tanah, air, udara, dan sumberdaya lainnya;
dan
b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan
penertiban pemanfaatan ruang.
Pasal 82
(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Walikota.
(2) Tata cara peran serta masyarakat dalam pengendalian pemantauan
ruang disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Walikota dan
pejabat yang berwenang.
BAB IX …………..
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 83
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar
wilayah, dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Wilayah (BKPRD)
Kota Serang.
(2) Tugas, susunan organisasi dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah (BKPRD) Kota Serang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 84
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini, dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya


pelanggaran;
b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. memberhentikan seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d. melakukan penyitaan benda atau surat;
e. mengambil sidik jari tersangka dan memotretnya;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
g. mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
33

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk


dari penyidik Polisi Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup
bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan
pelanggaran dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal
tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarga;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan


dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada
Penuntut Umum melalui penyidik Pejabat Polisi Republik Indonesia,
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum
Acara Pidana.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berwenang
melakukan penangkapan dan/atau penahanan.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 85
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam pasal 79 huruf b, tidak
sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat berwenang, di
ancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah);

(2) tindak ……………


(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
pelanggaran ketidak sesuaian tata ruang yang telah ditetapkan
peruntukannya;
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah);
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
mengakibatkan kerugian harta benda atau kerusakan barang, pelaku
dipidana dengan penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda
paling banyak Rp.1.500.000.000 (satu miliar lima ratus juta rupiah);
(5) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp
5.000.000.000 (lima miliar rupiah);
(6) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), ayat (5), merupakan kejahatan.
Pasal 86
(1) Setiap pejabat Pemerintah Daerah yang berwenang yang menerbitkan
izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 79 ayat b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
34

(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku
dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak
dengan hormat dari jabatannya.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan
pelaksanaan dan perizinan yang berkaitan dengan penataan ruang yang
telah ada tetap belaku sepanjang tidak bertentangan.
Pasal 88
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, semua pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang untuk menyesuaikan.
(2) Pemanfaatan tata ruang sebelumnya, diberi masa batas waktu paling
lama 3 (tiga) tahun untuk menyesuaikan.
Pasal 89
(1) RDTR Kecamatan Serang dan Kecamatan Cipocok Jaya memiliki
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun sejak diundangkan.
(2) RDTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

BAB XIII ……………


BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 90
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembar Daerah Kota
Serang.

Ditetapkan di Serang
pada tanggal

WALIKOTA SERANG,

Tb. HAERUL JAMAN

Diundangkan di Kota Serang


Pada Tanggal

SEKRETARIS DAERAH
KOTA SERANG,
35

SULHI

LEMBARAN DAERAH KOTA SERANG TAHUN 2012


NOMOR.....

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KECAMATAN SERANG DAN CIPOCOK JAYA
TAHUN 2012-2032
I. UMUM
Bahwa perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor
pembangunan cenderung menimbulkan berbagai masalah
pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh adanya
peningkatan intensitas ruang, yang banyak menyebabkan
ketidak seimbangan struktur dan fungsional ruang kota sekaligus
ketidak teraturan ruang kota.
Dalam implementasinya, pemanfaatan ruang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, sehingga apabila
nyata-nyata dirasakan terjadi.
Penyimpangan atau pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), maka Pemerintah Kota
Serang perlu untuk menyempurnakannya, baik dalam format evaluasi
maupun revisi supaya Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
36

tersebut agar tetap aktual, mampu mengakomodir aktivitas kota dan


dapat dipedomani oleh setiap stakeholder dalam pembangunan kota.
Faktor yang menentukan dan menjadikan kegiatan peninjauan
kembali rencana tata ruang menjadi suatu aktivitas yang penting
untuk dilakukan secara berkala dalam proses penataan ruang adalah
karena adanya perubahan atau ketidaksesuaian atau adanya
penyimpangan yang mendasar antara rencana dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan, baik karena faktor internal, maupun faktor
eksternal
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9 …………….
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Huruf a.
Kawasan perumahan kepadatan tinggi adalah kawasan permukiman
yang dibangun oleh developer maupun swadaya masyarakat yang
diselenggarakan melalui konsep lingkungan hunian berimbang
(konsep 1 : 3 : 6). Secara fisik, bangunan rumah pada zona ini dapat
berupa rumah tunggal dan dapat berupa rumah deret.
Huruf b.
Kawasan perumahan kepadatan sedang adalah kawasan
permukiman yang diperuntukan bagi bangunan gedung bertingkat
yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
37

tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-


bersama dan tanah bersama.
Huruf c.
Kawasan perumahan kepadatan rendah merupakan kawasan
permukiman yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat dengan
pola dan bentuk bangunan yang bervariasi.

Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas

Pasal 26 ……………
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Huruf a
Off site yaitu pengelolaan sampah yang dilakukan oleh sumber pada
lokasi tertentu dan mempunyai jarak yang cukup jauh.
Huruf b
38

Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47 …………….
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
39

Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas

Pasal 74 ……………..
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
40

Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SERANG

NOMOR

Anda mungkin juga menyukai