Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN KERJA TERHADAP


BUDAYA KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJA PROYEK DI
DAERAH TERPENCIL
(STUDI KASUS DI LINGKUNGAN TOTAL E&P INDONESIA DI
KALIMANTAN TIMUR)

Mohammad Syamsu Uddin Dananjaya *), I Putu Artama Wiguna **) dan Retno Indryani ***)
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
e-mail: *)syam2727@gmail.com,
**) artama@ce.its.ac.id, ***) retno_i@ce.its.ac.id

ABSTRAK
Adanya Program Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) dalam Manajemen Proyek
konstruksi sangat penting karena suatu kecelakaan dapat mengakibatkan gangguan terhadap
suksesnya tiga pilar utama proyek yakni: biaya, waktu dan kualitas. Adanya kecelakaan
menyebabkan terjadi kehilangan waktu, peningkatan biaya proyek dan turunnya kualitas.
Mayoritas pelanggaran aturan K3 yang terjadi disebabkan oleh perilaku tidak aman pekerja
yang terkait budaya K3 mereka.
Tujuan penelitian ini (1) Mendapatkan Program-program K3 yang berparuh positif
terhadap budaya K3 pekerja proyek. (2) Mendapatkan besarnya pengaruh dari program K3
terhadap budaya K3 baik secara mandiri dan secara simultan.
Obyek penelitian PT. Total E&P Indonesie (TEPI), suatu perusahaan KPS (Kontraktor
Production Share) Minyak dan Gas. Populasi penelitian adalah karyawan TEPI yang bertugas
sebagai staf pengawas konstruksi dan karyawan Sub kontraktor terdiri dari manajer
lapangan, staf pengawas serta pekerja berlokasi di daerah Delta Mahakam. Sampel yang
diambil adalah 55 responden diantara 60 kuisioner yang disebarkan. Responden diminta untuk
menilai tentang kondisi aktual lapangan dengan memberikan ketersetujuan menggunakan
skala Linkert terhadap 6 variabel Program K3 dan variabel Budaya K3.
Hasil analisis Regresi menghasilkan model hubungan antara 6 Program K3 (X)
terhadap Budaya K3 (Y): Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2 + 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5
+ 1,204X6. Kesimpulan: (1) Semua program K3 berpengaruh terhadap Budaya K3 dan (2)
Program “Keterlibatan Pekerja dalam program K3” dan program “Insentif” paling
berpengaruh terhadap Budaya K3, sementara program “Komunikasi dan Umpan Balik” secara
simultan tidak berpengaruh.
Kata kunci: Program Keselamatan Kerja, Budaya Keselamatan Kerja, Tenaga Ahli Pengawas
Lapangan, Regresi Linier.

PENDAHULUAN
Tingkat keberhasilan proyek konstruksi dapat diukur dengan anggaran yang tepat
sasaran, penyelesaian tepat waktu dan pengerjaan yang layak. Namun, pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang buruk dapat mempengaruhi biaya, waktu dan
kualitas proyek konstruksi. Kecelakaan yang terjadi akibat pelanggaran aturan K3 menjadi
beban bagi anggaran, kehilangan jam kerja sebagai akibat dari dampak kecelakaan pada
jadwal, dan mengorbankan kualitas (Chan E., 2012).

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Menurut Anizar (2009), faktor penyebab kecelakaan kerja adalah: unsafe condition
yakni kondisi lingkungan kerja tidak aman dan unsafe act yaitu perilaku berbahaya.
Kecelakaan kerja dengan penyebab unsafe act menempati jumlah kecelakaan yang terbanyak
yakni 80% - 85% dari seluruh jumlah kecelakaan. Untuk itu perlu dicari metoda atau suatu
program untuk mengurangi penyebab pelanggaran yang dilakukan oleh manusia dalam hal ini
pekerja proyek. Menurut Syaaf (2011) program-program K3 dikembangkan dengan
pendekatan-pendekatan tertentu mulai dari pendekatan rekayasa, pendekatan sistim kemudian
yang dewasa ini mulai diterapkan adalah penggunaan pendekatan budaya K3.
Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan kepada factor unsafe act dengan
mengetahui pengaruh program K3 terhadap budaya K3 dari para pelaksana proyek yang
terdiri dari pihak Contract Owner yang terdiri dari: para pengawas konstruksi (supervisor)
serta dari pihak Kontraktor pelaksana mulai dari pengawas konstruksi, pengawas K3 sampai
dengan pekerja proyek. Lokasi penelitian adalah di daerah terpencil yakni wilayah Delta
Mahakam di mana operasi perusahaan Total E&P Indonesie berlangsung.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor program K3 terhadap
budaya K3 di daerah terpencil di kawasan Delta Mahakam – Kabupaten Kutai Kertanegara,
Propinsi Kalimantan Timur.
Penelitian tentang Program-program K3 misalnya oleh: Teo et al. (2005), Lai et al
(2011), Fang et al. (2004), Cheng et al. (2011), Aksorn, T., et al., (2008), Vinodkumar et
al.(2010), Fung et al. (2005) dan penelitian tentang Budaya K3 misalnya oleh: Cox, dan
rekan-rekan (2000), Fung et al. (2005), Mohamed, et al. (2009), telah banyak dilakukan
namun demikian belum ada penelitian yang menghubungkan secara langsung variabel
Program-program K3 dan variabel Budaya K3. Penelitian terdahulu lebih menitik beratkan
hubungan program K3 terhadap kinerja proyek serta penelitian tentang budaya K3 lebih
banyak membahas tentang tolok ukur untuk menentukan nilai budaya K3. Oleh karena itu
penelitian ini diharapkan dapat mengubungkan program-program K3 dan Budaya K3 untuk
mendapatkan metoda terbaik dalam menumbuhkan dan meningkatkan budaya K3 dari pekerja
proyek.

METODE PENELITIAN
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan Studi Literatur, perumusan masalah dan tujuan
penelitian, identifikasi variabel penelitian, pemodelan dan pembuatan kuisioner.
Studi Literatur
Literatur-literatur yang dipelajari adalah berupa jurnal-jurnal, buku-buku serta laporan
penelitian terdahulu dari berbagai sumber yang membahas tentang Program-program K3 dan
tentang Budaya K3 serta tentang pemilihan model penelitian yakni Regresi Linier dengan
menggunakan software SPSS.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti adalah:
1) Program-progam K3 apakah yang berpengaruh terhadap budaya K3 dari pekerja proyek?
2) Seberapa besarkah pengaruh dari masing-masing faktor terhadap budaya K3?
Tujuan
Tujuan penelitian ditetapkan untuk menjawab permasalahan yang dikaji, yakni:
1) Mendapatkan Program-program K3 yang berparuh positif terhadap budaya K3 dari
pekerja proyek.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

2) Mendapatkan besarnya pengaruh dari program K3 terhadap budaya K3 baik secara


mandiri dan secara bersama-sama.
Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian adalah:
1) Variabel-variabel Program K3 terdiri dari 6 variabel utama terdiri dari: X1 (Komitmen
Pimpinan), X2 (Pelatihan), X3 (Keterlibatan Pekerja), X4 (Komunikasi), X5 (Aturan dan
Prosedur) dan X6 (Insentif) terhadap variabel Y (Budaya K3) dengan jumlah keseluruhan
indikator sebanyak 35 indikator. Penentuan dari variabel-variabel tersebut didasarkan
pada teori-teori dan penelitian-penelitian yang ada sebagai berikut: Teo et al. (2005), Lai
et al (2011), Fang et al. (2004), Cheng et al. (2011), Aksorn, T., et al., (2008),
Vinodkumar et al.(2010), Fung et al. (2005)
2) Variabel budaya K3 terdiri dari 32 indikator. Penentuan dari variabel-variabel tersebut
didasarkan pada teori-teori dan penelitian-penelitian yang ada sebagai berikut: Cox, dan
rekan-rekan (2000), Choudry, dan rekan (2007) dan Fung, et al. (2005).
Model Penelitian
Berdasarkan penetapan variabel, model penelitian seperti Gambar 1:

Gambar 1 Model Penelitian

Variabel-variabel X (X1, X2, X3, X4, X5 dan X6) adalah variabel independen atau
variabel-variabel bebas dan variabel Y adalah variabel dependen atau terikat.
Penentuan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemodelan di atas, penelitian dirumuskan dalam tujuh model persamaan regresi
linier dan tujuh hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Model X1 (Komitmen Pimpinan) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b1 X1
H1: Program Komitmen Pimpinan berpengaruh positif terhadap Budaya K3.
2. Model X2 (Pelatihan) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b2 X2
H2: Program Pelatihan berpengaruh positif terhadap Budaya K3.
3. Model X3 (Keterlibatan Pekerja) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b3 X3
H3: Program Keterlibatan Pekerja berpengaruh positif terhadap Budaya K3.
4. Model X4 (Komunikasi) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b4 X4
H4: Program Komunikasi berpengaruh positif terhadap Budaya K3.
5. Model X5 (Aturan dan Prosedur) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b5 X5
H5: Program Aturan dan Prosedur berpengaruh positif terhadap Budaya K3.
6. Model X6 (Insentif) terhadap Y (Budaya K3): Y = a + b6 X6
H6: Program Insentif berpengaruh positif terhadap Budaya K3.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

7. Model X1, X2, X3, X4, X5 dan X6 terhadap Y: Y = a + b1 X1 + b2 X2+ b3 X3+ b4 X4+ b5 X5+
b 6 X6
H7: Program-program K3 berpengaruh positif terhadap Budaya K3.
Kriteria uji hipotesis adalah hasil perbandingan nilai R hitung dan nilai R tabel.
Dengan memasukkan hasil perhitungan Rtabel sebagai hasil output SPSS, yakni 0,220, maka
kriteria uji hipotesis adalah sebagai berikut:
Ho: Jika Rhitung ≤ 0,220 maka Variabel Xn tidak mempengaruhi Y (Budaya K3).
Hn:Jika Rhitung > 0,220 maka Variabel Xn mempengaruhi Y (Budaya K3).
`Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang telah ditetapkan, kuisioner disiapkan dengan
mengacu kepada literatur terkait, kuisioner ini terdiri dari 2 bagian yakni Data Responden dan
Kuisioner Utama, untuk selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan survey yang terdiri dari survey pendahuluan
dan survey Utama.
Survei Pendahuluan
Karena variabel didapatkan dari hasil penelitian dari daerah dan negara yang berbeda
dari lokasi penelitian, maka diperlukan ahli setempat untuk mengkonfirmasi kesesuaian
pertanyaan-pertanyaan kuisioner dengan lokasi proyek.
Pada survei pendahuluan, kuisioner disebarkan kepada lima orang tenaga ahli di
bidang Manajemen Proyek yang juga mempunyai kompetensi dibidang Manajemen K3. Para
ahli dipilih dari karyawan senior PT. TEPI. Responden diminta memberikan pendapat
kesetujuan atau ketidak setujuan mereka jika suatu pertanyaan dimasukkan ke dalam
Kuisioner utama dengan skala 0 jika responden tidak setuju atau 1 jika setuju.
Pengolahan data dilakukan dengan memilah pertanyaan yang mempunyai mean di
atas 0.5 (50%) untuk diterima sebagai bagian dari kuisioner utama dan sebaliknya jika skor
yang didapatkan adalah kurang dari 0.5 (50%). Sebagai hasil dari pengolahan data ini, maka
pertanyaan nomer: 7.13 dan 7.14 semuanya dari variable Y (Budaya K3) dikeluarkan dari
kuisioner utama.Susunan Kuisioner Utama adalah seperti Tabel 1:

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Tabel 1 Susunan Kuisioner Survei

Survei Utama
Cara mengumpulkan data dilihat dari segi luasnya obyek penelitian, dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara sampling dengan menyebarkan kuisioner sebagai hasil dari
Penelitian Pendahuluan. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada 60 responden, namun
demikian hanya 55 kuisioner yang diisi oleh responden.
Dari data-data responden disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah berjenis
kelamin laki-laki, berpendidikan SMTA, berusia antara 26 tahun sampai 40 tahun,
berpengalaman kerja kurang dari 10 tahun. Dapat disimpulkan bahwa hal ini terjadi karena
pekerjaan proyek kontruksi di tempat terpencil adalah bersifat keras karena kurangnya
infrastruktur pendukung kebutuhan sehari-hari, maka lebih banyak didominasi oleh
masyarakat berpendidikan menengah, laki-laki, berpengalaman rendah dan berusia menengah.
Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan uji validitas, uji reliabilitas serta uji
asumsi klasik serta pengolahan data regresi linier, semuanya dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS.
Data yang didapatkan dari survei selanjutnya diuji dengan cara: uji validitas, uji
reliabilitas, uji asumsi klasik multikolinieritas, uji asumsi klasik heteroskedastisitas, uji
asumsi klasik normalitas, serta uji asumsi klasik auto korelasi. Seluruh uji data dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil dari seluruh pengujian adalah: bahwa
pertanyaan-pertanyaan berikut dikeluarkan dari analisis selanjutnya yakni: 1.8, 2.4, 4.4, 5.5,
6.2 dan 7.9.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Analisis Regresi
Hasil uji hubungan antar variabel bisa dilihat pada Gambar 2. Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan Analisa Regresi Linier dari SPSS.
Dari hasil analisis regresi diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Terdapat hubungan dan pengaruh antara masing-masing variabel Program-program K3
yakni: X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 terhadap variabel Budaya K3 (Y) sehingga seluruh
hipotesis H1, H2, H3, H4, H5, H6 dan H7 diterima dan seluruh Ho ditolak.
2) Secara mandiri, Variabel X3 (Keterlibatan Pekerja) mempunyai pengaruh yang paling
kuat terhadap variabel Budaya K3 (Y). Program yang berpengaruh kuat setelahnya adalah
X6 (Promosi berbasis Prestasi), kemudian diikuti X1 (Komitmen Pimpinan), dan X5
(Peraturan K3). Variabel Program-program K3 variabel X2 (Pelatihan K3) mempunyai
pengaruh yang paling rendah terhadap variabel Y (Budaya K3) sedangkan variabel X4
(Komunikasi) mempunyai pengaruh sedang terhadap variabel Y (Budaya K3).
3) Secara simultan dihasilkan persamaan sebagai berikut: Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2
+ 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6. Di mana Variabel X6 (Insentif) mempunyai
nilai koefisien regresi tertinggi sedangkan X4 (Komunikasi) mempunyai koefisien regresi
bernilai nol yang berarti tidak berpengaruh terhadap Budaya K3 bila diterapkan secara
simultan.

Gambar 2 Kesimpulan Hubungan antar Variabel

HASIL DAN DISKUSI


Komitmen Pimpinan (X1)
Program Komitmen Pimpinan (Management Commitment), jika diterapkan secara
mandiri memiliki hubungan yang kuat dan signifikan sebesar 43.4% terhadap Budaya K3
pekerja proyek di daerah terpencil di lingkungan PT.TEPI nilai pengaruh ini adalah yang
terbesar ke tiga setelah “Keterlibatan Pekerja” dan “Promosi/Insentif”. Sedangkan, jika
diterapkan secara simultan dengan program yang lain maka program Komitmen Pimpinan
menghasilkan koefisien regresi sebesar 0,372. Nilai koefisien regresi ini merupakan yang ke
empat terbesar di antara program yang lainnya setelah: Promosi/Insentif (X6), Aturan dan
Prosedur (X5) dan Keterlibatan Pekerja (X3).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari (1) Teo (2005) (2) Lai (2011) (3) Aksorn
(2008), (4) Vinodkumar (2010), (5) Fung (2005), (6) Muniz (2007) yang umum mendapatkan
bahwa Komitmen Pimpinan adalah hal yang paling penting dalam menumbuhkan Budaya K3
dari pekerja Proyek yang dapat ditunjukkan dengan memberikan tauladan yang baik kepada
pekerja proyek.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Di lingkungan PT. TEPI, Komitmen Pimpinan (Management Commitment)


menempati urutan pertama di dalam prioritas pelaksanaan, dimulai dengan menyiapkan
Pernyataan Kebijakan K3 (HSE Policy Statement) oleh manajer K3 dan disetujui oleh pucuk
pimpinan perusahaan, serta ada kewajiban untuk melakukan sosialisasi kepada pekerja mereka
serta memonitor pengetahuan mereka tentang Kebijakan K3 perusahaan dengan cara
memberikan kuisioner-kuisioner. Selain itu terdapat program tinjauan lapangan yang
dilakukan secara rutin oleh pimpinan perusahaan yang dicontohkan oleh manajemen PT.
TEPI. Dalam kunjungan itu dilakukan pertemuan langsung dengan para pekerja proyek baik
dari pihak PT. TEPI dan pihak kontraktor. Pertemuan ini mempromosikan K3 dan
membicarakan topik-topik tentang masalah K3 di lapangan. Pada pertemuan ini juga
dilakukan kuis yang disertai dengan pemberian suvenir kepada pekerja yang merespons kuis
tersebut. Dari penelitian ini didapatkan bahwa komitmen pimpinan perusahaan dalam
memprioritaskan masalah K3 dibandingkan dengan masalah yang lain misalnya produksi dan
biaya – paling berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran pekerja dalam menjalankan K3
yakni Budaya K3.
Pelatihan K3 (X2)
Program Pelatihan K3 (HSE Training) secara mandiri memiliki hubungan yang
rendah terhadap tingkat Budaya K3 pekerja proyek di daerah terpencil dan mempunyai
pengaruh cukup signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi
sebesar 8,3%. Nilai tersebut adalah nilai terendah di antara program K3 yang lain. Sedangkan,
jika diterapkan secara simultan mempunyai koefisien regresi sebesar 0,116. Nilai ini
menduduki posisi ke dua terendah setelah Komunikasi K3 (X4).
Hal ini menunjukkan bahwa program Pelatihan K3 bagi pekerja proyek di daerah
terpencil di lingkungan PT. TEPI masih dirasa kurang bagi pekerja proyek, oleh karena itu
Kontraktor pelaksana perlu meningkatkan kualitas pelatihan bagi para pekerja proyek.
Hal ini kurang sejalan dengan hasil penelitian dari (1) Lai (2011), (2) Fang (2004), (3)
Aksorn (2008), (4) Vinodkumar (2010), (5) Muniz (2007),(6) Mohammed (2009) yang
umumnya mendapatkan bahwa program Pelatihan K3 merupakan program terpenting dan
paling berpengaruh terhadap Budaya K3 bagi pekerja proyek konstruksi di Pakistan dari 6
program yang lainnya. Sedangkan hasil penelitian ini berlawanan secara lemah terhadap hasil
penelitian (1) Cheng (2011) dan (2) Mohamed (2009) yang pada umumnya menyatakan
bahwa pelaksanaan Pelatihan K3 (HSE Training) berpengaruh negatif terhadap Budaya K3.
Di dalam sistim manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI pelatihan K3 bagi pekerja
proyek telah dilakukan terutama bagi para pengawas proyek baik dari pihak TEPI maupun
pihak Kontraktor, sementara untuk pekerja langsung (mulai tukang ke bawah) pelatihan K3
menjadi kewajiban dari Kontraktor. Kontraktor seharusnya melakukan pelatihan K3 bukan
hanya terbatas kepada program “Safety Talk” yang dipimpin oleh para pengawas proyek di
lapangan, Program ini berisi diskusi tentang masalah-masalah K3 paling aktual, misalnya
tentang kecelakaan kerja yang terjadi dan upaya pencegahannya.
Keterlibatan Pekerja (X3)
Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) ini jika diterapkan secara mandiri
memiliki hubungan yang kuat dengan Budaya K3 dan mempunyai pengaruh sangat signifikan
terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 45,1%. Derajat pengaruh
program ini adalah yang tertinggi di antara program-program K3 yang lainnya. Secara
simultan, mempunyai nilai koefisien sebesar 0,523. Nilai koefisien ini adalah ketiga tertinggi
setelah Promosi/Insentif (X6) dan Aturan dan Prosedur K3 (X5). Hal ini menjelaskan bahwa

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

program K3 yang telah dijalankan sudah memberikan hasil yang baik dalam menumbuhkan
budaya K3 para pekerja.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut: (1) Lai., et al. (2011), (2)
Aksorn., et al. (2008), (3) Vinodkumar., et al., (2010), (4) Muniz (2007) yang umumnya
mendapatkan bahwa Keterlibatan Pekerja telah berpengaruh kuat terhadap Budaya K3.
Di dalam struktur manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI, pelaksanaan program
Keterlibatan Pekerja adalah dilakukan dengan membuat program “Voluntary I Care Leader”
yakni suatu program yang memilih beberapa orang pekerja secara bergantian untuk
mendapatkan tugas sebagai pengawas K3 di lapangan dengan target tertentu dan upah
tambahan tertentu. Program ini telah berhasil dalam meningkatkan pengetahuan pekerja
langsung (direct labour) di dalam masalah-masalah K3. Jargon yang sedang dipromosikan
dalam rangka I care program adalah: I care for me, I care for you, I Care for All (Saya peduli
pada saya sendiri, saya perduli pada anda dan saya perduli terhadap semua orang).
Komunikasi dan Umpan Balik (X4)
Salah satu Program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti yakni:
Komunikasi Umpan Balik (Communication and Feed Back), yang telah diterapkan oleh
TEPI beserta Kontraktornya memiliki hubungan yang sedang-sedang saja terhadap tingkat
Budaya K3 pekerja proyek dan mempunyai pengaruh positif yang cukup terhadap Tingkat
Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 19,80%. Nilai pengaruh ini adalah yang
terendah ke dua setelah program Pelatihan K3 (X2).
Jika diterapkan secara simultan maka tidak menghasilkan pengaruh apapun. Hal ini
menjelaskan bahwa program Komunikasi K3 yang telah dijalankan belum memberikan hasil
yang baik dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja sehingga memerlukan perbaikan di
dalam strategi pelaksanaannya.
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut (1) Lai (2011), (2), Fang.
(2004), (3) Vinodkumar (2010), (4) Muniz (2007), (5) Cox (2000), (6) Zubaidah (2012) yang
umumnya mendapatkan bahwa program Komunikasi K3 berkaitan dengan kinerja K3 di
lapangan konstruksi.
Di dalam struktur sistim manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI pelaksanaan program
ini dilakukan dengan cara penyebaran kampanye K3, pelaksanaan Safety Talk di hadapan
pekerja sebelum pekerja memulai pekerjaan, juga dilakukan rapat K3 yang mempresentasikan
tentang bermacam hal tentang K3. Dari hasil penelitian ini program K3 kurang mendapatkan
respons yang baik dari pekerja. Hal ini mungkin adalah karena kualitas program yang perlu
peningkatan dalam metoda dan efektifitasnya.
Aturan dan Prosedur K3 (X5)
Salah satu Program-program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti yakni:
Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure), yang telah diterapkan oleh TEPI beserta
Kontraktornya memiliki pengaruh signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek
konstruksi sebesar 40,9%. Nilai pengaruh ini adalah berada di urutan teratas ke empat di
antara program K3 yang lainnya setelah Keterlibatan Pekerja (X3), Promosi/Intensif (X6) dan
Komitmen Pimpinan (X1).
Jika program ini dilaksanakan bersama program-program yang lain, maka
menghasilkan koefisien 0,554. Nilai koefisien ini berada pada urutan tertinggi ke dua setelah
program Promosi/Insentif (X6).
Hal ini menjelaskan bahwa program K3 yang telah dijalankan sudah memberikan hasil
yang baik dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Hal ini telah sesuai dengan hasil penelitian berikut (1) Fang (2004), (2) Cheng (2011),
(3) Vinodkumar (2010) yang umumnya mendapatkan bahwa penegakan Aturan dan Prosedur
K3 telah berhubungan dengan sikap yang baik terhadap K3.
Di dalam struktur manajemen K3 di lingkungan PT. TEPI, PT. TEPI telah mempunyai
SOP (Standard Operation Procedure) tentang peraturan dan prosedur K3 sebagai bagian dari
Sistim Manajemen K3 yang harus disiapkan oleh para peserta pelelangan proyek sebagai
persyaratan agar bisa mengikuti pelelangan proyek pada lingkungan PT.TEPI. Selain itu
pengawasan terhadap peraturan juga dilaksanakan secara simultan baik oleh pengawas K3
dari pihak Kontraktor juga dari para pengawas konstruksi dari pihak PT.TEPI.
Insentif (X6)
Salah satu dari program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang diteliti ini telah
diterapkan oleh TEPI beserta Kontraktornya memiliki hubungan yang kuat dan pengaruh
signifikan terhadap Tingkat Budaya K3 dari pekerja proyek konstruksi sebesar 44,1%. Nilai
pengaruh ini menempati posisi yang tertinggi ke dua di antara program-program yang lain
setelah program Keterlibatan Pekerja (X3).
Sedangkan jika diterapkan secara simultan, program Promosi Berbasis Prestasi K3 ini
mempunyai koefisien yang paling tinggi diantara program yang lainnya yakni sebesar 1,204.
Hal ini berarti bahwa penerapan program ini paling efektif untuk meningkatkan Budaya K3
dan menjelaskan bahwa program K3 yang telah dijalankan sudah memberikan hasil yang baik
dalam menumbuhkan budaya K3 para pekerja dan suatu program yang paling disukai oleh
para pekerja.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari: (1) Teo (2005), (2) Lai (2011), (3) Cheng
(2011), (4) Vinodkumar (2010) umumnya mendapatkan bahwa Promosi K3 dapat digunakan
sebagai prediktor dari pada motivasi K3 dan Budaya K3.
Di dalam sistim manajemen K3 pada lingkungan PT.TEPI, promosi K3 dilakukan
dengan menerapkan reward bagi pekerja yang memberikan pelaporan K3 terbaik serta
diberikannya penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi K3 dari pekerja.
Budaya K3 (Y)
Model regresi yang dihasilkan dari penelitian adalah: Y = 32,975 + 0,372X1 +
0,116X2 + 0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6, hal ini berarti jika program-program
K3 diterapkan secara bersama-sama, maka urutan program K3 yang berpengaruh positif
terhadap Budaya K3 Pekerja Proyek di daerah terpencil adalah: Insentif (Incentives), Aturan
dan Prosedur K3 (Rule and Procedure), Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement),
Komitmen Pimpinan (Management Commitment), Pelatihan K3 (HSE Training),
sedangkan program Komunikasi dan Umpan Balik (Communication and Feedback) tidak
berpengaruh terhadap Budaya K3 pekerja jika diterapkan secara bersama-sama dengan
program lainnya.
Di dalam sistim manajemen K3 di PT. TEPI saat ini sedang dilangsungkan program
peningkatan Budaya K3 dengan cara melakukan kampanye-kampanye K3 terhadap para
pegawai TEPI dan pekerja kontraktor serta masyarakat sekitar selain itu juga dilaksanakan
program I Care Leader yang dilakukan dengan melibatkan pekerja baik dari pihak PT. TEPI
dan pihak kontraktor. Program ini telah mendapatkan respons yang baik dari para pekerja di
lingkungan PT TEPI.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian: “Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) terhadap Budaya K3 pada Pekerja Proyek di Daerah Terpencil” dapat disimpulkan
bahwa:
1) Secara mandiri, seluruh Program-program Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yang
diteliti yakni: Komitmen Pimpinan (Management Commitment), Pelatihan K3 (HSE
Training), Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement), Komunikasi Umpan Balik
(Communication and Feed Back), Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure),
Insentif (Incentive) memiliki pengaruh terhadap Budaya K3 pekerja proyek di daerah
terpencil.
2) Program-program yang mempunyai pengaruh kuat terhadap Budaya K3 Pekerja proyek di
daerah terpencil atau dengan perkataan lain sebagai berhasil dalam mewujudkan Budaya
K3 yakni: Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement) dengan pengaruh sebesar
45,1%, Insentif (Incentive) sebesar 44,1%, Komitmen Pimpinan (Management
Commitment) sebesar 43,4%, Aturan dan Prosedur K3 (Rule and Procedure) sebesar
40,9%. Secara mandiri, program Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement) paling
berhasil dalam mewujudkan Budaya K3 bagi pekerja proyek di daerah terpencil,
sedangkan secara simultan, program Insentif (Incentive) mempunyai pengaruh paling
kuat terhadap Budaya K3 pekerja.
3) Program yang berpengaruh rendah adalah: Pelatihan K3 (HSE Training) dengan
pengaruh sebesar 8,3%, sedangkan program “Komunikasi dan Umpan Balik” dengan
pengaruh sebesar 19,8% mempunyai pengaruh yang cukup terhadap Budaya K3 pekerja
proyek di daerah terpencil.
4) Model regresi yang dihasilkan dari penelitian adalah: Y = 32,975 + 0,372X1 + 0,116X2 +
0,523X3 + 0,000X4 + 0,554X5 + 1,204X6, hal ini bahwa jika program-program K3
dilaksanakan secara bersama-sama maka akan menghasilkan pengaruh positif terhadap
Budaya K3 Pekerja Proyek di daerah terpencil dengan besaran pengaruh sebesar 61,1%.
Saran
1) Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut untuk menemukan program-program
K3 berkaitan dengan Komunikasi dan Umpan Balik dan Pelatihan K3 yang sesuai
dengan kondisi lingkungan dan sumber daya manusia di wilayah Delta Mahakam.
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara beberapa
data desriptif pekerja (misalnya: tingkat pendidikan, usia serta pengalaman kerja)
terhadap Budaya K3.

DAFTAR PUSTAKA
Aksorn, T., Hadikusumo, B., H., W., (2008), “Critical success factor influencing safety
program performance in Thai construction project”, Safety Science, Vol. 46, hal.709-
727.
Anggun , S., K., Statistics Regression Analysis. http://enyho04.wordpress.com
/2011/04/03/statistics-regression-analysis-oleh-septiani-kenyo-anggun/(2011)
Anizar. (2009) Teknik Keselamatan dan Kesehatan di Industri. Yogyakarta : Penerbit Graha
Ilmu,

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Anonymous, ”Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan Dan


Pengawasan Norma Kerja No: Se-2/M/Bw/1987 Tentang Pengertian Daerah
Terpencil, Pekerja Staf Yang Tidak Mendapat Upah Lembur” (di dalam
http://d.yimg.com/kq/groups/12317675/1245191619/name/SEPekerja_staf_dan_Kep.
102_2004.pdf)\
Chan, E. (2012), “A Safety Culture in Construction Business”, International Research
Journal, Vol. 2 (13), hal. 335-340.
Choudry, R., M., Fang, D., Mohamed, S., (2007), “The nature of safety culture: A survey of
the state-of-the-art”, Safety Science, Vol. 45, hal. 993-1012.
Cooper, D., (2001), Improving Safety Culture – A Practical Guide, 2nd edition, Applied
Behavioural Sciences Hull – www.bsafe.co.uk.
Fang, D., P., Xie, F., Huang, X., Y., Li, H., Factor Analysis based studies on construction
workplace safety management in China, International Journal of Project
Management 22 (2004) 43-49.
Fung, et.al., (2005), Safety cultural divergences among management, supervisory and worker
groups in Hong Kong construction industry, International Journal of Project
Management, Vol. 23, hal. 504-512.
Ivan, W., H., Fung, Tam, C., M., Karen, C., F., T., Ada, S., K., M., (2005), Safety Cultural
Differgences among management, supervisory and worker groups in Hong Kong
construction industry, International Journal of Project Management, Vol. 23, hal.
504–512.
Lai, D., N., C., Liu, M., Ling, Y., Y., L., (2011), “A comparative study by adopting human
resource practices for safety management on construction projects in the United
States and Singapore”, International Journal of Project Management, Vol. 29, hal.
1018 – 1032.
Misnan,M., S., et al., (2008), “Development of Safety Culture in Construction Industry: The
Leadership and Training Roles”, 2nd INTERNATIONAL CONFERENCE ON BUILT
ENVIRONMENT IN DEVELOPING COUNTRIES , (ICBEDC 2008)
Mohamed, S. et al., (2009), “National culture and safe work behaviour of construction
workers in Pakistan”, Safety Science, Vol. 47, hal. 29–35
Muniz, B., F., Montes-Peon, J., M., Vazquez-Ordas, C., J., (2007), “Safety Culture: Analysis
of the causal relationships between its key dimensions”, Journal of Safety Research,
Vol. 38 p. 627-641.
Muniz, et al., (2007), “Safety Culture: Analysis of the causal relationship between its key
dimensions”, Journal of Safety Research, Vol. 38, hal. 627-641.
Pujiati, S. A., “Analisis Regresi Linier Berganda Untuk Mengetahui Hubungan antara
Beberapa Aktifitas Promosi dengan Penjualan Produk”,
http://blog.its.ac.id/suherminstatistikaitsacid/files/2008/09/regresi-linier-
berganda.pdf.
S.J. Cox, A.J.T. Cheyne, (2000), “Assessing sefety culture in offshore environments”, Safety
Science, Vol. 34, hal. 111-129.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
cetakan kesebelas, Alfabeta, cv., Bandung.
Sunyoto, D., (2011), Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, Cet. 1, CAPS, Yogyakarta.
Syaaf, Ridwan, Z., (2011), “Implementasi Program Pengembangan Budaya K3 di Tempat
Kerja”. Seminar Nasional Manajemen Risiko Bidang K3-Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional –MENAKERTRANS RI.
Tempo Majalah online edisi 15 Januari 2013:
http://www.tempo.co/read/opiniKT/2013/01/15/3502/Tingginya-Angka-Kecelakaan-
Kerja.
Teo Evelyn, Ling Florence, Chong Adrian, (2004), “Framework for project managers to
manage construction safety”, International Journal of Project Mangement, Vol. 23,
hal. 329-341.
Vinodkumar et, al., (2010), “Safety management practices and safety behaviour: Assessing
the mediating, role of safety knowledge and motivation”, Elsevier, Accident Analysis
and Prevention, Vol. 42 (2010) 2082–2093
Zubaidah, I., Samad, D., Zakaria, H., (2012), “Factors Influencing the implementation of a
safety management system for construction sites”. Safety Science, Vol. 50, hal. 418-
423.

ISBN : 978-602-97491-7-5
B-28-12

Anda mungkin juga menyukai