Anoreksia Nervosa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam satu di antara banyak negara, terdapat beberapa orang yang sengaja
membuat diri mereka sendiri lapar-terkadang sampai meninggal. Mereka juga terobsesi
dengan berat badan dan bermaksud mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Pola yang
disfungsional ini disebut dengan anoreksia nervosa ( anorexia nervosa ). Seperti gangguan
psikologis lainnya, anoreksia sering disertai dengan berbagai bentuk psikopatologi,
termasuk depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan zat.
Gangguan makan seperti anoreksia sering terjadi pada anak usia SMA maupun
perguruan tinggi, terutama pada wanita muda. Meskipun jumlah yang terdiagnosis
mengalami gangguan makan pada siswa perguruan tinggi tidak setinggi yang kita kira,
namun anda kemungkinan pernah mengenal orang-orang di antara anda yang menderita
anoreksia, seperti makan yang berlebihan atau diet yang berlebihan.
Anoreksia nervosa dahulu jarang sekali terjadi, namun peningkatannya semakin
terlihat di Amerika dan negara maju lainnya. Mayoritas kasus terjadi pada wanita, terutama
gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja dan dewasa awal ketika tuntutan
untuk menjadi kurus sangat kuat. Seiring dengan meningkatnya tekanan sosial ini, makin
meningkat pula tingkat gangguan makan. Kira-kira 0,5% (1:200) wanita di lingkungan kita
mengidap anoreksia nervosa (APA,2000). Presentase yang jauh lebih besar terlihat pada
wanita muda yang menunjukkan perilaku anoreksik, tapi bukan berarti mereka mungkin 1
di antara 2 dari merela makan berlebih dan memuntahkannya setidaknya satu kali. Jumlah
penderita anoreksia pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanitanya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Anoreksia Nervosa ?
2. Apa kriteria Anoreksia Nervosa ?
3. Apa etiologi Anoreksia Nervosa ?
4. Bagaimana patofisiologi Anoreksia Nervosa ?
5. Apa manifestasi klinis Anoreksia Nervosa ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Anorekisa Nervosa ?
7. Bagaiamana penatalaksanaan Anoreksia Nervosa ?
8. Bagaimana ASKEP Anoreksia Nervosa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Anoreksia Nervosa.
2. Untuk mengetahui kriteria Anoreksia Nervosa.
3. Untuk mengetahui etiologi Anoreksia Nervosa.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Anoreksia Nervosa.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Anoreksia Nervosa.
6. Untuk mengetahui saja pemeriksaan penunjang Anorekisa Nervosa.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Anoreksia Nervosa.
8. Untuk mengetahui ASKEP Anoreksia Nervosa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anoreksia Nervosa


Anoreksia Nervosa /AN adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan
kelaparan secara sukarela dan stres dari melakukan latihan. AN merupakan sebuah
penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal,
pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga
disfungsi hati akut pada tingkat lanjut.
Anoreksia nervosa diartikan sebagai sebagai suatu gangguan makan yang terutama
menyerang wanita muda dan ditandai oleh penurunan berat badan yang ekstrim dan
disengaja oleh diri sendiri,. periode menstruasi yang tidak stabil pada wanita yang telah
puber Tanda-tanda Anoreksia Nervosa :Berat badan turun secara drastic,Diet
berkelanjutan,Ketakutan bertambah berat badan atau menjadi gemuk, bahkan ketika berat
badannya dibawah rata rata,Gejala yang tidak semestinya pada bentuk/ berat badan dalam
eveluasi diri,Sibuk menghitung kalori makanan dan nutrisi,Lebih memilih makan
sendirian,Latihan berlebih,Rambut atau kuku pecah-pecah dan depresi (Wong, 2008).
Anoreksia nervosa adalah penyakit kelaparan yang disebabkan oleh gangguan citra
tubuh berat dan ketakutan terhadap obesitas yang abnormal. Pada anoreksia
nervosa,kelainan psikologis yang cukup rumit dan paling sering ditemukan pada remaja
putri. Speer(1999) mendefinisikan anoreksia nervosa sebagai suatu kelaianan emosional
kompleks yang ditandai dengan penurunan berat badan yang berat dan gangguan citra
tubuh, tersiksa karena makanan, dan takut sakit karena obesitas.
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai
dengan penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal yang minimal,
gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk
mengakui bahwa ada masalah (Videbeck, 2008).
Banyak penelitian yang beranggapan bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat
psikologis daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia
nervosa mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi

3
sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang
(Sherwood, 2001).
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan dalam batas-batas minimal yang normal untuk tinggi badan,
berat tubuh, dan kerangka tubuh. Penurunan berat badan yang berlebih disangkal dan
individu memiliki citra tubuh yang menyimpang. Meskipun kurus, individu merasa gemuk.
Selain itu mereka memfokuskan pada ukuran dan bentuk bagian tubuh tertentu.
Ada dua jenis anoreksi nervosa pertama adalah membatasi diri, yaitu individu
tersebut sangat membatasi makanan dan memaksa diri menjalankan latihan, sedangkan
jenis kedua adalah jenis yang suka makan dan melakukan purgasi ditandai dengan
membatasi asupan makan dan diselingi pesta makan, diikuti melakukan purgasi melalui
muntah yang diinduksi sendiri atau memakai ipekak, laksatif (obat cuci perut), diuretik,
atau enema (Sowden, 2009).

B. Kriteria Anoreksia Nervosa


Berdasarkan kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV
307.1):
1. Ketakutan yang sangat akan menjadi gemuk, dimana ketakutan ini tidak akan
berkurang meskipun berat badan turun
2. Gangguan dalam pandangan tentang berat, ukuran,atau bentuk tubuh (misalnya merasa
gemuk bahkan pada saat kurus, atau meyakini bahwa suatu bagian terlalu gemuk
walaupun kenyataanya sangat kurus
3. Menolak untuk mempertahankan berat badan diatas berat normal minimal yang sesuai
dengan usia dan tinggi
4. Pada wanita, tidak mengalami siklus menstruasi paling tidak tiga kali berturut-turut
(amenorea primer atau sekunder)
Sedangkan menurut WHO 1992, kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Penurunan berat badan paling sedikit 15 % dari yang seharusnya (IMB) dibawah 17,5.
Penurunan berat badan akibtat dari menghindari makanan berlemak, olahraga, dan
muntah (purgasi)

4
2. Gangguan citra tubuh tidak realistik, melaporkan dirinya gemuk dan berat
(menyangkal), merasa gemuk meskipun sudah sangat kurus.
3. Gangguan pada endokrin pada wanita berupa amenore dan pada pria berupa impotensi
dan hilangnya ketertarikan seksual
4. Apabila terjadi pubertas, perkembangan pubertas tertunda atau terhambat

C. Etiologi Anoreksia Nervosa


Meskipun etiologi pasti tidak diketahui, gangguan yang biasnya biasanya berkaitan
dengan masaalah psikologis dan perilaku mengurangi makanan dengan inisiatif sendiri,
seperti yang biasa dilakukan oleh remaja putri, tetapi perilaku anoreksia secara bertahap
menjadi penyebab pengurangan berat badan drastis dan mengurus.
Ada beberapa faktor yang terlibat dan menjadi penyebab terjadinya anoreksia
nervosa, yakni sebagai berikut :
1. Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga
ditemukan pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason.
Terjadi penekanan fungsi tiroid, amenore, yang mencerminkan penurunan kadar
hormonal. Kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan pemberian makanan kembali.
2. Faktor sosial
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat yang
menekankan kekurusan dan latihan. Tidak berkumpul dengan keluarga adalah spesifik
pada anoreksia nervosa. Pasien dengan anoreksia nervosa kemungkinan memiliki
riwayat keluarga depresi, ketergantungan alcohol, atau suatu gangguan makan.
3. Faktor psikologis dan psikodinamis
Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada
remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi social dan seksual.
Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh
di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation)
mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebgai orang yang unik dan
khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.

5
D. Patofisiologi Anoreksia Nervosa
Perilaku purgasi dan setengah puasa dapat menimbulkan ketidakseimbangan
elektrolit dan masalah jantung, yang pada akhirnya dapat berakibat fatal. Kondisi kelaparan
dapat mengakibatkan berbagai gejala medis. Perubahan kadar hormon pertumbuhan,
berkurangnya sekresi hormon kelamin, ketidaksempurnaan pembentukan jaringan sumsum
tulang, abnormalitas struktur otak, disfungsi jantung, dan kesulitan gastrointestinal sering
terjadi. Masalah terkait anoreksia pada remaja yang perlu diperhatikan adalah
kemungkinan retardasi pertumbuhan, keterlambatan menarke, dan puncak reduksi massa
tulang. Bila pola makan normal dapat dimunculkan kembali dan pemakaian laksatif dapat
dihentikan, individu tersebut dapat mengalami edema perifer.
Berbagai factor psikologis berhubungan dengan anoreksia nervosa. Rasa harga diri
yang rendah sering berperan penting dalam munculnya penyakit ini.
Penurunan berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian, dan harga diri menjadi
bergantung pada ukuran dan berat tubuh. Terdapat hubungan antara gangguan makan dan
mood . Pada beberapa kasus, depresi mayor dapat terjadi karena kurangnya nutrisi.
Individu yang engidap anoreksia nervosa bisa kurang spontanitas dalam situasi sosial dan
dapat mengalami pembatasan emosional.
Dinamika keluarga dapat berperan dalam perkembangan gejala. Orang tua mungkin
saja mengontrol dan terlalu protektif. Gangguan makan dapat terjadi sebagai suatu usaha
melawan kontrol yang tidak disadari. Pada beberapa kasus, penurunan berat badan dan
hilangnya karakteristik seks sekunder dapat berhubungan dengan kesulitan menerima
maturasi menuju kedewasaan. Gangguan makan yang tidak cukup berat untuk memenuhi
criteria anoreksia nervosa sering dijumpai pada remaja putri Amerika Serikat dan
mencerminkan kurus ideal secara sosiokultural.

E. Manifestasi Klinis Anoreksia Nervosa


Ada beberapa manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan anoreksia nervosa, yakni
sebagai berikut :
1. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas
2. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subkutan
3. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim

6
4. Latihan dan aktivitas fisik berlebihan
5. Amenore
6. Kulit kering, bersisik
7. Lanugo pada ekstrimitas, punggung dan wajah
8. Kulit berubah kekuningan
9. Gangguan tidur
10. Konstipasi atau diare kronis, nyeri abdomen, kembung
11. Erosi esofagus (akibat seringnya muntah)
12. Depresi alam perasaan
13. Fokus yang berlebihan terhadap makanan, makan, dan penampilan tubuh
14. Erosi emai dan dentin gigi pada permukann sisi lingual (efek lanjut akibat seringnya
muntah)

F. Pemeriksaan Diagnostik Anoreksia Nervosa


Anoreksia nervosa seringkali didiagnosis dengan mengesampingkan penyakit-
penyakit medis dan psikiatrik lainnya yang berhubungan dengan penurunan berat badan.
Pada saat ini kriteria AN yang jelas dan dapat dipercaya telah diformulasikan berdasarkan
tanda dan gejala-gejalanya (Soetjiningsih, 2010). Beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi gejal-gejala dari AN adalah sebagai berikut :
1. Elektrokardiogram (EKG) à bradikardia umum terjadi
2. Tekanan darah berdiri dan berbaring à untuk mengkaji adanya hipotensi
3. Kadar urea, elektrolit, kreatinin serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan) à
dapat menunjukkan kadar nitrogen urea darah (NUD) yang rendah akibat dehidrasi
dan jumlah asupan protein yang tidak adekuat; alkalosis metabolik dan hipokalemia
karena muntah
4. Urinalisis, klirens kreatinin urine (pada kasus berat, dipantau setiap tahun) à pH
mungkin naik; mungkin ditemukan keton
5. Hitung darah lengkap (HDL), hitung trombosit (pada kasus berat, dipantau setiap 3
bulan) à biasanya normal; mungkin terdapat anemia normokromik normositik.
6. Kadar Glukosa serum (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)
7. Uji fungsi hepar (pada kasus berat, dipantau setiap 3 bulan)

7
8. Kadar TSH (thyroid stimulating hormone ), kortisol (pada kasus berat dipantau
enam bulan sekali)
9. Densitas tulang (pada kasus berat dipantau setiap tahun) à menunjukkan osteopenia
10. Komposisi tubuh (pada kasus berat dipantau setiap tahun menggunakan kaliper,
atau water immersion)
11. Adanya hiperkarotenemia (menyebabkan kulit berwarna kuning, juga dikenal
sebagai pseudoikterus) à karena diet vegetarian atau penurunan metabolism

G. Penatalaksanaan Anoreksia Nervosa


Pengobatan untuk penderita anoreksia akan tergantung pada spesifikasi dari
gangguan dan akan disesuaikan dengan masing-masing individu. Umumnya, tujuan
pengobatan gangguan makan yang akan mengembalikan orang tersebut ke berat badan
yang sehat, mengobati masalah psikologis yang berkaitan dengan gangguan, dan
mengurangi perilaku atau pikiran yang berkontribusi terhadap gangguan makan.
Pengobatan harus mengatasi semua aspek dari gangguan, termasuk komponen psikologis
dan medis. Terapi terus mungkin diperlukan untuk mencegah kambuh dan mengobati
masalah psikologis yang terkait. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
pengobatan penderita anoreksia nervosa:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif (CBT) sering merupakan komponen pengobatan gangguan
makan. Jenis terapi ini sangat terstruktur dan sering mengambil 10 sampai 20 sesi. Ini
dapat dilakukan secara individual, dalam kelompok atau dengan keluarga. Terapi
perilaku kognitif adalah tujuan berorientasi dan terfokus pada perubahan pola pikir
yang tidak sehat, yang mengarah ke perubahan perilaku. CBT dianggap sebagai
pengobatan pilihan untuk penderita dan sering dikombinasikan dengan pilihan
pengobatan lainnya.
2. Konseling Gizi
Gangguan makan mendistorsi persepsi penderita dari diet yang sehat, dan konselor gizi
akan membantu untuk membentuk rencana makan yang akan memungkinkan
penderita menjaga berat badan yang sehat. Ahli gizi dapat membantu untuk
menanamkan kebiasaan makan yang normal. Pasien dapat mengambil manfaat dari

8
diet diawasi secara medis untuk mengembalikan mereka ke berat badan yang sehat.
Konseling gizi merupakan bagian penting dari pemulihan dan jangka panjang
keberhasilan.
3. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita untuk mengeksplorasi penyebab dan proses
berpikir di balik gangguan makan mereka, serta untuk membantu jalan menuju
pemulihan. Psikoterapi juga dapat membantu meningkatkan hubungan dan
mengajarkan cara untuk mengatasi stres dan teknik pemecahan masalah. Psikoterapi
penting dalam mengobati setiap gangguan lain, seperti depresi atau kecemasan, yang
dapat berkontribusi terhadap gangguan makan. Hingga 50 persen orang yang
menderita gangguan makan juga memenuhi kriteria untuk depresi, sehingga mengobati
kondisi mental yang hidup bersama dapat membuat perbedaan perlakuan yang sukses.
4. Pertolongan perawatan medis
Banyak pasien sangat kurus pada awal pengobatan, sehingga perhatian medis mungkin
sangat diperlukan. Gejala gangguan makan cepat mungkin menjadi mengancam jiwa,
dan langkah pertama dan paling penting dalam pengobatan adalah untuk mendapatkan
orang untuk berat badan yang sehat dan untuk mengobati masalah medis serius.
Anoreksia kronis dapat menyebabkan kerusakan pada gagal jantung, anemia, tekanan
darah rendah atau organ, sehingga evaluasi dan melanjutkan perawatan oleh dokter
adalah sangat penting.
5. Penggunaan obat melalui resep
Obat dapat digunakan dalam pengobatan eating disorders untuk membantu
mengekang, mendesak atau mengurangi pikiran obsesif tentang makanan, olahraga
atau citra tubuh. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi mental yang
dapat mendasari gangguan makan. Obat-obat ini mungkin termasuk antidepresan atau
agen anti-kecemasan. Dalam beberapa kasus, rawat inap di medis mungkin diperlukan.
Terapi berbasis keluarga adalah pengobatan yang efektif untuk anak-anak dan remaja
yang menunjukkan tanda-tanda gangguan makan. Jenis terapi mengasumsikan bahwa
keluarga akan terlibat dalam pola makan dan kebiasaan anak, dan berusaha untuk mendidik
seluruh keluarga dalam mendukung anak dengan gangguan makan.

9
BAB III

ASKEP ANOREKSIA NERVOSA

A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan perawat pada kasus anoreksia meliputi :
1. Identitas Pasien
a. Umur : Tidak ada perbandingan umur dari usia anak sampai dewasa, jadi relative
sama. Hanya saja anoreksia nervosa lebih banyak diderita oleh usia-usia remaja.
b. Jenis kelamin : Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang menderita
anoreksia nervosa lebih banyak perempuan.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya
keluhan utama yang dirasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasanya
mengungkapkan bahwa dia tidak menderita anoreksia nervosa dengan tanda binge
(makan berlebihan) dan purge (makan sedikit).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST. Paliatif
atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien. Quality atau kuantitas (Q) yaitu
bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien. Regional (R) yaitu kemana binge dan
purge menjalar. Safety (S) yaitu posisi bagaimana yang dapat membuat pasien nyaman
serta dapat mengurangi binge dan purge. Terakhir adalah time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan binge dan purge tersebut.
4. Riwayat Penyakit DahuluPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya, kapan terjadinya, dan penanganan yang dilakukan sendiri sebelum
dirawat. Klien anoreksia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain
dan menghindari konflik. Klien sering memiliki perilaku impulsive seperti
penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien yang pernah menderita anoreksia nervosa.
6. Riwayat Psikososial

10
Perawat mengkaji tentang perasaan, status emosional, dan perilaku klien. Misalnya,
klien sering merasa cemas dan mengisolasi diri karena penyakit yang diderita.
7. Pemeriksaan Fisik: B1 (Breath) : RR meningkat. B2 (Blood) : perasaan dingin
meskipun pada ruangan hangat, TD rendah, takikardia, bradikardia, disritmia. B3
(Brain) : penampilan umum klien tidak luar biasa, klien tampak terbuka dan mau
berbicara. B4 (Bladder) : kaji keseimbangan cairan dan elektrolit, turgor kulit tidak
elastic dan membrane mukosa kering. B5 (Bowel) : catat kehilangan berat badan 15%
di bawah normal. Klien dapat kelebihan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya
mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Kaji
keadaan gigi, mulut, dan abdomen.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.
2. Keletihan berhubungan dengan malnutrisi.
3. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak ideal.
4. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan intake
cairan secara oral dengan pengeluaran cairan.

C. Intervensi
DX 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.
Tujuan : Nutrisi seimbang sesuai kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
1. Pemenuhan nutrisi terpenuhi dengan adekuat.
2. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu.
Intervensi:
1. Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional: Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi,
agitasi an mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan. Perbaikan status
nutrisi meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.

11
2. Kolaborasi pemberian terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai
indikasi.
Rasional: Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi.
Perawatan di rumah sakit memberikan kontrol lingkungan dimana masukan makanan,
obat, dan aktivitas dapat dipantau.
3. Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan, yang tepat.
Rasional: Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah
periode puasa.
4. Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak
mungkin.
Rasional: Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol
lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.
5. Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur
Rasional: Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan
yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau penurunan.
6. Awasi program latihan dan susun batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja
(jalan-jalan dan sebagainya).
Rasional: Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus otot/berat badan
dan melawan depresi. Namun pasien dapat latihan terlalu berlebihan untuk membakar
kalori.

DX 2: Keletihan berhubungan dengan malnutrisi.

Tujuan : Klien akan beradaptasi dengan keletihan

Kriteria Hasil :

1. Klien dapat menggunakan teknik penghematan energi.


2. Klien dapat mengadaptasi gaya hidup sesuai dengan tingkat energi yang dimiliki.
3. Klien melaporkan bahwa energi terpulihkan setelah istirahat.
4. Klien dapat mengindentifikasi faktor psikologis dan fisiologis yang dapat
menyebabkan keletihan.

12
Intervensi:
1. Ajarkan pasien pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
keletihan.
Rasional: Pengetahun pasien tentang teknik penghematan energi secara jelas dapat
meningkatkan kemungkinan untuk diterapkan.
2. Lakukan kolaborasi perujukan ke perawatan psikiatrik jika sangat mengganggu
hubungan klien dengan orang lain.
Rasional: Penanganan dari segala aspek termasuk psikologinya akan meningkatkan
keefektifan terapi.
3. Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada pasien.
Rasional: Pemantaun secara berkala membuat penatalaksanaan dapat segera dilakukan
jika terjadi masalah.
4. Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan sehubungan dengan
keletihan yang terjadi.
Rasional: Perasaan yang berhasil diungkapkan dapat mengurangi beban masalah yang
dialami.

DX 3: Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak ideal

Tujuan : Pasien merasa percaya diri dengan kondisi tubuhnya.

Kriteria Hasil :

1. Klien dapat membuat gambaran diri lebih nyata.


2. Klien dapat mengakui diri sebagai individu.
3. Klien dapat menerima tanggung jawab untuk tindakan sendiri.
Intervensi:
1. Buat hubungan terapeutik perawat dengan pasien.
Rasional: Dalam hubungan membantu, pasien dapat mulai untuk mempercayai dan
mencoba pemikiran dan perilaku baru.
2. Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral.
Rasional: Pasien melihat diri sebagai lemah-harapan, meskipun bagian pribadi merasa
kuat dan dapat mengontrol.

13
3. Biarkan pasien menggambarkan dirinya sendiri.
Rasional: Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang
diri/gambaran diri dan kenyamanan situasi individu.
4. Bantu pasien untuk melakukan kontrol pada area selain dari makan/penurunan berat
badan, missal manajemen aktivitas harian, pilihan kerja/kesenangan.
Rasional: Perasaan tak efektif pribadi, harga diri rendah, dan perfeksionisme sering
menjadi bagian dari masalah. Pasien merasa tak berdaya untuk mengubah dan
memerlukan bantuan untuk metode pemecahan masalah kontrol situasi hidup.
5. Libatkan dalam terapi kelompok.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk bicara tentang perasaan dan mencoba
perilaku baru.
6. Waspadai ide bunuh diri/perilaku.
Rasional: . Cemas/panic terus-menerus tentang peningkatan berat badan, depresi,
perasaan tak berdaya dapat menimbulkan usaha bunuh diri, khususnya bila pasien
impulsive.

DX 4: Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan


intake cairan secara oral dengan pengeluaran cairan.

Tujuan: Elektrolit tubuh seimbang.

Kriteria hasil :

Mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran


urine adekuat, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi:

1. Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan


optimal, missal jadwal masukan cairan.
Rasional: Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan,
memperbaiki kesempatan untuk berhasil.
2. Kolaborasi penambahan kalium, oral atau IV sesuai indikasi.
Rasional: Dapat diperlukan untuk mencegah disritmia jantung.

14
3. Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa, turgor kulit.
Rasional: Indikator keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
dengan resiko jatuh/cedera segera setelah perubahan posisi.
4. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat.
Rasional: Pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi
atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit.

D. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada pasien dengan anoreksia nervosa setelah
dilakukan asuhan keperawatan klinik di ruang rawat inap, meliputih hal-hal sebagai
berikut :
1. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan pasien dapat
mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
2. Pasien teradaptasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari meski sering mengalami
keletihan.
3. Gambaran diri meningkat dan merasa bentuk tu buh ideal.
4. Sampai akhir asuhan keperawatan tidak mengakami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan
penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan
terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri
pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu
situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan
makanannya.
Anoreksia terkait dengan fokus pada kontrol berat badan dan cara-cara yang
maladaptif untuk upaya menurunkan berat badan. Banyak faktor lain yang terlibat dalam
perkembanganya, termasuk tekanan sosial pada wanita muda untuk mencapai standar
kekurusan yang tidak realistis, siu-isu tentang kontrol, problem psikologis yang mendasari,
dan konflik dalam keluarga, terutama tentang isu otonomi.
Beberapa kasus anoreksia yang parah seringkali ditangani di rumah sakit di mana
proses pemberian makan dapat dimonitor secara lebih baik. Modifikasi perilaku dan
intervensi psikologis lainnya, termasuk psikoterapi dan terapi keluarga, juga dapat
berguna.

B. Saran
Untuk penderita anoreksia nervosa sebaiknya ubahlah pikiran bahwa tubuh kalian
masih terlihat gemuk. Untuk keluarga penderita anoreksia sebaiknya berikanlah perhatian
yang lebih kepada mereka agar mereka bisa kembali seperti semula. Karena badan yang
terlampau kurus itu sebenarnya tidak sehat. Bisa menimbulkan asteoporosis bahkan
kematian.

16
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Fauziyati,Sarah.2012.Psikoper - Makalah Anoreksia Nervosa.[online].tersedia di


https://asuhankeperawatan kesehatan.blogspot.com.Tanggalm akses 20 November 2018.

Aryanti,ratih.2017.Maraknya Anoreksia Nervosa di Kalangan Remaja.[Online].tersedia di


ratiharyanti.blogspot.com/2017/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.Tanggal akses 20
November 2018.
Repository.usu.ac.id.[online].Tanggal akses 18 November 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai