Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Dengan demikian, manusia tidak akan bisa hidup
menyendiri. Jika hidup secara menyendiri ini sengaja ditempuh oleh seseorang,akan sulit
baginya untuk memperoleh kebahagiaan karena telah menyalahi fitrah dalam kehidupannya.
Makhluk sosial harus mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi sehingga bisa menjalin
hubungan dengan orang lain. Namun, alangkah menyedihkannya, ternyata tidak semua orang
mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi secara baik. Tidak jarang terjadi percekcokan
antar individu, bahkan perkelahian antar warga masyarakat hanya gara-gara tidak adanya
kemampuan berkomunikasi secara baik. Komunikasi dapat memenuhi kebutuhan emosional
dan meningkatkan kesehatan mental. Belajar makna cinta, kasih sayang, simpati, rasa hormat,
rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Betapa pentingnya kemampuan dalam
berkomunikasi ini. Apa lagi, bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar, tentu akan
sulit meraih keberhasilan bila tidak biasa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu,
hendaknya seorang guru mempunyai keterampilan dalam membangun kemampuan peserta
didiknya untuk berkomunikasi. Mengenai hal ini, seorang guru harus memperbaiki
kemampuannya dalam berkomunikasi dahulu, bagaimana mungkin seorang guru dapat
membangun kemampuan berkomunikasi peserta didiknya jika ia sendiri belum mempunyai
keterampilan dalam berkomunikasi.
Sekolah merupakan salah satu institusi pendidikan yang mempunyai peran untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Para penerus pemimpin bangsa ini mulai dilahirkan disini.
Melahirkan para calon-calon penerus pemimpin bangsa bukanlah sebuah pekerjaan yang
mudah, diperlukan suatu perjuangan dan kapasitas seorang pendidik yang mumpuni.
Kemampuan dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik sangat diperlukan agar
tercapainya keefektifan belajar. Guru dalam hal ini dituntut harus mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian.
Guru dan peserta didik merupakan dua komponen yang dapat dianalogikan seperti teori
simbiosis mutualisme yaitu peran yang saling menguntungkan satu dengan yang lain. Jika
salah satu komponen saja yang aktif tentunya tidak akan menghasilkan dampak yang
maksimal. Sebagai timbal balik kemampuan komunikasi yang baik dari guru, sebagai peserta
didik hendaknya juga memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik kepada guru. Interaksi
komunikatif seperti inilah yang akan mendatangkan kenyamanan peserta didik dalam belajar
dan guru dalam mengajar sehingga mendatangkan dampak positif salah satunya menambah
kemauan peserta didik untuk aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah
yaitu Apakah komunikasi antara Guru dengan peserta didik berpengaruh terhadap motivasi
belajar peserta didik

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan penelitian makalah ini adalah Untuk
mengetahui adanya pengaruh komunikasi antara guru dengan peseta didik
Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara praktis
a. Bagi peserta didik
1) Menumbuhkan rasa percaya diri.
2) Memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar dan
berprestasi
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Aspek-Aspek Interaksi Guru dan Peserta Didik


1. Perilaku mengajar guru
Guru dalam proses belajar mengajar itu meliputi banyak sebagaimana yang
diungkapkan oleh Adam dan Decay dalam bukunya basic principles of student teaching, yang
disadur oleh Muhammad Uzair Usroan antara lain disebut bahwa guru merupakan pengajar,
pemimpin kelas, pembimbing, partisipan, superviser, motivator, penanya, evaluator, dan
konselor. Dengan demikian, banyaknya peran yang harus dimainkan oleh guru dalam prose
belajar mengajar tanpa dibarengi dengan kedisiplinan maka akan memungkinkan peran dan
tugas tersebut tidak akan maksimal diwujudkan. Analisis urgensi kedisiplinan dalam proses
belajar mengajar itu pada peran yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Guru sebagai demonstrator.
melalui perannya sebagai demonstrator guru hendaknya senantiasa menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimilkinya Karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan guru ialah bahwa ia mampu memperagakn apa yang diajarkannya secara sendiri
agar guru harus belajar terus menerus dengan demikian apa yang disampaikannya betul-betul
dimiliki oleh peserta didik.
b. Guru sebagai pengelola kelas.
Dalam peran ini guru hendaknya mampu mengelola kelas karena merupakan
lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasi. Lingkungan ini diatur diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada
tujuan-tujuan pendidikan pengawasan terhadap lingkunganini turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi menjadi lingkungan belajar yang baik, lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang Peserta didik untuk belajar, memberikan rasa
aman dan kepuasaan didalam mencapai tujuan.
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator.
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukanyang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses
pendidikan dan pengajaran disekolah. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu
mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna
serta dapat menunjang pencapaian tujuan proses belajar mengajar baik berupa narasumber,
buku teks, majalah, ataupun surat kabar.
d. Guru sebagai evaluator.
Jika diperhatikan dunia pendidikan akan dapat diketahui bahwa jenis pendidikan pada
waktu ke waktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi
atau penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik.
Dalam fungsinya sebagai penilai belajar siswa. Guru hendaknya secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu-
kewaktu, infomasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap
proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belaja-mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar
akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

2. Perilaku Belajar Peserta Didik


Kegiatan mengajar guru membutuhkan hadirnya sejumlah peserta didik, hal ini
berbeda dengan belajar yang tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Dalam
teori tabularasa bahwa peserta didik diibaratkan seperti kertas putih yang dapat ditulisi sesuka
hati oleh guru. Namun tidak demikian karena peserta didik juga butuh perhatian, disamping
bertujuan untuk memberikan materi tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Adapun
yang menjadi kebutuhan peserta didik menurut Sardiman, antara lain :
a. Kebutuhan jasmaniah. Hal ini berkaitan dengan tuntunan siswa yang bersifat jasmaniah,
baik itu berupa kesehatan jasmani, maunpun kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan sosial. Pemenuhn keinginan bergaul dengan peserta didik dan guru serta orang
lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial peserta didik. Dalam hal
ini sekolah harus dipandang
sebagai lembaga tempat peserta didik belajar, bergaul dan beradaptasi
dengan lingkungan.
c. Kebutuhan intelektual. Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk
mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan, mungkin ada yang lebih berminat
belajar ekonomi, sejarah, dan sebagainya. Minat semacam ini tidak dapat
dipaksakan jika ingin mencapai hasil yang maksimal, oleh karena itu yang
penting bagaimana guru dapat menciptakan program yang dapat
menyalurkan minat peserta didik.

3. Interaksi antara guru dan peserta didik


Pupuh Faturrahman berpendapat bahwa minimal lima strategi yang dapat
dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan/membangun komunikasi efektif
antara guru dengan peserta didik, antara lain:
a. Respek.
Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya penghargaan akan
menimbulkan kesan serupa dari sipenerima pesan. Guru akan sukses berkomunikasi dengan
peserta didik bila ia melakukan dengan respek, bila ini dilakukan maka peserta didik akan
melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.
b. Empati.
Guru yang baik akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti keinginannya, tetapi
ia akan berusaha memahami peserta didiknya terlebih dahulu, ia akan membuka dialog
dengan mereka, juga mendengarkan keluhan dan harapn mereka. Disini berarti seorang guru
tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tetapi melibatkan pula mata hatinya dan
perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang ada pada peserta didik.
c. Ketiga, audible.
Audible berarti dapat didengarkan atau bisa dimengerti dengan baik, sebuah pesan
harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh penerima pesan, raut
muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk,
termasuk dalam komunikasi audible.
d. Jelas maknanya.
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan, ketika berkomunikasi dengan peserta didik
seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya. Salah satu
caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami (melibatkan tingkatan usia).
e. Rendah hati.
Sikap rendah hati mengandung makna saling tidak memandang rendah, lemah lembut,
sopan dan penuh pengendalian diri. Slameto membagi hubungan peserta didik dengan guru
antara lain:
1) Guru dicari oleh peserta didik untuk memperoleh nasihat dan bantuan 2) Guru mencari
kontak dengan peserta didik di luar kelas 3) Guru sebagai pemimpin kegiatan
kelompok 4) Guru harus memiliki minat dalam pelayanan sosial
5) Guru harus membuat kontak dengan orang tua peserta didik.

4. Interaksi Sosial Guru dan Peserta Didik


Didalam situasi formal, yakni dalam usaha guru mendidik dan mengajar peserta dalam kelas,
guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya. Artinya, ia harus mampu
mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan Peserta didik. Kalau perlu, ia dapat
menggunakan kekuasaanya untuk memaksa peserta didik belajar, melakukan tugasnya, atau
mematuhi peraturan. Dengan kewibawaan yang ia miliki, ia menegakkan disiplin demi
kelancaran proses belajar mengajar.
Adapun kewibawaan guru dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
a. peserta didik secara langsung mengharapkan guru yang berwibawa dapat bertindak tegas
untuk menciptakan suasana disiplin dan mereka bersedia mngakui kewibawaan itu. Bila ada
guru baru, mereka sering menguji sejauh manakah kewibawaan guru itu. Mereka senang bila
guru menang dalam pengujian kewibawaan guru itu.
b. Guru dipandang sebagai pengganti orang tua. Bila dirumah peserta didik itu mematuhi
ibunya, lebih mudah ia menerima dan mengakui kewibawaan ibu guru.
c. Pada umumnya, tiap orang mendidik anaknya agar patuh kepada guru. Bila guru
digambarkan sebagai orang yang harus dihormati, sebagai orang yang berhak menghukum
pelanggaran anak. Bila orangtua senantiasa memihak guru dalam segala tindakannya, guru
lebih mudah menegakkan kewibawaanya.
d. Guru dapat memelihara kewibawaanya dengan menjaga adanya jarak sosial antara dirinya
dengan peserta didik. Kewibawaan akan lenyap bila guru itu terlampau akrab dengan peserta
didik dan bersendau gurau dengan mereka. Sekalipun dalam situasi informal, guru harus
senantiasa menjaga kedudukannya sebagai guru dan tidak menjadi salah seorang yang sama
dengan anak-anak.
e. Guru harus selalu disebut “ibu guru“ atau “pak guru” dengan julukan itu memperoleh
kedudukan sebagai orang yang dituakan.
f. Dalam kelas, guru duduk atau berdiri didepan murid. Posisi menonjol itu memberikan
kedudukan yang lebih tinggi dari pada murid yang harus duduk tertib di bangku tertentu.
g. Guru disediakan ruang guru yang khusus yang tak boleh dimasuki peserta didik begitu
saja.
h. Guru-guru muda ingin bergaul dengan peserta didik sebagai kakak akan dinasihati oleh
guru-guru yang berpengalaman agar menjaga jarak dengan peserta didik jangan terlampau
rapat dengan mereka.
i. Wibawa guru juga diperoleh dari kekuasaanya untuk menilai ulangan atau ujian peserta
didik dan menentukan angka rapor dan dengan demikian menentukan nasib peserta didik,
apakah ia naik atau tinggal kelas.
j. Kewibawaan yang sejati diperoleh guru berdasarkan kepribadiannya. Kepribadian harus
dibentuk berkat pengalaman.
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil, yaitu
sebagai berikut:
1. Ciri khas hubungan ini ialah terdapat status yang tak sama antara guru dan peserta
didik.Guru itu secara umum diakui mempunyai status yang lebih tinggi dan arena itu dapat
menuntut peserta didik untuk menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan sifat hubungan itu.
2. Dalam hubungan guru- peserta didik biasanya hanya peserta didik yang diharapkan
mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar.
3. Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa perubahan kelakuan yang
diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai
bahan pelajaran tertentu.
4. Guru akan lebih banyak memengaruhi kelakuan peserta didik bila dapat memberi pelajaran
dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti
terdapat dalam metode ceramah. Akan tetapi, hubungan interaktif
dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak peserta didik.
B. Hubungan Guru Dengan Murid

1 Hubungan
Hubungan adalah sesuatu yang terjadi apabila dua orang atau hal atau keadaan saling
memengaruhi dan saling bergantung satu sama lain. Menurut Tams Jayakusuma (2001:25),
hubungan adalah suatu kegiatan tertentu yang membawa akibat kepada kegiatan yang lain.
Selain itu arti kata hubungan dapat juga dikatakan sebagai suatu proses, cara atau arahan
yang menentukan atau menggambarkan suatu objek tertentu yang membawa pengaruh
terhadap objek lainnya.
Dari definisi ini, dalam penelitian, kami mendefinisikan hubungan
sebagai suatu keadaan saling terkait dari guru dengan murid.

2 Hubungan Guru dengan Murid


Hubungan baik yang terjalin antara guru dengan murid adalah hubungan yang
professional dari guru dan karakter akademisi dari murid. Kedua belah pihak perlu bersifat
terbuka dan tak terbiaskan terhadap pendapat individual agar dapat melihat satu atau lain hal
secara objektif dan juga subjektif terhadap dasar-dasar negara.
Seorang guru memiliki suatu tuntutan tugas utama dari profesi mereka adalah untuk
berusaha mengembangkan segenap potensi siswa secara optimal agak siswa dapat mandiri
dan perkembang menjadi manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intetelektual, sosial,
emosional, moral dan sepiritual. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang guru terikat kepada
Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). Kode etik ini mengikat guru demi menjaga nama baik
profesi guru dan menjalin hubungan baik antara guru dengan masyarakat luas. Kode Etik
Guru
Indonesia meliputi:
2.1. Menjaga profesionalitas guru dalam tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi kemajuan
siswa.
2.2. Membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah dan
anggota masyarahat
2.3. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakter
berbeda dan masing-masing berhak atas layanan pembelajaran.
2.4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan
menggunakannya untuk kepentingan proses pendiidkan.
2.5. Guru terus menerus berusaha menciptakan, memelihara dan
mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai
lingkungan belajar yang efektif dan efisien
2.6. Guru menjalin hubungan peserta dengan didik yang dilandasi kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang diluar
batas kaidah pendidikan
2.7. Itu hanyalah sebagian dari kode etik, karena tidak mungkin kami
menyebutkan satu per satu. Selengkapnya dalam kode etik, dapat dibaca di UU RI No. 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Hubungan antara murid dan guru dalam budaya Indonesia tidak hanya
ada di ruang kelas. Hubungan ini bahkan tidak berakhir ketika peserta didik sudah tidak
dalam naungan guru atau ketika guru sudah meninggalkan tugas. Hubungan guru dengan
murid ini masih akan berlangsung dan murid akan masih memiliki sifat patuh terhadap guru
meski sudah tidak memiliki ikatan formal lagi.
3 Pendidikan
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan, education, berasal dari kata educatum
yang tersusun dari dua kata yaitu e dan duco, e berarti perkembangan dari sedikit menuju
banyak, sedangkan duco berarti sedang dalam perkembangan, Pengertian pendidikan adalah
proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu, sedangkan menurut
KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang. Menurut Ki
Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada di anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan bahagia.

4 Karakter
Istilah karakter sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya kita
menyebut suatu hal yang berhubungan dengan watak,sikap, dan perbuatan manusia sebagai
karakter. Namun apa sebenarnya maksud kata “Karakter” tersebut??
Para ahli memiliki definisi berbeda-beda mengenai karakter. Menurut
Gulo W. Pengertian karakter adalah kepribadian yang dilihat dari titik tolak etis atau pun
moral (seperti contohnya kejujuran seseorang). Karakter biasanya memiliki hubungan dengan
sifat – sifat yang relatif tetap. Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran tingkah
laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar – salah, baik – buruk) secara
implisit atau pun ekspilisit. Karakter berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak
menyangkut nilai – nilai. Berdasarkan definisi dari para ahli, karakter dapat digambarkan
sebagai segala hal yang berhubungan dengan nilai sosial manusia dalam menjalani
kehidupan.

5 Konflik
Konflik didefinisikan oleh KBBI sebagai “percekcokan; perselisihan;pertentangan”.
Definisi dari konflik menurut Lacey (2003) adalah “a fight, a collision; a struggle, a contest;
opposition of interest, opinion or purposes; mental strife, agony”. Definisi ini menjelaskan
bahwa konflik adalah pertarungan atau perbedaan pendapat maupun tujuan.
Dalam karya tulis ini, penulis mendefinisikan konflik sebagai
perselisihan yang terjadi di dalam murid dan guru. Konflik ini dapat berbentuk konflik dalam
individu (murid atau guru) dan konflik antar individu (murid
dengan guru).
C. Manfaat Hubungan yang Harmonis

Penulis menanyakan pertanyaan ini kepada partisipan, baik murid


maupun guru. Dapat dilihat dari tabel survei, kedua pihak setuju bahwa bila
hubungan antara guru dengan murid terjalin dengan baik, ada tiga hal utama yang
akan tergapai:
1. Tujuan pembelajaran tercapai
Tujuan pembelajaran ini meliputi pemahaman materi yang
komprehensif, semangat belajar murid meningkat, tugas-tugas murid
akan terasa lebih ringan, sehingga pada akhirnya nilai murid
diharapkan meningkat.
2. Lingkungan belajar yang baik tercipta
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan dimana murid
bebas untuk menuntut ilmu dan bertanya. Dengan hubungan gurumurid
yang baik, murid tidak lagi takut untuk aktif dalam kelas dan
ikut berpartisipasi. Tekanan di sekolah yang ada akan hilang,
menghasilkan kelas yang lebih nyaman. Murid dan guru pun dapat
berhubungan secara harmonis dan mengemukakan pendapat secara
bebas.
3. Hubungan baik terjalin
Hubungan baik antara guru dan murid terjalin, sehingga
pengertian antara guru dengan murid pun tercapai. Dengan ini, guru
dan murid dapat saling memahami, menghormati, dan menghargai.
Menghasilkan lingkungan belajar yang terbaik dan murid pun tidak
takut untuk mengemukakan pendapatnya. Ketika hubungan baik antara guru dan murid
(keharmonisan) ini tercapai. Banyak sekali halangan untuk menggapai tujuan belajar yang
dapat dilewati. Guru dan murid tidak lagi terpisah oleh suatu parit yang menghalangi mereka
untuk saling mengerti dan pada akhirnya saling membangun untuk membangun lingkungan
belajar yang baik dan menghasilkan pelajar-pelajar terbaik bangsa.

D. Menjalin Hubungan Baik


Dalam menjalin hubungan yang baik, murid-murid kami tanyakan
tentang bagaimana mereka dan bagaimana guru mereka menjalin hubungan
dengan satu sama lain. Kami juga melakukan cross-check untuk mengetahui
bagaimana pendapat para guru tentang menjalin hubungan baik dengan muridmuridnya.
Para murid berpendapat bahwa, dalam menjalin hubungan dengan
gurunya, mereka harus:
1. Sopan dengan guru: menghargai guru, mengetahui batas-batas, santun
terhadap guru, menghormati guru, memberi salam, senyum dan sapa.
2. Bersemangat dalam aktivitas sekolah: memerhatikan pelajaran, aktif
dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki semangat belajar yang
tinggi, dan memiliki cita-cita untuk berprestasi.
3. Disiplin: mematuhi aturan, taat kepada guru, dan selalu tepat waktu.
4. Menjalin juga menjaga hubungan baik dengan guru: Mendekati dan
mengakrabi gutu, memahami posisi guru, bersikap terbuka kepada
guru, senyum, salam, dan sapa kepada guru, dan menghindari
konflik.
Para murid mengerti apa yang mereka harus lakukan untuk menjalin
hubungan baik dengan para guru. Hal ini menunjukkan itikad baik dari para murid secara
menyeluruh dan kemampuan mereka untuk menjalin hubungan baik.
Karakter guru dalam menjalin hubungan dengan muridnya penulis bagimenjadi dua
bagian. Bagian pendapat murid dan bagian pendapat guru.
1.1 Pendapat murid
a. Menjalin dan menjaga hubungan dengan murid: dekat dengan
murid, peduli dengan murid, menjadi sosok pembimbing dan
teman murid, melakukan kegiatan bonding dengan siswa,
menjaga komunikasi yang baik dengan murid.
b. Adil: menyelesaikan permasalahan dengan adil, tidak
memilihkasih, memahami keadaan murid.
c. Professional: mampu membuat suasana belajar yang nyaman,
meniadakan praduka atau prasangka ke murid, dan membantu
murid yang kesulitan dalam pelajaran.
1.2 Pendapat guru
a. Menjalin hubungan baik dengan murid: mendekati murid,
memahami posisi murid, mencoba untuk menjadi teman,
membuka diri kepada murid, menjaga komuikasi yang baik
dengan murid, dan membuat kegiatan bonding dengan siswa.
b. Meningkatkan metode pengajaran: Mendidik murid seperti
anak sendiri, mengajar dengan antusias dan dinamis,
menjawab semua pertanyaan murid, dan memberi teladan
dalam pembelajaran.
Pandangan tentang peran guru dalam menjalin hubungan dengan murid
sudah setara antara murid dengan guru. Namun, sepertinya ada satu hal yang tidak
dilihat oleh guru, yaitu kemampuan untuk berperilaku adil dan tidak memilih
kasih. Terkadang memang sedikit sulit bagi guru untuk mengetahui ketika para
murid memandang guru sebagai pilih kasih. Menurut murid, pilih kasih ini adalah
seperti memiliki murid favorit, memilih khusus satu kelompok murid untuk maju
ke depan, atau hanya berinteraksi dengan satu kelompok murid dalam kegiatan
belajar mengajar. Demi keadilan, guru juga mengalami kesulitan ketika
berinteraksi dengan murid-murid yang dalam suatu klasifikasi “introvert” dan tidak banyak
berpartisipasi di kelas.

E. Dampak Konflik Terhadap Guru dan Murid

1. Murid malas belajar


Meliputi murid yang malas hadir/berpartisipasi dalam kelas dan
malas mengerjakan tugas, hal ini terkait erat dengan sifat guru yang
tidak disukai dan/atau kegiatan pembelajaran yang tidak berhasil
menggugah semangat murid.
2. Murid dihukum
Meliputi pemberian peringatan, teguran dan hukuman oleh guru
kepada murid. Hukuman biasanya diperuntukkan kepada konflik
yang disebabkan oleh ketidakdisiplinan dan kenakalan murid.
3. Materi tidak dipahami murid
Seperti murid bingung saat menjalani ujian dan nilai tidak
maksimal. Dampak ini dikaitkan erat dengan kegagalan murid untuk
memperhatikan pelajaran dan/atau kegagalan guru untuk memberi
materi yang utuh.
4. Murid jauh dari guru
Permasalahan yang berakar pada perselisihan pendapat dan adanya
sifat-sifat guru/murid yang tidak berkenan membuat murid merasa
malu, takut, dan dibedakan oleh guru. Terutama ketika konflik yang
terjadi diikuti dengan amarah.
5. Murid marah kepada guru
Murid marah dan bertengkar dengan guru.
6. Guru marah kepada murid
Guru berperilaku kasar pada murid, guru kecewa kepada murid,
dan guru keras dalam menasehati murid.Dalam mewujudkan hubungan baik antara guru
dengan murid, beberapa hambatan dirasakan oleh partisipan. Hambatan ini berpotensi dalam
mempersulit dan merusak terwujudnya hubungan baik guru dan murid. Hambatan tersebut
adalah sebagai berikut.
 Murid tidak disiplin : murid yang melanggar aturan dan
bertindak tidak senonoh.
 Murid tidak sopan : murid yang salah menggunakan kata saat
berbicara pada guru, murid yang pemarah pada guru, dan murid yang
berisik di kelas.
 Murid tidak aktif dalam beraktivitas : murid tidak memerhatikan
guru, menghindari pertanyaan guru, murid yang enggan berkontribusi
di kelas, serta murid yang mengantuk dalam pembelajaran.
 Perbedaan latar belakang guru dan murid : perbedaan
lingkungan, budaya dan sulitnya beradaptasi dalam perbedaan tersebut.

 Ego guru dan murid : Sifat egois antara murid dan guru, dan
sifat guru yang cenderung membuat jurang antara guru dan murid agar
dihormati.
 Adanya konflik antara guru dan murid yang belum selesai
 Murid kurang berkomunikasi pada guru : Murid kurang
mengenal guru, murid malu menjalin hubungan dengan guru, sifat
introvert murid yang mengakibatkan murid tidak suka bersosialisasi,
sibuknya murid yang mengakibatkan guru susah mendekati murid,
ketidakpercayaan murid pada kemampuan guru, murid membentengi
diri dari guru, murid kurang terbuka kepada guru, individu siswa yang
beragam sehingga guru kesulitan dalam mendekati semua murid, dan
guru tidak bisa melakukan tindakan yang sama pada semua murid
karena tiap individu berbeda sehingga perlakuan terhadap murid satu
dengan yang lain harus berbeda.
 Ketidaksadaran murid : Murid kurang menghargai guru, murid
tidak berterimakasih, mindset siswa tentang guru yang kurang baik,
murid yang tidak jujur kepada guru, sifat murid yang kurang dewasa.
 Guru yang kurang berkomunikasi : sibuknya guru sehingga tidak
bisa berkomunikasi dengan murid, guru yang kurang mengenal murid,
guru yang lupa mendekati murid.
 Sifat guru yang tidak disukai oleh murid : Guru yang terlalu
membedakan murid, guru yang menggunakan kekerasan, guru yang
pemarah, guru yang terlalu tegas, guru yang cuek, guru yang suka
badmood.
BAB 3

PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Saat ini, hubungan antara guru dengan murid di lingkungan sekolah ada
di keadaan yang baik. Dengan tingkat konflik yang rendah dan penyelesaian yang baik,
hubungan antara guru dengan murid terjaga dengan baik.
Guru dan murid sama-sama mengetahui tempat dan peran masing-masing
dalam kegiatan di lingkungan sekolah. Konsep ideal mengenai satu sama lain dapat diterima
dan disetujui, terlihat dari persetujuan peran guru dari posisi guru dan murid. Adapun sifat-
sifat yang dinginkan oleh satu pihak untuk pihak yang lain.Pendapat guru mengenai murid
yang ideal yaitu baik, sopan, bersemangat dan disiplin. Pendapat murid mengenai guru yang
ideal yaitu baik. professional, dekat dengan murid, bijaksana, dan berpenampilan
menarik.Keduanya, baik guru maupun murid mengetahui keuntungan bila
hubungan baik antara guru-murid tercapai. Namun, untuk mencapai hal ini
tidaklah mudah. Adanya halangan seperti konflik di kelas, sifat-sifat kurang
menyenangkan yang dimiliki oleh setiap individu terbukti menjadi halangan.

B. Saran
Kekurangan-kekurangan dan tantangan ini tidaklah dapat dihilangkan
sepenuhnya. Dari penelitian ini, penulis menawarkan saran berdasarkan pendapat dari pihak
guru dan pihak siswa yaitu tahap perundingan, perbaikan diri, dan penyelesaian. Perlu diingat
untuk para guru agar tidak memberi suatu keputusan yang terlalu memihak. Guru dan murid
harus mengurangi ego dan memberi kebesaran hati untuk dapat memilih jalan tengah sebagai
solusi pada setiap permasalahan yang terjadi sehingga hubungan guru dan murid yang terjalin
mendekati konsep ideal yang diinginkan oleh masing-masing pihak.

Anda mungkin juga menyukai