Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep
sehat-sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.Timbulnya perbedaan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang
berbeda antara masyarakat dan provider. Ada perbedaan persepsi yang berkisar
antara penyakit(disease) dengan illness(rasa sakit).
Penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu
organism,benda asing atau luka(injury).Hal ini adalah suatu fonema yang objektif
yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organism
biologis.Sedangkan sakit(illnes) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit
sehubungan dengan pengelaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan
fenomena subjektif yang di tandai dengan perasaan tidak enak (feelingunwell).
Dari batasan kedua pengertian atau istilah yang berbeda tersebut,tampak
adanya perbedaan konsep sehat-sakit yang kemudian akan menimbulkan
permasalahan konsep sehat-sakit di dalam masyarakat.Secara objektif seseorang
terkena penyakit,salah satu organ tubuhny terganggu fungsinya namun, dia
tidakmerasa sakit. Atau sebaliknya,seseorang merasa sakit bila merasakan sesuatu
di dalam tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan klinis tidak diperolehbuktibahwaia
sakit.
Suatu konsep sehat masyarakat, yaitu bahwa sehat adalah orang yang dapat
bekerja atau dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari, dan keluar konsep sakit,
di mana dirasakan oleh seseorang yang sudah tidak dapat bangkit dari tempat
tidurnya, tidak dapat menjalankan pekerjaanya sehari-hari.
Persepsi masyarakat tentang sakit yang notabene merupakan konsep sehat-
sakit masyarakat berbeda pada tiap kelompok masyrakat. Konsep kelompok
masyarakat yang satu berbeda dengan konsep sehat-sakit kelompok yang lain.
Untuk itu maka tiap-tiap unit pelayanan kesehatan komunitas perlu mencari

1
sendiri konsep sehat-sakit masyarakat yang dilayaninya. Untuk itu penelitian
tentang aspek-aspek social budaya kesehatan sangat diperlukan oleh tiap unit
pelayanan kesehatan komonitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Perilaku Sakit?
2. Apa penyebab dari Perilaku Sakit?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Sakit?
4. Apa tahap-tahap Perilaku Sakit?
5. Bagaimana dampak Perilaku Sakit?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Perilaku Sakit
2. Untuk mengetahui penyebab Perilaku Sakit
3. Untuk mengetahui faktor-faktor Perilaku Sakit
4. Untuk mengetahui tahap-tahap Perilaku Sakit
5. Untuk mengetahui dampak Perilaku Sakit

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Sakit


Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang
dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan.
Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah
segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan.
Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa
tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu.
Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang
dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan
kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.
Menurut Johnson dalam Christensen dan Kenney (2009), mengatakan
pasien adalah klien yaitu sistem perilaku (orang) yang terancam atau secara
potensial terancam oleh penyakit (ketidakseimbangan) dan atau dirawat di rumah
sakit.
King (2009) mengatakan, bahwa pasien adalah individu (sistem personal)
yang tidak mampu mengatasi peristiwa atau masalah kesehatan ketika berinteraksi
dengan lingkungan. Pernyataan King, ditambahkan kembali oleh Leineger (2009)
bahwa pasien adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat, atau komunitas
dengan kemungkinan kebutuhan fisik, psikologis, atau sosial, di dalam konteks
budaya mereka, yang merupakan penerima asuhan keperawatan.
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter.

3
B. Penyebab Perilaku Sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993)
bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :
1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari
keadaan normal.
2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap
hubungan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang
dapat dilihat.
5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas ,
tenaga, obat-obatan, biaya, dan transportasi.

Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang


sakit yang dapat diamati, yaitu:
1. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit
memiliki perasaan takut.Bentuk ketakutannya, meliputi takut
penyakitnya tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan, dan
takut tidak mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa
diisolasi.
2. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah
ansietas (kecemasan).Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu
caranya adalah dengan regresi (menarik diri) dari lingkungannya.
3. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak
mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai
dengan hal-hal berikut:

4
a) Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang diderita.
b) Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.
c) Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.
d) Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun
kegiatan.
4. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang
sakit dengan melebih-lebihkan persoalan kecil.Akibatnya pasien menjadi
cerewet, banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah
sepele.
5. Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai
dengan sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga menyebabkan
reaksi emosional tinggi.
6. Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor diatas,
seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang
lain.
7. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki
rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah
salah satu sebab berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai
perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian terhadap sesuatu
yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat terhadap sesuatu.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sakit


1. Faktor Internal
a) Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa
hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia
akan segera mencari bantuan.

5
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan
bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
b) Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien
bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi
yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6
bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang
ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang
diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien
mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang
ada.
2. Faktor Eksternal
a) Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra
Tubuh dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah
mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan
serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala
bibir pecah-pecah yang dialaminya.
b) Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit
atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35
tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah
menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan
SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya
masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari
pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak

6
sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan
biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
c) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana
menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian
perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
d) Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih
cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.
e) Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis
lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang
kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi
Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
f) Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan
yang bersifat peningkatan kesehatan.Di institusi tersebut dapat dilakukan
berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan
kesehatan, latihan (aerobik, senam Poco-Poco dll.)

3. Peran Sakit
Peran adalah satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang
diharapkan oleh masyarakat.
Pada kondisi tertentu seseorang dapat mengalami sakit yang akan
menyebabkan dirinya tidak dapat melakukan kegiatan sosial dalam kondisi ini
seseorang tersebut dikatakan sedang melakukan peran sakit.

7
Sebagian orang memanfaatkan peran sakit untuk mengurangi konflik antar
kebutuhan pribadi dan tuntuan peran sosial, contoh orang sakit akan diberi makan
yang enak tanpa harus bekerja.
Peran sakit dikatakan sebagai bentuk penyimpangan terhadap ketegangan
dalam sistem sosial yang dapat diterima masyarakat.

Tiga peran sakit menurut Sudibyo Supardi adalah :


1. Sakit Sebagai upaya untuk menghindari tekanan.
Kondisi sakit dapat menghindarkan konflik atau ketegangan
2. Sakit sebagai upaya untuk mendapatkan perhatian.
Anggapan masyarakat bahwa orang sakit harus mendapat perhatian khusus
3. Sakit sebagai kesempatan untuk istirahat.

Tiga peran sakit menurut Talcott Parsons adl :


1. Orang sakit dibebaskan dari peran sosial normatif. Pembebasan ini
sebenarnya relatif, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan keadaan
sakit tersebut.
2. Orang sakit tidak bertanggungjawab atas keadaannya. Keadaan sakit
seseorang dianggap di luar kendali.
3. Orang sakit harus berupaya untuk sembuh. Orang sakit harus mencari
pengobat dan bekerja sama denganya (NAKES) selama proses
penyembuhan.

D. Tahap-tahap Perilaku Sakit


1. Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu.
Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap
perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi
dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon

8
emosional. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat, orang yang sakit akan
melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya
bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban
normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional seperti : menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana
tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
Seseorang awalnya menyangka pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan
tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera
melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi
seorang klien
3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari
seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab
penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang.
Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak
menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit
yang bisa mengancam kehidupannya. klien bisa menerima atau menyangkal
diagnosa tersebut.
Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan
yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat
diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa
awal yang telah ditetapkan.

9
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan.
Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang
mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk
meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya:
klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa
dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung
pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada
Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan
stress hidupnya.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat
5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan
seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal,
misalnya pada penyakit kronis.

E. Dampak Perilaku Sakit


1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya
akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.
Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami

10
penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan
keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah, dan lebih memilih
menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas seperti ansietas, syok,
penolakan, marah, dan menarik diri. Perawat berperan dalam mengembangkan
koping klien dan keluarga terhadap stress karena stressor sendiri tidak bisa
dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga


Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat
mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau
terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu atau keluarga lebih mudah
beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.
Perubahan jangka pendek klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang
berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang klien memerlukan
proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’. Peran perawat adalah
melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.
3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan
fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan
fisiknya dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda
terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga terhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung
pada:
a. Jenis Perubahan (misal: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau
organ tertentu)
b. Kapasitas adaptasi
c. Kecepatan perubahan dan Dukungan yang tersedia.

11
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,
mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh
aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang
dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa
terobservasi dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota
keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena
sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang
akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga
akan merubah interaksi mereka dengan klien. Misal: Klien tidak lagi terlibat
dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak akan merasa mampu
memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-
temannya klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien,
dengan mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka
menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.
5. Terhadap Dinamika Keluarga
Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola
fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional. Misal: anak kecil
akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak
mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya
sudah dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai
mereka termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah

12
Menurut Suchman terdapat 5 macam reaksi dalam proses mencari
pengobatan yaitu sebagai berikut :
1. Shopping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna
menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan
sesuai dengan harapan si sakit.
2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas keshatan
pada lokasi yang sama. Contoh : berobat ke dokter sekaligus ke sinse atau
dukun.
3. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun
gejala penyakitnya sudah dirasakan.
4. Self medication adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai
ramuan atau obat-obatan yang dinilainya tepat baginya.
5. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang
dialami, melakukan upaya penyembuhan dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan.
Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit adalah
segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperoleh kesembuhan.
Menurut Suchman perilaku sakit adalah tindakan untuk menghilangkan rasa
tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu
Menurut Kasl dan Cobb, perilaku sakit adalah aktivitas apapun yang
dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk mendefenisikan keadaan
kesehatannya dan untuk menemukan pengobatan mandiri yang tepat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
tentang perilaku sakit dan kami berharap semua pihak dapat memberi saran
kepada kami agar penyusunan makalah kedepannya lebih baik.

14

Anda mungkin juga menyukai