201820401011111-Rizqi Dwi A-Muskuloskeletal Pain
201820401011111-Rizqi Dwi A-Muskuloskeletal Pain
Pembimbing
dr. Risma Karlina Pranawati, Sp.S., M.Biomed
Disusun Oleh :
Rizqi Dwi Admaja
201820401011111
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
Laporan Elektif yang berjudul “Nyeri Muskuloskeletal” dapat saya selesaikan. Laporan ini
disusun sebagai bagian dari proses belajar selama kepaniteraan klinik di stase elktif. Saya
menyadari bahwa laporan ini tidaklah sempurna, untuk itu saya mohon maaf atas segala
Saya berterima kasih kepada dokter pembimbing dr. Risma Karlina Pranawati, Sp.S.,
M.Biomed atas bimbingan dalam penyusunan laporan ini. Saya sangat menghargai segala
kritik dan saran sehingga laporan ini bisa menjadi lebih baik dan dapat lebih berguna bagi
pihak-pihak yang membacanya di kemudian hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
Pendahuluan...............................................................................................................................4
Klasifikasi Nyeri................................................................................................................................... 6
Komplikasi .......................................................................................................................................... 17
Prognosis..................................................................................................................................17
Kesimpulan...............................................................................................................................19
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
mencari pertolongan dokter. Nyeri merupakan gejala utama berbagai penyakit dan
gejala tambahan banyak keadaan atau kelainan lain serta sangat mempengaruhi
kualitas hidup dan status fungsional seseorang. Akhir-akhir ini penelitian terhadap
nyeri menarik minaat banyak bidang kesehatan. Di Amerika Serikat saat ini, Pain
(tusukan, terbakar, sakit), lokasi rangsangan nyeri, dan intensitas nyeri. Respon
emosional. Hal ini menjelaskan secara kolektif untuk sifat tidak menyenangkan
mempelajari nyeri menekankan sifat kompleks nyeri sebagai suatu keadaan fisik,
emosional, dan psikologis. Hal ini dikenali bahwa nyeri tidak harus berkorelasi
4
faktor-faktor kompleks yang mempengaruhi pengalaman nyeri maupun
rhizotomi, yang mungkin mengintensifkan nyeri atau membuat nyeri baru dan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut batasan yang digunakan oleh International Association for the Study
of Pain (IASP), nyeri adalah "an unpleasant sensory and emotional experience
damage".
psikogenik.
Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera atau intervensi bedah
dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai
ringan. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis,
setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini muncul,
6
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang
progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri
kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang
dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien
yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia
tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari. Misalnya nyeri
2. Nyeri sedang : adalah nyeri yang terus menerus, aktifitas terganggu, yang
7
3. Nyeri berat : adalah nyeri yang berlangsung terus menerus sepanjang hari,
penderita tak dapat tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu
tidur.
2.3 Patofisiologi
kimiawi yang melewati ambang rangsang tertentu. Rangsangan ini terdeteksi oleh
sebagai impuls saraf melalui serabut A delta yang bermielin, berkecepatan hantar
yang cepat dan bertanggung jawab terhadap nyeri yang cepat, tajam, terlokalisasi
serta serabut C yang tidak bermielin berkecepatan hantar saraf lambat dan
bertanggung jawab atas nyeri yang tumpul dan tidak terlokalisasi dengan jelas.
8
Berdasarkan mekanisme terjadinya, nyeri terbagi menjadi nyeri nosiseptif dan
nosiseptif dibagi menjadi nyeri viseral dan nyeri somatik. Nyeri viseral terjadi
akibat stimulasi nosiseptor yang berada di rongga abdominal dan rongga thoraks.
Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri somatik dalam dan nyeri kutaneus. Nyeri
somatik dalam berasal dari tulang, tendon, saraf dan pembuluh darah, sedang
Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau
trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf tepi,
dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau medula
spinalis.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
a. Serabut A delta
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila
b. Serabut C
9
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul
nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi
organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri
yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan
stimulus, penguat dan penghantar menuju sistem saraf pusat. Sensasi tersebut
(nyeri) ditandai dengan reseptor ambang tinggi yang dihantarkan oleh serabut
saraf bermielin yang lebih kecil (A delta) serta serabut saraf tak bermielin
(serabut C).
1. Transduksi
10
Proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik
prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma, histamin dari sel mast,
serotonin dari trombosit dan substansi P dari ujung saraf. Stimuli ini dapat
berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
2. Transmisi
Proses penerusan impuls nyeri dari tempat transduksi melalui nosiseptor saraf
perifer. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut saraf A delta dan serabut C
3. Modulasi
Melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desenden dari otak yang
4. Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari
11
Respons tubuh terhadap trauma atau nyeri adalah terjadinya reaksi endokrin
yang secara umum disebut sebagai respons stres. Respons stres ini sangat
merugikan pasien, karena selain akan menurunkan cadangan dan daya tahan
mortalitas.
Respon endokrin.
ini mempunyai efek langsung pada miokardium atau pembuluh darah dan
12
Katekolamin menimbulkan takikardia, meningkatkan kontraktilitas otot
dengan retensi Na dan air, maka timbullah resiko gagal jantung kongesti.
hipoksemia.
saluran cerna. Gangguan pasase usus sering terjadi pada penderita nyeri.
komplikasi trombosis.
13
2.4. Diagnosis Nyeri Neuropati
Anamnesis.
1. Menentukan jenis nyeri :nyeri neuropati atau bukan ? ini dapat diketahui
2. Asesmen
(NPIS), Visual analog scale (VAS), Faces pain rating scale (FPRS).
Keadaan umum
Tanda vital
Ekspresi wajah.
(ROM).
14
Pemeriksaan sensorik : defisit sensorik disamping nyeri,suhu, getar, posisi
dan raba
Status lokalis perlu juga diperiksa untuk menetukan ada tidaknya luka, massa,
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Penunjang
medialis, dll
dekompresi mikrovaskular
15
e. Rehabilitasi : meliputi terapi fisik dan psikologik
simptom (symptom-based)
Dari beragam jenis obat-obatan yang digunakan dalam terapi saat ini,
belum ditemukan obat pilihan unggulan (drug of choise) untuk terapi nyeri
adjuvan adalah obat-obat yang indikasi primernya bukan untuk mengobati nyeri,
mulai dari yang paling tidak invasif hingga yang paling invasif (terapi psikologik,
topikal, oral, injeksi dan intervensi). Terapi tidak harus mengikuti urutan ini,
perlu dapat dilakukan beberapa terapi bersamaan). Salah satu modalitas terapi
yang paling banyak digunakan adalah analgesik, mencakup analgetik non opioid
16
(OAINS/obat anti inflamasi non steroid, parasetamol dan tramadol) dan opioid
2.6 Komplikasi
Nyeri akut dapat berubah menjadi nyeri kronik, dimana insidensi nyeri
kronik pasca amputasi tungkai sekita 35-85%, pasca thorakotomi 22-67%, pasca
operasi payudara 31-80%, dan pasca operasi hernia 4-37%. Nyeri yang persisten
bantuan orang lain untuk buang air kecil dan buang air besar. Disamping dampak
Sebagian besar kerugian disebabkan oleh hilangnya jam kerja dan biaya
2.7 Prognosis
fungsi atau mengalami gangguan fungsional dan memiliki prognosis yang lebih
buruk untuk bias bekerja di masa yang akan datang (Miro J. et al,2012). Untuk
hanya pada 1/3 dari seluruh pasien. Oleh karena itu, penanganan nyeri sebaiknya
17
dilakukan sedini mungkin dengan optimal dan rasional dengan tujuan mengurangi
18
BAB 3
KESIMPULAN
yaitu :
Kedua, bahwa perasaan yang sama dapat juga terjadi tanpa disertai dengan
organ tubuh yang mengalami inflamasi atau patah sehingga sensibel yang
adanya nyeri pada daerah tertentu, proses yang terjadi pada seorang pasien dapat
19
diketahui, misalnya, nyeri yang dirasakan oleh seorang pada daerah perut kanan
bawah, kemungkinan pasien tersebut menderita radang usus buntu. Contoh lain,
misalnya seorang ibu hamil cukup bulan, mengalami rasa nyeri di daerah perut,
mengakibatkan penderitaan yang sangat berat bagi pasien pada hakikatnya tidak
saja tertuju pada usaha untuk mengurangi atau memberantas rasa nyeri itu,
20
DAFTAR PUSTAKA
Adam, R.D., & Victor, M., 2018. Principles of Neurology 10th ed. Mc Graw Hill.
Priguna, S., 2010. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. PT. Dian Rakyat,
Jakarta.
Universitas Indonesia.
Treede, RD. International Association for Study of Pain. Pain Rep. 2018 Mar;
21