Anda di halaman 1dari 10

KEWIRAUSAHAAN

LAPORAN PENELITIAN

“BAWANG GORENG DIMAS”

DOSEN PENGAMPU :

ELIDA GULTOM S.E,.M.M

OLEH :

DEBI SINTIA AVIOLINA BANGUN (18530207)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya bisa
menyelesaikan Laporan penelitian ini. Laporan penelitian ini ditulis agar dapat memperluas ilmu
tentang “Kewirausahaan”, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan langsung dari sumbernya
yaitu “Usaha Bawang Goreng Dimas”.

Semoga Laporan Penelitian saya dapat bermanfaat bagi para Mahasiswa, khususnya pada
saya sendiri dan semua yang membaca laporan ini, dan mudah-mudahan juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Saya berusaha semaksimal mungkin
dalam menyusun Laporan penelitian ini. Jika masih terdapat kekurangan dan kesalahan di
dalamnya, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan Laporan ini.

Pekanbaru , 30 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan produk
bawaan dari sebuah usaha yang berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang
ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat
sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup mewah, dan ada
juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu glamor
dengan pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.

Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya
miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam
kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya
menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak
sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.

Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah
pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata,
kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung
abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu
alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia
mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir
3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya
pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-
cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras
dengan status leluhur yang petani).

Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara, peran
serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu Kewirausahaan mulai
dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu
menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh
para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan
ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-
pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara
berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat
yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak
kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang
serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-
segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude), motivasi, etos kerja serta
kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.

Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang
pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia
kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi
juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik, perubahan
kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin
terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar selalu siap
menghadapi hal apapun dan tetap bertahan hidup.

Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan memproklamirkan
diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran dan tindakan wirausahawan adalah
untuk usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.

Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman wirausahawan,
maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang
teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara
dan metode yang diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan
yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin
diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut
mengembangkan sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara
mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka
biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.

Mereka “tampil beda”. Salah satu contohnya adalah “Bawang Goreng Dimas” yang telah saya
teliti langsung ketempatnya.Saya melakukan penelitian ini bersama dengan satu kelas mata
kuliah Kewirausahaan langsung bersama dengan dosen kami ibu Elida Gultom S.E,.M.M
penelitian di usaha Muliati sebagai pemilik Usaha Bawang Goreng Dimas ini yang memiliki
keunikan tersendiri dan ciri khas tersendiri mulai dari kebersihannya sampai cara proses bawang
gorengnya benar-benar higenis.Yang akan memotivasi saya dan teman-teman lainnya untuk
memiliki kemauan dalam membuka usaha dan menciptakan lapangan kerja buat oranglain.Disini
kami akan membahas tentang Usaha Bawang Goreng Dimas secara rinci.Untuk itulah laporan
penelitian ini ditulis.

1.2 TUJUAN

Penulisan Laporan Penelitian ini bertujuan agar saya dan juga teman-teman mahasiswa lainnya
terinspirasi dalam membuka usaha dan menciptakan lapangan kerja bagi oranglain.
BAB II

PEMBAHASAN

Usaha Bawang Goreng Dimas berdiri sejak tanggal 3 Desember 2017.Pemilik usaha
Bagor Dimas ini adalah Ibu Mulyati dan dikelola oleh menantunya ibu Mira.Sampai hari ini
usaha Bagor Dimas yang dikelola oleh ibu Mira sudah jalan 2 tahun. Saat baru mulai membuka
usaha , usaha Bawang Goreng Dimas ini memiliki modal awal yaitu Rp.7.000.000 – Rp.
8.000.000.

Pada waktu baru membuka usaha , Ibu Mira dan anggotanya memakai bawang merah
untuk dijadikan bawang goreng. Namun seiring berjalannya waktu harga bawang merah semakin
melonjak tinggi , sehingga ibu Mira dan anggotanya berinisiatif untuk memakai bawang Bombay
saja untuk digoreng sebagai bawang goreng dan dipasarkan .Selain dari harganya yang lebih
terjangkau daripada bawang merah , bawang Bombay ini juga lapisannya lebih tebal dan diris
setipis apapun menggunakan mesin pengiris akan tetap tebal hasilnya dan waktu digoreng lebih
kriuk dan tebal, selain itu jika dipasarkan harga bawang goreng nya lebih sesuai Karen aharga
beli bawang Bombay mentahnya yang lebih terjangkau jika dibandingkan bawang merah yang
jika dipasarkan harganya tidak sesuai pasar alias lebih rendah.Sejak saat itulah ibu Mira selaku
pengelola berinisiatif menggunakan bawang Bombay untuk digoreng menjadi bawang goreng.

Bahan dasar pembuatan bawang goreng ini hanya terdiri dari

 Bawang Bombay
 Minyak sayur
 Tepung maizena
 dll

Mesin/Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan bawang goreng

 Penggiling/Pengiris
 Pisau untuk mengupas
 Alat goreng (Panci , sendok goreng , gas penyaring )
 Dll

Karyawan yang dimiliki oleh ibu mira

 14 orang pengupas
 2 orang pengetam
 3 orang penepung
 1 orang penggoreng

2.1 OMSET

Omset yang didapatkan perharinya adalah Rp.100.000-Rp.150.000/100kg, ibu Mira


penghitungan keuntungannya adalah per periode, 1 periodenya = 10 hari kerja.Maka dalam
melakukan penggajian karyawan adalah 1 kali dalam 10 hari atau 1 periode setiap gajian. Maka
untung yang didapatkan per periodenya pun adalah sekitar Rp.3.000.000 – Rp.4.000.000 untung
secara bersih, sudah dikeluarkan gaji karyawan dan lain-lainnya.Sedangkan pendapatan kotornya
adalah Rp.7 .000.000 – Rp.8.000.000 per periode (per 10 hari) mulai dari gaji karyawan ,
pembelian tepung , pembelian bawang dan bahan lainnya seperti minyak belum termasuk
didalamnya.

2.2 PENJUALAN

Untuk penjualan bawang goreng ini , ibu Mra menetapkan harga Rp.35.000 per kg nya , dan
dipasarkan di took-toko kelontong , dipasar-pasar dan di toko – toko sekitar pekanbaru, Pihak ibu
Mira bahkan sudah menjual bawang gorengnya sampai keluar kota , seperti sudah sampai ke
Airmolek , Bengkalis , Perawang , Siak dll. Dan setiap pelanggan, per orangnya membeli per kg
bahkan banyak juga yang membeli 5kg keatas sekali beli per orangnya, dan mereka sudah
menjadi langganan ibu Mira di Usaha Bagor Dimas ini.

2.3 KELEBIHAN & KENDALA

2.3.1 KELEBIHAN

 Didaerah tempat tinggal ibu mira ada 8 usaha sejenis yang tinggal berdekatan dengan
usaha Bagor Dimas yang dikelola ibu mira , namun mereka memiliki ciri khas dan
keunikan tersendiri , ibu mira dan anggotanya mengutamakan kebersihan dari bawang
gorengnya , sebelum di kupas terleih dahulu bawang bombaynya mereka cuci dengan
bersih , rata-rata usaha yang lain dengan produkyang sama tidak melakukan pembersihan
sehingga waktu penggorengan akan terlihat jelas bedana , bedanya dapat dilihat dari
warna bawang tersebut. Kalau bawang yang digoreng dalam keadaan bersih seperti yang
dimiliki Bagor Dimas akan tampak sangat cerah warnanya dan tampak kekuningannya
lebih cantik dan rasanyapun lebih enak dan kriuk dibanding dengan yang tidak dicuci dan
dibersihkan maka setelah penggorengan , bawang gorengnya akan tampak lebih
kecoklatan dan tidak cantik serta rasanya pun berbeda.
 Penjualannya ontime sesuai dengan waktu permintaan , pihak Bagor Dimas tidak
melakukan telat pengantaran dan tepat waktu ( ontime ) , Kalau usaha bawang goreng
yangb lain , menurut pendapat konsumen-konsumen agal telat waktu pengantaran.

2.3.2 KENDALA

 Kendala yang paling tampak adalah tidak tau pasti berapa hasil dari penggorengan.
Contohnya penggorengan bawang Bombay 100kg akan mengasilkan 80-85kg bawang
goreng saja walaupun sudah dicampur dengan tepung , artinya hasilnya jika mneggoreng
sebanyak 100kg maka yang akan menjadi bawang goreng yang sudah jadi hanya akan
mneghasilkan 80-85kg bawang goreng. Ole sebab itu pihak ibu Mira harus pandai dalam
menerka berapa kg stok bawang yang diperlukan jika mereka memiliki target bawang
goreng yang akan dipasarkan atau dipesan orang maka bawang mentahnya harus
dilebihkan dari total target yang akan dipasarkan untuk mengurangi adanya kekurangan
bawang goreng saat pengantaran.
 Kendala selanjutnya adalah dari segi cuaca , yaitu diwaktu musim penghujan.Disaat
musim penghujan yang menyebabkan kendala mereka adalah ketersediaan kayu dan kayu
menjadi basah kena hujan , jadi penggorengan tidak maksimal.Jika hujan datang maka
akan membuat ketersediaan kayu menjadi terbengkai karena pihak ibu mira melakukan
penggorengan dengan kayu.Kayu yang dipakai yaitu kayu karet yang diambil dari
Kubang , Pekanbaru. Sistem pembelian kayu nya adalah per mobil pick up penuh dan
setiap kayu per mobil pick upnya seharga Rp.250.000 – Rp. 300.000.

2.4 CARA MEMBUAT BAWANG GORENG

Seperti yang telah saya teliti langsung saat penelitian ke tempat Bagor Dimas , ternyata dala
membuat bawang goreng memiliki langkah sebagai berikut :

1. Langkah pertama yaitu Anda harus mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Membersihkan bawang Bombay nya terlebih dahulu lalu dikupas

3. Diiris menggunakan mesin pengiris dengan tipis-tipis


4. Langkah berikutnya yaitu rendam irisan bawang di dalam air garam yang nanti jika digoreng
tidak gosong terlalu cepat dan juga akan memberikan rasa yang terasa enaknya.

5. Selanjutnya, taburkan tepung maizena ke bawang goreng yang sedang direndam tadi lalu
diamkan selama beberapa menit agar memberikan rasa yang gurih.

6. Berikutnya letakkan bawang yang sudah di rendam dan di campur tepung maizena tadi di atas
sebuah wadah dan diusahakan bawang tidak menumpuk, hal demikian agar kadar air dalam
bawang berkurang.

7. Tahap selanjutnya yaitu tahap penggorengan, hal ini tidak seperti memasak makanan pada
umumnya yang bisa ditinggalkan, bawang goreng harus Anda tunggu dan diaduk aduk di atas
minyak goreng yang banyak dan api yang kecil.Bawang di goreng dengan api kecil agar bawang
tidak cepat gosong dan harus selalu ditunggu dan diaduk-aduk agar tidak cepat gosong juga.

8. Jika bawang goreng sudah berwarna keemasan, lalu Anda tiriskan bawang goreng tersebut dan
siap Anda kemas untuk dijual.

2.5 ANALISA SWOT BISNIS “BAGOR DIMAS” :

Deskripsi Bisnis : Bawang goreng dimas / Bagor Dimas merupakan produk bawang goreng
pelengkap sajian makanan yang menambah wangi dari makanan itu sendiri , dan menambah cita
rasa dari makanan itu, contoh makanan yang meggunakan bawang goreng sebagai pelengkap
adalah sate , bakso , mie ayam , lontong , nasi uduk , pecelele , dan lain lain.

Strength

 Pembuatannya higenis
 Bawangnya dicuci sebelum digoreng

Weakness

 Karena menggorengnya menggunakan kayu bakar , jika hujan maka ketersediaan kayu
menjadi terbengkalai, kayu juga menjadi basah.

Opportunity

 Banyak usaha kuliner yang membutuhkan bawang goreng

Threat

 Banyak saingan dalam usaha yang sama , oleh sebab itu dibutuhkan kegigihan dan pandai
dalam bersaing
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dengan melihat bisnis usaha yang dijalankan oleh ibu muliyati dan menantunya yang
menjadi pengelola , kita bisa melihat dengan modal sekecil apapun bisa menghasilkan
usaha yang besar jika diikuti dengan kemauan yang tinggi maka akan mendapatkan
kesuksesan , semoga dengan melihat dari usaha Bagor Dimas dapat membuat kita
memiliki keinginan yang sama dalam membuka usaha.Dan tidak semua orang pekerja
perusahaan bisa kaya , dan tidak semua wirausaha gagal , jika diikuti dengan kemauang
yang keras maka hasilnya pun tidak akan mengecewakan.

Anda mungkin juga menyukai