Anda di halaman 1dari 45

I.

JUDUL : Penentuan Kadar Glukosa Darah


II. HARI/TANGGAL : Senin, 24 September 2018 Pukul 13.00-15.30 WIB
III. TUJUAN : Menentukan kadar glukosa dalam darah
IV. DASAR TEORI :
Karbohidrat (Monosakarida)
Karbohidrat didefinisikan secara tepat sebagai senyawa dengan rumus
molekul Cn(H2O)n. Namun, kata ’karbohidrat’ umumnya digunakan dalam
pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi
aldehida dan keton serta turunannya. Gula yang kita kenal dengan sebutan
sakarida, umumnya diperlukan sebagai karbohidrat khas. Monosakarida
adalah karbohidrat yang biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon
(Pine, dkk., 1988).
Berdasarkan jumlah monomer pembentuk suatu karbohidrat maka
dapat dibagi atas tiga golongan besar yaitu monosakarida, disakarida dan
polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti
molekulnya hanya terdiri dari beberapa jenis atom karbon saja dan tidak dapat
diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat
lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan
dihidroksiaseton (Poedjiadi, 1994).
Berikut merupakan struktur monosakarida:

Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering
dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom
karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon
dikenal sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil
adalah sebuah aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 1


sebagai aldoheksosa. Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa
sering dikenal sebagai dektrosa.
Berikut gambar struktur glukosa:

Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima


dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi
glukosa. Karbohidrat yang dicerna tersebut nantinya akan membentuk residu
glukosa, galaktosa dan fruktosa yang akan dilepas di intestinum. Ketika kadar
glukosa makanan dalam tubuh berada dalam jumlah terbatas maka tubuh akan
beralih pada sumber dan proses alternatif yang lain. Proses mekanisme
homeostasis merupakan salah satu mekanisme kerja hati, jaringan
ekstrahepatik serta beberapa hormon turut mengambil bagian.
Glukosa Darah
Glukosa adalah karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat
terdapat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan
gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk
penyimpanan, ribosa dan deoksiribosa dalam asam nukleat, galaktosa dalam
laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam
glikoprotein dan proteoglikan (Murray et al, 2009).
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena
mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 –
100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita
makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu,
jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 2


diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml
darah ( Poedjiadi, 1994).
Darah adalah cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi
mengangkut zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri daripada beberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang
lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang
disebut plasma darah. Korpskula terdiri dari Sel darah merah atau eritrosit
(sekitar 99%), Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%), Sel darah
putih atau leukosit (0,2%). Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air
yang mengandung albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi),
hormone, berbagai jenis protein, berbagai jenis garam. (Waterbury L ,1998).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan
otot rangka (Lee, 2007). Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan
berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari
metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan
pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-
metabolit asam yang berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar
glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik
yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70
sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa (Sacher & McPherson, 2004).
Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau
banyaknya kandungan gula di dalam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di
dalam tubuh sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk. Gula yang ada di
dalam darah disebut sebagai glukosa, yakni bentuk gula yang paling
sederhana. Selain glukosa terdapat gula yang disebut
sebagai glikogen. Glikogen adalah gula dalam bentuk yang lebih kompleks
biasa ditemukan di hati dan otot yang fungsinya sebagai cadangan makanan.
Fugsi utama gula dalam tubuh ialah untuk menghasilkan energi. Bila
tubuh diibaratkan mobil, maka gula darah adalah bensinya. Gula yang berasal

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 3


dari makanan akan masuk ke dalam aliran darah. Kemudian gula-gula
tersebut akan masuk ke dalam otot. Di dalam otot dan seluruh sel-sel tubuh,
gula akan diubah menjadi energi. Energi ini yang menjamin kelangsungan
hidup sel-sel, menghasilkan panas tubuh, menghasilkan gerakan tubuh, dan
sebagainya (Subari, 2008).
Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum,
diatur dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan
pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl). Tingkat ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi
hari, sebelum orang makan (Henrikson & Bech-Nielsen, 2013).
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen disebut juga humoral factor di antaranya hormon insulin,
glukagon, kortisol, sistem reseptor pada otot dan sel hati. Faktor eksogen
antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik
yang dilakukan (Subari, 2008).
Jumlah glukosa dalam darah tergantung kepada keseimbangan antara
jumlah yang masuk dan yang keluar. Glukosa masuk ke dalam darah dari tiga
macam sumber, yaitu :
a) Makanan yang mengandung hidratarong. Setelah dicerna dan diserap,
jenis makanan ini merupakan sumber glukosa tubuh yang paling
penting.
b) Glukogen, glikogen disimpan dalam otot dan heper, dan dapat dipecah
untuk melepas glukosa.
c) Sebagian asam amino dipecah oleh heper untuk menghasilkan
glukosa (Beck, 2011 ).

Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal
maka sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia
normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu
antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah
setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 4


setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula (Achjadi
2003).
Penetapan Kadar Glukosa
a. Glukosa darah sewaktu, merupakan pemeriksaan dimana sampel
diambil saat pemeriksaan akan segera dilakukan
b. Glukosa darah puasa, tes ini bermakna untuk diagnosa Diabetes
Melitus karena kenyataannya ¾ pasien yang sedang berpuasa
memiliki kadar glukosa normal.Sehingga, jika kadar glukosa
puasa tetap tinggi maka cukup menunjang diagnose Diabetes
Melitus.
c. Glukosa darah toleransi tes, pemeriksaan glukosa toleransi
dilakukan untuk penentuan diagnosa jika masih diragukan.
Pemeriksaan dilakukan berbeda-beda tergantung beban glukosa
yang diberikan. Pengambilan darah dilakukan tiap jam setelah
pemberian glukosa (Widman, 1989).
Prinsip Metode Somogyi-Nelson
Metode Somogyi-Nelson merupakan metode penetapan kadar gula
pereduksi, dimana prinsipnya, gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+
menjadi ion Cu+ , kemudian ion Cu+ ini akan mereduksi senyawa
arsenomolibdat membentuk kompleks berwarna biru kehijauan (Nelson,
1944). Sedangkan untuk metode anthrone-sulfat, merupakan metode
penetapan gula total, dimana prinsipnya, gula pereduksi atau non
pereduksi akan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk furfural
atau turunannya, kemudian furfural tadi akan bereaksi membentuk
kompleks berwarna kuning kehijauan dengan reagen anthrone (Koehler,
1952).

Lain halnya dengan metode Somogyi-Nelson, dimana reaksi yang


terjadi antara reagen cu alkalis (Cu2+) spesifik dengan gula pereduksi
menjadi Cu+ (endapan merah bata) kemudian ketika ditambahkan
arsenomolibdat endapan tersebut akan larut dan membentuk kompleks
[AsMo4 VMo8 VIO40]7- berwarna biru kehijauan (Cu+ diubah kembali
menjadi Cu2+). Oleh sebab itu, gula- gula lain non pereduksi yang ada

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 5


didalam sampel tidak akan mempengaruhi reaksi yang terjadi. (Kautsar,
2011). Intensitas warna yang terbentuk menunjukkan banyaknya gula
pereduksi yang terdapat dalam contoh, hal tersebut karena konsentrasi
arsenomolibdat yang tereduksi sebanding dengan konsentrasi tembaga (1)
oksida (Cu2O), sedangkan konsentrasi Cu2O sebanding dengan
konsentrasi gula pereduksi (Nelson, 1944). Pada teknik spektrofotometri
ini, analisis dari sejumlah mono- dan disakarida hanya dapat
menggambarkan kadar gula pereduksi (Hart and Fischer, 1972).

Metode Spektofotometri UV-Vis


Uji glukosa darah pada praktikum ini menggunakan metode
spektofotometri. Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan
cahaya di daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm)
oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak
mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari
orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi
berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak
bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul- molekul yang
memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan
energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa
berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari
padasenyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek
(Herliani, 2008).
Penentuan struktur senyawa mengunakan metode spektrofotometri
berdasarkan panjang gelombangnya. Perubahan warna dan intensitas
warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.
Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert
Beer. Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk
wadah. Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak
molekul yang berinteraksi dengan sinar. Jika zat warna tersebut berupa
larutan pekat maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 6


ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam
larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya.
Absorbansinya sangat rendah. Bentuk wadah yang semakin panjang akan
mempengaruhi panjang larutan sehingga sinar akan lebih banyak diserap
karena sinar beinteraksi dengan lebih banyak molekul (Murray 2009).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert-Beer,
bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka sebagian cahaya
disebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian diteruskan (Sabrina
2012).
Spektrum cahaya tampak dan warna-warna komplementer :
Panjang Warna Warna
Gelombang (nm) Komplementer
400 - 435 Violet Kuning – hijau
435 - 480 Biru Kuning
480 – 490 Hijau - biru Oranye
490 – 500 Biru – hijua Merah
500 – 560 Hijau Ungu
560 – 580 Kuning – hijau Violet
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Oranye Hijau – biru
610 - 750 Merah Biru - hijau
(Day, R.A. Jr and Underwood, A.L. 2002).
Penentuan Kadar Glukosa Darah
Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana basa, yang
hasil reduksinya akan bereaksi dengan arseno molibdat menghasilkan warna
biru. Larutan ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm.
Dengan menggunakan hukum Lambert-Beer yang menyatakan :
A=kxcxl
Dimana :
A : Absorbansi (serapan cahaya)
k : koefisien ekstinksi larutan
l : tebal kuvet

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 7


c : konsentrasi sampel
Berdasarkan Hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi (Tim Dosen Biokimia, 2018)
Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang
yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas
berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku
jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun
proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang
tersebut (Sentrabd, 2007).

V. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Sprektofotometer UV-VIS 1 set
2. Sentrifuge 2 buah
3. Tabung reaksi 12 buah
4. Penangas air 1 buah
5. Gelas kimia 100 mL 2 buah
6. Gelas ukur 10 mL 2 buah
7. Labu ukur 25 ml 1 buah
8. Pipet tetes 12 buah
9. Kompor listrik 1 buah
10. Tabung sentrifuge 1 buah
Bahan :
1. Sampel darah 1 mL
2. Larutan Cu alkalis secukupnya
3. Larutan Ba(OH)2 0,3 N 1 mL
4. Larutan ZnSO4 . 7 H2O 5% 2 mL
5. Larutan standar glukosa 1 mg/ml secukupnya
6. Pereaksi arsenomolibdat secukupnya
7. Asam oksalat secukupnya
8. Aquades secukupnya

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 8


VI. ALUR PERCOBAAN
1. Deproteinasi Filtrat Darah

1 mL darah

- Dimasukkan kedalam tabung sentrifuge yang telah


berisi 3 mL aquades + 2 tetes Na-Sitrat
- Dicampurkan dengan baik
- Ditambahkan 1 mL Ba(OH)2 0,3 N, diaduk
- Ditambahkan 2 mL ZnSO4.7H2O 5%, dicampurkan
dengan baik
- Ditambahkan 2 mL (NH4)2SO4 0,5 N, diaduk
- Didiamkan selama 15 menit
- Disentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 3500
rpm

Residu Filtrat

- Diambil 1 mL
- diuji denngan 3 tetes biuret

Tidak berubah warna (+) tidak


mengandung protein

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 9


2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

1 mL filtrat darah bebas protein

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi


- Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam air mendidih selama 15 menit
- Dimasukkan kedalam air dingin selama 10 menit
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat secara bersamaan
- Diaduk hingga merata
- Dibaca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang
gelombang 660 nm

Absorbansi

3. Pembuatan Kurva Standar

1 mL glukosa 1 mL glukosa 1 mL glukosa 1 mL glukosa 1 mL glukosa


0,1 mg/mL 0,3 mg/mL 0,5 mg/mL 0,7 mg/mL 0,9 mg/mL

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi


- Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan dalam air mendidih selama 15 menit
- Dimasukkan kedalam air dingin selama 10 menit
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat
- Diaduk hingga merata
- Dibaca arsobansinya dengan alat spektronik 20
pada panjang gelombang 660 nm

Absorbansi

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 10


4. Larutan Blanko

1 mL aquades

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi


- Ditambah 3 mL pereaksi Cu alkalis
- Dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit
- Dimasukkan kedalam air dingin selama 10 menit
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi aresenomolibdat
- Diaduk hingga merata
- Dibaca absorbansinya dengan alat spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm

Absorbansi

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 11


VII. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Deproteinasi Filtrat Darah -Filtrat darah: -Aquades + Na- Berdasarkan
1 mL jernih, berwarna Sitrat : larutan percobaan yang telah
darah tidak berwarna
- Dimasukkan kedalam tabung merah (+) dilakukan, dapat
sentrifuge yang telah berisi 3 mL - Aquades + Na-
aquades + 2 tetes Na-Sitrat - Ba(OH)2 : Sitrat + darah : disimpulkan bahwa
- Dicampurkan dengan baik
- Ditambahkan 1 mL Ba(OH)2 0,3 larutan tidak berwarna merah larutan yang
N, diaduk (+)
berwarna didapatkan berwarna
- Ditambahkan 2 mL ZnSO4.7H2O - Filtrat darah +
5%, dicampurkan dengan baik - ZnSO4.7H2O Ba(OH)2 : larutan putih kebiruan yang
- Ditambahkan 2 mL (NH4)2SO4 0,5
N, diaduk 5% : larutan tidak berwarna merah membuktikan larutan
- Didiamkan selama 15 menit (+) Cu2O + Arsenomolibdat
- Disentrifuge selama 15 menit pada berwarna (Mo6+) + 4H+ → 2Cu2+ + filtrat darah terbebas
- Ditambah
kecepatan 3500 rpm (NH4)2SO4 0,5 N ZnSO4.7H2O 5% : arsenomolibdat(Mo5+) + dari protein.
H2O
: larutan tidak berwarna merah
berwarna dan terbentuk -Fungsi penambahan :
Residu Filtrat gumpalan - Filtrat darah yang
-Aquades : - Ditambah dihasilkan adalah filtrat
- Diambil 1 mL larutan tidak (NH4)2SO4 0,5 N : yang bebas protein
- Diuji denngan 3 tetes biuret
berwarna berwarna merah  Penambahan Ba(OH)2
(++) endapan berfungsi sebagai pemberi
Tidak berubah warna (+)
tidak mengandung protein larut. suasana basa

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 12


- Na-Sitrat : - Disentrifuge :  Penambahan ZnSO4.7H2O
larutan tidak terbentuk endapan berfungsi sebagai
dan filtrat membantu mengandapkan
berwarna
- Filtrat larutan protein dalam darah
- Reagen Biuret : tidak berwarna sehingga filtratnya akan
larutan tidak - Ditambah 3 tetes bebas protein setelah
Reagen Biuret didekantasi
berwarna
larutan berwarna  Penambahan (NH4)2SO4
putih kebiruan. 0,5 N : mempercepat
proses rekasi
 Penambahan biuret :
mengetahu filtrat darah
bebas protein yang
ditandai dengan warna
biru muda
 Kadar glukosa darah
normal antara 70-90 mg
per 100 mL

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 13


2. Penentuan Kadar Glukosa Darah -1mL filtrat - Filtrat darah : C6H12O6 (aq) + Cu2+ (aq) → Berdasarkan
darah : larutan larutan jernih Cu2O (s) + 3 H2O (l) percobaan didapatkan
tidak berwarna
1 mL filtrat darah bebas protein tidak berwarna absorbansi filtrat
- Filtrat darah +
- Cu alkalis : Cu alkalis : larutan Cu2O (s) + arsenomolibdat darah sebesar 0,637
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi [Mo6+] + 4H+ → 2Cu2+ +
- Ditambahkan 3 mL pereaksi Cu alkalis larutan berwarna berwarna biru
- Dipanaskan : arsenomolibdat [Mo5+] +
- Dimasukkan dalam air mendidih selama biru H2O (l)
larutan berwarna
15 menit - Arsenomolibdat biru
- Dimasukkan kedalam air dingin selama Cu2+ + [AsMo12O4]3- → Cu2+
: larutan tidak - Didinginkan :
10 menit
larutan berwarna + [AsMo12O4]4-
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi berwarna
biru Glukosa akan mereduksi ion
arsenomolibdat secara bersamaan
- Ditambah
- Diaduk hingga merata Cu2+ yang hasil reduksinya
arsenomolibdat :
- Dibaca absorbansinya dengan alat (Cu2O) akan bereaksi dengan
larutan berwarna
spektronik 20 pada panjang gelombang
biru arsenomlibdat menghasilkan
660 nm
warna biru
Absorbansi
 Fungsi Penambahan :
Cu alkalis = mengoksidasi
glukosa
Pemanasan = mempercepat
reaksi

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 14


Pendinginan = supaya reaksi
berjalan stabil, karena
apabila terlalu panas
kemungkinan akan ada
komponen senyawa yang
rusak atau habis menguap.
Arsenomolibdat =
melarutkan endapan Cu2O

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 15


3. Pembuatan Kurva Standar - Larutan glukosa -Larutan standar Berdasarkan
standar : tidak glukosa + aquades COOH percobaan didapatkan
1 mL 1 mL
: tidak berwarna H C OH
1 mL 1 mL 1 mL berwarna absorbansi pada
glukosa glukosa glukos glukos - Ditambah Cu HO C H
0,1 0,3 glukosa a 0,7 a 0,9
- Cu alkalis : alkalis : larutan larutan standar
mg/mL mg/mL 0,5 mg/mL mg/mL H C OH
larutan berwarna berwarna biru H C OH glukosa sebesar
- Dipanaskan : CH2OH
biru Std 1 0,1 = 0,569
Std 1 0,9 mg: + Cu2+ (aq) + 5OH- 
- Dimasukkan kedalam tabung - Arsenomolibdat larutan berwarna Std 2 0,3 = 0,750
reaksi
- Ditambahkan 3 mL pereaksi : larutan tidak jingga (+++), Std 3 0,5 = 0,830
Cu alkalis terdapat endapan COO-
berwarna Std 4 0,7 = 0,848
- Dimasukkan dalam air merah bata H C OH
mendidih selama 15 menit
Std 2 0,7 mg : HO C H Std 5 0,9 = 0,878
- Dimasukkan kedalam air H C OH
dingin selama 10 menit
larutan berwarna Regresi yang
jingga (++), H C OH
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi diperoleh adalah y =
arsenomolibdat terdapat endapan CH2OH
- Diaduk hingga merata merah bata 0,358x + 0,596
- Dibaca arsobansinya dengan + 2Cu2O(S) + 5H2O (l) dengan R2 sebesar
Std 3 0,5 mg :
alat spektronik 20 pada
panjang gelombang 660 nm
larutan berwarna 0,826.
jingga (+), Semakin besar konsentrasi
terdapat endapan
Absorbansi maka absorbansinya
merah bata
Std 4 0,3 mg: semakin besar pula.
larutan berwarna

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 16


jingga, terdapat
endapan merah
bata
Std 5 0,1 mg:
larutan berwarna
kuning
kecoklatan,
terdapat endapan
merah bata
-Didinginkan :
larutan pada
masing-masing
tabung tidak
berubah
- Ditambah
arsenomolibdat :
masing-masing
larutan berwarna
pudar

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 17


4. Larutan Blanko - Aquades : -Aquades + Cu Aquades tidak mengandung Berdasarkan
larutan tidak alkalis : larutan glukosa percobaan larutan
berwarna biru
- Dipanaskan :  Larutan
berwarna blanko blanko digunakan
1 mL aquades - Cu alkalis : larutan berwarna digunakan sebagai untuk pembanding
larutan berwarna biru larutan standar dimana dan tidak
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi - Didinginkan :
biru larutan blanko dapat mengandung glukosa.
- Ditambah 3 mL pereaksi Cu alkalis larutan berwarna
- Arsenomolibdat biru diperoleh nilai Hasil absorbansi
- Dimasukkan kedalam air mendidih
selama 15 menit : larutan tidak - Ditambah absorbansinya yang larutan blanko sebesar
- Dimasukkan kedalam air dingin arsenomolibdat :
berwarna sebenarnya tanpa ada 0.
selama 10 menit larutan berwarna
biru partikel lain dalam
- Ditambahkan 2 tetes pereaksi
aresenomolibdat larutan tersebut
- Diaduk hingga merata
- Dibaca absorbansinya dengan alat
spektronik 20 pada panjang gelombang
660 nm

Absorbansi

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 18


VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam percobaan ini meliputi deproteinasi
filtrat darah, penentuan kadar glukosa darah, pembuatan kurva standar dan
pembuatan larutan blanko. Dalam hal ini, Uji glukosa darah dilakukan dengan
metode spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Absorbsi radiasi oleh suatu
sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu
perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang
berbeda (Syabatini, 2010). Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum
Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka sebagian
cahaya disebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian diteruskan (Sabrina
2012).
1. Deproteinasi Filtrat Darah
Deproteinasi bertujuan untuk memperoleh filtrat darah yang bebas dari
kandungan protein. Dalam penentuan percobaan kadar glukosa darah, terkandung
protein dalam darah yang harus diendapkan atau dipastikan hilang terlebih dahulu
agar hanya glukosa saja yang diukur absorbansinya pada spektrofotometri UV-
VIS. Sehingga didapatkan nilai absorbansi glukosa darah yang valid. Alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah tabung sentrifuge yang digunakan untuk
tempat darah. Gelas ukur 10 mL dan sentrifuge. Bahan yang digunakan adalah
sampel darah yang diambil dari salah satu anggota kelompok, 3 mL aquades, 2
tetes Na-sitrat, 1 mL Ba(OH)2 0,3 N, ZnSO4.7H2O 2 mL 5%, dan 2 mL (NH4)2SO4
0,5 N.
Langkah awal yang dilakukan adalah memasukkan 1 mL sampel darah ke
tabung sentrifuge yang telah berisi 3 mL aquades dan 2 tetes Na sitrat untuk
mendapatkan darah yang oxalated. Darah oxalated adalah darah yang telah
ditambahkan antikoagulan darah agar darah tidak membeku. Sifat Albumin dapat
dengan mudah larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas dan biasanya
terdapat dalam serum darah. Jadi penambahan air adalah untuk mengencerkan
darah yang digunakan sehingga albumin dalam darah akan terlarut oleh aquades.

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 19


Setelah itu, ditambahkan 1 mL larutan Ba(OH)2 0,3 N tidak berwarna dan diaduk
menghasilkan perubahan warna merah (+). Fungsi penambahan dari Ba(OH)2
sendiri adalah untuk memberikan suasana basa dan mengendapkan albumin. Lalu
ditambahkan 2 mL ZnSO4.7H2O 5% tidak berwarna menghasilkan larutan darah
berwarna merah dan terbentuk gumpalan. Larutan ZnSO4.7H2O 5% berfungsi
sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan protein darah
sehingga nantinya filtrat darah akan bebas protein. Kemudian ditambahkan
dengan 2 mL larutan (NH4)2SO4 0,5 N tidak berwarna menghasilkan larutan darah
berwarna merah (++) dan endapan larut. Fungsi penambahan dari (NH 4)2SO4
sendiri adalah untuk mengikat air pada protein (albumin dan globulin) karena
garam bersifat hidroskopis. Setelah itu, larutan didiamkan selama 15 menit. Hal
ini dilakukan bertujuan agar semakin banyak albumin yang mengendap.
Kemudian dilanjutkan dengan melakukan sentrifuge selama 10 menit dengan
kecepatan 3500 rpm untuk memisahkan residu dan filtrat darah secara sempurna
dari senyawa lain seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin yang merupakan
residu. Setelah disentrifuge terdapat endapan berwarna merah dan pada bagian
atas permukaan tabung sentrifuge terdapat larutan yang tidak berwarna yang
disebut filtrat. Selanjutnya filtrat darah diambil sebanyak 1 mL lalu diuji dengan
biuret sebanyak 3 tetes menghasilkan larutan berwarna putih kebiruan. Uji biuret
ini dilakukan untuk menguji adanya protein yang masih tertinggal dalam filtrat
dengan ditandai warna filtrat akan berubah menjadi ungu. Jika larutan tidak
berubah warna menjadi ungu maka tidak terdapat protein menandakan larutan
telah bebas protein atau sudah tidak mengandung protein.
Berikut reaksi yang seharusnya terjadi menghasilkan warna ungu, apabila
tidak menghasilkan warna ungu menandakan larutan terbebas dari protein :

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 20


2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Tujuan dalam penentuan kadar glukosa darah ini adalah untuk menentukan
kadar glukosa dalam darah pada filtrat bebas protein dari hasil percobaan pertama.
Alat yang digunakan dalam penentuan kadar glukosa darah adalah tabung reaksi
sebanyak 1 buah, penangas air, dan instrumen spektofotometri UV-Vis.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah 1 mL filtrat darah bebas protein, 2 tetes
pereaksi arsenomolibdat, dan 3 mL pereaksi Cu alkalis yang dibuat dari larutan
Nelson A (larutan tidak berwarna) dan Nelson B (larutan berwarna biru muda).
Nelson A merupakan campuran Na2CO3 anhidrat, Na2SO4, K-NaTartarat dan Na-
bikarbonat, sedangkan Nelson B merupakan campuran CuSO4 dan H2SO4.
Campuran keduanya menghasilkan pereaksi Cu alkalis yang berwarna biru.
Langkah awal yang dilakukan adalah 1 mL larutan filtrat darah yang tidak
berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan Cu
alkalis berwarna biru maka menghasilkan larutan yang berwarna biru.
Penambahan Cu Alkalis sebagai pereduksi glukosa dalam darah dimana ion Cu+
akan direduksi oleh gula menjadi Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
C6H12O6 ( aq ) + Cu2+ (aq)  Cu2O(s)

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 21


Kemudian larutan dimasukkan ke dalam air mendidih dalam penangas air
selama 15 menit maka larutan menjadi berwarna biru. Pemanasan ini bertujuan
untuk mempercepat laju reaksi dari reagen Cu Alkalis. Selain mempercepat reaksi,
pendidihan juga berfungsi untuk memutuskan ikatan glukosa yang awalnya ikatan
siklik menjadi terbuka dan berbentuk seperti fisher dan ketika terbuka gugusnya
terlihat sehingga dapat diketahui siapa yang mereduksi glukosa. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

+ 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq) → + Cu2O(s) + 3H2O(l)

Kemudian larutan dimasukkan kedalam air dingin selama 10 menit dan


menghasilkan larutan berwarna biru. Tujuan dari pendinginan yaitu untuk
menurunkan suhu karena jika suhunya tinggi kemungkinan akan ada komponen
senyawa yang rusak atau habis menguap dan agar reaksi yang terjadi berjalan
lebih stabil. Setelah itu ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat
larutan tidak berwarna dan diaduk secara merata menghasilkan larutan berwarna
biru dan endapan menjadi larut. Fungsi penambahan pereaksi arsenomolibdat
untuk melarutkan endapan Cu2O. Persamaan yang terjadi adalah :
Cu2+ + [AsMo12O4]3- → Cu2+ + [AsMo12O4]4-
Setelah ditambah pereaksi arsenomolibdat, kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada gelombang 660 nm. Panjang
gelombang yang digunakan sebesar 660 nm karena warna komplemeternya adalah
biru kehijauan, maka warna spektrum cahaya tampaknya adalah merah, sehingga
dapat ditentukan panjang gelombangnya yakni pada range 610-750. Prinsip kerja
spektofotometri adalah bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka
sebagian cahaya disebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian diteruskan.

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 22


Dari hasil pembacaan dengan alat tersebut diperoleh nilai absorbansi dari filtrat
darah adalah 0,637. Dan berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh kadar
glukosa dalam darah sebesar 11,4 mg/mL (perhitungan terlampir). Dari hasil
tersebut, dapat dikatakan bahwa kadar glukosa dalam darah termasuk kategori
rendah. karena kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100mL. Dan
keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/100mL disebut
hipoglisemia (Tim Dosen Biokimia,2018). Pada percobaan ini kadar glukosa
darah yang diperoleh sangat rendah karena disebabkan kesalahan instrumental
yaitu kuvet yang digunakan terkontaminasi larutan lain.
3. Penentuan Kurva Standar
Pembuatan kurva standar bertujuan menentukan kurva standar dan akan
diperoleh nilai absorbansi larutan standar glukosa dan kurva yang memiliki
persamaan regresi yang dapat digunakan sebagai penentuan kadar glukosa dalam
darah pada percobaan kedua. Persamaan grafik yang diperoleh ini digunakan
untuk menentukan kadar glukosa dalam darah yang belum diketahui kadarnya
tetapi telah diketahui absorbansinya dari hasil pembacaan spektrofotometer. Alat
yang digunakan adalah 5 buah tabung reaksi, penangas, labu ukur, dan instrumen
spektofotometri UV-Vis. Bahan yang digunakan adalah 2 tetes pereaksi
arsenomolibdat dan 3 mL pereaksi Cu alkalis yang dibuat dari larutan Nelson A
(larutan tidak berwarna) dan Nelson B (larutan berwarna biru muda). Nelson A
merupakan campuran Na2CO3 anhidrat, Na2SO4, K-NaTartarat dan Na-
bikarbonat, sedangkan Nelson B merupakan campuran CuSO4 dan H2SO4.
Campuran keduanya menghasilkan pereaksi Cu alkalis yang berwarna biru.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan kurva standar adalah
membuat larutan standar. Larutan standar sendiri dibuat dengan melakukan
pengenceran bertingkat yakni pengenceran dari larutan dengan konsentrasi tinggi
ke konsentrasi yang rendah. Pertama dilakukan pengenceran pada larutan glukosa
standar dengan konsentrasi 2 mg/mL untuk dapat memperoleh larutan glukosa
standar 0,9 mg/mL. Kemudian larutan glukosa 0,9 mg/mL yang telah diperoleh
digunakan untuk membuat larutan standar glukosa 0,7 mg/mL dengan cara
pengenceran pula. Hal tersebut dilakukan berulang sampai diperoleh larutan
glukosa standar0,1 mg/mL. Larutan standar yang dibuat melibatkan berbagai

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 23


konsentrasi sebagai berikut : 0,1 mg/mL, 0,3 mg/mL, 0,5mg/mL, 0,7mg/mL, 0,9
mg/mL (perhitungan terlampir). Pengenceran bertingkat didasarkan pada
persamaan:
M1V1 = M2V2
Berdasarkan persamaan diatas, pada pengenceran dapat dihitung volume
yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan konsentrasi lebih rendah dari
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi.
Pengenceran dilakukan menggunakan labu ukur 25 mL, karena labu ukur
merupakan alat ukur dengan ketelitian yang cukup tinggi. Larutan standar hasil
pengenceran merupakan larutan tidak berwarna. Langkah selanjutnya, masing-
masing larutan standar yang tidak berwarna tersebut, dipipet 1 mL dan diletakkan
pada lima tabung reaksi yang berbeda. Kemudian ditambahkan 1 mL Cu alkalis
pada masing-masing tabung dan dihasilkan larutan yang berwarna biru.
Penambahan Cu Alkalis sebagai pereduksi glukosa dalam darah dimana ion Cu+
akan direduksi oleh gula menjadi Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
C6H12O6 ( aq ) + Cu2+ (aq)  Cu2O(s)

Kemudian kelima tabung dimasukkan ke dalam air mendidih dalam


penangas air selama 15 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju
reaksi dari reagen Cu Alkalis. Selain mempercepat reaksi, pendidihan juga
berfungsi untuk memutuskan ikatan glukosa yang awalnya ikatan siklik menjadi
terbuka dan berbentuk seperti fisher dan ketika terbuka gugusnya terlihat sehingga
dapat diketahui siapa yang mereduksi glukosa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :

+ 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq) → + Cu2O(s) + 3H2O(l)

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 24


Berikut data yang dihasilkan setelah pemanasan:
a) Glukosa 0,9 mg/mL = larutan berwarna jingga (+++), endapan
merah bata
b) Glukosa 0,7 mg/mL = larutan berwarna jingga (++), endapan merah
bata
c) Glukosa 0,5 mg/mL = larutan berwarna jingga (+), endapan merah
bata
d) Glukosa 0,3 mg/mL = larutan berwarna jingga, endapan merah bata
e) Glukosa 0,1 mg/mL = larutan berwarna kuning kecoklatan, endapan
merah
Lalu larutan dimasukkan ke dalam air dingin selama 10 menit dan larutan
pada masing-masing tabung tidak berubah. Tujuan dari pendinginan yaitu untuk
menurunkan suhu karena jika suhunya tinggi kemungkinan akan ada komponen
senyawa yang rusak atau habis menguap dan agar reaksi yang terjadi berjalan
lebih stabil. Setelah itu ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat
larutan pada masing-masing tabung berwarna agak pudar. Fungsi penambahan
pereaksi arsenomolibdat untuk melarutkan endapan Cu2O. Persamaan yang terjadi
adalah :
Cu2+ + [AsMo12O4]3- → Cu2+ + [AsMo12O4]4-
Setelah ditambah pereaksi arsenomolibdat, kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada gelombang 660 nm. Panjang gelombang
yang digunakan sebesar 660 nm karena warna komplemeternya adalah biru
kehijauan, maka warna spektrum cahaya tampaknya adalah merah, sehingga dapat
ditentukan panjang gelombangnya yakni pada range 610-750. Prinsip kerja
spektofotometri adalah bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka
sebagian cahaya disebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian diteruskan.
Dari hasil pembacaan dengan alat tersebut diperoleh nilai absorbansi dari
larutan standar sebegai berikut:
a) Std 1 0,1 mg/mL = 0,569
b) Std 2 0,3 mg/mL = 0,750
c) Std 3 0,5 mg/mL = 0,830
d) Std 4 0,7 mg/mL = 0,848

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 25


e) Std 5 0,9 mg/mL = 0,878
Berdasarkan nilai absorbansi diatas, semakin besar konsentrasi maka
absorbansinya semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan teori berdasarkan
Hukum Lambert-Beer yang menyatakan “Serapan cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasinya.” Dapat disimpulkan jika konsentrasi suatu zat bertambah,
maka nilai absorbansi akan bertambah.
Dari data absorbansi diatas dapat dibuat sebuah kurva hubungan antara
konsentrasi larutan glukosa standar dengan nilai absorbansinya.
1
0.9
Grafik Larutan Standard Glukosa
0.8
0.7 y = 0.358x + 0.596
Absorbansi

0.6 R² = 0.8265
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Konsentrasi (mg/mL)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Absorbansi Linear (Absorbansi)

Kurva standar yang diperoleh digunakan untuk mengetahui persamaan garis


linier dan regresi dimana melalui persamaan garis :
y = ax +b
Dimana y = nilai absorbansi sampel
x = kadar glukosa darah
Maka dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar glukosa darah dengan
memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan tersebut. Berikut
adalah persamaan linier regresi yang diperoleh:
y = 0,358x + 0,596
R2 = 0,826
Diperoleh nilai regresi dengan ketelitian yang cukup bagus yakni sebesar
82,6%. Sehingga hasil persamaan tersebut dapat digunakan untuk menentukan
kadar glukosa darah. (Perhitungan terlampir)

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 26


4. Larutan Blanko
Tujuan dari pembuatan larutan blanko adalah sebagai larutan pembanding
untuk tujuan kalibrasi. Tujuan kalibrasi adalah larutan digunakan sebagai acuan
titik nol dari grafik kalibrasi. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak berisi
analit melainkan hanya aquades, dalam percobaan ini analit merupakan glukosa.
Alat yang digunakan adalah 1 buah tabung reaksi, penangas, dan instrumen
spektofotometri UV-Vis. Bahan yang digunakan adalah 2 tetes pereaksi
arsenomolibdat dan 3 mL pereaksi Cu alkalis yang dibuat dari larutan Nelson A
(larutan tidak berwarna) dan Nelson B (larutan berwarna biru muda). Nelson A
merupakan campuran Na2CO3 anhidrat, Na2SO4, K-NaTartarat dan Na-
bikarbonat, sedangkan Nelson B merupakan campuran CuSO4 dan H2SO4.
Campuran keduanya menghasilkan pereaksi Cu alkalis yang berwarna biru.
Langkah awal yang dilakukan adalah 1 mL aquades dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 mL larutan Cu alkalis yang berwarna
biru maka menghasilkan larutan berwarna biru. Penambahan Cu Alkalis sebagai
pereduksi glukosa dalam darah dimana ion Cu+ akan direduksi oleh gula menjadi
Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
C6H12O6 ( aq ) + Cu2+ (aq)  Cu2O(s)
Lalu larutan dimasukkan ke dalam air mendidih selama 15 menit dan
dilanjutkan dengan dimasukkan ke dalam air dingin selama 10 menit. Selama
proses tersebut dilakukan, tidak terjadi perubahan. Larutan tetap berwarna biru
dan tidak terbentuk endapan merah bata. Hal tersebut dikarenakan dalam larutan
blanko tidak terdapat glukosa sehingga tidak ada yang mereduksi ion Cu2+
menjadi Cu+ yang dapat membentuk endapan merah bata. Lalu ditambahkan 2
tetes pereaksi arsenomolibdat yang tidak berwarna maka larutan tetap berwarna
biru.
Setelah ditambah pereaksi arsenomolibdat, kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer pada gelombang 660 nm. Panjang gelombang
yang digunakan sebesar 660 nm karena warna komplemeternya adalah biru
kehijauan, maka warna spektrum cahaya tampaknya adalah merah, sehingga dapat
ditentukan panjang gelombangnya yakni pada range 610-750. Dari hasil

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 27


pembacaan dengan alat tersebut diperoleh nilai absorbansi dari larutan blanko
adalah 0.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Filtrat darah yang digunakan dalam sampel telah bebas dari protein yang
ditandai oleh pengujian biuret menghasilkan warna larutan yang berwarna
putih kebiruan.
2. Didapatkan persamaan linier, yaitu y = 0,358x + 0,596 dengan R² = 0,826.
Diperoleh nilai regresi dengan ketelitian yang cukup bagus yakni sebesar
82,6%
3. Kadar glukosa dalam darah sebesar 11,4 mg/mL dan dapat dikatakan
bahwa kadar glukosa dalam darah termasuk kategori rendah. Karena
kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100mL. Dan keadaan
dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/100mL disebut
hipoglisemia. Pada percobaan ini kadar glukosa darah yang diperoleh
sangat rendah karena disebabkan kesalahan instrumental yaitu kuvet yang
digunakan terkontaminasi larutan lain.

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 28


DAFTAR PUSTAKA
Achjadi K. 2003. Penyakit Gangguan Metabolisme. Bogor : IPB Press.
Beck, Mary.E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet, Hubungannya dengan Penyakit – Penyakit
Perawatan dan Dokter. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Day, R.A. Jr and Underwood, A.L. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif.
Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Jakarta : Erlangga.
Frances K. Widman. 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan. Jakarta: EGC.
Hart. 1972. The Federation of American Scienties for Experiment
Biology Journal. Vol. 13, no. 9, p. 1007-24.
Henrikson, J. E., & Bech-Nielsen, H. 2013. Blood Glucose Levels. Diambil dari
http://www.netdoctor.co.uk/healthadvice/facts/diabetesbloodsugar. htm.
Herliani, A. 2008. Spektofotometri. Pengendalian Mutu Agroindustri- Program
D4-PJJ Khopkar.
Koehler, L.H., 1952. Differentiation of carbohydrates by anthrone reaction rate
and color intensity. Journal Analytical Chemistry, 24, 1576-1579.
Lee, J. l. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: Sari
Kurnianingsih.
Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. 2009. Glukoneogenesis Dan
Kontrol Gula Darah dalam Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
Nelson, N., 1944. A photometric adaptation of the Somogyi method for the
determination of glucose. Journal Biol. Chem, 153(2), 375-379.
Pine, S. H., J. B. Hendrickson, D. J. Cram, dan G. S. Hammond. 1988. Kimia
Organik 2 edisi keempat. Diterjemahkan oleh Hamid, A. Bandung : ITB.
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia, Edisi
Kedua. Jakarta : UI Press.
Sacher, R. A., & McPherson, R. A. 2004. Tijauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta : EGC.
Sabrina A. 2012. Perbandingan metode spektrofotometri UV-Vis dan KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) pada analisis kadar asam benzoat dan
kafein dalam teh kemasan. [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri
Malang.

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 29


Sentrabd. 2007. SpectrophotometerAbsorbsiUV/VIS. http://sentrabd.com/
main/info/Insight/Spectrophotometer.html. Diakses pada tanggal 21
September 2018 pukul 19.36 WIB.
Subari, N.D. 2008. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan
Penderita Diabetes Mellitus Dalam Mengikuti Senam di Klub Senam
Diabetes Mellitus RS Dr. Oen Solo Baru. Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Syabatini Annisa. 2010. Analisis Campuran Dua Komponen Tanpa Pemisahan
Dengan Spektrofotometer. Pontianak: UNLAM Press.
Tim Dosen Biokimia. 2018. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya : UNESA.
Waterbury Lary. 1998. Buku Saku Hematology . W Susiani Wijaya : Penerjemah.
Jakarta (ID) : EGC . Terjemahan dari : Hematlogy For The House Officer.

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 30


X. LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jawaban Pertanyaan
1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/100 mL darah!
Jawab :
Y = 0,358X + 0,596
0,637 = 0,358X + 0,596
0,358X = 0,637 – 0,596
0,358X = 0,041
X = 0,041/0,358
X = 0,114
Kadar glukosa dalam sampel darah per 1 ml : 0,114 mg/ml
Kadar glukosa dalam sampel darah per 100 ml: 11,4 mg/100 ml
2. Apa fungsi proses pendidihan pada percobaan diatas ?
Jawab : Proses pendidihan pada percobaan diatas berfungsi untuk melepas
ikatan siklik dari glukosa sehingga gugus aldehida dari glukosa dapat
mereduksi ion kupri (Cu2+) di dalam larutan kupritartar menjadi ion
kupro (Cu+) dalam suasana basa. Selain itu, pendidihan juga berfungsi
untuk mempercepat terjadinya reaksi antara glukosa dan ion Cu dari
larutan Cu alkalis.
C6H12O6 (aq) + Cu2+ (aq) → Cu2O (s) + 3H2O (l)
3. Jelaskan peranan hormon insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!
Jawab : Hormon insulin berfungsi untuk merangsang pengubahan glukosa
ke glikogen untuk disimpan dalam hati, membantu glukosa dalam darah
masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga dan merangsang oksidasi
glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel. Sehingga Apabila kadar glukosa
terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel alfa pada kelenjar
Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon glukagon, kadar
glukosa dalam darah akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar
glukosa dalam darah berada pada jumlah normal. Sebaliknya, jika kadar
glukosa di dalam darah meningkat, maka insulin berkurang. Gula dalam

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 31


darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati.
Sebagian gula disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga.
Disinilah fungsi hormon insulin sebagai “stabilizer” alami terhadap
kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi (produksi)
hormon insulin ataupun terjadi gangguan pada proses penyerapan hormon
insulin pada sel-sel darah, maka potensi terjadinya diabetes melitus sangat
besar sekali.

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 32


Lampiran 2 : Perhitungan
1. Pengenceran larutan standard glukosa
Diketahui : larutan standard glukosa dengan konsentrasi 2mg/mL
a. M1 V1 = M2 V2
0,9 mg/ml x 10 ml = 2 mg/ml x V2
9 ml = 2 x V2
V2 = 9 ml / 2
V2 = 4,5 ml
b. M1 V1 = M2 V2
0,7 mg/ml x 10 ml = 0,9 mg/ml x V2
7 ml = 0,9 x V2
V2 = 7 ml / 0,9
V2 = 7,78 ml
c. M1 V1 = M2 V2
0,5 mg/ml x 10 ml = 0,7 mg/ml x V2
5 ml = 0,7 x V2
V2 = 5 ml / 0,7
V2 = 7,14 ml
d. M1 V1 = M2 V2
0,3 mg/ml x 10 ml = 0,5 mg/ml x V2
3 ml = 0,5 x V2
V2 = 3 ml / 0,5
V2 = 6 ml
e. M1 V1 = M2 V2
0,1 mg/ml x 10 ml = 0,3 mg/ml x V2
1 ml = 0,3 x V2
V2 = 1 ml / 0,3
V2 = 3,33 ml

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 33


2. Penentuan kadar glukosa darah
Diketahui:
Volume sampel darah : 1 mL
Persamaan linier : y = 0,358x + 0,596
Absorbansi sampel filtrat darah : 0,637
Tabel Larutan Standard
No Larutan Konsentrasi (mg/mL) Absorbansi
Standard
1 Std 1 0,1 0,569
2 Std 2 0,3 0,750
3 Std 3 0,5 0,830
4 Std 4 0,7 0,848
5 Std 5 0,9 0,878

1
0.9
Grafik Larutan Standard Glukosa
0.8
0.7 y = 0.358x + 0.596
Absorbansi

0.6 R² = 0.8265
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Konsentrasi (mg/mL)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Absorbansi Linear (Absorbansi)

Kadar glukosa darah dalam mg glukosa/100 mL :


Y = 0,358X + 0,596
0,637 = 0,358X + 0,596
0,358X = 0,637 – 0,596
0,358X = 0,041
X = 0,041/0,358
X = 0,114

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 34


Kadar glukosa dalam sampel darah per 1 ml : 0,114 mg/ml
Kadar glukosa dalam sampel darah per 100 ml: 11,4 mg/100 ml

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 35


Lampiran 3 : Dokumentasi
No Gambar Keterangan
1

Alat dan bahan yang


digunakan untuk
praktikum Penentuan
Kadar Glukosa Darah

Pembuatan Larutan Cu Alkalis


1

Pembuatan larutan Cu
Alkalis menggunakan
larutan Nelson A + Nelso
B dengan perbandingan 4
: 1 menghasilkan larutan
Cu Alkalis berwarna biru

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 36


Deproteinasi Filtrat Darah

1 ml darah dimasukkan
kedalam tabung
1 sentrifuge yang berisi
aquades +3 tetes asam
oksalat

Ditambahkan 1 mL
Ba(OH)2 menghasilkan
larutan campuran
berwarna merah (+)

Ditambahkan
ZnSO4.7H2O
menghasilkan larutan
campuran berwarna
merah dan terdapat
gumpalan

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 37


4

Ditambah 2 ml
(NH4)2SO4 0,5 N ,
diaduk dan didiamkan
selama 15 menit

Disentrifuge selama 15
menit dengan kecepatan
3500 rpm

Setelah disentrifuge
menghasilkan filtrat dan
residu

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 38


7

Filtrat diambil 1 ml dan


diuji dengan 3 tetes
larutan biuret dan
menghasilkan larutan
berwarna putih kebiruan

Penentuan Kadar Glukosa Darah

1 1 ml filtrat darah bebas


protein dimasukkan
kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan 3 mL
pereaksi Cu alkalis
menghasilkan larutan
berwarna biru

Dimasukkan kedalam air


mendidih selama 15
menit kemudian
didinginkan selama 10
menit menghasilkan
larutan berwarna biru

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 39


3

Ditambah 2 tetes
pereaksi arsenomolibdat

Dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang
660 nm

Pembuatan Kurva Standar

Membuat larutan
glukosa 0,3 mg/ml,
0,5 mg/ml, 0,7
mg/ml, 0,9 mg/ml
menggunakan rumus
M1V1 = M2 V2

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 40


2

Ditambahkan 3 mL
pereaksi Cu alkalis pada
tiap tabung reaksi

Menghasilkan larutan
berwarna biru

Dimasukkan kedalam air


mendidih selama 15
menit

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 41


5

Dimasukkan kedalam air


dingin selama 10 menit

Ditambahkan 2 tetes
pereaksi arsenomolibdat

Larutan std 1 0,9 mg


menghasilkan larutan
berwarna jingga (+++)
dan terdapat endapan
merah bata, larutan std 2
0,7 mg menghasilkan
larutan berwarna jingga
(++) dan terdapat
endapan merah bata,
larutan std 3 0,5 mg
menghasilkan larutan
berwarna jingga (+) dan
terdapat endapan merah
bata, larutan std 4 0,3 mg

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 42


menghasilkan larutan
berwarna jingga dan
terdapat endapan merah
bata, larutan std 5 0,1 mg
menghasilkan larutan
berwarna kuning
kecokelatan dan terdapat
endapan merah bata

Dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang
660 nm

Larutan Blanko

1 mL aquades
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 43


2
Ditambahkan 3 mL
pereaksi Cu alkalis
menghasilkan larutan
berwarna biru

Dimasukkan kedalam air


mendidih selama 15
menit

Dimasukkan kedalam air


dingin selama 10 menit

Ditambahkan 2 tetes
pereaksi arsenomolibdat
menghasilkan larutan
berwana biru

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 44


6

Dibaca absorbansinya
pada panjang gelombang
660 nm

Praktikum Biokim “Penentuan Kadar Glukosa Darah” Page 45

Anda mungkin juga menyukai