Anda di halaman 1dari 17

PAPER KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS

KESIAPAN KEMENTRIAN KOPERASI DAN UKM


DALAM MENYONGSONG MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015

Disusun Oleh :
Koko Widyat Moko
H0413022

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI


PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Koperasi .................................................................................. 3
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................................ 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Karakteristik MEA. ........................................ 6
B. Keuntungan, Kerugian bagi Indonesia dengan adanya MEA.. 8
C. Kesiapan Koperasi dan UKM dalam Menghadapi MEA ...... 10
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Indikator Utama Penentu Daya Saing Daerah........ 16

3
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan untuk mencapai kepada masyarakat yang maju, adil dan makmur
seperti pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan” dan bangunan
perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi.
Cita-cita Koperasi memang sesuai dengan susunan kehidupan rakyat
Indonesia. Meski selalu mendapat rintangan, namun Koperasi tetap berkembang.
Seiring dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula perundang-
undangan yang digunakan. Perkembangan dan perubahan perundang-undangan
tersebut dimaksudkan agar dapat selalu mengikuti perkembangan jaman.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan pelaku bisnis yang bergerak
pada berbagai bidang usaha, yang menyentuh kepentingan masyarakat.
Berdasarkan data BPS (2003), populasi usaha kecil dan menengah (UKM)
jumlahnya mencapai 42,5 juta unit atau 99,9 persen dari keseluruhan pelaku bisnis
di tanah air. UKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja, yaitu sebesar 99,6 persen. Semenrtara itu, kontribusi UKM terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,7 persen.
Indonesia adalah salah satu negara terbesar populasinya yang ada di
kawasan ASEAN. Masyarakat Indonesia deengan UKM dan Koperasi yang
menyeluruh di seluruh wilayah di Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang
cukup bagus. Ini menjadi modal yang penting untuk mempersiapkan masyarakat
Indonesia menuju ASEAN Economic Community (AEC ) tahun 2015.
Untuk saat ini Koperasi lebih menitik beratkan kepada UKM dan telah ada
Kementrian Koperasi dan UKM dengan tugas nya membantu Presiden dalam
merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang UKM masyarakat dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ).

4
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada antara lain :
1. Apa pengertian dan Karakteristik MEA 2015 ?
2. Apakah Indonesia di untungkan atau di rugikan dengan adanya MEA 2015 ?
3. Bagaimana kesiapan Koperasi dan UKM dalam menghadapi MEA 2015 ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penyusun antara lain sebagai berikut,
1. Mengetahui pengertian dan Karakteristik MEA secara mendasar
2. Mengetahui apakah Indonesia untung atau rugi dengan adanya MEA 2015 ?
3. Mengetahui kesiapan kementrian Koperasi dan UKM dalam menghadapi
MEA 2015 ?

5
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Koperasi
Di Indonesia, pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi Tahun
1967 No.12 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut : Koperasi
Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan
orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
(Anoraga dan Widiyanti, 1997).
Koperasi adalah tulang punggung perekonomian bangsa seperti tertuang
dalam pasal 33 UUD 1945. Lembaga ini menjadi wadah untuk mengembangkan
demokrasi ekonomi, menghimpun potensi pembangunan yang dapat digali dari
anggota masyarakat dan melaksanakan kegiatan ekonomi untuk mengangkat
tingkat kehidupan para anggotanya. Koperasi merupakan harapan yang dapat
meningkatkan harkat dan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan ekonomi
yang bersumber dari dan dimanfaatkan oleh kalangan pelaku dari masyarakat
sendiri (Downey dan Steven, 1992).
Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas
para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki
kegairahan kerja dan menaati segala ketentuan dan garis kebijakan yang telah
ditetapkan Rapat Anggota. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan
taraf hidup mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri
(Anoraga dan Widiyanti, 1997).
Dan juga, koperasi tumbuh dan berkembang secara dinamis melalui doktrin
dan prinsip dasar yang lekat dengan pertumbuhan itu sendiri. Koperasi
perkembang ke segala arah di seluruh dunia dan bergabung dalam suatu sistem
koperasi. Sebagai suatu unit usaha, maka koperasi berkembang di seluruh
masyarakat yang menyerap kebutuhan ekonomi sehari-hari. Koperasi
melaksanakan perlindungan terhadap anggota dan memberi pengarahan agar
status ekonominya meningkat (Subyakto dan Cahyono, 1983).

6
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Pengertian usaha mikro, kecil, dan menengah menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Usaha Mikro
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 1
Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bahwa
usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008.
Adapun kriteria usaha mikro menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Pasal 6 ayat 1 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
b. Usaha Kecil
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 2
Tahun 2008 tentang UMKM bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008.
Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Pasal 6 Ayat 2 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

7
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 Ayat 3
Tahun 2008 tentang UMKM bahwa usaha menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008.
Adapun kriteria usaha kecil menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Pasal 6 Ayat 3 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

8
6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system
perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara
anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Pada KTT di Kuala
Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk
mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).
KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan
bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi
ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas
Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN.
Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun
Komunitas ASEAN pada tahun 2020. Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi
ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur,
Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan
komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas
ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN
Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan
Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin
sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih
bebas.

9
Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ialah
realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang
didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk
memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan
baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka,
berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten
dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan
pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan. Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis
produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan
mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada
inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas;
memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat
kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat
integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui
Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
5. Meningkatkan infrastruktur
6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber
daerah;
8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA).

10
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk
Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur
yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan
konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan
saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.
B. Keuntungan atau Kerugian bagi Indonesia dengan adanya MEA
Sampai pertengahan 2014 ini, kondisi perekonomian Indonesia semakin
jauh dari harapan. Selama sepuluh tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia rata-rata 5,2%. Namun, angka kemiskinan dan pengangguran tetap
tinggi akibat pertumbuhan ekonomi yang terlalu eksklusif. Hanya sebagian
masyarakat yang menikmati pertumbuhan ekonomi ini. Realita di Ibu Kota
menjadi saksi hidup bahwa kesenjangan sosial semakin tinggi antara si kaya dan
si miskin. Belum selesai dengan masalah perekonomian di negeri sendiri,
Indonesia dihadapkan dengan sebuah tantangan yang besar di tahun 2015
mendatang yaitu MEA 2015. MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) atau AEC (Asean
Economic Community) adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang
direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Tujuan dibentuknya “Komunitas
Ekonomi ASEAN” tidak lain untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di
kawasan ASEAN. Membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat.
Dengan diimplementasikannya MEA 2015, Indonesia mempunyai 2 pilihan dalam
drama ini, menjadi aktor utama atau malah menjadi penonton di negeri sendiri.
Dengan kata lain, MEA 2015 bisa mendatangkan keuntungan yang besar bagi
Indonesia. Namun, juga dapat menimbulkan kerugian yang besar pula.
Keuntungan yang didapatkan Indonesia adalah para UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah) akan lebih mudah menjual barang-barang produksinya ke

11
negara-negara di ASEAN. Liberalisasi perdangangan barang di ASEAN ini
menyebabkan berkurangnya biaya transportasi dan biaya telekomunikasi para
UMKM dengan konsumen. Selain itu, daya saing yang ketat juga akan mewarnai
MEA 2015 seperti yang dilansir dari
Ketua Pembina ASEAN Competition Institute (ACI), Soy Martua Pardede.
Beliau menilai persaingan di pasar bebas ASEAN akan sangat ketat dan tidak
ditemui di regional lainnya semisal Eropa atau Amerika. Sehingga, mutlak untuk
meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Dalam rangka MEA 2015 ini,
berbagai kerja sama regional untuk meningkatkan infrastruktur ( pipa gas,
teknologi informasi ) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan
tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia. Terutama
dalam melancarkan program infrastruktur domestik.
Seperti koin yang memiliki 2 sisi, Indonesia juga dihadapkan dengan
kerugian-kerugian dari MEA 2015 jika persiapan mengahadapi pasar bebas ini
tidak matang. Hal yang paling ditakutkan adalah kesamaan produk Indonesia
dengan negara lain. Kurangnya standardisasi dan seritifikasi produk di dalam
negeri akan menciptakan peluang bagi produk impor untuk menggempur
perdagangan di Indonesia. Standardisasi dan sertifikasi produk merupakan hal
yang penting guna mencegah kesamaan produk Indonesia dengan negara lain.
Dalam MEA 2015 mendatang, tempe orek makanan asli Indonesia terancam akan
diambil alih negara lain seperti Thailand. Pasalnya dalam pembuatan tempe belum
mendapat sertifikasi dan stadardisasi. “Nanti produksi tempe yang 99 persen di
UKM kita kan mereka (Thailand) bisa serang dari sisi higienisnya di pertanyakan
orang. Sekarang banyak investor minta studi perusahaan tempe karena masih
belum bersih, buatnya saja di injak injak,” cetus Ekonom, Hendri Saparini. Sudah
cukup budaya yang diklaim oleh negara tetangga, jangan sampai makanan pun di
akui lagi oleh negara seberang. Kerugian lain yang akan dihadapi adalah
terancamnya daya saing tenaga kerja Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang kurang
terdidik di Indonesia masih tinggi yakni mereka yang berpendidikan di bawah SD
dan SMP mencapai 68,27 persen atau 74.873.270 jiwa dari jumlah penduduk yang
bekerja sekitar 110.808.154 jiwa. 80 persen pengangguran Indonesia hanya

12
lulusan SMP dan SD. Jika dibandingkan dengan pengangguran negara tetangga,
80 persen pengangguran Singapura dan Malaysia adalah lulusan perguruan tinggi
dan SMA. Hal ini mengkhawatirkan karena bisa saja tenaga kerja negara tetangga
mengambil alih lapangan kerja di Indonesia. Cukup sudah Indonesia mengimpor
beras dari negara lain, padahal Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki
bahan-bahan pokok yang melimpah. Jangan sampai, tenaga kerja pun diimpor dari
negara-negara tetangga.
Dapat disimpulkan bahwa MEA 2015 bisa mendatangkan keuntungan bagi
Indonesia. Namun, jika tidak disiapkan dengan matang, MEA 2015 akan menjadi
boomerang bagi Indonesia. Keuntungan atau kerugiankah yang akan dialami oleh
Indonesia akan ditentukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia sendiri.
Pemerintah harus segera berbenah diri dalam menghadapi MEA 2015 ini agar
Indonesia tidak hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Kebijakan pemerintah
dalam standardisasi dan sertifikasi produk, peningkatakan mutu tenaga kerja
merupakan persiapan-persiapan yang harus dilakukan agar Indonesia tidak
mengalami kerugian yang besar di MEA 2015 mendatang. Pemerintah yang akan
memegang kunci kesuksesan MEA 2015 ini untuk Indonesia.
C. Kesiapan Koperasi dan UKM dalam Menghadapi MEA 2015
Sejauh ini persiapan Koperasi dan UKM kita untuk menghadapi era MEA
2015 ini cukup bagus. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015
membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi Indonesia.
Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan
mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan
ke masing-masing negara. Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara
itu, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil langkah-langkah strategis
agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali
sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM).
Sejauh ini persiapan Koperasi dan UKM kita untuk menghadapi era MEA
2015 ini cukup bagus, Persiapan sampai saat ini untuk menghadapi MEA itu
kurang lebih 60 sampai 70 persen, Sebagai persiapan, menurut dia, pemerintah
telah melaksanakan beberapa upaya strategis, salah satunya pembentukan Komite

13
Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah antisipasi
serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai
pemberlakuan MEA pada akhir 2015.

Gambar 3.1 Indikator Utama Penentu Daya Saing Daerah


Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian
Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar
bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap
MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya
serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Untuk meningkatkan kualitas pelaku KUKM, berbagai pembinaan dan pelatihan,
baik yang bersifat teknis maupun manajerial selalu di gaungkan. Namun,
banyaknya tenaga kerja yang tidak terampil tentu berdampak pada kualitas produk
yang dihasilkan, Oleh karena itu, kementrian Koperasi melakukan pembinaan dan
pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar
produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-
produk yang berdaya saing tinggi. Sektor Koperasi dan UKM yang paling penting

14
untuk dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015 itu yang terkait dengan
industri kreatif dan inovatif, handicraft, home industry, dan teknologi informasi.
Kementrian Koperasi juga berupaya meningkatkan akses dan transfer
teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu
bersaing dengan pelaku UKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diperlukan para pelaku UKM di
Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya
dalam menghadapi MEA.

15
13

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dengan di berlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015,
UKM dituntut lebih bisa mengembangkan usaha kecil melalu berbagai program
Kementrian Koperasi dan UKM seperti permodalan, kelembagaan dan
pemasaran.
B. Saran
Pemerintah harus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkoperasi
dan ber UKM yang masih kurang sehingga perlu menggalakkan sosialisasi betapa
pentingnya koperasi dan UKM untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya mereka di pelosok perdesaan. Sosialisasi yang dimaksud mulai dari
pendidikan, penyuluhan, seminar, diskusi dan ceramah mengenai pentingnya
berkoperasi dan berUKM

16
DAFTAR PUSTAKA

Subyakto dan Cahyono, B.T. 1983. Ekonomi Koperasi. Yogyakarta : Liberty.


Anoraga, P. dan Widiyanti, N. 1997. Dinamika Koperasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Downey, W. D. dan Steven, P.E. 1992. Manajemen Agribisnis. Jakarta : Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai